Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Rr. Asri Wahyuningsih; Pembimbing: Robiana Modjo; Penguji: Laksita Ri Hastiti, Fetrina Lestari
Abstrak:
Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran fatigue dan hubungannya dengan faktor risiko terkait pekerjaan dan faktor risiko tidak terkait pekerjaan di PT X. Penelitian ini menggunakan desain studi cross-sectional dengan metode kuantitatif dan analisis deskriptif. Penelitian ini dilakukan kepada 373 operator dump truck yang tersebar di 8 site project di PT X pada Februari – Agustus 2022. Variabel dependen penelitian ini adalah faktor risiko terkait pekerjaan (masa kerja dan beban kerja) dan faktor risiko tidak terkait pekerjaan (umur dan tingkat pendidikan). Data yang dipergunakan di dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh melalui pengisian kuesioner Multidimentional Fatigue Inventory 20 (MFI-20) secara daring (online). Hasil menunjukan bahwa 67,3% responden mengalami fatigue. Keluhan fatigue cenderung dialami oleh operato dump truck yang memiliki masa kerja ≥ 10 tahun, beban kerja mengoperasikan 1 jenis dump truck, berumur ≥ 30 tahun, dan tingkat pendidikan SMA/SMK.

This study aims to seek fatigue image and its correlation with work-related risk factors and non-work-related risk factors in PT X. This study uses a cross-sectional study design with quantitative methods and descriptive analysis. This study was conducted with 373 dump truck operators spread across eight site projects in PT X in February – August 2022 as subjects. The study's dependent variables were work-related risk factors (work and workload) and non-work-related risk factors (age and education level). The data used in this study are secondary data obtained by filling out the Multidimensional Fatigue Inventory 20 (MFI-20) questionnaire online. Results showed that 67,3% of respondents experienced fatigue. Fatigue complaints tend to be experienced by dump truck operators with a working period of ≥ 10 years, a workload of operating 1 type of dump truck, an age of ≥ 30 years, and an educational level of SMA/SMK.
Read More
S-11212
Depok : FKM-UI, 2023
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Evie Kemala Dewi; Pembimbing: Robiana Modjo; Penguji: Stevan Deby Anbiya Muhamad Sunarno, Fetrina Lestari, Rizal Pahlevi Hilabi
Abstrak:
Pekerja di sektor perkantoran, khususnya industri penerbitan, seperti editor buku, setter, desainer grafis, dan staf administrasi rentan mengalami gangguan muskuloskeletal (MSD) akibat posisi kerja statis, penggunaan komputer yang intensif, dan desain workstation yang kurang ergonomis. Namun, penelitian mengenai ergonomi di industri penerbitan di Indonesia masih terbatas dan perlu dikaji lebih lanjut. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor risiko ergonomi yang memengaruhi keluhan gangguan muskuloskeletal pada editor buku, setter, desainer grafis, dan staf administrasi di Penerbit X tahun 2025 serta memberikan rekomendasi kegiatan. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain studi cross sectional. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode proportional random sampling. Jumlah sampel yang didapatkan yaitu 86 orang. Untuk mengukur keluhan gangguan muskuloskeletal menggunakan kuesioner Nordic Body Map (NBM), dan untuk mengukur postur kerja menggunakan Rapid Rapid Office Strain Assesment (ROSA). Analisis data menggunakan uji Chi-square dengan nilai p <0,05. Hasil penelitian didapatkan bahwa terdapat 54,7% responden mengalami keluhan gangguan muskuloskeletal. Keluhan terbanyak yang dirasakan responden yaitu daerah leher (85%), bahu (69%), punggung bawah (67%), punggung atas (60%), dan pergelangan tangan (52%). Sebagian besar skor ROSA responden <5, tetapi masih ada responden yang mendapatkan skor ≥5 (26,7%). Penelitian ini menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara usia responden (>28 tahun) dan keluhan gangguan muskuloskeletal, dengan nilai p = 0,041. Selain itu, terdapat hubungan yang signifikan antara postur kerja dan keluhan gangguan muskuloskeletal (p = 0,016). Masa kerja responden (>5 tahun) juga berhubungan dengan keluhan gangguan muskuloskeletal (p = 0,004). Selanjutnya, ditemukan pula hubungan antara kepuasan kerja responden dan keluhan gangguan muskuloskeletal, dengan nilai p = 0,034. Berdasarkan temuan tersebut, dapat disimpulkan bahwa keluhan gangguan muskuloskeletal pada pekerja di Penerbit X berhubungan dengan usia, postur kerja, masa kerja, dan kepuasan kerja.

Office workers, particularly those in the publishing industry such as book editors, setters, designers, and administrative staff, are prone to experiencing musculoskeletal disorders (MSDs) due to static working postures, intensive computer use, and poorly designed workstations. However, research on ergonomics in the publishing industry in Indonesia remains limited and requires further investigation. This study aims to analyze ergonomic risk factors that influence musculoskeletal complaints among book editors, setters, designers, and administrative staff at Publisher X in 2025, and to provide recommended interventions. This research employs a quantitative approach with a cross-sectional study design. Samples were selected using proportional random sampling, resulting in a total of 86 respondents. Musculoskeletal complaints were measured using the Nordic Body Map (NBM) questionnaire, while working postures were assessed using the Rapid Office Strain Assessment (ROSA) method. Data were analyzed using the Chi-square test with a significance level of p < 0.05. The results showed that 54.7% of respondents reported musculoskeletal complaints. The most frequently reported areas of discomfort were the neck (85%), shoulders (69%), lower back (67%), upper back (60%), and wrists (52%). Although most respondents had ROSA scores of less than 5, there were still some respondents with scores ≥5 (26.7%). This study found a significant association between respondents' age (>28 years) and musculoskeletal complaints, with a p-value of 0.041. Additionally, there was a significant relationship between working posture and musculoskeletal complaints (p = 0.016). The respondents’ length of service (>5 years) was also significantly associated with musculoskeletal complaints (p = 0.004). Furthermore, job satisfaction was found to be significantly related to musculoskeletal complaints (p = 0.034). Based on these findings, it can be concluded that musculoskeletal complaints among workers at Publisher X are associated with age, working posture, length of service, and job satisfaction.

Read More
T-7353
Depok : FKM UI, 2025
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Yulidta Timory; Pembimbing: Robiana Modjo; Penguji: Dadan Erwandi, L. Meily, Fetrina Lestari, Henry Diatmo
Abstrak:

Stigma pada penderita tuberkulosis menjadi salah satu masalah dalam keberhasilan pengobatan tuberkulosis. Stigma yang terjadi di tempat kerja apabila tidak dikendalikan dapat mengakibatkan lingkungan kerja yang tidak sehat dan berdampak buruk pada produktivitas kerja pekerja. Ada berbagai faktor yang mempengaruhi timbulnya stigma pada penderita TBC ditempat kerja. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor yang berhubungan dengan stigma pada penderita tuberkulosis di tempat kerja baik faktor pengetahuan, sikap, upaya pelayanan kesehatan serta faktor peran tempat kerja. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari-Juni 2023. Jumlah sampel penelitian adalah 112 responden yang diambil dengan teknik non random sampling. Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner Van Rie yang sudah diadaptasi dan dikhususkan untuk menilai stigma tuberkulosis di tempat kerja. Hasil penelitian menunjukan faktor risiko yang berhubungan dengan stigma adalah faktor sikap pekerja. Dari 112 responden diketahui sebanyak 72 orang memiliki stigma pada penderita TBC di tempat kerja. Kata kunci: Stigma, Tuberkulosis, Tempat Kerja


 

Stigmatization of tuberculosis patients is one of the problems in the successful treatment of tuberculosis. Stigma that occurs in the workplace if not controlled can result in an unhealthy work environment and adversely affect worker productivity. There are various factors that influence the emergence of stigma in TB patients in the workplace. This study aims to analyze factors associated with stigma in tuberculosis patients in the workplace, including knowledge, attitudes, health service efforts and workplace role factors. This study used a cross sectional design. This research was conducted in February-June 2023. The number of research samples was 112 respondents who were taken with non-random sampling technique. The questionnaire used was the Van Rie questionnaire which had been adapted and specialized to assess the stigma of tuberculosis in the workplace. The results showed that the risk factor associated with stigma is the attitude factor of workers. Of the 112 respondents, 72 people were known to have stigma towards tuberculosis patients in the workplace. Keywords: Stigma, Tuberculosis, Workplace

Read More
T-6820
Depok : FKM-UI, 2023
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Rahmeen Ajaz; Pembimbing: Robiana Modjo; Penguji: Abdul Kadir, Stevan Deby Anbiya Muhamad Sunarno, Ali Syahrul Chairuman, Fetrina Lestari
Abstrak:
Stres akibat pekerjaan di kalangan dokter hewan merupakan masalah yang terus berkembang, khususnya terkait dengan paparan penyakit zoonosis. Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki hubungan antara paparan risiko zoonosis dan tingkat stres di kalangan dokter hewan di Pakistan, sekaligus meneliti peran kontrol pekerjaan dan dukungan sosial dalam memengaruhi stres. Tujuan utamanya adalah untuk menentukan apakah paparan penyakit zoonosis yang lebih tinggi secara signifikan berkontribusi terhadap peningkatan tingkat stres, dan apakah kontrol pekerjaan dan dukungan sosial yang lebih rendah semakin memperburuk stres di kalangan profesional veteriner. Sebuah penelitian cross-sectional dilakukan dengan melibatkan 110 dokter hewan dari berbagai wilayah di Pakistan. Data dikumpulkan menggunakan Skala Stres yang Dirasakan (PSS-10) yang telah divalidasi bersama dengan kuesioner terstruktur yang menilai frekuensi paparan zoonosis, kontrol pekerjaan yang dirasakan, dan dukungan sosial. Analisis deskriptif, uji Chi-square, dan tabulasi silang dilakukan untuk mengeksplorasi hubungan antara variabel-variabel tersebut. Hasilnya mengungkapkan hubungan yang signifikan antara paparan zoonosis yang lebih tinggi dan peningkatan tingkat stres (p = 0,041), dengan dokter hewan yang mengalami paparan yang sering memiliki kemungkinan tiga kali lebih besar untuk melaporkan stres yang tinggi. Lebih jauh lagi, dokter hewan dengan kontrol pekerjaan yang rendah (p = 0,037) dan dukungan sosial yang rendah (p = 0,047) secara signifikan lebih mungkin mengalami peningkatan tingkat stres. Analisis tabulasi silang menunjukkan bahwa 97,3% dokter hewan dengan paparan yang sering melaporkan stres yang tinggi, sementara mereka dengan kontrol pekerjaan yang rendah dan dukungan sosial yang rendah juga menunjukkan persentase stres yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan rekan-rekan mereka. Studi ini menyimpulkan bahwa paparan zoonosis yang sering, dikombinasikan dengan kontrol pekerjaan yang rendah dan dukungan sosial yang tidak memadai, secara signifikan berkontribusi terhadap stres kerja di antara dokter hewan di Pakistan. Temuan tersebut menyoroti kebutuhan mendesak untuk intervensi yang difokuskan pada pengurangan risiko biologis, peningkatan otonomi tempat kerja, dan penguatan sistem pendukung untuk melindungi kesehatan mental profesional veteriner.
Occupational stress among veterinarians is a growing concern, particularly in relation to zoonotic disease exposure. This study aimed to investigate the association between exposure to zoonotic risks and stress levels among veterinarians in Pakistan, while also examining the roles of job control and social support in influencing stress. The primary objective was to determine whether higher exposure to zoonotic diseases significantly contributes to elevated stress levels, and whether lower job control and social support further exacerbate stress among veterinary professionals. A cross-sectional study was conducted involving 110 veterinarians from various regions in Pakistan. Data were collected using a validated Perceived Stress Scale (PSS-10) alongside structured questionnaires assessing zoonotic exposure frequency, perceived job control, and social support. Descriptive analysis, Chi-square tests, and cross-tabulations were performed to explore associations between the variables. The results revealed a significant association between higher zoonotic exposure and increased stress levels (p = 0.041), with veterinarians experiencing frequent exposure being over three times more likely to report high stress. Furthermore, veterinarians with low job control (p = 0.037) and low social support (p = 0.047) were significantly more likely to experience elevated stress levels. Cross-tabulation analyses showed that 97.3% of veterinarians with frequent exposure reported high stress, while those with low job control and low social support also showed considerably higher stress percentages compared to their counterparts. This study concludes that frequent zoonotic exposure, combined with low job control and insufficient social support, significantly contributes to occupational stress among veterinarians in Pakistan. The findings highlight the urgent need for interventions focused on reducing biological risk, improving workplace autonomy, and strengthening support systems to protect the mental health of veterinary professionals.
Read More
T-7389
Depok : FKM UI, 2025
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive