Ditemukan 19 dokumen yang sesuai dengan query :: Simpan CSV
ABSTRAK Stigma terhadap penderita kusta masih mempakan masalah utama di Indonesia, dimana hal ini secara program berdampak pada keterlambatan pendedta untuk diobati dan secara individu bcrdampak negatif pada kondisi fisik, mental, sosial, dan ekonominya. Namun sampai saat ini masih sangat sedikit penelitian yang menggali masalah stigma masyarakat terhadap penderita kusta. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi yang mendalam tentang pcngetahuan, persepsi, kepercayaan, sikap masyarakat terhadap pendenta kusta yang berhubungan dengan teljadinya stigma terhadap penderita kusta. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Simpenan Kabupaten Sukabumi dengan menggunakan metode kualitatiil dimana pengumpulan data dilakukan dengan telaah dokumen, Focus Group Discussion (FGD), dan wawancara rnendalam. lnforman kunci terdiri dari wasor kusta, juru kusta, tokoh masyarakat, penderita kusta, mantan penderita kusta, dan infonnan terdiri dari petugas kcschatan di puskesmas dan masyarakat non pcnderita kusta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa teljadinya stigma bcrhubungan dengan pengetahuan yang rendah temang cara penularan pcnyakit kusta, persepsi bahwa penyakit kusta adalah penyakit yang sangat menular dan dapat menyebabkan mutilasi bahkan kematian. Terjadinya stigma di Kecamatan Simpenan juga berhubungan dcngan sikap masyarakat yang takut tertular dan ketika melihat kecacatzm yang mengerikan yang ditimbulkan oleh penyakit kusta. Ditemukan juga bahwa penderita kusta yang cacat mendapatkan perlakuan negatif yang Iebih berat dibanding dengan penderita yang lidak cacat Selain itu ditemukan juga bahwa penderita kusta dcngan tingkat kecacatan yang sama namun bcrbeda status sosial ckonominya, akan mendapatkan perlakuan negatif yang berbeda pula. Dengan demikian disarankan untuk meningkatkan pengetahuan melalui KIE dcngan metode dan media yang diinginkan kepada seluruh lapisan masyarakat dan petugas kesehatan. Lcbih lanjut, penemuan dan pengobatan penderita secara dini oleh petugas kesehatan dan dibantu dengan peranserta tokoh masyarakat mennpakan hal yang esensial.
ABSTRACT Stigma related to leprosy is still a big problem in Indonesia, where regarding to leprosy control program it influences to patient delay for treatment and regarding to person affected it aH`eets negatively to his/her physical, mental, social and economic status. Particularly, studies that have explored stigma in community toward people aifected leprosy are rare. The purpose this study was to get deep information of knowledge, perception, belief, attitude of community toward people affected leprosy relating to occurrence of stigma. It is based on qualitative study conducted at Simpenan, in Sukabumi district where data collecting were obtained through document observation, Focus Group Discussion (FGD), and in-depth interview. Key informant of this study consists of district leprosy supervisor, leprosy health worker, community leader, people affected leprosy, ex-leprosy patient and others informant are health worker at hea.lth center and community (non people affected leprosy). This study shows that the occurrence of stigma are related to lack of knowledge about the course of infection of the disease, perception that leprosy is very contagious disease and might caused mutilation and death. The occurrence of stigma in Simpenan also related to community attitude who afraid of to be contracted and Scare t0 the appearance of terrible impainnent due to leprosy. Also found that people affected with disability get more negative treatment from community compare to people affected without disability. it is highlight further that even with similar grade of disability, social-economical differentiation makes significant difference on treatment by community. Therefore it suggests to improve knowledge of community and health workers through IEC which use appropriate media and method. One most important in preventing of disability is to find and treat patient timely by health worker with community leader participation.
Penelitian ini bertujuan mengetahui praktik memberi nasihat berhenti merokok dan faktor-faktor yang berhubungan dengan praktik tersebut. Survei cross sectional dilakukan pada Mei – Juni 2013 terhadap 65 dokter umum Puskesmas di Jakarta Pusat. Dilakukan pula exit-interview pada 212 pasien. Hasil penelitian menunjukkan 72,3% dokter sering atau selalu memberi nasihat berhenti merokok. Faktor yang berhubungan dengan praktik tersebut adalah lama berprofesi sebagai dokter, sikap dokter, dan jumlah pasien per hari. Untuk mengoptimalkan pelayanan berhenti merokok di Puskesmas, perlu dipertimbangkan kapasitas dokter yang melayani, keterlibatan dokter-dokter yang lebih muda, dan beriringan dengan upaya peningkatan sikap positif dokter terhadap kebijakan pengendalian rokok.
The objectives of this study are to explore general physician (GP)’s practice towards smoking cessation advice and its corresponding factors. Cross sectional survey was conducted to 65 GPs working at Public Health Centres (PHC) at Central Jakarta during May and June 2013. Information from 212 patients was also obtained through exit-interview. Most (72,3%) GPs often or always give advice to their smoker patients. Years of practice, attitudes, and amount of patients per day are those which correspond significantly with practice. To optimize smoking cessation service in PHC, we need to consider GPs capacity, engage younger GPs, and, concurrently, raise GPs positive attitude towards tobacco control policy.
