Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Haris Melinda; Pembimbing: Wachyu Sulistiadi; Penguji: Pujiyanto, Sunjaya
S-6294
Depok : FKM-UI, 2010
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Jacklin Esther Grace Solang; Pembimbing: Mieke Savitri; Penguji: Ahmad Syafiq, Sunjaya
S-6130
Depok : FKM UI, 2010
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Sang Ayu Made Fatmawati; Pembimbing: Dadan Erwandi; Penguji: Tri Krianto, Sunjaya
S-6829
Depok : FKM UI, 2011
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Hardi Atmajaya; Pembimbing: Hendra; Penguji: L. Meily Kurniawidjaja, Sunjaya
S-8929
Depok : FKM UI, 2016
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Noviyanti Inaku; Pembimbing: Dadan Erwandi; Penguji: Tri Krianto, Sunjaya
S-6059
Depok : FKM-UI, 2010
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Nina Fitriasih; Pembimbing: Dadan Erwandi; Penguji: Ratu Ayu Dewi Sartika, Sunjaya
S-6024
Depok : FKM UI, 2010
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Alexander Widya Chriswanto; Pembimbing: Dumilah Ayuningtyas; Penguji: Anhari Achadi, Puput Oktamianti, Sulistyo, Deni Kurniadi Sunjaya
Abstrak:
Indonesia menempati peringkat 2, negara dengan angka kejadian Tuberkulosis (TB) tertinggi, namun sebagian besar kasusnya belum ditemukan. Upaya penemuan kasus TB di Tempat Praktik Mandiri Dokter (TPMD) menghadapi banyak hambatan. TPMD hanya menemukan 1% kasus dari total kasus TB pada tahun 2022, dengan rasio pencarian pengobatan masyarakat di TPMD sebesar 19%. Tujuan Penelitian : Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan capaian penemuan kasus TB di TPMD. Metode : Mix method sequential explanatory, yaitu metode kuantitatif melalui pengisian kuesioner oleh 175 responden, dilanjutkan metode kualitatif melalui wawancara mendalam 6 informan. Penelitian dilakukan di Jawa Barat, Nusa Tengga Timur, Maluku dan Sumatera Utara. Hasil : Variabel yang berhubungan dengan capaian penemuan kasus TB di TPMD adalah ketersediaan SDM Kesehatan, ketersediaan dan penggunaan sistem informasi terpadu, aksesibilitas pemeriksaan TCM, pemanfaatan alur rujukan layanan TB, keterlibatan organisasi profesi dan kelompok masyarakat. Persentase TPMD yang mencapai target penemuan kasus TB di 4 provinsi adalah sebesar 58,9%. Variabel yang paling berhubungan adalah keterlibatan kelompok masyarakat (OR = 12.008, 95% CI 4.527-31.851, p-value < 0,001). Kesimpulan : Pemerintah memiliki peluang besar untuk mengoptimalkan TPMD, namun masih menghadapi tantangan terkait pemerataan SDM dan infrastruktur, peningkatan efektivitas dan efisiensi biaya, pengembangan skema PPM, serta optimalisasi pengawasan kualitas layanan terstandar.

Indonesia is ranked as the second most Tuberculosis-affected country, but most cases remain undiagnosed. Numerous challenges still exist to identify TB cases in Private Practitioner (PPs). Only 1% of all TB cases reported by PPs in 2022, with a 19% population-based treatment rate. Objective : Determine the factors that go into a PPs successful diagnosis of TB cases. Method : Sequential explanatory mix method, 175 PPs completed questionnaires in quantitative and 6 key informants participated in in-depth interviews in qualitative. North Sumatra, Maluku, East Nusa Tenggara and West Java were the locations of the research projects. Results : Variables related to the achievement of TB case detection in PPs were the availability of human resources, availability and use of integrated information systems, accessibility of TCM examinations, utilization of TB service referral, involvement of professional organizations and community groups. The overall percentage of PPs that achieved the TB case detection was 58.9%. The variable most related to the achievement of TB case detection was the involvement of community groups (OR = 12.008, 95% CI 4.527-31.851, p-value < 0.001). Conclusion : The government has an excellent chance to maximize the role of PPs, but it has to deal with issues like equitable infrastructure and human resource, improving cost-effectiveness and efficiency and improving oversight of standardized service quality.
Read More
T-7003
Depok : FKM UI, 2024
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Mieska Despitasari; Promotor: Adang Bachtiar; Kopromotor: Harimat Hendarwan, Besral; Penguji: Anhari Achadi, Deni Kurniadi Sunjaya, Trihono, Bagus Takwin, Miko Hananto
Abstrak:
Penguatan sistem kesehatan memerlukan upaya terfokus pada pelayanan promotif dan preventif di puskesmas sebagai pemberi layanan primer. Sumber Daya Manusia Kesehatan (SDMK) puskesmas memegang peranan penting dalam kinerja pelayanan puskesmas karena SDMK puskesmas yang bahagia dapat bekerja lebih produktif. Setidaknya terdapat tiga masalah SDMK puskesmas, yaitu maldistribusi, beban kerja berlebih, dan regulasi kepegawaian yang menimbulkan berbagai persepsi. Ketiganya berpotensi menyebabkan turunnya tingkat kebahagiaan. Diperlukan pengukuran indeks kebahagiaan yang dapat secara berkala dipantau sehingga dapat segera dilakukan intervensi yang tepat setiap saat. Penelitian ini merupakan analisis data sekunder yang menggunakan data Riset Ketenagaan di Bidang Kesehatan tahun 2017. Risnakes adalah survey nasional SDMK yang diselenggarakan oleh NIHRD MoH. Jumlah responden yang terlibat dalam total coverage survey ini adalah 249.910 orang. Instrumen kebahagiaan pada Risnakes 2017 mengacu pada instrumen Survey Pengukuran Tingkat Kebahagiaan Badan Pusat Statistik yang mengadaptasi konsep better life index OECD. Evaluasi instrumen kebahagiaan dilakukan dengan menggunakan pemodelan Rasch. Model kebahagiaan dikembangkan dengan analisis faktor dan pemodelan Rasch. Validitas konkuren model kebahagiaan dinilai dengan menggunakan dua konstruk relevan yaitu kepuasan kerja dan motivasi kerja. Indeks kebahagiaan diperoleh melalu pemodelan Rasch dan dibuat peringkat tingkat kabupaen/kota serta provinsi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh parameter evaluasi instrumen (item fit, outfit meansquare, point measure correlation, wright map, DIF, unidimensionalitas, rating scale analysis, cronbach alpha, dan separation index ) bernilai baik. Hasil pemodelan dengan analaisis faktor menunjukkan hasil bahwa model kebahagiaan terbentuk dari 18 indikator yang mengelompok menjadi 4 dimensi yaitu retensi, kesehatan, sosial, dan insentif dengan nilai total variance explained 59,61%. Model secara statistik dinyatakan memiliki validitas konkuren karena berhubungan dengan kepuasan dan motivasi kerja dalam model regresi linear berganda. Rata-rata tingkat kebahagiaan individu SDMK puskesmas di Indonesia adalah 0,6542 ± 0,1040. Berdasarkan provinsi, DKI Jakarta menempati posisi tertinggi indeks kebahagiaan SDMK puskesmas, sementara posisi terendah adalah Kalimantan Utara. Berdasarkan kabupaten/kota, peringkat tertinggi indeks kebahagiaan diduduki oleh Kabupaten Sumba Barat dan terendah Kabupaten Nduga. Diperlukan pengukuran kebahagiaan secara berkala pada SDMK puskesmas agar dapat segera diintervensi apabila terjadi masalah. Dengan demikian kinerja pelayanan puskesmas menjadi optimal dan berdampak pada peningkatan status kesehatan masyarakat.

Health system strengthening requires efforts focused on promotive and preventive services at the puskesmas as the primary health care provider. Human Resources for Health (HRH) plays an important role in the performance of puskesmas because happy HRH can work more productively. At least, there are three potential problems related to Puskesmas? HRH nowadays, namely maldistribution, excessive workload, and ambiguous staffing regulations. All problems are potential to decrease HRH level of happiness. It is necessary to measure the happiness index which can be periodically monitored so that appropriate interventions can be made at any time. This research was a secondary data analysis that used Risnakes 2017 data. Risnakes was a national HRH survey held by National Health Research and Development (NIHRD MoH) with 249,910 respondents involved. The happiness instrument Risnakes 2017 refers to the Central Statistics Agency?s (BPS?s) happiness survey which adapts OECD better life index concepts. Evaluation of the happiness instrument was carried out using Rasch modeling. The happiness model was developed by factor analysis and Rasch modeling. The concurrent validity of the happiness model was assessed using two relevant constructs, namely job satisfaction and work motivation. The happiness index was obtained through Rasch modeling and rankings were made at the district/city and provincial levels. The results showed that all instrument evaluation parameters (item fit, outfit mean square, point measure correlation, wright-map, DIF, unidimensionality, rating scale analysis, Cronbach alpha, and separation index) were good. The happiness model was formed from 18 indicators grouped into 4 dimensions, namely retention, health, social, and incentives. The total variance explained was 59.61%. The model was statistically stated to have concurrent validity because it relates to job satisfaction and motivation in a multiple linear regression model. The average happiness level of puskesmas? HRH in Indonesia was 0.6542 ± 0.1040. Based on the province, DKI Jakarta occupies the highest position in the HRH happiness index. While North Kalimantan was the lowest. Based on districts/cities, West Sumba Regency has the highest happiness index and the lowest was Nduga Regency. Periodic measurements of HRH happiness are needed in order to immediately intervene if a problem occurs. Thus, the performance of puskesmas services will increase and have an impact on the public health status.
Read More
D-476
Depok : FKM UI, 2023
S3 - Disertasi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Susiana Nugraha; Promotor: Sabarinah; Kopromotor: Indri Hapsari Susilowati, Tri Budi Wahyuni Rahardjo, Siti Setiati, L. Meily Kurniawidjaja, Sudijanto Kamso, Sudibyo Alimoeso, Tirza Z Tamin, Deni K Sunjaya
Abstrak: Cedera terkait jatuh pada lanjut usia diidentifikasi sebagai masalah kesehatan masyarakat yang memiliki konsekuensi besar dalam mempengaruhi kualitas hidup lanjut usia. Identifikasi risiko jatuh penting dilakukan dalam upaya deteksi dini dan pencegahan untuk menurunkan morbiditas dan mortalitas akibat jatuh pada lansia. Penelitian ini ditujukan untuk mengembangkan instrumen penilai risiko jatuh pada lansia di masyarakat, dengan memodifiksi instrumen IFRAT (Indonesian Fall Risk Assessment Tool) yang pernah dikembangkan sebelumnya, namun memiliki nilai akurasi yang rendah. Instrumen Modifikasi IFRAT mengidentifikasi risiko jatuh secara multifaktor meliputi status sosiodemografi (umur jenis kelamin, wilayah tempat tinggal), faktor instrinsik (riwayat jatuh seblumnya, riwayat penyakit kronis, depresi, inkontinensia, gangguan penglihatan, gangguan pendengaran dam gangguan keseimbangan) dan faktor ekstrinsik (lingkuran tempat tinggal dan konsumsi obat).
Read More
D-451
[s.l.] : [s.n.] : s.a.]
S3 - Disertasi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive