Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query :: Simpan CSV
Safira Diva Aranis; Pembimbing: Wahyu Kurnia Yusrin Putra; Penguji: Asih Setiarini, Teguh Jati Prasetyo
Abstrak:
Read More
Sugar-Sweetened Beverages (SSB) atau biasa dikenal sebagai minuman berpemanis merupakan minuman yang mengandung gula tambahan. Konsumsi SSB yang berlebihan dapat berdampak pada kesehatan. Beberapa dampak yang ditimbulkan SSB adalah obesitas, fatty liver, diabetes tipe II, hipertensi, penyakit jantung, defisiensi zat gizi, dan karies gigi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan proporsi konsumsi Sugar-Sweetened Beverages berdasarkan faktor individu dan faktor lingkungan pada mahasiswa FKM UI tahun 2023. Penelitian ini menggunakan desain studi cross-sectional dengan jumlah sampel sebanyak 194 orang. Data diambil melalui pengisian kuesioner online secara mandiri oleh responden. Hasil menunjukkan bahwa sebanyak 58,8% mahasiswa FKM UI mengonsumsi SSB tingkat tinggi yaitu ≥ 6 kali/minggu. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa terdapat perbedaan proporsi yang signifikan antara pengetahuan terkait label informasi nilai gizi, efikasi diri, tingkat stres, dan ketersediaan SSB di tempat tinggal dengan konsumsi SSB. Peneliti menyarankan kepada mahasiswa untuk membatasi asukan SSB agar tidak berlebihan dengan memilih alternatif minuman lainnya.
Sugar-Sweetened Beverages (SSB) are beverages that contain added sugars. Excessive consumption of SSB can have an impact on health. Some of the effects caused by SSB include obesity, fatty liver, type II diabetes, hypertension, heart disease, nutritional deficiencies, and dental caries. The aim of this research is to determine the differences in the proportion of Sugar-Sweetened Beverages consumption based on individual and environmental factors among students of the FKM UI in 2023. This study uses a cross-sectional study design with a sample size of 194 individuals. Data was collected through self-administered online questionnaires completed by the respondents. The results indicate that 58.8% of FKM UI students consume SSB at a high level, which means they consume SSB six or more times per week. The bivariate analysis shows a significant difference in proportions between knowledge related to nutrition information labels, self-efficacy, stress levels, and the availability of SSB at home with SSB consumption. The researcher suggests that students limit their SSB intake to avoid excessive consumption by choosing alternative beverages instead.
S-11376
Depok : FKM-UI, 2023
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Dian Febriani; Pembimbing: Trini Sudiarti; Penguji: Siti Arifah Pudjonarti, Nurfi Afriansyah
Abstrak:
Prevalensi kejadian kegemukan anak usia sekolah dasar di Jakarta Pusat melebihi angka prevalensi nasional yakni sebesar 29.7%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor dominan yang berhubungan dengan kejadian kegemukan pada siswa-siswi SD Perguruan Cikini Jakarta Pusat tahun 2017. Penelitian ini juga meneliti hubungan konsumsi fast food, minuman manis kemasan bergula, makanan jajanan, konsumsi sayur dan buah, durasi menonton TV dan faktor lainnya dengan kejadian kegemukan pada siswa-siswi SD Perguruan Cikini Jakarta Pusat tahun 2017. Desain pada penelitian ini adalah cross-sectional dengan melibatkan 145 siswa-siswi kelas 3, 4, dan 5 SD Perguruan Cikini Jakarta Pusat. Penelitian dilakukan pada bulan Maret-Mei 2017. Data diambil dengan cara melakukan pengukuran tinggi badan dan berat badan, pengisian kuesioner, serta wawancara Food Frequency Questionnaire dan 24-hour food recall. Data yang terkumpul diolah dan dianalisis secara univariat, bivariat, serta multivariat. Ditemukan prevalensi kegemukan di SD Perguruan Cikini Jakarta Pusat Tahun 2017 sebesar 41.4%. Berdasarkan uji regresi logistik, hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumsi fast food merupakan faktor dominan yang berhubungan dengan kejadian kegemukan pada siswa-siswi SD Perguruan Cikini tahun 2017. Siswa yang mengonsumsi fast food > 3 kali/minggu memiliki risiko 2.416 kali mengalami kegemukan dibandingkan dengan siswa yang mengonsumsi fast food ≤ 3 kali/minggu. Perlu dilakukan upaya edukasi gizi mengenai gizi seimbang untuk mengurangi konsumsi fast food dan faktor penyebab kegemukan lainnya, pemantauan status gizi secara rutin, dan pengawasan terhadap penjualan makanan dan minuman di sekolah.
Kata kunci : Kegemukan, Fast Food, Minuman Manis Kemasan Bergula, Anak Sekolah Dasar
Read More
Kata kunci : Kegemukan, Fast Food, Minuman Manis Kemasan Bergula, Anak Sekolah Dasar
S-9366
Depok : FKM UI, 2017
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Windy Cahyani; Pembimbing : Engkus Kusdinar Achmad; Penguji : Diah Mulyawati Utari, Enny Ekasari
Abstrak:
Gizi lebih adalah akumulasi lemak berlebih dalam tubuh dan merupakan faktor risiko DM tipe 2 hingga kematian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan proporsi kejadian gizi lebih berdasarkan konsumsi air putih, minuman manis, asupan zat gizi makro, frekuensi makan, dan kebiasaan merokok. Desain penelitian ini adalah potong lintang dengan 108 responden yang merupakan Pegawai Negeri Sipil Dinas Kesehatan Kota Depok. Pengukuran status gizi menggunakan IMT; konsumsi air putih menggunakan Questionnaire for Water Consumption Habits oleh BioMed Center; konsumsi minuman manis menggunakan BEVQ-15; asupan gizi makro dan frekuensi makan menggunakan 24h-food recall; kebiasaan merokok menggunakan kuesioner yang diadaptasi dari Dare et al. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 50% PNS mengalami gizi lebih (IMT ≥25 kg/m2). Terdapat perbedaan bermakna proporsi gizi lebih berdasarkan konsumsi air putih, minuman manis, asupan energi, lemak, karbohidrat, dan frekuensi makan. Setelah dikontrol oleh jenis kelamin, perbedaan bermakna ditemukan hanya pada perempuan, sedangkan untuk variabel frekuensi makan hanya pada laki-laki. Anjuran peningkatan konsumsi air putih, asupan rendah kalori dan lemak, serta pengurangan minuman manis diharapkan dapat mencegah dan menanggulangi angka kejadian gizi lebih. Kata Kunci: gizi lebih, indeks masa tubuh, air putih, minuman manis, asupan gizi Overnutrition is a risk factor for Type 2 Diabetes Mellitus even death. This study aims to determine the difference of overnutrition proportion based on water consumption, sugar-sweetened beverage, dietary intake, eating frequency, and smoking habits. This is a cross-sectional study with 108 Civil Servants of Dinas Kesehatan Kota Depok as respondents. Ovenutrition was measured using Body Mass Index; water consumption using Questionnaire for Water Consumption Habits by BioMed Center; sugar-sweetened beverage (SSB) using BEVQ-15; dietary intake and eating frequency using 24h-food recall; smoking habits using adapted questionnaire by Dare et al. The overnutrition prevalence was 50% (BMI ≥25 kg/m2). There were significant differences based on water consumption, SSB, energy, fat, carbohydrate intake, and eating frequency. After controlled by sex, the differences were only significant in women; eating frequency was only significant in men. Increasing of water consumption, low calories and fat intake, and SSB reducing could be the solution to overcome and prevent overnutrition. Keywords: overnutrition, body mass index, water consumption, sugar-sweetened beverage, dietary intake
Read More
S-9266
Depok : FKM-UI, 2017
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Ridha Alfinanianty Setiawan; Pembimbing: Wahyu Kurnia Yusrin Putra; Penguji: Nurul Dina Rahmawati, Sunersi Handayani
Abstrak:
Read More
Latar belakang: Tingginya konsumsi minuman manis di Indonesia tergolong sangat tinggi yang menempati posisi ketiga di Asia Tenggara. Hal tersebut berpotensi meningkatkan penyakit tidak menular seperti diabetes dan penyakit kardiovaskular. Risiko tersebut seringkali terjadi pada orang dewasa, terutama karyawan yang bekerja di kantor. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi minuman berpemanis pada karyawan PT Diamond Cipta Property Tbk tahun 2024. Metode: Penggunaan pendekatan kuantitatif dilakukan dengan desain cross-sectional dan menggunakan data primer sebanyak 260 responden. Hasil: Prevalensi konsumsi minuman manis tingkat tinggi pada karyawan PT Diamond Cipta Property Tbk tahun 2024 sebesar 86,2%. Terdapat hubungan antara jenis kelamin, tingkat stres, tingkat ekonomi, ketersediaan minuman berpemanis, dan media massa terhadap tingkat konsumsi minuman berpemanis. Sementara kemampuan membaca label dan frekuensi online food delivery tidak memiliki hubungan dengan tingkat konsumsi minuman berpemanis . Kesimpulan: Prevalensi konsumsi minuman berpemanis di tempat kerja tergolong tinggi, sehingga dibutuhkan edukasi bagi para karyawan terkait batasan konsumsi gula harian untuk meminimalisir risiko penyakit pada karyawan.
Background: There is a high consumption of sugar-sweetened beverages in Indonesia, which ranks third in Southeast Asia. It can potentially increase non-transmitted diseases such as diabetes and cardiovascular disease. These risks often occur in adults, especially employees who work in offices. Objective: This study aims to identify factors that influence the consumption of sugar-sweetened beverages among employees of PT Diamond Cipta Property Tbk in 2024. Methods: The use of a quantitative approach was carried out with a cross-sectional design and used primary data as many as 260 respondents. Results: The prevalence of high-level consumption of sweetened beverages among employees of PT Diamond Cipta Property Tbk in 2024 was 86.2%. There is a correlation between gender, stres level, economic level, availability of sugar-sweetened beverages, and mass media on the level of consumption of sugar-sweetened beverages. While the ability to read labels and frequency of online food delivery did not have a correlation with the level of consumption of sugar-sweetened beverages. Conclusion: The prevalence of sugar-sweetened beverage consumption in the workplace is high, so education for employees regarding daily sugar consumption limits is needed to minimize the risk of disease in employees.
S-11726
Depok : FKM UI, 2024
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
