Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query :: Simpan CSV
Untuk Rumah Sakit, salah satu indikator penting kualitas layanan adalah net death rate (NDR). Salah satu unit pelayanan sentral pada rumah sakit sebagai penyedia layanan kesehatan adalah unit intensive care unit (ICU). Selama periode 2007-2009, tingkat kematian pasien di ICU RSUD Bekasi berada di atas standar pelayanan minimum (SPM) Departemen Kesehatan, dan belum pernah dilakukan penelitian terhadap kesenjangan tersebut.
As hospital owned by Government RSUP Fatmawati known as hospital to faction the middle segment downwards, but not thus for service products VIP has different target are middle—up onward. General purposes of this research are obtaining the strategy of marketing plan VIP inpatient space. This research has utilized the approach of quantitative and qualitative method, quantitative approach done by doing data collecting questionnaire to patients, responder and society outside of Hospital Fatmawati to obtain description subscribers accordance marketing strategy. VIP inpatient. space. Qualitative approach was done by conducting in-depth interview..to doctor’s specialisteat inpatient VIP, and the management of Fatmawati Hospital. From the SWOT,analysis, the position of the VIP ward at the second quadrant. On the marketing strategy adopted to maximize opportunities and minimize the weaknesses ofefforts. tovintroduce product and services is inadequate if only supported by tangible, such as new buildings, service facilities, a sufficient number of human resources and supported increased medical support, but also the intangible dimension, such as work culture, procedures and behavioral services inmarketing products.
Mutu pelayanan Rumah Sakit adalah identik dengan derajat kepuasan. Pelayanan Rumah Sakit dimulai dari sejak pasien masuk ke halaman Rumah Sakit sampai ke Iuar halaman. Sering pasien menganggap bahwa pelayanan Rumah Sakit kurang bermutu dan merasa tidak puas olch hal-hal kecil. Salah satu tantangan utama para Profcsional Pelayanan Medis, para manajcr dan administrator untuk eflisiensi penggunaan sumbcr-sumber daya yang terbatas, mcnycdiakan kualitas tinggi, tepat waktu, berdasarkan bukti, praktek terbaik. Perangkat Integrated Care Pathway menawarkan hal tersebut. Orang dan proscs yang sempurna membuat satu Iayanan kesehatan yang berkualitas. Bagaimana Integrated Care Pathway menginformasikan dengan memperkenalkan pengetahuan, peralatan dan kerangka konseptual. Pada penelitian diambil kasus Demam Berdarah Dengue karena dari data yang ada bahwa kasus Demam Berdarah Dengue adalah kasus yang paling terbanyak sampai dinyatakan olch Dinkes DKI sebagai Wabah sehingga setiap pasien yang didiagnosa Demam Berdaxah Dengue dan dirawat di kclas III di Rumah Sakit Umum Daerah maka biaya pengobatannya akan ditanggung olch Pemda DKI melalui Dinkes DKI. Tujuan Penelitian disini adalah untuk mengetahui tetjadinya Integrasi dengan implementasi Integrated Care Pathway pada kasus Demam Berdarah Dengue diruangan rawat inap kclas III di Rumah Sakit Umum Daerah Cengkareng. Subjek penelitian adalah pasien yang dirawat di kelas I II dengan diagnosa masuk dan diagnose pulang yang ditulis oleh Doktcr Spcsialis Anak atatt Dokter Spesialis Penyakti Dalam adalah Demam Berdarah Dengue ( DBD ). Karena pasien yang dirawat di kelas 3 dcngan diagnose Demam Berdarah Dengue dijamin oleh Pemda DKI2 Pcnelitian mcnggunakan metode kualitatif secara retrospektif dengan melihat status di bagian rekam medis yang ditulis oleh Dokter Spesialis Anak dan Dokter Spesialis Pcnyakit Dalam. Pasien dengan diagnose Demam Berdarah Dengue yang dirawat dikelas III yang diambil sebztgai penelitian adalah pasien yang dirawat dari bulan I Januari 2008 sampai 3| Oktober 2008. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi tingkat Koordinasi 98 %, Komunikasi 93 %, Kontinuity 54 %, Kolaborasi 93 %. Dengan data tersebut diatas maka dapat disimpulkan Implementasi Integrated Care Pathway pada kasus Demam Berdarah Dengue di RSUD Cengkareng pada dasarnya sudah beljalan cukup baik, hal ini dapat dibuktikan dengan beberapa hal seperti tindakan menjadi lebih terstandar, pelayanan menjadi Iebih standar sesuai dengan SOP dan tcrintegrasi, jenis:obat obatan dan jumlahnya yang digunakan menjadi tcrstandar, jenis pemeriksaan menjadi terstandar, Iama rawat dirumah sakit menjadi jelas, biaya yang dikeluarkan pasien menjadi Iebih murah. Saran pada penelitian ini masih perlu dicvaluasi mengenai format Integrated Care Pathway sendiri. Dcngan pcnelitian ini dapat diusulkan masih perlu revisi mengcnai format template Integrated Care Pathway, perlu adanya sosialisasi rutin kcpada setiap pegawai misalnya Dokter dan perawat karena sering terjadi pergantian atau pegawai baru seperti Dokter dan Perawat, dan hal terscbut membuat pelaksanaan Integrated Care Pathway tidak bisa benjalan dengan baik karena mercka bclum memahami pcnggunaan formulir terscbut. bila mungkin untuk kcdepannya template Integrated Care Pathway dapat melibatkan pasicn sehingga pasien _bisa mandiri, menambah pengetahuan pasicn dan mengetahui dengan benar tahapan penanganannya. Saran untuk Dinkes DKI, perlu dikembangkan pola pclayanan penanganan pasien Dcmam Berdarah Dengue yang dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah secara scrcmpak mengingat pasien yang ditangani dcngan kasus tcrsebul setiap hari jumlahnya banyak dan hampir dapat dikatakan tidak berhenti dari tahun kc tahun. Dengan data seperti itu maka perlu disikapi untuk pencegahan kasus pcnanggulangan Dcmam Berdarah Dengue dilingkungan dan untuk pasicn yang dirawat di Rumah Sakit dibuat kesepakatan bersama dcngan menggunakan Integrated Care Pathway sehingga biaya yang digunakan dapnt terkontroi dan pztsien yang dapat ditangani menjadi lebih banyak dan jiwa jiwa yang tcrsclamatkan menjadi lebih banyak lagi dan mudah diaudit. Saran untuk Asuransi, dengan menggunakan Integrated Care Pathway pada kasus ini dapat dibuktikan bahwa pelayanan yang dilakukan seperti pada kasus Dcmam Berdarah Dengue dapat etisiensi sehingga biaya yang digunakan dapat minimal dan asuransi dcngan mudahnya melihat dan melakukan konlrol. Sehingga tidak ada lagi kecurigaan over utilisasi atau Over treatment. Kedepanya dengan bertambahnya kasus yang ada scmoga dapat dibuatkan template ICP untuk kasus kasus yang lain sehingga kepercayaan Asuransi terhadap pelayanan Rumah Sakit dapat meninggakat. Saran untuk Pasicn, dengan adanya Integrated Care pathway maka pasien dari hari kc hari dapat belajar dan lebih kooperatif scrta mengerti terttang pcnanganan penyaldtnya. Diharapkan dengan pelaksanaan pelayanan menggunakan Integrated Care Pathway pasien bisa Iebih melibatkan diri dan memahami tentang reneana tindakan dan pengobatan yang akan dilakukan untuk dirinya sehingga kcluhan mengenai malpraktek dnpat diperkccil.
The quality of I-lospital service is same with satisfication degree. The hospital services are started from the patient came into yard of hospital until outside ofthe yard. Usually the patient estimated that the hospital?s services under grade and feel unsatislied by small things. One of the main challenger of Prol`I`essionaI Medical Services, managers and administrator for ellicient useful of limited resources, supply the high quality, on~time, based on evidence, best practice. Tool of Integrated Care Pathway provided those things. People and perfect process make one quality medical How the Integrated cate Pathway infonnea with introducing the knowledge, eqttipntent and conceptual design. On research, we took Dengue Hemoragic Fever case because it was the majority data until was declared by DKl?s Health District as epidemic, so that every patient which is diagnosed by Dengue l-lcmoragic Fever and treated at third class in Regional General Hospital so the Regional Govemment will be responsible for the cost through DKl?s Health District. The purpose of research here is knowing how has become the integration with Implementation of Integrated Care Pathway on Dengue Hcmoragic Fever case at III-rd class of treatment room at Ccngkarcng Regional General llospital. Subject of research is patient which is treated at ill-rd class with in diagnose and out diagnose written by Pediatrician or lnternist is Dengue Hemoragic Fever( DHI* ). Because the patient which is treated at III-rd class with Dengue Hemoragic Fever guaranteed by DKI's Regional Government. The research used Qualitative method retrospectively by looking at file in medical record, written by Pediatrician and lnternist. Patient with Dengue Ilemoragic Fever's Diagnose which is treated at 3? class, taken as research is patient were treated from January lst, 2008 until October 31, 2008. The research?s result indicates that there?s Coordination degree 98%, Communication 93 %, Continuity 54 %, Collaboration 93 %. With those data so the implementation of Integrated Care Pathway on Dengue Hemoragie Fever case at Cengkareng Regional General Hospital had already good enough, it can he proved by some things like action to be more standardization, services be more standard agree with SOP and integrated, kind of medicines and the total which is used become standardization, kind of investigation become standardization, length stay at hospital become clear, the cost must be paid by patient become cheaper. The suggestion on this research still need be evaluated about the format of Integrated Care Pathway itseI£. With this research could be sugecsted that it still need revition about the format template Integrated Care Pathway, it still need routine socialization to every employee such as Doctor and nurse because it often changes or new employee such as Doctor and nurse, and it could make the implementation of Integrated Care Pathway could not work good because they had not understood how to use the form, if possible for the future, the template of Integrated Care Pathway could involved patient so patient could be autonomous., add patient knowledge and know rightly the handling phase. Suggestion for DKI's Health District, it need to be expanded the pattem of handling service of Dengue Hemoragic Fever patient which is treated at Regional General Hospitaialtogether, considering the total of patient with that case every day more and more and almost can not stop from year to year. With that data so it need to be attention for prevention of Dengue Hemoragic Fever at the area and for patient which is treated at Hospital, made an agreement to go together used by Integrated Care Pathway so the using cost could be controlled and patient that could be take cane could be more and more savely spirit too and easy to be audited. Suggestion for Insurance, by using Integrated Care Pathway at this case could be proven that the service such as at Dengue Hemoragic Fever case could be efficient so the using cost could be minimal and insurance could be easier see and do the control. So there is not any suspicion over utilization or over treatment. With the additional of case ahead, hopefully it could be made the template of ICP for other cases so that the insurance realiable on l-Iospital`s Services could be increasing. Suggestion for the patient, with Integrated Care pathway so patient from day to day could leam and more cooperative and understand about the handling of the sickness. Hopefitlly with the implementation service using the integrated Care Pathway, the patient can be more participate and understand about the action planning and medical treatment which will be done to themselves until complaint about malpractice could be smaller.
ABSTRAK Masih tingginya Angka Kematian Ibu di Kabupaten Bintan dan rendahnya anggaran kesehatan masyarakat di daerah menyebabkan Puskesmas belum maksimal dalam menjalan fungsi strategisnya. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain studi kasus yang bertujuan untuk melihat efektifitas BOK dalam percepatan MDGs di Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau tahun 2011 dan Tahun 2012. Hasil penelitian diketahui bahwa Bantuan Operasional Kesehatan belum efektif dalam mendukung percepatan MDGs. Hal ini disebabkan karena pegawai masih berorientasi pada uang lumpsum, peruntukkan kegiatan lebih besar diluar program tujuan MDGs dan menurunnya anggaran kesehatan dari APBD setalah ada BOK. Saran: agar Dinas Kesehatan melakukan advokasi kepada legislatif dan executive untuk mempertahankan dan meningkatkan anggaran kesehatan, melaksanakan pengawasan dan evaluasi terhadap kinerja program yang dibiayai BOK dan meningkatkan pembinaan ke lapangan untuk memaksimalkan pencapaian MDGs 2015.
ABSTRACT The persistently high maternal mortality rate in the District of Bintan and low areas of public health budget led health centers have not been up in running the strategic function. The study was a qualitative research design with case studies that aim to see the effectiveness of the BOK in the acceleration of MDGs in Bintan regency in Riau Islands Province 2011 and Year 2012. Survey results revealed that the Operational Health Support not been effective in supporting the acceleration of the MDGs. This is because employees are oriented journey?s expences, greater activity outside the designated program goals MDGs and declining health budgets from existing budgets After BOK. Advice: Health Department to advocate for legislative and executive to maintain and improve the health budget, supervise and evaluate the performance of programs financed by BOK and improve guidance to the field to maximize the achievement of the MDGs by 2015.
