Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 19 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Bima Uramanda; Pembimbing: PNurhayati A Prihartono, Yovsyah; Penguji: Yoan Hotnida Naomi
Abstrak: Salah satu cara untuk mendeteksi secara dini adanya gangguan faal paru adalah dengan cara mengukur arus puncak ekspirasi (APE) menggunakan peak flow meter. Salah satu faktor resiko yang menyebabkan penurunan nilai APE adalah merokok. Merokok dapat menyebabkan terjadinya bronkokontriksi pada saluran pernapasan. Selain merokok, faktor lain yang berperan dalam menurunkan risiko terjadinya penurunan kapasitas fungsi paru adalah kurangnya aktivitas fisik. Oleh karena itu penelitian untuk melihat efek gabungan merokok dan aktifitas fisik terhadap penurunan nilai APE diperlukan untuk mengkonfirmasi besar asosiasi keduanya dengan mempertimbangkan faktorfaktor contributory (potential confounder) yang juga berhubungan terhadap penurunan nilai APE. Penelitian ini menggunakan disain cross-sectional. Sebanyak 8.823 responden pria 18- 74 tahun menjadi sampel pada penelitian ini. Data diperoleh dari Indonesian family life survey 5(IFLS) dan dianalisis menggunakan uji Cox regresi. Penurunan nilai arus puncak ekspirasi lebih besar pada orang yang tidak merokok dan aktifitas fisik kurang,yaitu sebesar 1,26 kali serta perokok yang memiliki aktivitas fisik kurang sebesar 1,20 kali dibanding orang yang tidak merokok dan memiliki aktivitas fisik cukup. Sedangkan pada orang yang merokok dan memiliki aktivitas fisik cukup beresiko 0,84 kali protektif dibandingkan dengan orang yang tidak merokok dan memiliki aktivitas fisik cukup dengan kata lain aktivitas fisik lebih berperan dibanding kebiasaan merokok. Pada orang yang memiliki kebiasaan merokok sebaiknya juga melakukan aktifitas fisik secara rutin agar resiko untuk terjadinya penurunan nilai arus puncak ekspirasi menjadi lebih kecil
Read More
T-5582
Depok : FKM-UI, 2019
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Tantry Fatimah Syam; Pembimbing: Toha Muhaimin, Indang Trihandini; Penguji: Rustika, Yoan Hotnida Naomi
Abstrak:

Penyakit Ginjal Kronik merupakan salah satu penyakit tidak menular yang prevalensinya terus meningkat dari tahun ke tahun. Penurunan fungsi ginjal menjadi penyakit ginjal kronik tahap akhir mengakibatkan pasien harus menjalani terapi penganti ginjal semur hidup. Terapi yang paling banyak digunakan saat ini adalah hemodialisis. Meskipun alat hemodialisis telah banyak dan canggih, namun ketahanan hidup pasien PGK masih rendah. Salah satu penyebab rendahnya ketahanan hidup pasien PGK yang menjalani hemodialisis adalah komorbiditas atau penyakit penyerta. Komorbiditas yang saat ini paling umum pada pasien PGK yang menjalani hemodialisis adalah diabetes mellitus. Desain penelitian ini menggunakan desain kohort restrospektif. Probabilitas ketahanan hidup 3 bulan, 6 bulan, 9 bulan dan 1 tahun pasien PGK yang menjalani hemodialisis dengan komorbiditas diabetes mellitus lebih rendah dibandingkan pasien dengan komorbiditas bukan diabetes mellitus. Probabilitas ketahanan hidup 3 bulan, 6 bulan, 9 bulan, 1 tahun dan pasien PGK yang menjalani hemodialisis dengan komorbiditas diabetes mellitus adalah dalah 69%, 55% 34%, dan 34% sedangkan komorbiditas bukan diabetes mellitus adalah 76%, 61%, 53% dan 51%. Secara bivariat, pasien PGK yang menjalani hemodialisis dengan komorbiditas diabetes mellitus memiliki risiko untuk meninggal 1.75 kali lebih cepat dibandingkan dengan pasien komorbiditas bukan diabetes mellitus. Sementara itu dari analisis multivariat didapatkan variabel konfonder yang mempengaruhi rendahnya ketahanan hidup pasien PGK yang menjalani hemodialisis pada pasien dengan komorbiditas diabetes mellitus adalah akses vaskular.


 

Chronic kidney disease (CKD) is one of the no-communicable diseases which increase every years. The decline of kidney function will progress to End Stage Renal Disease (ESRD). The ESRD patients has to undurgo dialysis therapy during their lives. the most dialysis therapy is hemodialysis. Although the machine of hemodialysis are quiet a a lot and sophisticate, the survival of CKD patients is still low. One of the causes of low survival PGK patient on maintenance hemodialysis is the comorbid or present disease. Nowadays the most common comorbid for CKD patient with hemodialysis is diabetes mellitus. Research design is using Kohort Retrospective. The probability of survival of 3 months,6 months, 9 months and 1 year CKD patients on maintenance hemodialysis with comorbid diabetes mellitus is lower than patients without comorbidities of diabetes mellitus. The probability ofsurvival of 3 months, 6 months, 9 months, 1 year and CKD patients on maintenance with comorbid diabetes mellitus are 69%, 55% 34%, and 34% while one not comorbid diabetes mellitus are 76%, 61%, 53 % and 51%. In bivariate analysis,CKD patients on maintenance hemodialis with comorbid diabetes mellitus have a risk of dying 1.75 times faster than patients without comorbiddiabetes mellitus. Meanwhile obtained from multivariate analysis confonder variables that affect the low survival of CKD patients on maintenance in patients with comorbid diabetes mellitus is a vascular access.

Read More
T-3866
Depok : FKM UI, 2013
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Natalia Kurniawati; Pembimbing: NurhayatA Prihartono; Penguji: Yovsyah, Yoan Hotnida Naomi,
S-8763
Depok : FKM-UI, 2015
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Masitah Sari Dewi; Pembimbing: Ratna Djuwita, Putri Bungsu; Penguji: Helda Khusnun, Yoan Hotnida Naomi
Abstrak: Diabetes melitus merupakan penyakit tidak menular yang cendrung mengalamipeningkatan. Data IDF Atlas 2015 menyebutkan, Prevalensi DM di Indonesiamenduduki urutan ke 7 didunia. Di Indonesia data Riskesdas menunjukkan peningkatanprevalensi diabetes melitus dari 5,7% (2007) meningkat menjadi 6,9% (2013). Obesitassentral adalah prediktor yang kuat untuk terjadinya diabetes melitus tipe 2.Prevalensi obesitas sentral berdasarkan data Riskesdas 2007 sebesar 18,8% meningkatmenjadi 26,6% (Riskesdas, 2013) Tujuan penelitian untuk mengetahui hubunganobesitas sentral terhadap diabetes melitus tipe 2 pada penduduk usia ≥ 18 tahun diwilayah peluncuran GERMAS tahun 2016. Desain penelitian studi cross sectional,Analisis menggunakan uji Regresi Logistic. Hasil analisis diperoleh proporsi diabetesmelitus tipe 2 sebesar 6,1 % dan obesitas sentral sebesar 68,9%. Selain itu hasilmultivariat menunjukkan hubungan obesitas sentral dengan diabetes melitus tipe 2didapatkan nilai POR 3,296 (95% CI 2,344-4,636) artinya penduduk dengan obesitassentral memiliki peluang sebesar 3,296 kali (95% CI 2,344-4,636) mengalami diabetesmelitus tipe 2 dibandingkan dengan penduduk yang tidak obesitas sentral setelahdikendalikan oleh aktifitas fisik dan hipertensi. Kesimpulan dan saran agar masyarakatrutin tiap bulan melakukan pemeriksaan kesehatan di POSBINDU PTM, untukmelakukan deteksi dini obesitas sentral dan pemeriksaan kadar glukosa darah gunamenjaring kasus diabetes melitus tipe 2 sedini mungkin.Kata kunci:Diabetes melitus Tipe 2, Obesitas sentral, GERMAS
Diabetes mellitus is a non-communicable disease that tends to increase. IDFAtlas 2015 data says, DM prevalence in Indonesia ranked 7th in the world. In Indonesia,Riskesdas data showed an increased prevalence of diabetes mellitus from 5.7% (2007)increased to 6.9% (2013). Central obesity is a strong predictor for the occurrence of type2 diabetes mellitus. The prevalence of central obesity based on Riskesdas 2007 data of18.8% increased to 26.6% (Riskesdas, 2013) The objective of the study was toinvestigate the relationship of central obesity to type 2 diabetes mellitus in thepopulation age ≥ 18 years in GERMAS launching area in 2016. Study design cross-sectional study, Analysis using logistic regression test. The analysis results obtainedproportion of type 2 diabetes mellitus by 6.1% and central obesity of 68.9%. In addition,multivariate results showed that the association of central obesity with diabetes mellitustype 2 was found to be POR 3,296 (95% CI 2,344-4,636) meaning that people withcentral obesity had a chance of 3,296 times (95% CI 2,344-4,636) had diabetes mellitustype 2 compared with non-obese residents after being controlled by physical activityand hipertension. Conclusions and suggestions for routine public health checks inPOSBINDU PTM, to perform early detection of central obesity and blood glucoseexamination to capture cases of type 2 diabetes mellitus as early as possible.Keywords:Diabetes mellitus Type 2, central obesity, GERMAS.
Read More
T-5465
Depok : FKM-UI, 2018
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Uswatun Hasanah; Pembimbing: Syahrizal Syarif; Penguji; Renti Mahkota, Yoan Hotnida Naomi
T-4522
Depok : FKM-UI, 2015
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Sekar Agustin; Pembimbing: Krisnawati Bantas; Penguji: Dwi Gayatri, Julianty Pradono, Yoan Hotnida Naomi
Abstrak: Hipertensi adalah tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg. Menurut penelitian NHANES tahun 1999-2008, faktor risiko yang paling signifikan dari hipertensi pada wanita adalah obesitas. Provinsi Jawa Timur memiliki prevalensi hipertensi (26,2%) dan obesitas (28,06%) yang lebih tinggi dibandingkan prevalensi nasional (25% dan 26,23%) tahun 2013. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi hubungan obesitas dengan hipertensi pada wanita usia 18 tahun ke atas di Provinsi Jawa Timur dikontrol variabel umur, pendidikan, status ekonomi sosial, aktivitas fisik, konsumsi rokok, dan stres. Analisis ini menggunakan data Riskesdas 2013 dengan desain studi cross sectional yang dilaksanakan bulan Maret hingga Juni 2015. Data dianalisis secara univariat, bivariat, dan multivariat dengan regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan prevalensi hipertensi pada wanita usia 18 tahun ke atas di Provinsi Jawa Timur tahun 2013 adalah 33,7% dan prevalensi obesitas adalah 33,6%. Terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara obesitas dan hipertensi (OR 3,67; 95%CI: 2,79-4,83) setelah dikontrol umur, tingkat pendidikan, status ekonomi sosial, aktivitas fisik, konsumsi rokok, dan stres. Terdapat interaksi positif antara umur dengan obesitas dalam kaitannya dengan hipertensi. Pada perbandingan antar strata umur, umur bersama dengan obesitas meningkatkan risiko terjadinya hipertensi, meningkat secara linier pada usia yang makin tua. Dalam strata umur yang sama, risiko obesitas menyebabkan hipertensi makin kecil secara linier pada usia yang makin tua. Kemenkes dan Dinkes diharapkan memperluas program posbindu ke lingkungan masyarakat dengan kerja sama antara Puskesmas dan RT setempat. Wanita disarankan untuk menjaga berat badan tetap normal dan melakukan aktivitas yang cukup.
Kata kunci: Obesitas, hipertensi, wanita, umur, Riskesdas 2013, Provinsi Jawa Timur
Read More
T-4488
Depok : FKM UI, 2015
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Rea Ariyanti; Pembimbing: Besral, Sutanto Priyo Hastono; Penguji: Martya Rahmaniati, Yoan Hotnida Naomi, Ns. Erwin
Abstrak: Penyakit Jantung Koroner merupakan salah satu penyakit kardiovaskuler yang menjadisorotan utama. Di Indonesia, PJK merupakan penyebab kematian utama dari seluruhkematian, dengan angka mencapai 26,4%, dimana angka ini empat kali lebih besar jikadibandingkan angka kematian yang diakibatkan oleh kanker. Penelitian ini bertujuanuntuk mengetahui hubungan dislipidemia dengan kejadian Penyakit jantung koroner diRumah Sakit Pusat Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita. Desain penelitianadalah case control. Sampel berjumlah 164 responden, terdiri dari 82 kelompok kasusdan 82 kelompok kontrol. Analisis data menggunakan analisis regresi logistik. Padakelompok PJK, persentase responden dengan dislipidemia sebesar 50% sedangkan padakelompok yang tidak menderita PJK, persentase responden dengan dislipidemia sebesar17,1%. Hubungan dislipidemia dengan kejadian Penyakit Jantung Koroner berbedamenurut status hipertensi. Setelah dikontrol usia, pada responden yang hipertensi,dislipidemia memiliki peluang 19,8 kali lebih tinggi untuk terjadi PJK dibandingkanresponden yang tidak dislipidemia, sedangkan pada responden yang tidak hipertensi,dislipidemia memiliki peluang 2,5 kali lebih tinggi untuk terjadi PJK dibandingkanresponden yang tidak dislipidemia. Direkomendasikan kepada masyarakat untukmelakukan cek kesehatan secara berkala dan mengubah gaya hidup dengan melakukandiet makanan sehat guna mengontrol profil lipid dan tekanan darah.
Kata kunci:Dislipidemia, Hipertensi, Penyakit Jantung Koroner
Coronary heart disease (CHD) is one of the major cardiovascular disease in thespotlight. CHD is the leading cause of death from all deaths, reaching 26,4%, where thisfigure is four times greater when compared with deaths caused by cancer. This studyaims to determine the relationship of dyslipidemia and coronary heart disease in theNational Cardiovascular Center Harapan Kita. Research design is case controll. Thesample amounted to 164 respondents, consisting of 82 case groups and 82 controlgroups. Data analysis using logistic regression analysis. The finding shows, in patientswith CHD, the percentage of respondents with dyslipidemia is 50%, while non-CHD is17,1%. The relationship of dyslipidemia with coronary heart disease differs according tohypertension status. After controlled by age, in hypertension respondents, dyslipidemiawere 19,8 times more likely to have CHD than resondents who had not dyslipidemia.While in non- hypertensive respondents, dyslipidemia were 2,5 times more likely tohave CHD than resondents who had not dyslipidemia. It is recommended to the publicto carry out regular medical checkup, and changing lifestyles by consuming healthyfoods to control lipid profiles and blood pressure.
Keywords: Coronary Heart Disease, Dyslipidemia, Hypertension.
Read More
T-5460
Depok : FKM UI, 2018
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Kemal Al Fajar; Pembimbing: Krisnawati Bantas; Sudarto Ronoatmodjo; Penguji: Naomi, Yoan Hotnida; Fenny Rosnisa Rosalina
T-5155
Depok : FKM-UI, 2018
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Asma Ul Husna; Pembimbing: Krisnawati Bantas; Penguji: Yovsyah; Masdalina Pane, Yoan Hotnida Naomi
Abstrak:

ABSTRAK Nama : Asma Ul Husna Program Studi : Magister Epidemiologi Judul : Hubungan StatusTempat Tinggal Dengan Prehipertensi (Analisis Data Indonesian Family Life Survey 5 Tahun 2014) Pembimbing : Dr. dr. Krisnawati Bantas, M.Kes Latar Belakang : Prehipertensi adalah istilah yang dipilih untuk mengelompokkan seseorang dengan risiko tinggi untuk terkena hipertensi. Orang dengan prehipertensi akan mengalami resiko terjadinya peningkatan tekanan darah menjadi hipertensi, dimana orang yang tekanan darahnya berkisar antara 130–139/80-89 mmHg memiliki 2x risiko menjadi hipertensi dan mengalami penyakit cardiovascular daripada orang yang tekanan darahnya lebih rendah. Saat ini belum diketahuinya angka prevalensi prehipertensi di Indonesia dan bagaimana hubungan status tempat tinggal dengan prehipertensi di Indonesia. Tujuan : Untuk mengetahui prevalensi prehipertensi di Indonesia Tahun 2014 dan untuk mengetahui hubungan status tempat tinggal dengan prehipertensi di Indonesia Tahun 2014. Metode : Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan jumlah sampel 22.012 orang. Data penelitian ini merupakan data sekunder yang didapatkan dari Indonesian Family Life Surveys (IFLS) 5 tahun 2014. Analisis data dilakukan dengan regresi logistik. Hasil : Prevalens kejadian prehipertensi di Indonesia pada tahun 2014 didapatkan sebesar 48,6%. Berdasarkan analisis Multivariat menunjukkan hasil bahwa ada perbedaan yang signifikan untuk terjadinya prehipertensi dengan nilai p < 0,05. Besar asosiasi berdasarkan nilai POR adalah sebesar 1,39 dengan 95% (CI 1,32 – 1,48). Ditemukan adanya interaksi antara variabel umur, status gizi dan kesulitan tidur dengan status tempat tinggal terhadap terjadinya prehipertensi. Kata kunci : Status Tempat Tinggal, Prehipertensi, IFLS 5 Tahun 2014


ABSTRACT Name : Asma Ul Husna Study Program : Magister of Epidemiology Title : Relationship Status of Residence with Prehypertension (Data Analysis Indonesian Family Life Survey 5 Year 2014) Counsellor : Dr. dr. Krisnawati Bantas, M.Kes Background: Prehypertension is a term chosen to group people at high risk for hypertension. People with prehypertension will have an increased risk of blood pressure to hypertension, where people whose blood pressure ranges from 130-139 / 80-89 mmHg have 2x the risk of becoming hypertensive and having cardiovascular disease than people with lower blood pressure. Currently, the prevalence of prehypertension in Indonesia is not known and how the relationship of residence status with prehypertension in Indonesia. Objective: To know prevalence of prehypertension in Indonesia Year 2014 and to know relation of residence status with prehypertension in Indonesia Year 2014. Method: This research use cross sectional design with sample number 22,012 people. This research data is secondary data obtained from Indonesian Family Life Surveys (IFLS) 5 year 2014. Data analysis is done by logistic regression. Results: Prevalence of prehypertension occurrence in Indonesia in 2014 was 48,6%. Multivariate analysis showed that there was significant difference for prehypertension with p <0,05. Associations based on POR values are 1.39 with 95% (CI 1,32 – 1,48). There was an interaction between age variables, nutritional status and difficulty sleeping with residence status against prehypertension occurrence. Keywords: Status of Residence, Prehypertension, IFLS 5 Year 2014

Read More
T-5157
Depok : FKM-UI, 2018
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Elsi Novnariza; Pembimbing: Besral, Martya Rahmaniati Makful; Penguji: Sutanto Priyo Hastono, Sudikno, Yoan Hotnida Naomi
T-5373
Depok : FKM-UI, 2018
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive