Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 135 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Ibnu Chattab; Pembimbing: Yovsyah; Penguji: Mondastri Korib Sudaryo, Bahnan
S-4080
Depok : FKM UI, 2005
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Devi Kartika; Pembimbing: Yovsyah; Penguji: Mondastri Korib Sudaryo, Rahmadewi
Abstrak: Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di Indonesia masih menjadi masalah penting karena merupakan salah satu penyebab tingginya angka kematian bayi. Salah satu faktor penyebab BBLR adalah usia ibu. Penelitian ini bertujuan untuk melihat ada tidaknya hubungan usia ibu dengan berat badan lahir rendah setelah di kontrol dengan faktor pendidikan ibu, konsumsi tablet tambah darah, usia gestasi, komplikasi kehamilan, perilaku merokok, paritas, usia kandungan saat K1, frekuensi antenatal care dan keinginan memiliki anak. Desain studi penelitian ini yaitu cross-sectional dengan analisis multivariat regresi logistik ganda. Data yang digunakan dalam penelitian adalah data Riskesdas 2018 dengan jumlah sampel 30.299 wanita usia subur 15-35 tahun yang sudah pernah melahirkan. Hasil analisis menunjukkan bahwa usia ibu, pendidikan ibu, konsumsi tablet tambah darah, usia gestasi, komplikasi kehamilan, perilaku merokok dan frekuensi antenatal care berhubungan dengan kejadian BBLR. Namun tidak terdapat hubungan antara usia kandungan saat K1 dan keinginan memiliki anak dengan BBLR. Ibu usia remaja memiliki peluang 1,564 kali lebih tinggi melahirkan bayi BBLR dibandingkan dengan ibu usia bukan remaja. Salah satu upaya pemerintah dalam optimalisasi preventif dan promotif dapat dilakukan dengan pendekatan kepada remaja dan WUS terkait kehidupan berkeluarga dan kesehatan reproduksi melalui melalui media sosial. Kata kunci : Berat badan lahir rendah; Usia Ibu; Remaja; Indonesia; Riskesdas 2018 Low birth weight (LBW) in Indonesia is still becomes a serious problem because it is one of the causes of high infant mortality. One of the factors causing LBW is maternal age. Therefore, this study aims to find the relationship between maternal age with low birth weight after being controlled by maternal education factors, consumption of iron tablets, gestational age, pregnancy complications, smoking behavior, parity, gestational age at K1, frequency of antenatal care and desire to have children. The design of this study is cross-sectional study with multivariate logistic regression analysis. The data used in this study are Indonesia Basic Health Research 2018 with the sample of 30,299 childbearing woman age 15-35 years old who had given birth. The analysis shows that maternal age, maternal education, consumption of iron tablets, gestational age, pregnancy complications, smoking behavior and frequency of antenatal care are related to LBW events. However, there is no relationship between the gestational age at K1 and the desire to have children with LBW. Young mothers have a 1.564 times higher chance of giving birth to LBW babies compared to non-young mothers. Preventive and promotive actions can be done by doing family life and reproductive health related approaches targeted to adolescents and women of childbearing age through social media. Key words : Low birth weight; Mother's age; Teenagers; Indonesia; Riskesdas 2018
Read More
S-10408
Depok : FKM UI, 2020
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Dina Fikriyah; Pembimbing: Yovsyah; Penguji: Mondastri Korib Sudaryo, Rahmadewi
Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran faktorfaktor yang berhubungan dengan kejadian diare pada balita di Provinsi Jawa Barat tahun 2017. Penelitian ini menggunakan desain studi Cross Sectional. Data yang digunakan adalah data sekunder yang berasal dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017. Sampel yang digunakan adalah balita berusia 0-59 bulan di Provinsi Jawa Barat yang terdata di SDKI 2017, dan yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi adalah sebanyak 1.554 balita. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi kejadian diare pada balita di Provinsi Jawa Barat tahun 2017 adalah sebesar 15,6% (242 balita). Hasil uji bivariat menunjukkan faktor yang berhubungan dengan kejadian diare adalah balita usia ≤ 1 tahun (OR 1,62; 95% CI 1,23-2,13; p=0,001), sarana sanitasi (OR 1,52; 95% CI 1,14-2,03; p=0,005), dan sumber air minum (OR 1,34; 95% CI 1,01-1,79; p=0,047). Salah satu cara untuk mencegah terjadinya diare pada balita adalah dengan menjaga kebersihan lingkungan serta menerapkan pola hidup bersih dan sehat.
Read More
S-10771
Depok : FKM UI, 2021
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Ikes Dwiastuti; Pembimbing: Nurhayati Adnan; Penguji: Mondastri korib Sudaryo, Sulistyo
Abstrak: Munculnya berbagai tantangan baru dalam pengendalian TB, salah satunyamultidrug resistant tuberculosis (TB MDR). TB MDR adalah salah satu jenisresistensi TB yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis yangtidak merespon (resisten), setidaknya, isoniazid dan rifampicin yang merupakandua jenis obat yang paling efektif pada lini pertama obat anti TB (OAT).Penelitian bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhinyakonversi kultur sputum pada pasien TB Paru MDR. Penelitian dilakukan didilakukan di RSUD Labuang Baji Kota Makassar dimulai dari bulan April 2015-Juni 2015. Desain penelitian adalah kohort retrospektif. Jumlah sampel dalampenelitian ini yakni 183 pasien, 139 pasien (76,0%) yang mengalami konversikultur sputum, 4 pasien (2,2%) yang tidak mengalami konversi kultur sputum, dan40 pasien (21,8%) yang loss to follow up. Dari penelitian ini diketahui bahwaprobabilitas konversi kultur sputum pasien TB paru MDR sebesar 95,52%. Hasilanalisis multivariat menunjukkan bahwa interupsi pengobatan (HR:0,45; 95%CI:0,26-0,79), status diabetes melitus (DM) sebelum 33 hari (HR:0,75; 95%CI: 0,29-1,95) dan setelah 33 hari yakni (HR:1,95; 95%CI: 0,90-7,60), serta riwayatpengobatan yang pernah mendapatkan OAT lini I (HR:0,32; 95%CI: 0,12-0,90)serta yang pernah mendapatkan OAT lini II (HR:0,27; 95%CI: 0,10-0,77).Diperlukan penanganan secara intensif dan lengkap pada pasien TB paru MDR diPoli TB MDR dengan memperhatikan interupsi pengobatan, status DM, danriwayat pengobatan sebelumnya.Kata kunci : Diabetes melitus, interupsi pengobatan, konversi kultur sputum,riwayat pengobatan sebelumnya, TB paru MDR.
One of the new emerging challenges in TB controlling is multidrug resistanttuberculosis (MDR TB). MDR TB is a type of TB resistant caused by theunresponsiveness (resistancy) of Mycobacterium tuberculosis to at least isoniazidand rifampicin in which both are the most effective anti-TB drugs in first line.This study was aimed to determine the influencing factors for the timing ofsputum culture conversion among pulmonary MDR TB patients. This study wasconducted in Labuang Baji General Hospital, Makassar City started from April2015 to June 2015. Cohort-retrospective design was performed in this study.There were 183 patients involved in this study consisted of 139 (76,0%) patientswith sputum culture conversion, 4 (2,2%) patients with no sputum cultureconversion, and 40 (21,8%) patients were loss to follow up. The result of thestudy shows that the probability of sputum culture conversion of Pulmonary MDRTB was 95,52%. Multivariate analysis showed that the interruption of treatment(HR:0,45; 95%CI: 0,26-0,79), Diabetes Mellitus (DM) before 33 days (HR:0,75;95%CI: 0,29-1,95), DM after 33 days (HR:1,95; 95%CI: 0,90-7,60), previouslytreated with FLDs (HR:0,32; 95%CI: 0,12-0,90), and previously treated withSLDs (HR:0,27; 95%CI: 0,10-0,77) were found to be the influencing factors forthe sputum culture conversion among pulmonary MDR TB. Complete andintensive care are needed among pulmonary MDR TB in MDR TB polyclinic byobserving the interruption of treatment, DM, and history of previous treatment.Keywords: Diabetes mellitus, history of previous treatment, pulmonary MDR TB,sputum culture conversion, treatment interruption.
Read More
T-4491
Depok : FKM-UI, 2015
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Hanitya Dwi Ratnasari; Pembimbing: Yovsyah; Penguji: Mondastri Korib Sudaryo, Rabea
S-7258
Depok : FKM UI, 2012
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Asih Hartanti; Pembimbing: Tri Yunis Miko Wahyono; Penguji: Mondastri Korib Sudaryo, Yovsyah
Abstrak:

Prevalensi Sifilis menurut data STBP Kemenkes Tahun 2011 pada 7 populasi kunci adalah sebesar 6% dimana prevalensi Sifilis tertinggi ditemukan pada Transgender Waria (25%) kemudian diikuti WPSL (10%), LSL (9%), WBP (5%), Pria Potensial Risti (4%), WPSTL (3%) dan Penasun (2%). Sifilis pada Transgender Waria meningkat 1% dari 27% pada STBP 2007 menjadi 28% pada STBP 2011 di kota yang sama. Faktor- faktor yang diduga berhubungan dengan infeksi Sifilis pada Transgender Waria antara lain : Umur, Tingkat Pendidikan, Penggunaan kondom, Penggunaan Napza Suntik, Penggunaan Hormon Suntik Silikon, Status HIV, Datang ke Layanan Klinik IMS, Konsumsi Alkohol dan Lama melakukan hubungan Seks Komersial dengan mendapat imbalan. Tujuan : Mengetahui hubungan faktor ?faktor terhadap infeksi Sifilis pada Transgender Waria. Desain studi Cross Sectional dengan sampel sebanyak 1.089 Waria secara acak dan berasal dari 5 kota besar di Indonesia melalui metode wawancara, Diagnosis Laboratorium Sifilis dilakukan dengan TPHA dan RPR. Hasil : Prevalensi Sifilis pada Transgender Waria di 5 Kota sebesar 25,25%, Faktor yang berhubungan signifikan adalah Status HIV(p=0,000), PR =2,28 (95% CI 1,78-2,92) kemudian Umur >31 tahun (p=0,000) ,PR= 1,76 (95% CI 1,36- 2,28) dan Penggunaan Hormon Suntik Silikon (p=0,012) PR=1,37 (95% CI 1,07-1,76), Tingkat pendidikan, Lamanya melakukan hubungan seks komersial dengan imbalan, Penggunaan Kondom, Konsumsi Napza Suntik, Konsumsi Alkohol dan Akses ke Layanan IMS tidak berhubungan. Kesimpulan : Faktor biologis Status HIV memiliki hubungan yang kuat PR =2,28 (95% CI 1,78-2,92)dengan Kejadian Sifilis pada Kelompok Transgender Waria di 5 Kota besar di Indonesia.


 The prevalence of syphilis according to MOH- IBBS 2007 was found at 6% in the High Risk Population. Highest prevalence was found in Transvestite (25%) followed by Direct Female Sex Worker (10%), MSM (9%), PLT (5%), High Risk Men's (4%), Non Direct Female Sex Worker (3%) and IDU (2%). Syphilis Prevalens among Transvestite increased 1% from 27% to 28 % (2007 to 2011 in the same city). Factors associated with syphilis infection in Transvestite are Age, level of Education, Condom use, Drug Injection use, Use of Silicon Injections, HIV Status, Access to STI Service Clinic, Alcohol consumption and The duration of engaging in commercial sex. Purpose: Knowing associated factors of syphilis infection on Transvestite. Design Cross sectional study with a sample of 1089 randomly Transvestite and derived from the 5 major cities in Indonesia through the interview method and Laboratory diagnosis of syphilis is performed by TPHA and RPR. Results: The prevalence of syphilis in Transvestite in 5 Cities is 25.25% and significant factors related are HIV status (p = 0.000), PR =2,28 (95% CI 1,78-2,92), Age > 31 years (p=0,000) ,PR= 1,76 (95% CI 1,36-2,28), Use of Silicon Injection Hormone p=0,012) PR=1,37 (95% CI 1,07-1,76), Low educational level, The duration of engaging in commercial sex, Condom Use, Drug Injection, Alcohol consumption and Access to STI Service Clinic are not significant related. Conclusion: HIV Status as a biological factors have a strong relation with Syphilis incidence in Transvestite group population within 5 major cities in Indonesia PR =2,28 (95% CI 1,78-2,92).

Read More
T-3680
Depok : FKM UI, 2012
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Anisa Ramadhani; Pembimbing: Syahrizal Syarif; Penguji: Mondastri Korib Sudaryo, Widyawati
S-10405
Depok : FKM-UI, 2020
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Henny Kurniati; Pembimbing: Ratna Djuwita Penguji: Mondastri Korib Sudaryo, Sumiati
Abstrak: Demam berdarah dengue merupakan penyakit tular vektor yang dapat menimbulkan wabah dan kematian. Angka insiden demam berdarah dengue di Indonesia pernah meningkat signifikan pada tahun 2016 sebesar 78,85 per 100.000 penduduk. Sementara angka insidens demam berdarah dengue di Jakarta Timur pada tahun 2018 sebesar 31.17 per 100.000 penduduk. Salah satu upaya yang dilakukan untuk mencegah peningkatan kasus demam berdarah dengue ini adalah dibentuknya juru pemantau jentik yang bertugas melakukan pemantauan jentik rutin pada tempat penampungan air di wilayah kerja masing-masing. Keberhasilan dan kegagalan dari program ini juga ditentukan dari pengetahuan dan kinerja jumantik mengenai demam berdarah dan cara pencegahannya. Tujuan dari penelitian ini adalah diketahuinya hubungan antara pengetahuan dengan kinerja jumantik sebagai indikator daerah bebas jentik di Kelurahan Kalisari, Kecamatan Pasar Rebo, Jakarta Timur Tahun 2019. Penelitian kuantitatif ini dilakukan dengan mengumpulkan data primer menggunakan kuesioner yang telah dimodifikasi dari penelitian sebelumnya. Desain penelitian adalah cross sectional. Besar sampel yang diambil adalah total sampel berjumlah 103 jumantik yang mewakili masing-masing satu RT di Kelurahan tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara statistik ada hubungan antara pengetahuan penyebab dengan kinerja jumantik (p=0.02) dengan OR sebesar 2.85. Artinya, masih banyak jumantik di Kelurahan Kalisari yang belum paham mengenai penyebab dan cara pencegahan demam berdarah sehingga dapat mempengaruhi kinerjanya dalam bertugas. Maka dari itu diperlukan workshop dan seminar serta simulasi terkait cara pencegahan demam berdarah untuk para jumantik. Kata kunci : Demam Berdarah Dengue, Jumantik, Kinerja, Pengetahuan
Read More
S-9999
Depok : FKM-UI, 2019
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Zaki Dinul Lubis; Pembimbing: Tri Yunis Miko Wahyono; Penguji: Mondastri Korib Sudaryo, Rosmarlina
S-7029
Depok : FKM-UI, 2012
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Nur Febriani; Pembimbing: Nasrin Kodim; Penguji: Mondastri Korib, Indah Mawarti
S-4274
Depok : FKM UI, 2005
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive