Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Suyoko; Pembimbing: Nurhayati A. Prihartono; Penguji: Yovsyah, Suhardi
S-6884
Depok : FKM UI, 2012
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Mari Okatini Armandari; Pembimbing: Rachmadi Purwana, I Made Djaja; Penguji: Yovsyah, HRA Sofyan, Suhardi
Abstrak: Latar Belakang: Jakarta adalah salah satu kota terbesar di Indonesia dimana hampir setiap tahunnya dilanda banjir. Banjir yang terjadi tentunyan membawa dampak yang sangat merugikan bagi semua aspek kehidupan manusia yang salah satunya adalah timbulnya berbagai macam penyakit pasca banjir. Perubahan lingkungan akibat banjir akan mengakibatkan penyebaran leptospirosis (penyakit kencing tikus), hal ini diakibatkan karena urine hewan yang terinfeksi kuman leptospira akan terbawa oleh genangan air dan mencemari lingkungan rumah. Terdapat jumlah kasus yang terjadi di DKI Jakarta sebanyak 65 orang (2003), 78 orang (2004) dan 51 orang (2005). Masalah leptospirosis yang terjadi di DKI Jakarta selalu terjadi pada wilayah yang sama yang diakibatkan oleh faktor lingkungan yang buruk, perilaku yang buruk atau pengaruh karateristik individu.
Tujuan : Mengetahui hubungan faktor lingkungan dan karakteristik individu terhadap kejadian leptospirosis di Jakarta tahun 2003-2005.
Disain : Studi ini menggunakan rancangan Kasus Kontrol. Data pada penelitian ini berasal dari data sekunder yang diperoleh dari Bagian Program-Diklat RSUD Tarakan ? Jakarta dan melalui wawancara terstruktur dengan menggunakan kuesioner yang telah dikembangkan. Wawancara dilakukan oleh enumerator yang sudah dilatih mewawancarai terhadap responden kasus maupun responden kontrol. Subyek berjumlah 190 orang, dimana responden yang positif leptospira sebagai kelompok kasus dan reponden yang negatif leptospira sebagai kontrol, dengan perbandingan 1:1. Varibel independen adalah Faktor lingkungan (Keadaan dan penataan rumah, loteng/plafon rumah, binatang penular (vektor), sarana air bersih, sarana penyimpanan makanan, SPAL) serta karakteristik individu ( Umur, pekerjaan, jenis kelamin, pengetahuan, perilaku, dan pendidikan). Ananlisis dilakukan deng chi-square dan regresi logistik ganda.
Hasil : Ada hubungan bermakna antara keadaan dan penataan rumah (OR= 3,956; 95%CI: 1,511-10,358), SPAL ( OR= 1,982; 95% CI: 1,111-3,536), Tingkat Sosial Ekonomi (OR= 1,928; 95% CI: 1,073-3,462), pengetahuan (OR= 17,625; 95% CI: 6,573-47,257) dan Pendidikan (OR= 2,407; 95% CI: 1,333-4,348).
Kesimpulan: Dari hasil penelitian diketahui bahwa faktor lingkungan dan karakteristik individu berhubungan dengan kejadian leptospirosis di Jakarta pada tahun 2003-2005. Terdapat 4 (empat) faktor dominan yang mempengaruhi kejadian leptospirosis adalah pendidikan,pengetahuan, sarana air bersih dan komponen dan penataan rumah.
Kata Kunci: Faktor Lingkungan, Karakteristik Individu, Kejadian Leptospirosis, Kasus-Kontrol.

Background: Jakarta is one of the largest cities in Indonesia where almost every year got flood. Of course, flood brings very bad impact for all human life aspect, which one is the incidence of various post-flood diseases. Environment changes caused by flood resulting leptospirosis spread (rat urine disease), this thing resulted because animal urine infected by leptospira germ will carried by water pond and contaminate house environment. Case occurred in DKI Jakarta are 65 people (2003), 78 people (2004), and 51 people (2005). Leptospirosis problem occurred in DKI Jakarta always occurred in the same area caused by bad environment factor, bad behavior, or individual characteristic influence.
Objective: To find relation between environment factor and individual characteristic toward leptospirosis in Jakarta year 2003-2005.
Design: This study use Case Control design. Data in this research based on secondary data obtained from Part of Diklat RSUD Tarakan Program ? Jakarta and through structured interview using developed questioner. Interview done by enumerator, which has trained to interview case respondent and control respondent. Subject are 190 people, whereas positive leptospirosa respondent as case group and negative leptospirosa respondent as control group, with 1:1 comparison. Independent variable is environment factor (house condition and settlement, house plafond, infector animal (vector), sanitation, food supply, SPAL) and also individual characteristic (age, job, sex, knowledge, behavior, and education). Analysis done by chi-square and double logistic regression.
Result: There is relation between both house condition and settlement (OR=3,956; 95%CI: 1,511-10,358), waste (OR=1,982; 95%CI: 1,111-3,536), social economy (OR=1,928; 95% CI: 1,073-3,462), knowledge (OR=17,625; 95% CI: 6,573-47,257) and education (OR= 2,407; 95% CI: 1,333-4,348).
Conclusion: From research result found that environment factor and individual characteristic related with leptospirosis in Jakarta year 2003-2005. There are four dominant factors that affect leptospirosis, such as education, knowledge, sanitation, and house component and settlement.
Key Word: Environment Factor, Individual Characteristic, Leptospirosis, Case-Control.
Read More
T-2180
Depok : FKM UI, 2005
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Limin Ginting; Pembimbing: I Made Djaja, Ririn Arminsih Wulandari; Penguji: Adi Sasongko, HRA. Sofyan, Suhardi
Abstrak: Latar Belakang: Indonesia masih manghadapi masalah tingginya prevalensi penyakit, terutama berkaitan dengan kondisi lingkungan yang masih belum baik. Salah satunya adalah infestasi cacing usus yang ditularkan melalui tanah atau sering disebut ″Soil Transmitted Helminths″. Infestasi kecacingan pada anak SD akan mengganggu pertumbuhan, menurunkan kemampuan fisik, produktifitas belajar dan menurunkan intelektualitasnya, sekaligus keadaan ini akan berpengaruh terhadap status gizi dan daya terima pelajaran. Hasil Pemeriksaan dan Pemberantasan Kecacingan (Oktober 2004) beberapa SD yang dilakukan Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat di Kecamatan Stabat dan Kecamatan Hinai menunjukkan angka pada kisaran 30-60%. Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah diperolehnya informasi tentang prevalensi dan infestasi kecacingan pada anak SDN G. Ambat, Sp. Kuta Buluh dan N. Ukur Selatan serta mengetahui faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap tingginya prevalensi kecacingan anak SD. Bahan dan Cara Kerja: Dengan metode penelitian “Studi Observasional” yaitu desain kasus kontrol (case control), dengan perbandingan kasus dan kontrol adalah 1:1. Penelitian ini dilakukan di 4 SD Kecamatan Sei Bingai, Kabupaten Langkat, Propinsi Sumatera Utara. Berlangsung selama 2 bulan yaitu dari bulan April s/d Juni 2005. Populasi pada penelitian ini adalah semua anak SDN G. Ambat. Sp. Kuta Buluh dan N. Ukur Selatan. Sebagai sampel adalah semua anak SD kelas III, IV, V dari SDN G. Ambat. Sp. Kuta Buluh dan N. Ukur Selatan yang masuk sejak tahun pertama, tidak termasuk anak pindahan ≤ 6 bulan saat penelitian dan termasuk semua anak yang meminum obat cacing ≥3 bulan pada saat penelitian. Analisis data mencakup analisis univariat untuk mengetahui distribusi dan frekuensi dari kelompok kasus dan kontrol, analisis bivariat untuk menganalisis pengaruh antara karakteristik anak, karakteristik ibu dan faktor sanitasi lingkungan dengan insfestasi kecacingan menggunakan uji chi square serta analisis multivariat dengan regresi logistik multivariat. Hasil: Prevalensi infestasi kecacingan di SDN Kecamatan Sei Bingai adalah 77,64%. Prevalensi infestasi masing-masing jenis cacing adalah cacing gelang 68,46%, cacing cambuk 49,3% dan cacing tambang 8.8% . Faktor determinan yang berhubungan dengan infestasi kecacingan pada anak SD di Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat tahun 2005 adalah tingkat sosial ekonomi, sarana air bersih, pengetahuan ibu, perilaku anak serta interaksi antara sosial ekonomi dengan pengetahuan ibu. Anak dengan kondisi sarana air bersih buruk mempunyai risiko mengalami infestasi kecacingan sebesar 13,9 kali (95% CI: 1,96-98,94) dibandingkan dengan anak dengan kondisi sarana air bersih yang baik. Anak yang berperilaku buruk beresiko mengalami infestasi kecacingan sebesar 20,88 kali (95% CI: 5,10-85,51) dibandingkan anak yang berperilaku baik. Interaksi antara sosial ekonomi ibu dengan pengetahuan ibu menunjukkan bahwa keadaan pengetahuan ibu sebagai prakondisi adanya pengaruh sosial ekonomi terhadap infestasi kecacingan pada anak, artinya hubungan sosial ekonomi dengan infestasi kecacingan anak tergantung dari pengetahuan ibu. Pada keadaan pengetahuan ibu yang rendah, risiko anak dengan kondisi ekonomi rendah mengalami infestasi kecacingan sebesar 44,6 kali dibandingkan dengan anak yang mempunyai kondisi sosial ekonomi tinggi. Sedangkan pada keadaan pengetahuan ibu yang tinggi, risiko anak dengan kondisi ekonomi rendah mengalami infestasi kecacingan sebesar 0,5 kali dibandingkan dengan anak yang mempunyai kondisi sosial ekonomi tinggi. Kesimpulan: Perlu dilakukan upaya penyuluhan kepada anak dan orang tua untuk meningkatkan pengetahuan dan perilaku ibu, juga selalu menjaga kondisi kesehatan lingkungan. Kata Kunci: Infestasi Kecacingan, Anak SD, Sei Bingai, Langkat, regresi logistik. FACTORS INFLUENCING WORMY INFESTATION OF ELEMENTARY SCHOOLCHILD IN SUB DISTRICT OF SEI BINGAI OF LANGKAT DISTRICT NORTH SUMATERA PROVINCE YEAR 2005.
Background: Indonesia still face the problem of height of prevalence disease, especially related to environmental condition which still not yet good. One of them is intestine worm infestation which isn't it through by soil or was often referred as “Soil Transmitted Helminths”. Wormy Infestation at child of elementary schoolchild will affect growth, degrading ability of physical, productivity learn and degrade his intelectuality, at the same time this situation will have an effect on to status of gizi energy and accept Iesson. Result of Inspection and Wormy Eradication ( October 2004) at some elementary school conducted by Public Health Services Langkat District in Sub- District of Stabat and Hinai show number at gyration 30-60%. Objective: Objective of this research is to obtain information about prevalence of infestation wormy at child of Elementary School G. Ambat, Sp. Kuta Buluh and N.Ukur Selatan and also know factors any kind of having an effect on to height of prevalence wormy at elementary schoolchild. Method: Method of research is "Observasional Study" that is case control desing, will be compared to case group and control group by the eksposure. Comparison of case group and control is 1: 1 with sampel to the each group counted 100 children of elementary schoolchild. Result: Wormy infestation prevalence of elementary schoolchild in Sub District of Sei Bingai still high (77,64%). Infestation prevalence of each worm type is Ascaris lumbricoides infection 68,46%, Tricuris trichiura 49,3% and hookworm 8.8%. Result of analyse from multivarite logistics regression model that wormy infestation of elementary shoolchild proven closely related to social economics variable, water sanitation, knowledge of mother and behavior of child. Existence of interaction between economics social with knowledge of mother, indicating that situation of economic social as prakondition to the happening of influence of knowledge to wormy infestation. In the situation low economic social, the risk of child who having mother with lower knowledge to wormy infestation equal to 44,6 times;rill compared to child having high knowledge of mother. While in the situation high economic social, the risk of child who having mother with lower knowledge to wormy infestation equal to 0,45 times;rill compared to child having high knowledge of mother. Conclution: Thereby require to be conducted counselling effort for child and mother to improve knowledge and change behavior of mother, and also repair of condition of sanitasi environmental. Key Word: Wormy Infestation, Elementary Schoolchild, Sei Bingai, Langkat, Logistic Regrretion.
Read More
T-2145
Depok : FKM-UI, 2005
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Deasy Eka Saputri; Pembimbing: Krisnawati Bantas; Penguji: Yovsyah, Nasrin Kodim, Toni Wandra, Suhardi
Abstrak: Tekanan darah tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan darah dalam arteri. Apabila tidak diobati dan tidak dikontrol, hipertensi bisa mengakibatkan kematian disebabkan oleh komplikasi. Kematian pada penderita hipertensi paling sering terjadi karena stroke, gagal ginjal, jantung, atau gangguan pada mata. Pada tekanan darah tinggi, jantung memompa darah ke tubuh dengan tekanan yang luar biasa tingginya, salah satu sebabnya adalah karena stres emosional. Peningkatan tekanan darah akan lebih besar pada individu yang mempunyai kecenderungan stres emosional yang tinggi.
 
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan stres dengan hipertensi pada penduduk di Indonesia tahun 2007, dengan variabel kovariat: umur, jenis kelamin, pekerjaan, status perkawinan, pendidikan, konsumsi rokok, konsumsi alkohol, kecukupan serat, aktifitas fisik, Indek Masa Tubuh (IMT), Diabetes Melitus (DM), pengeluaran perkapita dan daerah tempat tinggal. Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desain studi cross sectional dengan menggunakan data sekunder dari Riskesdas 2007, yang akan dilaksanakan dari bulan Maret 2010 sampai Juni 2010. Data dianalisis dengan analisis satu variabel, analisis dua variabel dan analisis multivariabel dengan uji regresi logistik ganda.
 
Hasil penelitian ini menunjukkan prevalensi hipertensi pada penduduk di Indonesia tahun 2007 adalah 33,9% sedangkan prevalensi stres sebesar 12,1%. Ada hubungan yang bermakna antara stres dengan hipertensi setelah dikontrol oleh variabel lain yaitu umur, status perkawinan, tingkat pendidikan, IMT, DM dan pengerluaran perkapita serta dikontrol pula oleh adanya interaksi umur dan stres yang berinteraksi negatif (antagonism), dimana umur mengurangi efek dari stres terhadap terjadinya hipertensi. Dengan proporsi hipertensi yang disebabkan adanya interaksi tersebut sebesar 3,2%. Upaya pencegahan hipertensi dilakukan dengan melakukan intervensi terhadap stres, yaitu dengan berolahraga, relaksasi mental (rekreasi), melakukan curhat atau berbicara pada orang lain, selalu menumbuhkan emosi yang positif serta memperdalam ibadah dan agama. Perlunya melakukan pengukuran tekanan darah secara berkala bagi penduduk yang berumur 40 tahun keatas dan screening kasus hipertensi oleh pengelola program pengendalian penyakit hipertensi yang diutamakan pada kelompok umur 40 tahun keatas.
 

High blood pressure (hypertension) is an increase in arterial blood pressure. If left untreated and uncontrolled, hypertension can lead to death caused by complications. Mortality in patients with hypertension most often occurs because of stroke, kidney failure, heart disease, or disorders of the eye. In high blood pressure, heart pumps blood to the body with exceptional high pressure, one reason is because of emotional stress. Increased blood pressure will be greater in individuals who have a high tendency of emotional stress.
 
The purpose of this study is to determine the relationship of stress and hypertension in the population in Indonesia in 2007, with kovariat variables: age, sex, occupation, marital status, education, cigarette consumption, alcohol consumption, adequacy of dietary fiber, physical activity, Body Mass Indeks (BMI), Diabetes Mellitus (DM), expenditure percapita and area of residence. This research is an analytical cross sectional study design using secondary data from Riskesdas 2007, which will be implemented from March 2010 until June 2010. Data were analyzed with one variable, two variable analysis and multivariable analysis with multiple logistic regression.
 
The results of this study showed that the prevalence of hypertension in the population in Indonesia in 2007 was 33.9% while the prevalence of stress by 12.1%. There is significant correlation between stress and hypertension after controlled by other variables such as age, marital status, educational level, BMI, DM and expenditure percapita and also controlled by the interaction of age and stress that the negative interaction (antagonism), in which age reduces the effects of stress against the occurrence of hypertension. With the proportion of hypertension caused by the interaction of 3.2%. Hypertension prevention efforts conducted by the intervention to stress, that is with exercise, mental relaxation (recreation), to vent or talk to other people, always cultivate positive emotions and deepening of worship and religion. The need to conduct periodic measurements of blood pressure for the population aged 40 years or older and screened in cases of hypertension by hypertensive disease control program managers who focused on the age group 40 years and older.
Read More
T-3209
Depok : FKM-UI, 2010
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Rully Rudianto; Pembimbing: Dadan Erwandi; Penguji: Mila Tejamaya, Abdul Kadir, Suhardi, Anita Johan
Abstrak:

Tujuan : Pekerja di RS P merupakan pekerja yang harus menghadapi situasi kerja yang sangat berisiko terjadinya kejadian bullying dari berbagai pihak dan menuntut perfoma yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk menilai hubungan Workplace Bullying, Psychological Distress, dan Job Performance pada pekerja di RS P. Metode : Penelitian ini merupakan penelitian cross-sectionaldengan menggunakan kuesioner yang disebarkan secara acak kepada kelompok pekerja yang bekerja di RS P dengan jumlah responden sebanyak 195 orang. Data yang terkumpul kemudian diolah menggunakan tabel distribusi frekuensi, cross tabulasi dan dianalisis hubungannya dengan metode uji korelasi Spearman. Hasil : Hasil penelitian menunjukkan terdapat korelasi positif (signifikansi 0,000) dengan kekuatan korelasi yang cukup (0,412) antara Workplace Bullying dengan Psychological Distress. Namun tidak terdapat korelasi (signifikansi 0,350) terkait kejadian workplace bullying dengan peningkatan maupun punurunan dari job performance pekerja di RS P.Tidak terdapat korelasi antara psychological distress dengan job performance (signifikansi 0,158).Mayoritas responden tidak mengalami bullying (84,6 %), tidak mengalami psychological distress (77,4 %), danjob performance dari pekerja di RS P mayoritas sesuai standar yang ditetapkan oleh perusahaan (93,8 %). Kesimpulan : Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen masih dipengaruhi oleh faktor-faktor mediator yang lain. Walaupun didapatkan kejadian bullying yang rendah di RS P,manajemen harus tetap waspada dan segera bertindak untuk mengidentifikasi dan mencegah terjadinya perilaku bullying tersebut.Hal ini penting untuk mencegah terjadinya korban bullying dan penerapan program anti bullying yang tepat di tempat kerja, sehingga tingkat psychological distress tidak meningkat dan job performance tetap terjaga dengan baik. Disamping itu perlunya meningkatkan motivasi pekerja dan fasilitas-fasilitas yang didapat oleh pekerja, sehingga mengurangi dampak bullying di tempat kerja maupun psychological distress di RS P


 

Objective : Workers in RS P are workers who have to face a work situation that is very risky for bullying from various parties and demands high performance. This study aims to assess the relationship between Workplace Bullying, Psychological Distress, and Job Performance on workers at RS P. Methods : This study is a cross-sectional study using a questionnaire that was distributed randomly to groups of workers who work in RS P with a total of 195 respondents. The collected data was then processed using a frequency distribution table, cross tabulation and analyzed its relationship with the Spearman correlation test method Results : The results showed that there was a positive correlation (significance 0.000) with sufficient correlation strength (0.412) between Workplace Bullying and Psychological Distress. However, there is no correlation (significance 0.350) related to the incidence of workplace bullying with an increase or decrease in the job performance of workers at RS P. There is no correlation between psychological distress and job performance (significance 0.158). The majority of respondents did not experience bullying (84.6 %), did not experience psychological distress (77.4% %), and the job performance of the workers in RS P was the majority according to the standards set by the company (93.8 %). Conclusion : The results of the study indicate that the relationship between the independent variable and the dependent variable is still influenced by other mediator factors. Even though there is a low incidence of bullying in RS P, management must remain vigilant and act immediately to identify and prevent the occurrence of bullying behavior. This is important to prevent bullying victims and to implement appropriate anti-bullying programs in the workplace, so that the level of psychological distress does not increase and job performance is maintained properly. Besides that, it is necessary to increase the motivation of workers and the facilities obtained by workers, thereby reducing the impact of bullying in the workplace and psychological distress at RS P..

Read More
T-6575
Depok : FKM UI, 2022
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Fira Susiyeti; Pembimbing: Haryoto Kusnoputranto; Penguji: Abdur Rahman, Ririn Arminsih Wulandari, Riris Nainggolan, Suhardi
T-3203
Depok : FKM-UI, 2010
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Fitri Mardesni; Pembimbing: Syahrizal Syarif; Penguji: Yovsyah, Tri Yunis Miko Wahyono, I Nengah Darna, Suhardi
Abstrak:

Hubungan lingkungan rumah, perilaku dan pekerjaan dengan kejadian filariasis di Kabupaten Muaro Jambi belum banyak diteliti dan mf ratenya masih diatas 1% sehingga masih mungkin terjadi penularan. Oleh karena itu dilakukan penelitian terhadap hubungan lingkungan rumah, perilaku dan pekerjaan terhadap kejadian filariasis di Kabupaten Muaro Jambi tahun 2006. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan menggunakan metode kasus kontrol, menggunakan data primer hasil wawancara dan observasi lingkungan responder_ Responder berjurniah 216 orang yang terdiri dari 72 kasus dan 144 kontrol. Analisis hasil dilakukan dengan uji statistik dari univariat sampai multivariat. Penelitian menghasilkan faktor-faktor yang mempunyai hubungan bermakna dengan kejadian filariasis adalah konstruksi rumah yang berupa plafon rumah dengan OR=2,8 pads 95% CI 1,43 - 5,47, dinding rumah nilai OR = 2,1 pads 95% CI 1,11-3,92 dan peneahayaan dalam rumah dengan OR = 6,7 pada 95% CI 1,76-25,64. Untuk lingkungan diluar rumah yang berupa rawa-rawa OR = 2,4 pada 95% CI 1,31-4,50 dan tumbuhan air OR = 2,0 pada 95% CI 1,08-3,55, perilaku yang berhubungan dengan kontak dengan nyamuk berupa perilaku memakai alat perlindungan diri OR = 2,5 pada 95% CI 1,42-4,55, perilaku menghindari did dari gigitan nyamuk OR = 2,5 pads CI 1,38-4,41 dan perilaku mencegah berkembangbiaknya nyamuk OR = 2,3 pads 95% CI 1,32-4,19. Pekerjaan didapat nilai OR = 7,4 pada 95%CI 3,29-16,45. Dalam penelitian ini pekerjaan menjadi faktor paling dominan yang berhubungan dengan filariasis karena odds ratio dan proporsi pekerjaan beresiko yang besar diantara faktor-faktor lainnya. Sedangkan faktor-faktor yang tidak mempunyai hubungan bermakna dengan kejadian filariasis adalah lingkungan diluar rumah yang meliputi areal persawahan, semak belukar dan binatang resevoar. Untuk perilaku adalah perilaku kesehatan lingkungan dan berpergian. Diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan masukan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Muaro Jambi dalam menetapkan program prioritas pemberantasan penyakit menular, menjadi bahan masukan bagi masyarakat untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan dapat memberi manfaat untuk ilmu pengetahuan.


Relation among house environment, behavior and occupation with filariasis cases in Muaro Jambi Regency are not yet analyzed and mf rate is still above 1% so that infection is still possible. Therefore, research on house environment, behavior and occupation toward filariasis in Muaro Jambi Regency year 2006. This quantitative research case control method, by primary data that are taken directly by interview and observation to respondent and local environment. The number of respondent are 216 people that consist of 72 cases and 144 controls. Result analysis is done by statistical test from univariate to multivariate step. Research output that factor have significant relation with filariasis cases are house construction in the form of house ceiling is OR = 2,1 in 95% CI 1,11-3,92, plafond is OR = 2,8 in 95% CI 1,43 - 5,47 and inside house lighting is OR = 6,7 in 95% CI 1,76-25,64, outside house environment such as swamp is OR = 2,4 in 95% CI 1,31-4,50 and water plant is OR = 2,0 in 95% CI 1,08-3,55. For behavior that is related with contact with mosquito is using health safety equipment behavior is OR = 2,5 in 95% CI 1,42-4,55, preventive behavior from mosquito bite is OR = 2,5 in CI 1,38-4,4, land mosquito breeding prevention behavior is OR = 2,3 in 95% CI 1,32-4,19 and occupation is OR = 7,4 in 95%CI 3,29-16,45. Occupation has dominant factor of relation with filariasis because of odds ratio and proportion its risk the bigness among other factorses. While factorses didnot have significant relation among filariasis are outdoors environment which rice field, coppice and animal resevoar. For behaviors are behavior health enviroment and mobility. This research expected to become input material for Health Agency of Muaro Jambi Regency in decided priority program to control communicable desease, become input material for society to improve public health and give benefit for science.

Read More
T-2275
Depok : FKM-UI, 2006
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Shoaib Shafqat; Pembimbing: Budi Hartono; Penguji: Laila Fitria, Fitri Kurniasari, Suhardi, Yulia Fitria Ningrum
Abstrak:
Akses terhadap air minum yang bersih dan aman merupakan aspek penting dalam kesehatan masyarakat. Namun, banyak warga di Jagakarsa, Jakarta Selatan, masih mengandalkan sumber air yang terkontaminasi akibat pencemaran, infrastruktur yang kurang memadai, dan rendahnya kesadaran masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk menilai persepsi dan kesadaran masyarakat terhadap kualitas air minum. Studi ini menggunakan desain kuantitatif potong lintang dan melibatkan 108 responden dewasa dari enam kelurahan di Jagakarsa dengan menggunakan kuesioner terstruktur. Hasil menunjukkan bahwa 55,6% responden menggunakan air tanah sebagai sumber utama air minum, dan hanya 14,8% yang menggunakan air perpipaan. Meskipun 57,4% menilai air mereka jernih, 42,6% menganggapnya tidak aman untuk diminum, dan 31,5% mencium bau yang tidak sedap. Dalam hal perlakuan air, 41,7% responden merebus air, 25% menggunakan penyaringan, dan 15,7% tidak melakukan perlakuan apa pun. Tingkat kesadaran terhadap isu-isu terkait air tergolong sedang (56,5%), namun hanya 38,9% yang pernah menerima informasi melalui kampanye publik. Uji Chi-square menunjukkan adanya hubungan signifikan antara tingkat pendidikan dengan kesadaran (p < 0,05), serta antara sumber air utama dengan perilaku perlakuan air (p < 0,05). Temuan ini mengindikasikan adanya kesenjangan antara persepsi dan kenyataan terkait keamanan air, serta pentingnya edukasi masyarakat, perbaikan perlakuan air, dan pengembangan infrastruktur untuk mendorong praktik konsumsi air minum yang aman di Jagakarsa.

Access to clean and safe drinking water is a fundamental aspect of public health. However, many residents in Jagakarsa, South Jakarta, continue to rely on contaminated water sources due to pollution, inadequate infrastructure, and limited public awareness. This study aimed to assess public perceptions and awareness regarding drinking water quality. A cross-sectional quantitative study was conducted among 108 adult residents across six subdistricts in Jagakarsa using a structured questionnaire. The results showed that 55.6% of respondents relied on groundwater, while only 14.8% used piped water. Although 57.4% perceived their water as clear, 42.6% believed it was unsafe to drink, and 31.5% reported unpleasant odors. In terms of treatment practices, 41.7% boiled their water, 25% used filtration, and 15.7% did not treat their water at all. Awareness of waterborne issues was moderate (56.5%), and only 38.9% had received information through public campaigns. Chi-square analysis revealed significant associations between education level and awareness (p < 0.05), as well as between the main water source and treatment behavior (p < 0.05). These findings highlight a gap between perception and actual water safety and underscore the importance of public education, improved treatment practices, and infrastructure development to promote safe drinking water use in Jagakarsa.

Read More
T-7341
Depok : FKM UI, 2025
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive