Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Dyah Sobariyati; Pemb. Nuning Naria Kiptiyah, Tri Yunis Miko; Penguji: Fidiansyah, Mondastri Korib, Salimar Salim
T-2743
Depok : FKM UI, 2006
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Febliaji; Pembimbing: Jaslis Ilyas, Rina A. Anggorodi; Penguji: Rahmatsjah Said, Fidiansyah, Mieke Savitri
Abstrak:

Tindakan sebagian dari penanggung jawab pasien Rumah Sakit Jiwa Pekanbaru yang sudah sembuh untuk tetap membiarkan pasien tinggal dirumah sakit jiwa sangat tidak menguntungkan. Ini dapat mengurangi daya tampung rumah sakit dan kualitas pelayanan pada pasien. Untuk pasien yang sudah boleh pulang dapat dilakukan perawatan lanjutan di masyarakat untuk mengurangi "nosokomial gangguan jiwa". Sistem pemulangan pasien yang dilakukan rumah sakit jiwa pada umumnya sama dengan sistem pemulangan pasien di rumah sakit umum. Sistem pemulangan pasien di rumah sakit jiwa ini sangat efektif bagi keluarga yang peduli terhadap pasien, nainun tidak efektif bagi pasien yang tidak mempunyai keluarga seperti gelandangan psikotik yang diantar oleh Dinas Sosial dan bagi pasien yang keluarganya tidak peduli. Penulangan pasien merupakan suatu keharusan bagi pasien rawat limp lama yang sembuh, kalau tidak ingin pasien menumpuk di rumah sakit jiwa. Tujuan penulisan ini untuk mendapatkan pengembangan sistem pemulangan pasien rawat map lama yang sembuh di Rumah Sakit Jiwa Pekanbaru, sehingga tak membebani Rumah Sakit Jiwa Pekanbaru dan memenuhi harapan masyarukat. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif, tidak menguji teori tetapi merupakan penelitian terapan yang bersifat merman altematif pemulangan pasien yang sembuh. Informasi penelitian ini diperoleh dari pasien rawat map lama yang sembuh di Rumah Sakit Jiwa Pekanbaru melalui Diskusi Kelompok Terarah sedangkan informasi dari keluarga pasien, pejabat struktural Rumah Sakit Jiwa _Pekanbaru, Dinas Kesehatan, Dinas Sosial, DPRD Propinsi Riau diperoleh melalui Wawancara Mendalam. Dari basil Diskusi Kelompok Terarah didapatkan pada umumnya motivasi pasien terhadap pulang cukup kuat, motivasi beberapa pasien tidak begitu kuat karena merasa dihuaiig oleh keluarga. Pasien umumnya menolak untuk ditempatkan di Panti, namun ada juga pasien yang ingin mencoba dengan alasan teman. Keluarga pada urnumnya tidak tahu cara merawat pasien, bosan karena pasien sering kambuh. Rumah Sakit Jiwa Pekanbaru menginginkan pemulangan pasin rawat imp lama sembuh dilakukan oleh Rumah Sakit Jiwa Pekanbaru berikut dengan pengalokasian dananya. Dinas Sosial mengkategorikan pasien rawat inap lama sembuh tersebut sebagai orang terlantar dan dalam memulangkan pasien ke daerah asalnya tidak memberikan dana pendamping untuk pemulangan pasien. Dari Legislatif akan membantu dalam bentuk kebijakan dan anggaran khusus. Secara umum dapat ditarik kesiinpulan bahwa penyebab pasien rawat Map lama yaitu trauma masa lalu dengan pasien, jarak yang jauh ke rumah sakit jiwa Pekanbaru, ketidaktahuan keluarga dalam merawat pasien dirumah. Pasien dari Dinas Sosial disamping jarak yang jauh juga disebabkan karena tidak adanya tempat penyaluran pasien. Upaya-upaya yang dilakukan oleh Rumah Sakit Jiwa Pekanbaru untuk pemulangan pasien hanya bersifat jangka pendek. Pemulangan pasien lebih diutamakan pada keluarga, penampungan pada rumah singgah cacat mental dan penyaluran magang kerja pada industri barang/jasa. Rumah Sakit Jiwa Pekanbaru dapat inelakukan kerjasama dengan Dinas Sosial untuk penyaluran pasien kemasyarakat. DPRD dapat membantu pasien dengan membuat kebijakan dan anggaran khusus untuk pasien rawat inap lama yang sembuh.


Some of patient underwriter's action in Mental Hospital of Pekanbaru, which has recovered to keep letting patient stay in mental hospital, is not advantage. This can decrease hospital accommodation and patient service quality. For patient which have may go home can he done by a continue treatment in society to decrease "nosokomia' mental disorder". Discharging of patient system, which is done in mental hospital generally, is similar with discharging of patient system in public hospital. This discharging of patient system in public hospital is very effective for family who care of patient, but it is not effective for patient who does not have family like loiterer of psychotic who is sent by a social service and it is not effective for patient who his family does not care. Discharging of patient is a compulsion for long time care patient who recover, if not patient heap in mental hospital. This writing purpose to get a system development by discharging of long time care patient who recover in Mental Hospital of Pekanbaru, so it does not encumber in mental hospital and fulfill society expectation. This is a qualitative research, it does not use a theory test, but it is an operational research, which has a character of looking for alternative discharge of patient who recovers. This research informant is long time care patients who recover in Mental I-Iospital of Pekanbaru by focus group discussion, while information from patient family, structural functionary at Mental Hospital of Pekanbani, Local Health Department, Local Social Service Department, and DPRD Province of Riau in depth interview. From focus group discussion result is informed that most of patients have strong motivation for going home, and many patients have less motivation because they feel cast away by their family. Generally, patient of refuse to be placed in center of rehabilitation, but there are many patient who want to try it because of their friends. Generally, family does not know how to take-care of patient and boring because patient often recurrence. Mental Hospital of Pekanbaru wish for discharging of long time care patient who recover to be done by themselves following with his fund allocation. Local Social Service Department categorizes this patient as neglected and returns them into their area, but there is no fund for volunteer who deliver of them. Legislative will help in the form of policy and special budget. Generally can be pulled by a conclusion that the reasons of long time care patient are their traumatic in the past, long distance to Mental Hospital of Pekanbaru, less knowledge of family to take care of patient at home. Patient from Local Social Service Department, beside long distance and it is also caused by there no place for channeling of patients. The Efforts have been done by Mental Hospital of Pekabaru for discharging of patient only a short-range. Discharging of patient is especially for their family, relocation in center of rehabilitation and them channeling as freelance work at goods industry or service. Local Social Service Department helps actively in community. DPRD can assist patients by making policy and special budget for long time care patient who recover.

Read More
T-2251
Depok : FKM-UI, 2006
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Yuniar Sukmawati; Pembimbing: Bastaman Basuki; Penguji: Fidiansyah, Bambang Sutrisna, Joedo Prihartono, Sudirman
Abstrak:

LATAR BELAKANG: Di Indonesia faktor yang mempengaruhi terkendalinya gejala putus opiat belum diketahui. Dengan mengetahui faktor-faktor tersebut dapat dipakai untuk prognostik terkendalinya gejala putus opiat, oleh karena itu perlu dilakukan penelitian hal tersebut.METODE: Penelitian kohor historikal pasien ketergantungan opiat yang dirawat inap di RS Ketergantungan Obat 1 Januari 2000-31 Desmber 2001. Semua pasien wanita (60 orang) yang memenuhi kriteria inklusi diambil, dan pasien laki-laki diambil 130 secara sistematik dari 914 pasien laki-laki yang masuk kriteria inklusi. Analisis data dengan survival analysis menggunakan cox proportional hazard untuk mencari perhitungan pengendalian gejala putus opiat.HASIL: Waktu yang diperlukan untuk terkendalinya gejala putus opiat antara 3 - 16 hari dengan rata-rata 9 hari. Umur terbanyak 21-30 tahun dengan rata-rata 23 tahun. Umur termuda pertama kali menyalahgunakan opiat adalah 12 tahun, lama penyalahgunaan antara 6 bulan sampai 15 tahun, cara pakai sebagian besar (88,4%) menggunakan jarum suntik. Kebanyakan adalah pengangguran (54,2%). Faktor pemberian terapi tidak bermakna secara statistik dalam pengendalian gejala putus opiat. Gender laki-laki lebih mudah terkendali 1,71 kali dibanding gender perempuan (CI 95% 1,17; 2,49; p O,006).KESIMPULAN: Perempuan lebih susah dikendalikan gejala putus opiatnya, oleh karena itu memerlukan perhatian lebih banyak dibandingkan gender laki-laki.Gender and Risk That Can Handle Opiate Withdrawal Syndrome for Opiate Dependency


 

BACKGROUND: Factors can influence opiate withdrawal syndrome in Indonesia there is no detail data. With the most important factor, could be better to manage them especially when they are being hospitalized.METHODS: Cohort historical study about opiate dependence patients who are being hospitalized in Drug Dependence Hospital Jakarta from January 1st  2000 to December 31st 2001.  All the women include in criteria as a sample (60 patients), and 130 male patients as a sample with systematic sampling from 914 patients can include in criteria. Data analysis with the survival analysis, using cox proportional hazard to find number of controlled opiate withdrawal syndrome.RESULTS: The opiate withdrawal syndrome can be controlled in 3 - 16 days and 9 days in average. The range of age is 2151 to 30 years old and 23 years old in average. The youngest age using opiate is 12 years old. The length of abuse is between 6 month to 15 years, using needle is 88,4 %, mostly is jobless (54,2%). Treatment factor is not significant statistically. Men is easier to control, it's about 1,71 times than women (CI 95 % 1,71;2,49, p = 0,006)CONCLUSIONS: Women need more attention to get at the best results opiate withdrawal syndrome.

Read More
T-1377
Depok : FKM-UI, 2002
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Lastri Mei Winarni; Promotor: Rita Damayanti; Kopromotor: Sabarinah, Yati Afiyanti; Penguji: Ahmad Syafiq, Elizabeth Kristi Poerwandari, Jubaedah, Fidiansyah, Risatianti Kolopaking
Abstrak:
Kesejahteraan psikologis merupakan komponen penting untuk menunjang status kesehatan mental ibu hamil pada tingkat yang baik. Ibu hamil yang memiliki kesejahteraan psikologis yang baik akan memiliki sikap dan emosi positif. Hal ini akan mendorong peningkatan pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu mengenai perawatan kesehatan selama kehamilannya. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui efikasi penerapan intervensi psikoedukasi untuk meningkatkan kesejahteraan psikologis ibu hamil. Metode penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dan kuantitatif. Pada penelitian kualitatif menggunakan desain deskriptif, sedangkan pada penelitian kuantitatif menggunakan desain kuasi eksperimental. Penelitian ini menerapkan sebuah intervensi psikoedukasi yang dikembangkan dengan kerangka Behavior Centered Design (BCD). Penelitian ini dilaksanakan dalam lima tahapan, yaitu Asses, Build, Create, Deliver dan Evaluation. Lokasi penelitian ini adalah di Kota Tangerang, dengan melibatkan 23 Puskesmas. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh ibu hamil dengan usia kehamilan 0-34 minggu di Kota Tangerang, dengan sampel 196 responden yang dibagi menjadi dua kelompok, 96 responden masuk ke dalam kelompok intervensi dan 100 responden masuk ke dalam kelompok kontrol. Teknik pengambilan sampel menggunakan Clustered random sampling. Instrumen pengumpulan data menggunakan psychological wellbeing scale, prenatal distress scale dan dikembangkan untuk mengukur variabel kovariat. Analisis data yang akan dilakukan adalah univariat, uji T-Test berpasangan, Mann Whitney dan difference in difference untuk melihat perbedaan skor kesejahteraan psikologis dan efikasi intervensi. Hasil penelitian ini adalah terbentuklah intervensi psikoedukasi bernama Kelas Ibu Hamil Terintegrasi yang diaplikasikan dalam kelompok intervensi. Efek intervensi sebesar 3,184 dalam skor kesejahteraan psikologis lebih tinggi pada kelompok intervensi dibandingkan kelompok kontrol (p value 0,0001 < 0,05) dan R-square 60%. Terdapat peningkatan rata-rata pada variabel pengetahuan (mean: 1,91; R2 45%), sikap (mean: 6,29; R2 33%) dan perilaku ibu (mean: 1,39; R2 45%) mengenai perawatan kehamilan antara sebelum dan setelah intervensi psikoedukasi. Implikasi intervensi Kelas Ibu Hamil Terintegrasi ini memperkuat program edukasi Kelas Ibu Hamil yang telah ada dengan memperhatikan struktur kegiatan kelas yang baru, serta menambah kegiatan pembelajaran yang membuat kejutan, reevaluasi, dan peningkatan kinerja dengan permainan yang menyentuh emosi dan penugasan sederhana.

Psychological well-being is an important component to support the mental health status of pregnant women at a good level. Pregnant women who have good psychological well-being will have positive attitudes and emotions. This will encourage increased knowledge, attitudes and behavior of mothers regarding health care during pregnancy. The purpose of this study was to determine the efficacy of implementing psychoeducational interventions to improve the psychological well-being of pregnant women. This research method uses qualitative and quantitative research. The qualitative research used a descriptive design, while the quantitative research used a quasi-experimental design. This study applies a psychoeducational intervention developed within the Behavior Centered Design (BCD) framework. This research was carried out in five stages, namely Assess, Build, Create, Deliver and Evaluation. The location of this research is in the City of Tangerang, involving 23 Community Health Centers. The population in this study were all pregnant women with a gestational age of 0-34 weeks in Tangerang City, with a sample of 196 respondents who were divided into two groups, 96 respondents entered the intervention group and 100 respondents entered the control group. The sampling technique used Clustered random sampling. Data collection instruments used the psychological wellbeing scale, prenatal distress scale and were developed to measure covariate variables. The data analysis that will be carried out is univariate, paired T-test, Mann Whitney and difference in difference to see differences in scores of psychological well-being and intervention efficacy. The results of this study is the formation of a psychoeducational intervention called the Integrated Antenatal Class which was applied in the intervention group. The intervention effect of 3.184 in the psychological well-being score was higher in the intervention group than the control group (p value 0.0001 <0.05) and R-square 60%. There was an average increase in the variables of knowledge (mean: 1,91; R2 45%), attitudes (mean: 6,29; R2 33%) and behavior (mean: 1,39; R2 45%) of mothers regarding pregnancy care between before and after the psychoeducation intervention. The implications of this Integrated Maternity Class intervention strengthen the existing Maternity Class education program by taking into account the new class activity structure, as well as adding learning activities that surprise, re-evaluate, and improve performance with games that touch emotions and simple assignments.
Read More
D-489
Depok : FKM-UI, 2023
S3 - Disertasi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive