Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Linda Susanti; Pembimbing: Kusdinar Achmad; Penguji: Besral, Wachyu Sulistiadi, Dede Sri Mulyana, Verdhany Puspitasari
Abstrak: Kuesioner yang sahih merupakan persyaratan untuk menghasilkan data pengukuran yang akurat. Kuesioner yang terdiri dari beberapa pertanyaan yang relevan dengan keadaan yang diukur didapatkan data pengukuran yang valid dan sesuai sasaran. Data yang berasal dari hasil pengukuran digunakan sebagai alat evaluasi untuk melakukanperbaikan dalam menentukan keputusan sesuai dengan masalah yang spesifik dan prioritas. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan validitas pada dua kuesioner kepuasan pasien terhadap pelayanan di instalasi hemodialisis Rumah Sakit Haji Jakarta. Pengukuran kepuasan pasien di instalasi hemodialisis dengan menggunakan Instrumen Evaluasi Persepsi Pasien/Keluarga Terhadap Mutu Asuhan Keperawatan Hemodialisa dan kuesioner kepuasan pasien terhadap pelayanan di instalasi hemodialisis Rumah Sakit Haji Jakarta dengan model servqual. Penelitian menggunakan desain cross sectional dengan analisis data kuantitatif yang meliputi analisis univariat untuk mendapatkan gambaran tingkat kepuasan pasien berdasarkan dua kuesioner kepuasan pasien terhadap pelayanan di instalasi hemodialisis Rumah Sakit Haji Jakarta, dan analisis bivariat untuk mengukur validitas Instrumen Evaluasi Persepsi Pasien/Keluarga Terhadap Mutu Asuhan Keperawatan Hemodialisa yang dibandingkan dengan kuesioner kepuasan pasien terhadap pelayanan di instalasi hemodialisis Rumah Sakit Haji model servqual. Hasil dan pembahasan penelitian menunjukkan bahwa pada uji validitas sewaktu dan prediktif Instrumen Evaluasi Persepsi Pasien/Keluarga Terhadap Mutu Asuhan Keperawatan Hemodialisa menunjukkan nilai sensitivitas 81,3 %, spesifisitas 35,7%, NPP 59,1% dan NPN 62,5%. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa Instrumen Evaluasi Persepsi Pasien/Keluarga Terhadap Mutu Asuhan Keperawatan Hemodialisa kurang valid dalam mengukur kepuasan pasien setelah dibandingkan dengan instrumen kepuasan pasien terhadap pelayanan di instalasi hemodialisis model servqual. Kata kunci: Validitas, kuesioner, kepuasan pasien, hemodialisis, servqual A valid questionnaire is a requirement to produce accurate measurement data. Questionnaires consisting of several questions relevant to the measured condition obtained valid measurement data and targeted. The data derived from the measurement results are used as an evaluation tool to make improvements in determining decisions according to specific problems and priorities. This study aims to compare the validity of two patient satisfaction questionnaires to services at hemodialysis installation of Haji Jakarta Hospital. Measuring patient satisfaction at hemodialysis installation by using Patient / Family Perception Evaluation Instrument on Hemodialisa Nursing Care Quality and patient satisfaction questionnaire on service at hemodialysis installation of Haji Hospital Jakarta with servqual model. The study used cross sectional design with quantitative data analysis which included univariate analysis to get description of patient satisfaction level based on two patient satisfaction questionnaires to service at hemodialysis installation of Haji Jakarta Hospital, and bivariate analysis to measure validity of Patient / Family Perception Evaluation Instrument on Nursing Care Quality Hemodialysis compared with patient satisfaction questionnaire to service in hemodialysis installation Haji Hospital servqual model. The results and discussion of the research indicate that in the validity test at the time and predictive of Patient / Family Perception Evaluation Instrument on Hemodialisa Nursing Quality showed 81,3% sensitivity value, 35,7% specificity, 59,1% NPP and NPN 62,5%. The results of this study indicate that Patient / Family Perception Evaluation Instrument on Hemodialysis Nursing Quality is less valid in measuring patient satisfaction after compared with patient satisfaction instrument to service in servqual hemodialysis model installation. Keywords: Validity, questionnaires, patient satisfaction, hemodialysis, servqual
Read More
T-5106
Depok : FKM-UI, 2018
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Puspa Indah Budiono; Pembimbing: Dumilah Ayuningtyas; Penguji: Anhari Achadi, Puput Oktamianty, Yeti Resnayati, Verdhany Puspitasari
Abstrak: ABSTRAK Kualifikasi minimum pendidikan bagi tenaga kesehatan adalah Diploma III berdasarkan Undang-undang Nomor 36 tahun 2014, namun Badan Kepegawaian Negara (2015) menyatakan bahwa masih terdapat 38.944 orang perawat yang belum memiliki kualifikasi pendidikan Diploma III. Kementerian Kesehatan berkomitmen untuk meningkatkan pendidikan tenaga kesehatan melalui Program Percepatan Pendidikan Tenaga Kesehatan melalui Mekanisme RPL. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan melakukan analisis implementasi Program di Poltekkes Jakarta III mulai dari input, proses hingga output. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar peserta didik program RPL di Poltekkes Kemenkes Jakarta III telah berusia di atas 50 tahun, dan berasal dari Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta; hanya sebagian kecil peserta didik yang mendapatkan bantuan biaya pendidikan dari institusi tempatnya bekerja; proses asesmen mengalami kendala teknis dalam kuantifikasi hasil asesmen. Masukan untuk Poltekkes Kemenkes Jakarta III berdasarkan hasil penelitian ini adalah sosialisasi kepada calon peserta terkait program RPL yang dilakukan melalui website; membentuk kelompok belajar untuk meningkatkan motivasi belajar para peserta didik yang sebagian besar usianya sudah lebih tua; menggunakan tutor sebaya dengan memberdayakan peserta didik yang memiliki kemampuan atau pengalaman dalam mengatasi gap atau kesenjangan pengetahuan dan pengalaman berdasarkan pekerjaan sehari-hari. Masukan bagi Kementerian Kesehatan adalah membuat pedoman kuantifikasi yang dapat dijadikan acuan oleh PT penyelenggara dalam melakukan asesmen dan kuantifikasi. Kata kunci: Pendidikan, Perawat, Rekognisi Pembelajaran Lampau Based on Indonesia Health Workforce Act, the minimum qualification of education for health workforce is Diploma III. However, data of State Personnel Agency (2015) shows that there are still 38,944 nurses in Indonesia who do not yet have a Diploma III education qualification. As a commitment of the government in improving the education of health workforce, Ministry of Health launched Education Acceleration Program through the Recognition of Prior Learning (RPL) as mentioned in Permenkes No. 41 of 2016. This study analyzes the implementation of the Program in Health Polytechnic Jakarta III starting from input, process to output. This research is a qualitative research design using Rapid Assessment Procedure (RAP). The results showed that most of the students were over 50 years old, and came from the DKI Jakarta Provincial Health Office; only a small proportion of learners receive educational tuition from the institution where they work; the assessment process has technical constraints in the quantification of assessment results. Input for Health Polytechnic Jakarta III is socialization to prospective participants related to RPL conducted through the website; forming learning groups to improve the learning motivation of learners who are mostly older; using peer tutors by empowering learners who have the ability or experience in overcoming knowledge gaps and experience based on daily work. Input for the Ministry of Health is to make quantification guidelines that can be used as a reference by educational institution in conducting assessment and quantification. Key words: Education, Nurse, Recognition of Prior Learning
Read More
T-5250
Depok : FKM-UI, 2018
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Yopita Ratnasari; Pembimbing: Adang Bachtiar; Penguji: Ascobat Gani, Ede Surya Darmawan, Verdhany Puspitasari, Jusuf Kristanto
Abstrak:
Penelitian menempati peran strategis dalam rangka memajukan peradaban suatu bangsa. Kinerja penelitian menjadi salah satu indikator bagi pembangunan bidang kesehatan. Salah satu ukuran kinerja riset nasional adalah Skor SINTA. Berdasarkan Skor SINTA, kinerja dosen Poltekkes Kemenkes masih rendah jika dibandingkan dengan perguruan tinggi lainnya. Pada tahun 2021, Kepala Badan Pengembangan dan Pemberdayaan SDM Kesehatan menetapkan kebijakan berupa SK Nomor HK.02.03/I/6190/2021 tentang Pedoman Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Poltekkes Kemenkes, yang menetapkan kegiatan penelitian dalam 2 kategori dan 7 skema serta dikelola melalui Sistem Informasi Pengelolaan Penelitian. Kebijakan tersebut telah diimplementasikan sejak tahun 2021. Penelitian ini bertujuan untuk memahami hubungan implementasi kebijakan dengan kinerja penelitian dosen Poltekkes Kemenkes. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain non eksperimental melalui pendekatan crossectional. Teknik pengumpulan data melalui survei dengan instrumen kuesioner, kemudian diperkuat dengan wawancara mendalam dan telaah dokumen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi kebijakan berhubungan signifikan dengan kinerja penelitian (pvalue <0,05). Variabel Struktur organisasi dan karakteristik organisasi pelaksana tidak berhubungan dengan kinerja penelitian dosen (p-value =0,086); variabel hubungan antar organisasi, variabel sumber daya, serta variabel lingkungan sosial, ekonomi, dan politik berhubungan secara signifikan dengan kinerja penelitian dosen (p-value<0,05). Sementara itu, variabel disposisi atau sikap para pelaksana merupakan variabel yang paling dominan berhubungan dengan kinerja penelitian dosen Poltekkes Kemenkes (AOR 1,443; 95%CI: 1,25 – 1,67). Sekalipun berdasarkan hasil penelitian kuantitatif ada variabel yang tidak berhubungan signifikan, namun berdasarkan konfirmasi melalui wawancara mendalam dan telaah dokumen seluruh variabel implementasi kebijakan berhubungan dengan kinerja penelitian. Kurangnya kemampuan dosen dalam manajemen waktu dan menghasilkan penelitian, rendahnya komitmen untuk melakukan pemutakhiran data Sinta, serta anggaran penelitian yang relatif kecil, berisiko menyebabkan kinerja penelitian menjadi rendah. Oleh karena itu, Ditjen Nakes diharapkan dapat meningkatkan anggaran penelitian; memfasilitasi upaya Poltekkes menjadi BLU; serta menyusun roadmap pelatihan dan pembangunan jejaring penelitian. Poltekkes proaktif melengkapi kebijakan turunan dan melaksanakan pendampingan. Dosen diharapkan juga dapat berkomitmen menempatkan kegiatan penelitian sebagai prioritas utama; mengikuti kegiatan sosialisasi dan peningkatan kapasitas dengan sebaik-baiknya; meningkatkan kapasitas secara mandiri melalui multi-metode dan multimedia, serta kegiatan diskusi dengan sesama peneliti; meningkatkan kualitas penelitian dan publikasinya dan proaktif untuk mencari sumber pendanaan lain di luar BOPTN.

Currently, research performance is one of the indicators for development progress, including development in the health sector. One measure of national research performance is the SINTA Score. Based on the SINTA score, the performance of Health Polytechnic of the Ministry of Health Lecturers is still low when compared to other tertiary institutions. For this reason, in 2021, the Head of the Board for Development and Empowerment of Human Resources for Health set a policy in the form of Decree Number HK.02.03/I/6190/2021 concerning Guidelines for Research and Community Service at the Ministry of Health's Polytechnic. This policy has been implemented since 2021. This study aims to analyze the relationship between policy implementation and the research performance of the Ministry of Health Polytechnic lecturers. This research is a quantitative study with a non-experimental design through a cross-sectional approach. Data collection techniques through surveys with questionnaire instruments, then strengthened by in-depth interviews and document review. The results showed that policy implementation had a significant relationship with research performance (p-value <0.05). Variable organizational structure and characteristics of implementing organizations are not related to lecturer research performance (p-value = 0.086); inter-organizational relationship variables, resource variables, and social, economic, and political environmental variables, are significantly related to lecturer research performance (p-value <0.05). Meanwhile, the variable disposition or attitude of the executors is the most dominant variable related to the research performance of lecturers at the Ministry of Health Polytechnic (AOR 1.443; 95% CI: 1.25 – 1.67). Even though based on the results of quantitative research there are variables that are not significantly related, but based on confirmation through in-depth interviews and review of documents all variables of policy implementation are related to research performance. The lack of lecturers' ability to manage time and produce research, the low commitment to updating Sinta's data, and the relatively small research budget, have the risk of causing low research performance. Therefore, the Directorate General of Health is expected to increase the research budget; encourage Poltekkes to become BLU; as well as preparing a training roadmap and building a research network. Poltekkes proactively complements derivative policies and provides assistance. Lecturers are also expected to be able to commit to placing research activities as a top priority; participate in socialization capacity-building activities as well as possible; increase capacity independently through multi-methods and multimedia, as well as discussion activities with fellow researchers; improve the quality of research and publications and be proactive in seeking other sources of funding outside of BOPTN
Read More
T-6671
Depok : FKM-UI, 2023
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive