Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Nurleka Yulastri; Pembimbing: Soedarto Ronoatmodjo; Penguji: Helda, Rini Sekartini, Farjrinayanti
Abstrak: Perkembangan anak pada periode emas sangatlah penting karena menentukankualitas individu terutama pada 1 tahun pertama. Berdasarkan data WHO lebihdari 200 juta anak di negara berkembang berisiko perkembangan terhambat.DiBeiji diketahui prevalensi perkembangan terhambat sebesar 9,7 %. ASI eksklusifmerupakan faktor yang berkaitan dengan perkembangan anak. Di Musi Banyuasinprevalensi ASI eksklusif baru mencapai 56,83%. Penelitian ini bertujuan untukmenganalisis hubungan riwayat pemberian ASI eksklusif dengan perkembangansuspek terhambat pada anak usia 12 bulan. Di samping itu dilakukan metodekualitatif kepada 11 informan yang bertujuan menggali pemahaman ibu secaramendalam mengenai hubungan ASI eksklusif dan perkembangan anak. Penelitianini dilakukan dengan desain cross sectional. Responden terdiri dari 320 anak usia12 bulan yang berasal dari 19 Puskesmas di Kabupaten Musi Banyuasin.Diperoleh hasil hubungan antara riwayat pemberian ASI eksklusif danperkembangan dengan PR adjusted 1,932 (95% CI: 0,719-5,186). Selain itudiketahui mayoritas ibu telah paham bahwa ASI eksklusif berhubungan denganperkembangan anak, namun tradisi pemberian makan dari nenek sebagai faktorutama dalam pencapaian ASI eksklusif.
Kata kunci:ASI Eksklusif, Perkembangan, Suspek Terhambat, Anak Usia 12 bulan
The children development in golden period is very important because determinequality of individu especially in the first year. Based on WHO data, more than 200millions children in developing countries had developmental delay risk. In Beiji,the prevalence of developmental delay 9,7%. Exclusive breastfeeding as a factorof developmental delay. In Musi Banyuasin regency, the prevalence of exclusivebreastfeeding is 56,3%. This study purposes is to analyze the relationship betweenhistory of exclusive breastfeeding and suspected delayed development among 12months infants. Besides, we had done qualitative methode among 11 informans tomining the deeply knowing of mom about relationship of exclusive breasfeedingto infant development. This study used cross sectional design involved 320sample (infants) at 19 Puskesmas in Musi Banyuasin Regency. The result showedthat the relationship between exclusive breastfeeding and developmental delayamong infants was PR adjusted 1,932 (95% CI: 0,719-5,186). Furthermore, studyfound that mostly moms had known that exclusive breastfeeding related to infantdevelopment, but feeding tradition from grand mothers were play as a role factorin practicing exclusive breastfeeding among mothers.
Keywords:Exclusive Breastfeeding, Development, Suspected Delayed, 12 Months Infants
Read More
T-4475
Depok : FKM UI, 2015
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Hardya Gustada Hikmahrachim; Pembimbing: Sudarto Ronoatmodjo; Penguji: Helda, Rinawati Rohsiswatmo, Rini Sekartini
Abstrak:
Tesis ini membahas dampak komorbiditas neonatal berat terhadap gangguan pertumbuhan ekstrauterin pada bayi prematur. Seiring dengan semakin membaiknya layanan bayi prematur dan kesintasan semakin meningkat, perhatian kini beralih menjadi bagaimana mengoptimalkan pertumbuhan bayi prematur. Penelitian ini menggunakan desain kohort retrospektif dengan subjek bayi prematur yang lahir di RSUPN Cipto Mangunkusumo tahun 2018-2020 dan bertahan hidup hingga pulang rawat. Kriteria eksklusi adalah bayi yang menderita kelainan kongenital berat dan bayi prematur pulang atas permintaan sendiri. Komorbiditas neonatal berat adalah komorbiditas terkait prematuritas yang mengancam kehidupan bayi prematur, diantaranya adalah penyakit membrane hialin, duktus arteriosus persisten, displasia bronkopulmonal, enterokolitis nekrotikans, sepsis neonatorum, dan perdarahan intraventrikel. Bayi diikuti sejak lahir hingga pulang perawatan, kemudian dinilai status pertumbuhannya. Gangguan pertumbuhan ekstrauterin didefinisikan dengan selisih berat badan pulang dan berat badan lahir lebih dari -0.80 menggunakan z-score pada kurva pertumbuhan bayi prematur Fenton. Kovariat yang dikendalikan pada penelitian ini adalah usia gestasi, jenis kelamin, status pertumbuhan janin, riwayat resusitasi bayi baru lahir, penggunaan ventilator berkepanjangan, dan pemberian steroid pascanatal. Dari 275 subjek penelitian, ditemukan 93 bayi prematur yang memiliki komorbiditas neonatal berat (33,82%) dan 82 bayi prematur yang mengalami gangguan pertumbuhan ekstrauterin (29,83%). Komorbiditas neonatal berat meningkatkan risiko gangguan pertumbuhan ekstrauterin dengan risiko relatif 1,61 (IK95% 1,05-2,46) setelah dikendalikan kovariat. Disimpulkan bahwa komorbiditas neonatal berat merupakan faktor risiko independen gangguan pertumbuhan ekstrauterin pada bayi prematur sehingga perlu menjadi perhatian bagi para klinisi dan ahli gizi untuk memberikan asupan nutrisi yang optimal dan pencegahan komorbiditas neonatal berat tersebut.

As neonatal care is improving and survival rate is better, clinicans are now focus on optimizing postnatal growth. This retrospective study involved preterm infant in RSUPN Cipto Mangunkusumo from 2018-2020 which are inborn and survive at discharge. Exclusion criteria are infants with congenital anomalies and discharged at request. Severe neonatal morbidites are hyaline membrane disease, persistent ductus arteriosus, bronchopulmonary dysplasia, necrotizing enterocolitis, proven neonatal sepsis, and intraventricular hemorrhage. Extrauterine growth restriction is defined as the difference between discharge weight and birth weight more than -0.8 z-score based on Fenton Preterm Growth Chart. Controlled covariates are gestational age, sex, intrauterine growth status, history of resuscitation, prolonged use of invasive ventilation, and postnatal steroid. From 275 subjects, 93 of them had severe neonatal morbidities (33.82%) and 82 had extrauterine growth restriction (29.83%). Severe neonatal morbidities increase risk of extrauterine growth restriction by 1.61 (95%CI 1.05-2.46) after being controlled by covariates. In conclusion, severe neonatal morbidities is an independent risk factor of extrauterine growth restriction among preterm infants.

Read More
T-5930
Depok : FKM-UI, 2020
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Hera Agustina; Pembimbing: Haryoto Kusnoputranto; Penguji: Laila Fitria, Dewi Susanna, Yasni Rufaidah, Rini Sekartini
T-2720
Depok : FKM UI, 2007
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Yuni Kusmiyati; Promotor: Sudarto Ronoatmodjo; Ko-Promotor: Mei Neni Sitaresmi, Sekartini, Asri C. Adisasmita, / Penguji : Sudijanto Kamso, Nuning MK. Masjkuri, Mondastri Korib Sudaryo, Rini Sekartini,
D-327
Depok : FKM-UI, 2016
S3 - Disertasi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Elly, Nur/ Promotor: Djuwita, Ratna/ Kopromotor: Purwantyastuti; Rimbawan/ Penguji: Laksminingsih, Endang; Rini Sekartini, Besral, Mira Dewi, Noer Laily
D-396
Depok : FKM-UI, 2019
S3 - Disertasi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Rifa'I Ali; Promotor: Ratna Djuwita; Kopromotor: Umi Fahmida, Besral; Penguji: Hadi Pratomo, Mondastri Korib Sudaryo, Rini Sekartini, Dodik Briawan, Hera Nurlita
Abstrak:

Masalah stunting pada anak masih menjadi tantangan serius di Indonesia, termasuk di Kabupaten Pohuwato, Gorontalo. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh edukasi Panduan Gizi Seimbang Berbasis Pangan Lokal terhadap perubahan praktik pemberian makan, asupan gizi, status besi, dan status gizi anak baduta. Desain penelitian yang digunakan adalah mixed methods exploratory sequential design, diawali dengan riset formatif kualitatif untuk pengembangan media edukasi, kemudian dilanjutkan dengan kuasi eksperimen dengan pendekatan non-randomized pretest-posttest control group design. Intervensi edukasi dilakukan selama 12 bulan dengan pendekatan komunikasi perubahan perilaku sosial (SBCC) menggunakan modul PGS-PL yang disesuaikan dengan kondisi lokal melalui edukasi intensif, peer educator dan juga demo masak.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa edukasi PGS-PL berpengaruh signifikan terhadap peningkatan skor keragaman makanan (DDS) (OR = 1,89; p = 0,048) dan Konsumsi sumber pangan hewani (OR=1,55, p = 0,037), serta peningkatan asupan energi, protein, karbohidrat, lemak, vitamin A, asam folat, zat besi, dan seng (p < 0,05). Namun, tidak ditemukan pengaruh signifikan terhadap kadar serum ferritin dan serum transferrin receptor. Status gizi anak mengalami peningkatan signifikan pada indeks tinggi badan menurut umur (TB/U) sebesar 0,60 z-score (p = 0,007), tetapi tidak signifikan pada indeks berat badan menurut umur (BB/U), dan terdapat penurunan signifikan pada indeks berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) (p = 0,034).
Penelitian ini menegaskan bahwa edukasi gizi berbasis pgs-pl dengan pendekatan kombinasi edukasi intensif, peer educator dan demo masak dapat menjadi strategi efektif dalam meningkatkan praktik pemberian makan dan status gizi anak balita di wilayah dengan potensi pangan lokal.


Stunting in children remains a serious public health challenge in Indonesia, including in Pohuwato District, Gorontalo. This study aimed to analyze the effect of nutrition education based on the Local Food-Based Balanced Nutrition Guidelines (PGS-PL) on changes in feeding practices, nutrient intake, besi status, and nutritional status of children aged 6–14 months. The research employed a mixed methods exploratory sequential design, starting with formative qualitative research for the development of educational media, followed by a quasi-experimental study using a non-randomized pretest-posttest control group design. The education intervention was conducted over 12 months using a social and behavior change communication (SBCC) approach, incorporating the PGS-PL module adapted to local conditions through intensive education, peer educators, and cooking demonstrations.
The results showed that PGS-PL education had a significant effect on increasing Dietary Diversity Scores (DDS) (OR = 1.89; p = 0.048) and Egg and/or flesh food (EFF) (OR=1,55, p=0,037), as well as improving the intake of energy, protein, carbohydrates, fat, vitamin A, folic acid, besi, and seng (p < 0.05). However, no significant effect was found on serum ferritin and serum transferrin receptor levels. Children's nutritional status showed a significant improvement in the height-for-age index (HAZ) by 0.60 z-score (p = 0.007), but no significant change was observed in the weight-for-age index (WAZ), and there was a significant decrease in the weight-for-height index (WHZ) (p = 0.034).
This study confirms that nutrition education based on PGS-PL using a combination of intensive education, peer educators, and cooking demonstrations can be an effective strategy for improving feeding practices and the nutritional status of toddlers in areas with local food potential.

 

Read More
D-584
Depok : FKM-UI, 2025
S3 - Disertasi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Sudiyati; Promotor: Adisasmita, Asri C.; Kopromotor: Pratomo, Hadi; Sekartini, Rini; Penguji: Damayanti, RIta; Ronoatmodjo, Sudarto; Besral; P:radono, Julainty; Marsum; Nurjasmi, Emi
Abstrak:
Pemantauan perkembangan anak sangat penting untuk optimalisasi perkembangan anak. Buku KIA sebagai salah satu instrumen yang digunakan untuk pemantauan perkembangan anak, angka kepemilikan dan pemanfaatannya masih kurang. Untuk meningkatkan pemanfaatan dan pemahaman buku KIA diperlukan suatu instrumen penunjang yang sederhana, mudah dan akurat yang bisa digunakan oleh orang tua atau keluarga untuk menilai perkembangan anak sebagai upaya deteksi dini keterlambatan perkembangan anak. Tujuan penelitian ini adalah mengembangan instrumen penilaian perkembangan anak dari Ceklis perkembangan Buku KIA dengan cara adaptasi dan modifikasi yang hasilnya bisa digunakan sebagai alat deteksi dini keterlambatan perkembangan anak usia 3-72 bulan pada tingkat keluarga. Desain penelitiannya adalah pengembangan instrumen (research and development) dengan mixed methods. Penelitian dilakukan dalam dua tahap yaitu penelitian pendahuluan yang merupakan pengembangan instrumen, dan penelitian lanjutan dengan menggunakan instrumen yang sudah dikembangkan untuk pengambilan data. Proses pengumpulan data dilakukan secara online melalui link google form yang dikirimkan ke responden lewat media sosial Whatsapp. Analisis yang dilakukan dengan melakukan uji kesepakatan Kappa antar instrumen. Hasil penelitian ini adalah terciptanya instrumen Modifikasi KIA Gambar dengan keterbacaan baik yang digunakan sebagai alat deteksi dini perkembangan anak. Proporsi perkembangan anak yang tidak sesuai sebesar 19% dengan Ceklis Buku KIA, 18,3% dengan instrumen Modifikasi KIA Gambar dan 16,6% dengan KPSP. Hasil uji kappa menunjukkan kesepakatan instrumen Modifikasi KIA Gambar dan Ceklis Buku KIA sebesar 0,703 (baik), dengan KPSP nilai kappa 0,365 (kurang), ceklis Buku KIA dengan KPSP 0,284 (kurang). Dibandingkan Ceklis Buku KIA, Modifikasi KIA Gambar meningkatkan kemampuan ibu akan penilaian perkembangan anak ditandai dengan peningkatan nilai kesepakatan kappa dengan KPSP(0,365). Peningkatan nilai kappa terutama terjadi pada perkembangan motorik kasar. Kegiatan pengembangan instrumen perlu didukung pemangku kebijakan dan masyarakat untuk meningkatkan program cakupan pemantauan dan deteksi dini perkembangan anak.

Monitoring child development is crucial for optimizing development. The KIA Book is a tool for monitoring child development, but its ownership and utilization rates are still lacking. To increase utilization and understanding therefore a simple, easy, and accurate tool is needed that parents or families can use as a child development assessment tool for early detection of developmental delays. The purpose of this study was to develop a child development assessment instrument by adapting and modifying the KIA Book development Checklist for early detection of developmental delays at 3-72 months at family level. The study employed a mixed methods research design focused on instrument development (research and development). The research was conducted in two stages: preliminary research, which involved instrument development, and further research, which involved data collection using the developed instruments. Data collection was carried out online through a Google Form link sent to respondents via WhatsApp. The analysis included conducting the Kappa agreement test between instruments. The study resulted in a Modified KIA instrument that uses pictures for child development assessment. The instrument has good readability. The proportion of inappropriate child development was 19% when compared to the KIA book checklist, 18.3% when compared to the KIA Picture Modification instrument, and 16.6% when compared to KPSP. The Kappa test results indicate a good kappa value of 0,703 when comparing picture with the KIA Book checklist, a less favorable kappa value of 0,365 when compared with KPSP, and 0,284 when KIA Book Cheklist with KPSP. Agreement between KIA Picture Modification to KPSP (Kappa= 0,365) was higher than that between between KIA Book Checklist to KPSP (Kappa=0,284), indicating that modifying with pictures improved the ability of mothers to assess their children development. The improvement, however, was seen mostly on the gross motor development Should support the use of KIA modified (wth picture) instrument that has been developed.
 
 
Read More
D-500
Depok : FKM-UI, 2024
S3 - Disertasi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Esti Sri Ananingsih; Promotor: Ratna Djuwita; Kopromotor: Endang Laksminingsih Achadi, Hardiono Pusponegoro; Penguji: Budi Utomo, Rini Sekartini, Anies Irawati, Besral, Yekti Widodo
Abstrak:
Ukuran lingkar kepala digunakan sebagai indikator antropometri non-invasif dan murah untuk menilai status gizi dan perkembangan otak dan gambaran pertumbuhan otak yang kemudian hari dapat menentukan perkembangan fungsi kognitif. Penelitian, mengkaji hubungan antara ukuran lingkar kepala anak usia 0 ? 12 bulan dengan perkembangan kognitif anak usia 24 bulan di 5 Kelurahan di Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor. Penelitian ini dilakukan dengan desain longitudinal, menggunakan data riset Kohor Tumbuh Kembang Anak di Kota Bogor yang dimiliki oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Sampel penelitian diambil dari seluruh bayi baru lahir yang memiliki data ukuran lingkar kepala 0 bulan, 6 bulan, dan 12 bulan serta memiliki data perkembangan kognitif saat usia 24 bulan. Jumlah sampel yang dilakukan analisis berjumlah 271. Ukuran lingkar kepala anak menggunakan data ukuran lingkar kepala usia 0 bulan, 6 bulan, 12 bulan dan pertambahan ukuran lingkar kepala anak usia 0 ? 6 bulan dan anak usia 6 ? 12 bulan. Perkembangan kognitif dijelaskan dengan data skor kognitif anak usia 24 bulan. Analisis yang digunakan adalah uji t tidak berpasangan dan uji regresi linier untuk menganalisis hubungan antara ukuran lingkar kepala anak usia 0 ? 6 bulan dan usia 6 ? 12 bulan dengan perkembangan kognitif anak usia 24 bulan. Pertambahan ukuran lingkar kepala merupakan refleksi dari pertumbuhan otak anak dan berhubungan dengan perkembangan kognitif anak usia 24 bulan. Ada hubungan positif antara pertambahan ukuran lingkar kepala usia 0 ? 6 bulan dengan perkembangan kognitif anak usia 24 bulan. Anak yang memiliki rata-rata pertambahan ukuran lingkar kepala usia 0 ? 6 bulan sebesar 7,5 cm dan mendapatkan ASI Ekslusif 6 bulan kemungkinan skor kognitif anak pada usia 24 bulan sebesar 91,82 poin, termasuk cukup berkembang kognitifnya dibandingkan anak-anak lain seusianya. Hasil studi menyarankan, pengukuran lingkar kepala menjadi perhatian dalam proses pengukuran antropometri dan interpretasi yang bermanfaat untuk pemantauan perkembangan anak.

Head circumference (HC) measurement is performed as a non-invasive and inexpensive anthropometric indicator to assess nutritional status and brain development. It is also utilized as an overview of brain growth which can later determine a cognitive function development. This study examines the association between HC at 0-12 months of age and cognitive development at 24 months in 5 subdistricts in Bogor Tengah district, Bogor city. This research was a longitudinal study using data from the Bogor cohort study on child growth and development held by National Health Research and Development. The sample size was 271 recruited from all newborns who had HC at 0 months, 6 months, and 12 months and had cognitive development at 24 months. The HC measurement was collected from data of HC at the age of 0 months, 6 months, and 12 months and the children?s HC increments aged 0-6 months and 6-12 months. Meanwhile, cognitive development was reported based on children?s cognitive scores aged 24 months. The analysis used was an unpaired t-test and linear regression test to analyze the association between HC of children aged 0-6 months and 6-12 months and cognitive development of children aged 24 months. This study showed that the HC increment was a reflection of children?s brain growth and was associated with cognitive development at 24 months of age. There was a positive association between the increase of HC at 0-6 months and the children?s cognitive development aged 24 months. Children having an average HC increment of 0-6 months of 7.5 cm and experience exclusive breastfeeding for 6 months may have a cognitive score of 91.82 points at 24 months and can be categorized as having adequate cognitive development compared to other children at their age. It is recommended that HC measurement can be a concern in the process of anthropometric measurements and a useful interpretation for monitoring child growth and development.
Read More
D-467
Depok : FKM-UI, 2022
S3 - Disertasi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Andy Martahan Andreas; Promotor: Ratna Djuwita; Kopromotor: Angela B.M. Tulaar, Helda; Penguji: Rini Sekartini, Sri Hartati R. Suradijono, Tjhin Wiguna, Yusuf Kristianto, Ratna Darjanti Haryadi, Martira Maddeppungeng
Abstrak: Penelitian terapi pijat bagi anak dengan GSA yang dilakukan dalam kurun waktu 10 15 tahun lebih banyak ditujukan terhadap anak yang telah didiagnosis gangguan spektrum autisme dengan rerata usia anak berada di antara 3 6 tahun. Di Indonesia penelitian tentang terapi pijat pada anak dengan risiko gangguan spektrum autisme belum banyak dilakukan dan dipublikasikan di jurnal ilmiah. Prevalensi penderita gangguan spektrum autisme di beberapa belahan dunia cenderung meningkat, seperti di Negara Amerika Serikat, Cina dan negara berkembang seperti di Indonesia. Di Indonesia sendiri data dan informasi yang akurat dan lengkap dari penderita gangguan spektrum autisme (GSA) masih kurang, sehingga dikuatirkan banyak anak dengan gejala risiko gangguan spektrum autisme tidak mendapatkan penanganan secara dini. Penelitian ini bertujuan mengembangkan modul terapi pijat pada anak risiko gangguan spektrum autisme, mengetahui dan menganalisis modifikasi skor M-CHAT dan mengetahui hasil penerapan TPGSA dalam menurunkan skor M Chat dan status risiko gangguan spektrum autisme pada anak Usia 18 36 bulan. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian Desktiptif dengan pendekatan Studi Kasus. Populasi penelitian adalah anak usia 18 36 bulan yang telah mengikuti skrining/pemeriksaan M CHAT di PKM Pasar Minggu, PKM Cipayung dan PKM Kebon Jeruk. sebanyak 1685 orang dengan angka kejadian anak risiko autisme sebanyak 14 orang (0,8%) dari bulan Mei tahun 2019 sampai dengan Maret 2020. Sampel penelitian sebanyak 10 orang yang memenuhi kriteria inklusi. Jumlah anak yang diskrining dalam rangka modifikasi Skor M CHAT adalah 904 anak yang dianalisis dengan Receiver Operating Characteristic (ROC) untuk memperoleh nilai Cut off Point dan Sensitivitas. Hasil analisis dengan menggunakan ROC, diperoleh cut off point ≤ 24 dengan sensitivitas 87 % dengan Confidance Interval (CI) 95% dengan ROC area under the curve 0.912. Hasil penelitian dari penerapan terapi pijat diperoleh gambaran terdapat penurunan skor M-Chat dan perubahan status risiko gangguan spektrum autsime yang dimulai pada periode III hari ke 21 30 dan periode IV hari ke 31 40 pemberian terapi pijat. Kesimpulan penelitian ini adalah hasil analisis ROC pada modifikasi skor M CHAT dapat digunakan untuk melakukan skrining dan menilai status risiko GSA, penerapan TPGSA dapat menurunkan skor risiko anak GSA dan dapat merubah anak risiko GSA dari risiko tingi menjadi risiko autisme dan normal
Read More
D-459
Depok : FKM-UI, 2022
S3 - Disertasi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive