Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Mira Maryani Latifah; Pembimbing: Helda; Penguji: Sudarto Ronoatmodjo, Nia Erviani, Lovely Daisy
Abstrak: Angka Unmet need yang relatif tergolong tinggi yakni sebesar 11 % menunjukkan bahwa pelayanan Keluarga Berencana pada beberapa lapisan masyarakat tidak terpenuhi dan masih terdapat wus yang belum menggunakan kontrasepsi padahal sudah tidak ingin memiliki anak lagi. Sikap seorang wanita untuk menginginkan, memilih, mempertimbangkan hingga menggunakan alat kontrasepsi atau menjangkau pelayanan keluarga berencana tidak hanya bergantung pada karakteristik individu semata namun juga terkait karakteristik suami atau pasangan. Data SDKI 2017 menyatakan bahwa sebanyak 23 persen pria menyatakan ingin menambah anak dalam waktu 2 tahun. Penelitian ini merupakan studi kuantitatif desain penelitian potong lintang dengan menggunakan data sekunder survei demografi kesehatan Nasional (SDKI) 2017. Sampel pada penelitian ini sebanyak 32164 wanita usia subur yang berstatus menikah dan telah memiliki anak serta suami wanita usia subur setelah dilakukan pembobotan. Analisis data dilakukan dengan uji chi-square, analisis complex sample, analisis stratifikasi dan cox regressions. Hasil penelitian didapatkan bahwa Preferensi fertilitas suami yang ingin memiliki anak dan tidak memiliki pengetahuan berisiko 1,14 kali lebih besar (CI 95% 1,19-2,55) menyebabkan wanita usia subur tidak menggunakan kontrasepsi.
Unmet Need have relatively high number 11%, indicates that family planning services in several levels of society are not being met and there are still not using contraception even though they do not want to have children anymore. The attitude of a woman to want, choose, consider using contraception or reach out to a family planning service is not only based on individual characteristics but is also related to the characteristics of her husband or partner. The IDHS 2017 data stated that as many as 23 percent of men stated that they wanted to have more children within 2 years. This study is a cross-sectional quantitative study using secondary data from the 2017 National Health Demographic Surveillance (IDHS). The sample in this study were 32164 women of egible age who were married and had children and the husbands. Data analysis was performed by chi-square test, complex sample analysis and cox regression. The results showed that the fertility preference of husbands who wanted to have children and did not have knowledge had a risk of 1.14-1,86 times greater (95% CI 1.19-2.55) causing women of childbearing age not to use contraception
Read More
T-6161
Depok : FKM-UI, 2021
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Kharisma Nurul Fazrianti Rusman; Pembimbing: Evi Martha; Penguji: Besral, Kemal N. Siregar, Lovely Daisy, Rahmadewi
Abstrak: Kehamilan tidak diinginkan yang meliputi kehamilan tidak tepat waktu (mistimed pregnancy) dan tidak dikehendaki (unwanted pregnancy) merupakan salah satu masalah penting dan perlu mendapat perhatian, terutama di negara negara berkembang. Kehamilan tidak diinginkan akan mendorong terjadinya keguguran atau pengguguran (aborsi), stunting, berat badan lahir rendah serta kelahiran prematur. Hal ini tentu juga memberikan dampak meningkatnya risiko untuk kematian ibu dan anak. Penanganan kejadian kehamilan tidak diinginkan tidak hanya memerlukan pengukuran besaran angkanya, tetapi juga pemahaman mengenai faktor-faktor penyebabnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang menentukan kejadian kehamilan tidak diinginkan pada wanita menikah di Indonesia pada tahun 2017. Penelitian ini menggunakan data sekunder SDKI 2017 menggunakan desain cross-sectional dengan reponden sebanyak 14.713 yang merupakan wanita kawin usia 15-49 tahun. Hasil analisis menunjukkan bahwa persentase kehamilan tidak diinginkan di Indonesia tahun 2017 adalah sebesar 16%. Variabel yang berhubungan dengan kehamilan tidak diinginkan di Indonesia dalam penelitian ini adalah paritas, penggunaan kontrasepsi, pendidikan ibu, pengetahuan tentang kontrasepsi, pekerjaan suami dan wilayah tempat tinggal. Variabel yang paling dominan berhubungan dengan kehamilan tidak diinginkan di dalam penelitian ini adalah paritas. Diperlukan peningkatan terhadap program perencanaan kehamilan, pendidikan ibu yang harus diperhatikan sehingga meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mengenai kehamilan, memperhatikan pekerjaan dari suami yang berpengaruh terhadap kemampuan ekonomi, akses terhadap pelayanan kehamilan, informasi KB dan kespro yang perlu ditingkatkan di berbagai wilayah, serta memberikan perhatian lebih terhadap setiap PUS yang ingin melakukan perencanaan kehamilan dan membatasi kehamilan sehingga perlunya anjuran untuk menggunakan kontrasepsi.
Unwanted pregnancy, which includes mistimed and unwanted pregnancies, is an important problem and needs attention, especially in developing countries. Unwanted pregnancies will lead to miscarriage or abortion, stunting, low birth weight, and premature birth. This case has the effect of increasing the risk for maternal and child mortality. Handling the incidence of unwanted pregnancy requires measuring the magnitude of the number, and understanding the factors that cause it. This study aims to determine the factors that determine the incidence of unwanted pregnancy in married women in Indonesia in 2017. This study uses secondary data from the 2017 IDHS using a crosssectional design with 14,713 respondents who are married women aged 15-49 years. The results of the analysis show that the percentage of unwanted pregnancies in Indonesia in 2017 is 16%. Variables related to unwanted pregnancy in Indonesia in this study were parity, contraceptive use, mother's education, knowledge of contraception, husband's occupation, and area of residence. The most dominant variable associated with an unwanted pregnancy in this study was parity. It is necessary to improve the pregnancy planning program, maternal education that must be considered to increase knowledge and understanding of pregnancy, pay attention to the work of the husband which affects economic ability, access to pregnancy services, family planning, and health care information that needs to be improved in various regions, and give more attention for every EFA who wants to plan a pregnancy and limit pregnancy so that it is necessary to recommend the use of contraception.
Read More
T-6192
Depok : FKM-UI, 2021
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Ayu Amalia Rahmi; Pembimbing: Ella Nurllaella Hadi; Penguji: Hadi Pratomo, Dadan Erwandi, Dian Kristiani Irawanty, Lovely Daisy
Abstrak: Tingginya angka perilaku seksual pranikah pada remaja pria di Indonesia berisiko terhadap masalah kesehatan. Keluarga khususnya orangtua ikut berperan dalam upaya mencegah hubungan seksual pranikah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran informasi kesehatan reproduksi (kespro) dari keluarga terhadap perilaku seksual pranikah remaja pria umur 15-24 tahun di Indonesia. Penelitian ini merupakananalisis lanjut data SDKI-KRR tahun 2017 yangmenggunakan desain cross sectional dengan sampel sebanyak 7.030 remajapria yang memenuhi kriteria: remaja pria berumur 15-24 tahun dan belum kawin.Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 11% remaja pria pernah melakukan hubungan seksual pranikah, sedangkan yang pernah mendapatkan informasi kespro dari keluarga hanya sebesar 19,5%.Informasi kesprodari keluarga berperan terhadap perilaku seksual pranikah remaja pria di Indonesia setelah dikontrol oleh tingkat pendidikan dan diskusi kespro dengan guru. Remaja yang tidak mendapatkan informasi kespro dari keluarga dan berpendidikan rendah berpeluang hampir 4kali untuk melakukan hubungan seksual pranikah dibandingkan remaja yang mendapatkan informasi kespro dari keluarga, sedangkan remaja yang tidak mendapatkan informasi kespro dari keluarga dan berpendidikan tinggi berpeluang 3,5kali untuk melakukan hubungan seksual pranikah dibandingkan remaja yang mendapatkan informasi kespro dari keluarga. Remaja yang tidak mendapatkan informasi kespro dari keluarga dan tidak pernah berdiskusi dengan guru mengenai kesproberpeluang hampir 4 kali untuk melakukan hubungan seksual pranikah dibandingkan remaja yang mendapatkan informasi kespro dari keluarga, sedangkan remaja yang tidak mendapatkan informasi kespro dari keluarga dan pernah berdiskusi dengan guru mengenai kespro berpeluang 3,3 kaliuntuk melakukan hubungan seksual pranikah dibandingkan remaja yang mendapatkan informasi kespro dari keluarga. Harapannya, BKKBN melalui program GenRe (PIK R/M, dan BKR) dapat lebih ditingkatkan pemanfaatannya oleh remaja pria dan orang tua remaja terutama ayah, sedangkan program PKPR, Kemenkes perlu lebih banyak menjangkau remaja pria di Indonesia sehingga dapat membantu penurunan angka perilaku seksual pada remaja pria di Indonesia.
The high rate of premarital sexual behavior in male adolescents in Indonesia at risk for health problems. Families, especially parents, play a role in preventing premarital sexual intercouse. This study aims to determine the role of reproductive health information from families on premarital sexual behavior of male adolescents aged 15-24 years in Indonesia. This study is a further analysis of the 2017 IDHS-KRR data using a cross sectional design with a sample of 7,030 male adolescents who meet the criteria: male adolescents aged 15-24 years and unmarried. The results showed that about 11% of male adolescents had premarital sexual intercourse, while only 19.5% had received information on health issues from their families. Reproductive health information from family contribute to adolescent premarital sexual intercouse of male adolescents in Indonesia after being controlled by the level of education and reproductive health discussions with teachers. Adolescents who do not get reproductive health information from their families and have low education are nearly 4 times more likely to have premarital sexual intercourse compared to adolescents who get reproductive health information from their families, while adolescents who do not get reproductive health information from their families and are highly educated are 3.5 times more likely to have premarital sexual intercouse compared adolescents who get reproductive health information from their families. Adolescents who do not get information on reproductive health from their families and have never discussed with the teacher about reproductive health are nearly 4 times more likely to have premarital sexual intercourse than adolescents who get information on health care from their families, while adolescents who do not get information on reproductive health from their families and have had discussions with teachers about reproductive health have the opportunity 3.3 times for having premarital sexual intercourse compared to adolescents who get reproductive health information from their families. The hope is that the BKKBN through the GenRe program (PIK R / M, and BKR) can be further utilized by young men and teenage parents, especially fathers, while the PKPR program, the Ministry of Health needs to reach more young men in Indonesia so that it can help reduce the number of sexual behavior young men in Indonesia.
Read More
T-6043
Depok : FKM-UI, 2020
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Fajar Firdawati; Pembimbing: Pujiyanto; Penguji: Mardiati Nadjib, Adang Bachtiar, Eni Gustina, Lovely Daisy
Abstrak:
Penggunaan kontrasepsi modern di perkotaan cenderung mengalami penurunan, sedangkan di pedesaan sebaliknya, disisi lain jumlah penduduk di wilayah perkotaan semakin banyak, dan lebih mudah memiliki akses terhadap informasi, fasilitas kesehatan, dan transportasi, selain tingkat pendidikan dan status ekonomi yang juga lebih tinggi dibanding pedesaan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan faktor penggunaan kontrasepsi modern dan faktor apa paling dominan serta menganalisis dan memberikan rekomendasi kebijakan berbasis bukti untuk meningkatan penggunaan kontrasepsi modern di perkotaan dan pedesaan. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif menggunakan data sekunder SKAP KKBPK tahun 2019 yang dilengkapi dengan penelitian kualitatif dengan menelaah dokumen kebijakan dan menganalisis kebijakan peningkatan penggunaan kontrasepsi modern. Hasil penelitian menunjukkan hampir seluruh variabel independen berhubungan dengan penggunaan kontrasepsi modern di perkotaan dan pedesaan kecuali kepemilikan jaminan kesehatan (p-value=0,370) untuk di perkotaan, dan variabel pengetahuan KB (p-value=0,066) dan kepemilikan jaminan kesehatan (p-value=0,347) untuk di pedesaan. Hampir seluruh variabel juga merupakan faktor yang paling dominan berpengaruh terhadap penggunaan kontrasepsi modern baik di perkotaan dan pedesaan, kecuali keterpaparan sumber informasi melalui media dan institusi serta kepemilikan jaminan kesehatan untuk di perkotaan, dan variabel pengetahuan KB, keterpaparan sumber informasi melalui institusi dan kepemilikan jaminan kesehatan untuk di pedesaan. Hasil analisis kebijakan yang berkaitan dengan peningkatan penggunaan kontrasepsi modern, pada perumusan kebijakan masih belum menggambarkan secara jelas kebijakan yang berdasarkan segmentasi sasaran dan wilayah terutama di perkotaan dan pedesaan yang memiliki karakteristik yang berbeda. Dalam pelaksanaanya juga masih ada kendala dalam pemenuhan kuantitas, persebaran dan kapasitas tenaga lini lapangan terutama penyuluh KB yang menjadi ujung tombak program KB. Disisi lain belum semua pihak dapat menerima program KB karena bervariasinya komitmen pelaksana kebijakan di wilayah tertentu dan masih adanya hambatan sosial dan budaya. Selain itu belum optimalnya pelaksanaan komunikasi kebijakan dan masih adanya anggapan program KB hanya tanggung jawab BKKBN mempengaruhi peningkatan penggunaan kontrasepsi modern di perkotaan dan pedesaan. Adapun rekomendasi kebijakan berdasarkan hasil penelitian adalah perlu merumuskan kembali pada beberapa kebijakan yang berkaitan dengan peningkatan penggunaan kontrasepsi modern dan memperkuat strategi komunikasi yang efektif menurut segmentasi sasaran dan wilayah.

The use of modern contraceptives in urban areas tends to decrease, while in rural areas it is the opposite, on the other hand, the population in urban areas is more numerous, and has easier access to information, health facilities, and transportation, in addition to higher levels of education and economic status than rural areas. The purpose of this study was to determine the relationship between the factors of modern contraceptive use and the most dominant factors and to analyze and provide evidence-based policy recommendations to increase the use of modern contraceptives in urban and rural areas. This study is a quantitative study using secondary data from SKAP KKBPK in 2019 which is complemented by qualitative research by reviewing policy documents and analyzing policies to increase the use of modern contraceptives. The results showed that almost all independent variables were associated with modern contraceptive use in urban and rural areas except ownership of health insurance (pvalue=0.370) for urban areas, and family planning knowledge variables (p-value=0.066) and ownership of health insurance (p-value=0.347) for rural areas. Almost all variables are also the most dominant factors affecting modern contraceptive use in both urban and rural areas, except exposure to information sources through media and institutions and ownership of health insurance for urban areas, and variables of family planning knowledge, exposure to information sources through institutions and ownership of health insurance for rural areas. The results of the analysis of policies related to increasing the use of modern contraceptives, in the formulation of policies still do not clearly describe policies based on target segmentation and areas, especially in urban and rural areas that have different characteristics. In its implementation, there are still obstacles in fulfilling the quantity, distribution and capacity of field personnel, especially family planning extension workers who are the spearhead of the family planning program. On the other hand, not all parties can accept the KB program because of the varying commitment of policy implementers in certain areas and the existence of social and cultural barriers. In addition, the implementation of policy communication has not been optimal and there is still an assumption that the family planning program is only the responsibility of BKKBN affecting the increase in the use of modern contraceptives in urban and rural areas. The policy recommendations based on the research results are the need to reformulate some policies related to increasing the use of modern contraceptives and strengthening effective communication strategies according to target segmentation and region.
Read More
T-6523
Depok : FKM-UI, 2023
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive