Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Tahira Fulazzaky; Pembimbing: R. Sutiawan; Penguji: Milla Herdayati, Umi Fahmida
Abstrak: Kompetensi merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan dalam bekerja. Penelitian ini bertujuan untuk menilai kesiapan guru PAUD dalam aspek kompetensi gizi dan kesehatan menurut survei daring yang diadakan oleh SEAMEO RECFON dengan melihat gambaran hasil kompetensi berdasarkan karakteristik peserta dan menilai kualitas pengukuran kompetensi. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif, sampel yang digunakan total sampling sebanyak 78.711 guru PAUD. Analisis meliputi analisis butir soal (tingkat kesukaran butir soal, daya pembeda soal, distribusi jawaban dan rasch model) dan analisis deskriptif terhadap karakteristik responden. Hasil penelitian terhadap butir soal didapatkan 3 item soal yang dinyatakan tidak layak, 8 item soal yang diterima dengan perbaikan, dan ke 29 soal item lainnya sudah cukup baik untuk mengukur kemampuan peserta. Pengukuran menggunakan rasch model, didapatkan keseluruha soal ujian sudah fit secara statistik dan sudah memiliki variasi tingkat kesukaran item yang baik. Hasil analisis Reliabilitas Kuder Ridchardson (KR21) sebesar 0,742 menunjukkan reliabilitas soal dapat diterima. Secara keselurahan kompetensi gizi dan kesehatan guru PAUD belum baik dengan tingkat kelulusan sebesar 33,6%, standar kelulusan menggunakan nilai cut off point 70%. Semakin tinggi tingkat pendidikan persentase kelulusan semakin baik, namun tidak berlaku untuk tingkat pendidikan Doktor hal ini dikarenakan adanya kemungkinan memegang peran manajemen PAUD. Semakin lama pengalaman mengajar persentase kelulusan kompetensinya semakin baik. Domisili terbanyak yang menjadi peserta ujian tinggal di wilayah Indonesia Barat. Peserta dengan riwayat pelatihan (DIKLAT dasar dan pelatihan gizi-kesehatan) persentase kelulusannya lebih baik dibanding kelulusan peserta yang tidak ikut pelatihan. Peserta yang terlibat menjadi kader posyandu persentase kelulusan kompetensinya lebih baik dibanding persentase kelulusan guru yang bukan kader posyandu. Kata kunci: analisis item; analisis reliabilitas; guru pendidikan anak usia dini; kompetensi gizi kesehatan; Rasch model; survei kuisioner online. Competence is a basic ability that must be possessed by someone to achieve success in work. This study aims to assess the readiness of ECE teachers in nutritional and health competency aspects according to an online survey conducted by SEAMEO RECFON by looking at the picture of competency results based on participant characteristics and assessing the quality of competency measurement. This research is a study quantitative descriptive, the sample used is a total sampling of 78,711 ECE teachers. The analysis includes item analysis (item difficulty level, item discrimination, distribution answers, Rasch model) and descriptive analysis of the respondent's characteristics. The results of the research on the items obtained 3 items that were declared not feasible, 8 items were received with improvement, and the other 29 item items were good enough to measure the ability of participants. Measurement using the Rasch model, obtained all exam questions are statistically fit and already have a good variation in the level of difficulty items. The results of the Kuder Ridchardson Reliability Analysis (KR21) of 0.742 indicate the reliability of the questions is acceptable. Overall, the nutrition and health competence of PAUD teachers is not good with a graduation rate of 33,6%, the passing grade uses a 70% cut off point value. The higher the level of education the better percentage of graduation, but it does not apply to Doctoral education leves because of the possibility of holding PAUD management roles. The longer teaching experience the better percentage of graduation. Most domiciles who become test takers live in Western Indonesia. Participants with a history of training (basic training and nutrition-health training) the percentage of graduation is better than graduation of participants who did not participate in the training. Participants who were involved in becoming Posyandu cadre graduation rate were better than the graduation percentage of teachers who were not Posyandu cadres. Key words: early childhood education teacher; health - nutrition competency; item analysis; online survey questionnaire; Rasch model; reliability analysis.
Read More
S-10450
Depok : FKM-UI, 2020
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Hertina Raisa Putri; Pembimbing: Budi Utomo; Penguji: Rico Kurniawan, Umi Fahmida
Abstrak:
Stunting masih menjadi masalah gizi utama bagi anak di Indonesia. Laporan data SSGI 2022 menunjukkan prevalensi stunting di Indonesia mencapai 21,6%. Stunting disebabkan oleh banyak faktor, di antaranya akses air bersih dan sanitasi. Pada tahun 2020, akses kualitas air minum aman di Indonesia hanya mencapai 11,9%. Selain itu, angka rumah tangga yang memiliki sarana toilet dengan sambungan tangki septik tertutup dan rutin dibersihkan kurang dari 8%. Di sisi lain, program akses air bersih dan sanitasi di Indonesia belum menjadi prioritas dalam penanggulangan stunting. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana akses air bersih dan sanitasi memengaruhi stunting. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional dengan populasi seluruh anak usia 6-23 bulan di Indonesia. Seluruh subjek yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi menjadi sampel penelitian, yaitu sebanyak 56.536 sampel. Uji statistik menggunakan regresi logistik berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan signifikan antara akses air bersih dan sanitasi dengan stunting. Anak dengan akses air bersih dan sanitasi yang kurang memiliki odds 1,17 kali lebih tinggi untuk mengalami stunting. Dengan demikian, peningkatan akses air bersih dan sanitasi perlu dilakukan untuk menanggulangi stunting.

Stunting is still a major nutritional problem for children in Indonesia. The 2022 SSGI data report shows that the prevalence of stunting in Indonesia has reached 21.6%. Stunting is caused by many factors, including access to clean water and sanitation. In 2020, access to safe drinking water in Indonesia will only reach 11.9%. In addition, the number of households that have toilet facilities with closed septic tank connections and are regularly cleaned is less than 8%. On the other hand, clean water and sanitation access programs in Indonesia have not been a priority in preventing stunting. Therefore, this research aims to find out the relationship between access to clean water and sanitation with stunting. This study used a cross-sectional design with a population of all children aged 6–23 months in Indonesia. All subjects who met the inclusion and exclusion criteria became the research sample, namely 56,536 samples. Statistical tests use multiple logistic regressions. The research results show that there is a significant relationship between access to clean water, sanitation, and stunting. Children with poor access to clean water and sanitation have 1.17 times higher odds of experiencing stunting. Thus, increasing access to clean water and sanitation needs to be done to overcome stunting.
Read More
S-11745
Depok : FKM UI, 2024
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Nurjanah Hayati; Pembimbing: Zarfiel Tafal; Penguji: Engkus Kusdinar Achmad, Umi Fahmida
S-5871
Depok : FKM UI, 2009
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Betri Anita; Pembimbing: Trini Sudiarti; Penguji: Fatmah, Kusharisupeni, Devi Maryori, Umi Fahmida
T-3130
Depok : FKM UI, 2010
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Laras Sitoayu; Pembimbing: Trini Sudiarti; Penguji: Kusdinar Achmad, Abbas Basuni Jahari, Umi Fahmida, Siti Arifah Pujonarti
Abstrak: Abstrak

Tesis ini merupakan penelitian cross sectional yang bertujuan membuat model prediksi persen lemak tubuh untuk remaja laki-laki usia 12-19 tahun (n = 111), dengan melakukan studi validasi pengukuran antropometri dan model Prediksi (Slaughter, Deurenberg, Lee dan Chan) terhadap persen lemak tubuh BIA. Pada penelitian ini juga menjelaskan korelasi antara pengukuran antropometri (IMT WHO, skinfold thickness dan lingkar pinggang) serta model prediksi (Slaughter, Deurenberg, Lee dan Chan) dengan persen lemak tubuh BIA. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik stratified proportional. Penelitian ini dilakukan pada siswa MTs dan MA. Multiteknik Yayasan Asih Putera kelas 7-12.

Hasil penelitian menunjukkan IMT WHO memiliki korelasi paling kuat dengan persen lemak tubuh BIA (r = 0,804) diantara pengukuran antropometri yang digunakan. Model Prediksi IMT WHO memilki sensitivitas paling tinggi yaitu 94%, diikuti dengan model prediksi IMT WHO dan umur (94%) dan model prediksi Sitoayu. Seluruh variabel memiliki korelasi yang signifikan dengan persen lemak tubuh BIA (p < 0,0005). Hasil analisis multiregresi menunjukkan variabel yang dominan adalah IMT WHO, skinfold thickness, dan umur dengan model prediksi persen lemak tubuh baru (Sitoayu) = 23,28 + 1,56*IMT WHO + 0,13*ST - 0,62*U. Model prediksi ini memiliki AUC 0,937 dan nilai sensitivitas yaitu 84%.


The primary purpose of this cross-sectional study to develop percentage body fat prediction model for boys aged 12-19 years (n = 111), by conducting a validation study anthropometric measurements and predictions model of body fat percentage (Slaughter, Deurenberg, Lee and Chan) to percent body fat BIA. In this study also examined the correlation between anthropometric measurements (WHO BMI, skinfold thickness and waist circumference) and predictions model (Slaughter, Deurenberg, Lee and Chan) with percent body fat BIA with stratified proportional design. The research was carried out on students MTs and MA. Multiteknik Yayasan Asih Putera grade 7-12.

Bivariat analysis showed BMI WHO has the strongest correlation with percent body fat BIA (r = 0.804) between the anthropometric measurements were used. The Prediction model IMT WHO also has the best sensitivity (94%), the second is IMT WHO and Age (94%) and the third is Sitoayu. All variables have a significant correlation with percent body fat BIA (p < 0,0005). Multiregresi analysis results indicate that the dominant variable is the WHO BMI, skinfold thickness and age with the predictions model of percent body fat Sitoayu = 23,28 + 1.56 *BMI WHO + 0.13 * ST - 0.62 *Age. This prediction model has AUC 0,937 and the best sensitivity value of 84%.

Read More
T-3716
Depok : FKM-UI, 2013
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Nurul Khairani; Pembimbing: Trini Sudiarti; Penguji: E Kusdinar Achmad, Siti Arifah Pujonarti, Abbas Basuni Jahari, Umi Fahmida
Abstrak:

Abstrak

Alat ukur yang valid diperlukan untuk mengetahui status gizi lebih pada remaja puteri sehingga dapat diambil tindakan yang tepat, cepat dan mencegah kebingungan pengguna alat dalam menentukan alat yang tepat untuk menentukan status gizi lebih pada remaja puteri. Selain itu, alat yang harganya murah, mudah, dan cepat dalam pengoperasiannya juga diperlukan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan model prediksi baru yang memiliki validitas optimal untuk memperkirakan persen lemak tubuh siswi MTs dan MA Multiteknik Yayasan Asih Putera Kota Cimahi tahun 2012 sehingga dapat diketahui status gizi lebihnya. Penelitian ini juga mengevaluasi validitas pengukuran antropometri (IMT, IMT WHO (Z Score), Skinfold Thickness (ST), dan Lingkar Pinggang (LP)) dan model prediksi (Slaughter, Deurenberg, Lee, dan Chan) jika dibandingkan dengan Persen Lemak Tubuh (PLT) BIA sebagai gold standard. Desain penelitian adalah cross sectional (potong lintang) dengan pendekatan kuantitatif observational. Sampel yang diambil sebanyak 110 siswi dengan menggunakan desain stratifikasi proporsi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata persen lemak tubuh responden adalah 26.51 % ± 5.48 %. Model prediksi yang didapatkan dari hasil multivariat adalah model prediksi Khairani (PLT Khairani = 0,991 IMT + 0,069 ST + 0,249 U - 1,703). Berdasarkan hasil uji validasi, model prediksi Khairani memiliki validitas optimal jika dibandingkan dengan model prediksi lainnya. IMT memiliki validitas optimal jika dibandingkan dengan seluruh pengukuran antropometri dan model prediksi. IMT dapat dipertimbangkan sebagai alat ukur untuk menentukan status gizi lebih pada siswi MTS dan MA Yayasan Asih Putera karena memiliki validitas yang optimal, lebih mudah dan cepat dalam pengoperasiannya, harganya relatif murah dan tidak invasive. 


 The valid measurement tools needed to identify the overnutritional status of teenage girls in order to take the right action immediately and prevent the ambiguity in choosing the right measurement tools for the users. Beside those, the cheap price, easiness and quickness to use the measurement tools needed also. The purpose of this study was to get the new prediction model which had optimum validity for estimating body fat percentage of school girls from MTs and MA Multiteknik Yayasan Asih Putera Cimahi 2012 in order to identify their overnutritional status. This study also evaluated validation of anthropometric measurements (Body Mass Index (BMI), BMI WHO (Z Score), Skinfold Thickness (ST), and Waist Circumference (WC)) and several prediction models (Slaughter, Deurenberg, Lee, and Chan) against body fat percentage of Bioelectrical Impedance Analysis (BIA) as a gold standard. The design of this study was a cross sectional one with a quantitative observational approach. Quantity of sample was 110 school girls which taken by stratified proportional desain. The result of study showed that mean of body fat percentage of respondents was 26.57 % ±5.20 %. The prediction model which got from the multivariate analysis was Khairani model prediction (MP Khairani = 0,991*BMI + 0,069*ST + 0,249*Age - 1,703). Based on validation test, Khairani model prediction has optimum validity if compared with other prediction models. BMI has optimum validity if compared with other antropometric measurements and prediction models. BMI can be considered as a measurement tool for identifying overnutritional status of school girls?s MTs and MA Yayasan Asih Putera because of it has optimum validity, easiness and quickness in operation, less cost, and noninvasive.

 

Read More
T-3729
Depok : FKM-UI, 2013
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Cendekia Sri Murwani; Pembimbing: Trini Sudiarti; Penguji: Ivonne M. Indrawani, Ratu Ayu Dewi Sartika, M.I. Tri Hadiah Herawati, Umi Fahmida
Abstrak:

Pola makan berenergi lebih dan kadar !emak tinggi seperti makananfastfood mengakibatkan gizi lebib dan timbu!nya obesitas. Gizi !ebih dan Obesitas rnerupakan faktor risiko rnuncu!nya penyakit degeneratif. Faktor resiko lain yang menyebabkan muncu!nya penyakit degeneratif antara lain kenaikan tekanan darah, rasio pinggang-panggul yang besar, kadar gula darah pua.a tinggi dan meningkatnya kadar kolesterol. Data total ko!estero!telah dilakukan di Indonesia, antara lain Surkesnas 2001 pada usia 25-64 tahun prevalensi kolesterol tinggi ( >200 mgldl) 6%, SKTR 2004 usia 25-64 tahun prevalensi kolesterol tinggi (200 - 249 mg/dl) 11,6 %, sedangkan survei di Depok pada usia 25-65 tahun 2003 prevalensi kolesterol tinggi sebesar 6,6%. Salah satu alternalif untuk mengamngi kadar kolesterol tinggi dan obesitas dengan melakukan diet vegetarian. Faktor yang paling dominan berhubungan dengan kadar kolesterol total adalah asupan lemak (p-value < 0,05; OR21,95 ; Cl 95%: 1,95-46,82), Faktor yang paling dominan berhubungan dengan kadar kolesterol HDL adalah asupan serat (p-va/ue < 0,05; OR = 6,86 ; CI 95% : 2,47 - 47,74}. Faktor yang paling dominan berhubungan dengan kadar kolesterol LDL adalah asupan serat (p-value < 0,05; OR = 8,20 ; CI95% : 2,33 -28,85), Sedangka.n faktor yang paling dominan berhubungan dengan kadar trigliserida adalah asupan serat (p-value < 0,05; OR= 7,80 ; CI 95%: 2,16- 29,43). Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan pengganaan sampel yang lebih besar dengan Iallcangan studi cohort, atau penelitian dengan menggunakan studi case-control maupun studi eksperimen untuk melihat pengaruh den faktor Iainnya yang berkaitan kadar lipid darah.


 

Eating pattern which tends to prefer food witb high energy and high fat content such as fust food can cause overweight and ohesity. Overweight and obesity consider as risk factors for degenerative disease. Other risk factors associated with degenerative disease are high blood pressure, waist-hip ratio, and high blood-glucose level at fasting period and hypercholesterolemia. Prevalence survey for high total cholesterol had besn done in Indonesia, including: Surkesnas 200I showed 6% prevalence of high cholesterol (> 200mgldl) of 25-64 year of ages. The SKTR 2005 soowod prevalence of high cholesterol level (200-249 mg!dl) at the same age group was 11.6% while in Depok was 6.6%. One of alternative ways to reduce the high cholesterol level and obesity are by practicing vegetarian diet This research aimed to analyses the factors associated with blood lipid profile (p-value < 0,05; OR 8,20 ; CI 95% : 2,33 - 28,85). Furthermore, the most dominant factor for triglycerides level was also fiber intake (p-value < 0,05; OR =7,80; CI95%: 2,16- 29,43). Futher studies with bigger amount of samples using cohort study design or research with case-control study or experimental study are needed in order to investigate other factors inflWlce the lipid profile of adult vegetarians.

Read More
T-2930
Depok : FKM-UI, 2008
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Rifa'I Ali; Promotor: Ratna Djuwita; Kopromotor: Umi Fahmida, Besral; Penguji: Hadi Pratomo, Mondastri Korib Sudaryo, Rini Sekartini, Dodik Briawan, Hera Nurlita
Abstrak:

Masalah stunting pada anak masih menjadi tantangan serius di Indonesia, termasuk di Kabupaten Pohuwato, Gorontalo. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh edukasi Panduan Gizi Seimbang Berbasis Pangan Lokal terhadap perubahan praktik pemberian makan, asupan gizi, status besi, dan status gizi anak baduta. Desain penelitian yang digunakan adalah mixed methods exploratory sequential design, diawali dengan riset formatif kualitatif untuk pengembangan media edukasi, kemudian dilanjutkan dengan kuasi eksperimen dengan pendekatan non-randomized pretest-posttest control group design. Intervensi edukasi dilakukan selama 12 bulan dengan pendekatan komunikasi perubahan perilaku sosial (SBCC) menggunakan modul PGS-PL yang disesuaikan dengan kondisi lokal melalui edukasi intensif, peer educator dan juga demo masak.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa edukasi PGS-PL berpengaruh signifikan terhadap peningkatan skor keragaman makanan (DDS) (OR = 1,89; p = 0,048) dan Konsumsi sumber pangan hewani (OR=1,55, p = 0,037), serta peningkatan asupan energi, protein, karbohidrat, lemak, vitamin A, asam folat, zat besi, dan seng (p < 0,05). Namun, tidak ditemukan pengaruh signifikan terhadap kadar serum ferritin dan serum transferrin receptor. Status gizi anak mengalami peningkatan signifikan pada indeks tinggi badan menurut umur (TB/U) sebesar 0,60 z-score (p = 0,007), tetapi tidak signifikan pada indeks berat badan menurut umur (BB/U), dan terdapat penurunan signifikan pada indeks berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) (p = 0,034).
Penelitian ini menegaskan bahwa edukasi gizi berbasis pgs-pl dengan pendekatan kombinasi edukasi intensif, peer educator dan demo masak dapat menjadi strategi efektif dalam meningkatkan praktik pemberian makan dan status gizi anak balita di wilayah dengan potensi pangan lokal.


Stunting in children remains a serious public health challenge in Indonesia, including in Pohuwato District, Gorontalo. This study aimed to analyze the effect of nutrition education based on the Local Food-Based Balanced Nutrition Guidelines (PGS-PL) on changes in feeding practices, nutrient intake, besi status, and nutritional status of children aged 6–14 months. The research employed a mixed methods exploratory sequential design, starting with formative qualitative research for the development of educational media, followed by a quasi-experimental study using a non-randomized pretest-posttest control group design. The education intervention was conducted over 12 months using a social and behavior change communication (SBCC) approach, incorporating the PGS-PL module adapted to local conditions through intensive education, peer educators, and cooking demonstrations.
The results showed that PGS-PL education had a significant effect on increasing Dietary Diversity Scores (DDS) (OR = 1.89; p = 0.048) and Egg and/or flesh food (EFF) (OR=1,55, p=0,037), as well as improving the intake of energy, protein, carbohydrates, fat, vitamin A, folic acid, besi, and seng (p < 0.05). However, no significant effect was found on serum ferritin and serum transferrin receptor levels. Children's nutritional status showed a significant improvement in the height-for-age index (HAZ) by 0.60 z-score (p = 0.007), but no significant change was observed in the weight-for-age index (WAZ), and there was a significant decrease in the weight-for-height index (WHZ) (p = 0.034).
This study confirms that nutrition education based on PGS-PL using a combination of intensive education, peer educators, and cooking demonstrations can be an effective strategy for improving feeding practices and the nutritional status of toddlers in areas with local food potential.

 

Read More
D-584
Depok : FKM-UI, 2025
S3 - Disertasi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Hermita Bus Umar; Promotor: Ratna Djuwita; Kopromotor: Diah Mulyawati Utari, Umi Fahmida; Penguji: Kusharisupeni, Purwantyastuti, Cesilia Meti Dwiriani, Dewi Permaesih, Agus Triwinarto
Abstrak:
Pola makan yang tidak sehat berhubungan dengan tingginya Dietary Inflammatory Index (DII) yang pada akhirnya memiliki hubungan timbal balik dengan profil lipid yang tidak normal seperti peningkatan LDL. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis DII pada diet Wanita Usia Subur (WUS) etnik Minangkabau dan hubungannya dengan kadar kolesterol LDL. Penelitian ini menggunakan disain potong lintang pada 143 orang WUS etnik Minagkabau, yang terbagi ke dalam dua kelompok berdasarkan kadar LDL, yaitu LDL tinggi (n=71) dan kadar kolesterol LDL normal (n=72). Pengumpulan data meliputi wawancara, pengukuran antropometri dan pemeriksaan kolesterol LDL. Penilaian konsumsi makanan untuk menghitung DII menggunakan metode Semi Quatitative Food Frequency Questionaire (SQ-FFQ) dan Food Recall. Analisis menggunakan uji t idependen, uj Chi square, Uji Anova dan Uji Regresi logistik ganda untuk melihat hubungan DII dengan kolesterol LDL dengan memperhatikan variabel kovariat. Hasil penelitian mendapatkan Skor DII secara keseluruhan sebesar 2,44±1,03, dengan nilai DII pada kelompok LDL tinggi sebesar 2,62±1,15 lebih tinggi dibanding kelompok LDL normal yaitu sebesar 2,27±0,86 (p<0,05). Subjek yang mempunyai DII tinggi (tertil 3) berisiko 2,69 kali mengalami kolesterol LDL tinggi dibanding subjek dengan DII rendah (tertil 1) setelah dikontrol dengan aktifitas fisik. Daging, ayam dan minyak mempunyai kontribusi yang lebih dominan terhadap kadar kolesterol LDL tinggi, sumber protein nabati (tahu dan tempe), sayuran dan bumbu mempunyai kontribusi yang lebih dominan terhadap kolesterol LDL normal. Ikan dan santan memberikan kontribusi pada kedua kelompok tergantung teknik pengolahan. Perlu adanya perubahan pola konsumsi dari jenis dan bahan makanan yang bersifat proinflamasi menjadi antiinflamasi, serta membatasi cara pengolahan makanan dengan cara digoreng dan mempertahankan tradisi penggunaan bumbu seperti bawang merah, bawang putih dan kunyit di dalam pengolahan makanan terutama yang menggunakan santan.
Read More
D-415
Depok : FKM-UI, 2020
S3 - Disertasi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive