Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Nadya Islamiati; Pembimbing: Vetty Yulianty Permanasari; Penguji: Helen Andriani, Teuku Nebrisa Zagladin
Abstrak: Salah satu jenis pelayanan di rumah sakit yang paling banyak dikunjungi danmembutuhkan waktu untuk mengantre adalah pelayanan farmasi. Hingga saat ini waktutunggu pelayanan resep obat yang belum sesuai dengan standar yang telah ditetapkanoleh Pemerintah melalui Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129 Tahun 2008, yaitu ≤30 menit untuk obat non racikan dan ≤ 60 menit untuk obat racikan masih seringditemukan dalam penyelenggaraan pelayanan farmasi di rumah sakit. Tujuan daripenelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor penyebab dari lamanya waktutunggu pelayanan resep obat pasien rawat jalan di instalasi farmasi rumah sakit diIndonesia. Penelitian ini menggunakan desain literature review yang dilakukan denganmenganalisis hasil studi yang telah tersedia sebelumnya. Dari hasil pencarian yangdilakukan melalui database PubMed, Proquest, Google Scholar, Universitas IndonesiaLibrary dan FKM UI Library, ditemukan sebanyak 18 artikel mengenai faktor-faktorpenyebab lamanya waktu tunggu pelayanan resep obat pasien rawat jalan di instalasifarmasi rumah sakit di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama waktutunggu pelayanan resep obat pasien rawat jalan di instalasi farmasi dari satu rumah sakitke rumah sakit lainnya berbeda-beda, hal tersebut dikarenakan adanya perbedaan padastatus pasien dan jenis resep obat yang dilayani. Faktor-faktor yang dapat menyebabkanlamanya waktu tunggu pelayanan resep obat pasien rawat jalan di instalasi farmasirumah sakit di Indonesia sangat bervariasi dan saling berkaitan satu sama lain,diantaranya adalah sumber daya manusia, sarana dan prasarana, kebijakan dan standaroperasional prosedur, persediaan obat-obatan, serta status pasien.Kata kunci:Faktor Penyebab, Waktu Tunggu Pelayanan Resep Obat, Farmasi Rumah Sakit,Indonesia
One of the most visited type of hospital services that requires time to queue is pharmacyservice. Until now the waiting time for prescription drug services that are not inaccordance with the standards set by the Government through Keputusan MenteriKesehatan Nomor 129 Tahun 2008, which is ≤ 30 minutes for non-concoction drugs and≤ 60 minutes for concoction drugs are still frequently found in pharmacy servicearrangements in hospitals. This research aims to determine the causal factors of thelength of waiting time for outpatient prescription drug services at hospital pharmacyinstallations in Indonesia. This research applied literature review designs that wereconducted by analyzing the previous studies results. From the search result that wasdone through PubMed, Proquest, Google Scholar, Universitas Indonesia Library, andFKM UI Library databases, 18 articles about the causal factors of the length of waitingtime for outpatient prescription drug services at hospital pharmacy installations inIndonesia were found. The result of the study showed that the waiting time foroutpatient prescription drug services at the pharmacy installation from one hospital toanother hospital was differ, it was due to differences in patient status and types ofprescription drugs served. The factors that cause the length of waiting time foroutpatient prescription drug services at hospital pharmacy installations in Indonesia veryvaried and relate to each other, such as human resources, facilities and infrastructure,policies, standard operating procedure, availability of medicine, and patients status.Keywords:Causal Factor, Waiting Time for Prescription Drug Service, Hospital Pharmacy,Indonesia.
Read More
S-10435
Depok : FKM-UI, 2020
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Alicia Meidy Savira; Pembimbing: Puput Oktamianti; Penguji: Helen Andriani, Teuku Nebrisa Zagladin
Abstrak: Burnout merupakan sindrom yang sering terjadi pada tenaga yang bekerja di institusipelayanan kesehatan tidak terkecuali apoteker. Burnout dapat berpengaruh padakesehatan dan performa kerja apoteker, kualitas pelayanan, serta keselamatan pasien.Salah satu faktor yang dapat menyebabkan burnout adalah faktor beban kerja. Penelitianini dilakukan untuk mendapatkan gambaran beban kerja pada kejadian burnout yangdialami oleh apoteker yang bekerja di rumah sakit. Penelitian ini menggunakan metodeliterature review atau tinjauan kepustakaan dengan menganalisis penelitian-penelitianyang telah dilakukan sebelumnya. Analisis dilakukan pada dua jurnal terkait denganburnout yang terjadi pada apoteker di rumah sakit. Faktor beban kerja yangdiidentifikasi pada kejadian burnout yang dialami apoteker adalah kapasitas tempattidur, jumlah pasien per hari, jenis kegiatan, jumlah kegiatan, dan waktu kerja. Burnoutdibagi menjadi tiga kategori yaitu emotional exhaustion, depersonalization, danpersonal accomplishment. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa apotekermengalami burnout pada tingkat tinggi dan sedang. Kategori burnout dengan nilai yangpaling tinggi adalah emotional exhaustion. Apoteker yang mengalami burnout lebihbanyak terlihat bekerja pada rumah sakit dengan kapasitas yang lebih besar. Selain ituapoteker yang memiliki waktu kerja yang lebih lama beresiko untuk mengalamiburnout. Sementara itu gambaran jumlah pasien, jenis serta jumlah kegiatan yangdilakukan apoteker belum dapat dibedakan pada apoteker yang mengalami burnoutdengan apoteker yang tidak mengalami burnout.Kata kunci:Faktor Beban Kerja; burnout, apoteker; rumah sakit
Burnout is a syndrome which usually happens to health workers who work in a healthservice institution including pharmacists. Burnout can affect pharmacist health andwork performance, quality of service given, and also endanger the patient safety. Thepurpose of this research is to get a picture about workload on burnout incidents thathappen among pharmacists who work at a hospital. This research is using literaturereview method to analyze other research that has been done before. The analysis isperformed on two journals related to burnout that happen to hospital pharmacists.Workload factors identified are bed capacity, daily patient number, type of activity,number of activity, and work hour. Burnout is divided into three categories which areemotional exhaustion, depersonalization, and personal accomplishment. Based onresearch results, pharmacists are experiencing high and moderate levels of burnout.Burnout category with the highest score is emotional exhaustion. Pharmacists whoexperience burnout mostly work in a hospital with larger bed capacity. Pharmacistswho have more work time are at risk to experience burnout. On the other side, thedescription of patient workload, the types and amount of activity which is conducted bythe pharmacist can not be distinguished between pharmacists who experience burnoutand pharmacists who do not experience burnout.Key words:Workload Factor; Burnout; Pharmacist; Hospital.
Read More
S-10428
Depok : FKM-UI, 2020
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Rahma Fachriza Khairunnisa; Pembimbing: Vetty Yulianty Permanasari; Penguji: Jaslis Ilyas, Teuku Nebrisa Zagladin
Abstrak:
Kinerja pegawai merupakan faktor penting dalam menentukan mutu layanan rumah sakit. RSIA SamMarie Wijaya, sebagai penyedia layanan kesehatan ibu dan anak, berupaya menjaga standar kualitas pelayanan melalui sistem penilaian kinerja. Namun berdasarkan informasi penilaian kinerja di RSIA SamMarie Wijaya belum pernah dilakukan evaluasi sehingga tidak diketahui sejauh mana efektivitas sistem penilaian kinerja yang ada saat ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi sistem penilaian kinerja pegawai menggunakan pendekatan Input-Process-Output (IPO). Penelitian dilakukan secara kualitatif melalui wawancara mendalam dan telaah dokumen dengan informan kunci seperti wakil direktur, staf SDM dan pegawai. Hasil penelitian menunjukkan adanya ketidaksesuaian antara SPO dan praktik di lapangan, belum adanya self-assessment, indikator penilaian terlalu umum, dan belum optimalnya penggunaan hasil penilaian kinerja. Disarankan agar dilakukan pembaruan SPO, penyusunan indikator yang lebih spesifik, pelibatan pegawai melalui self-assessment untuk meningkatkan kredibilitas sistem penilaian dan mengintegrasi hasil penilaian dengan sitem reward dan pelatihan.

Employee performance is a crucial factor in determining the quality of hospital services. SamMarie Wijaya Mother and Child Hospital (RSIA SamMarie Wijaya), as a provider of maternal and child healthcare services, strives to maintain service quality standards through a performance appraisal system. However, based on available information, the performance appraisal system at RSIA SamMarie Wijaya has never been formally evaluated, making the effectiveness of the current system unknown. This study aims to evaluate the employee performance appraisal system using the Input-Process-Output (IPO) approach. The research was conducted qualitatively through in-depth interviews and document reviews with key informants such as the deputy director, HR staff, and employees. The results show discrepancies between standard operating procedures (SOPs) and actual practices, the absence of self-assessment, overly general performance indicators, and suboptimal utilization of performance appraisal results. It is recommended to revise the SOPs, develop more specific indicators, involve employees through self-assessment to enhance the credibility of the appraisal system, and integrate the results with reward and training systems.
Read More
S-11929
Depok : FKM UI, 2025
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Setiyo Junianto; Pembimbing: Adik Wibowo; Penguji: Purnawan Junadi, Masyitoh, Teuku Nebrisa Zagladin
Abstrak: Tesis ini membahas pengendalian persediaan obat untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi investasi di SBU Garuda Sentra Medika (GSM). Disain penelitian adalah potong lintang dengan pendekatan kualitatif yang dibantu penghitungan. Hasil penelitian menunjukkan belum ada metode ilmiah untuk mengendalikan persediaan obat di Unit Farmasi GSM, ada kekosongan struktur organisasi, kebijakan dan prosedur kerja yang kurang, Tim Farmasi Terapi (TFT) yang belum sesuai dengan aturan yang berlaku, dan sistem informasi yang belum optimal. Saran yaitu mengevaluasi kebijakan dan prosedur kerja, memperbaiki struktur organisasi, membuat pedoman pengendalian persediaan obat yang tepat, pembentukan TFT sesuai aturan yang berlaku, dan mengembangkan sistem informasi.

Kata kunci : Obat, pengendalian persediaan obat, ABC indeks kritis, manajemen, efisiensi

This thesis discusses drug inventory control to improve effectiveness and efficiency of investment in SBU Garuda Sentra Medika (GSM). Study design is cross sectional with qualitative approach assisted by calculation. The results show there is no scientific method to control drug inventory in GSM Pharmacy Unit, lack of organizational structure, lack of policy and working procedures, Pharmacy Therapy Team (PTT) is not in accordance with the applicable rules, and lack of information system. Suggestions are evaluating policies and work procedures, fixing the organizational structure, establishing appropriate drug inventory control guidelines, establishing PTT according to applicable rules, and developing information system.

Keywords : Drug, drug inventory control, ABC critical index, management, efficiency
Read More
B-1869
Depok : FKM UI, 2017
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Styfanni Diana Maahury; Pembimbing: Masyitoh; Penguji: Ascobat Gani, Puput Oktamianti, Lies Nugrohowati, Teuku Nebrisa Zagladin
Abstrak:
Latar Belakang: Ketidakpuasan pasien terhadap waktu tunggu yang lama merupakan salah satu akibat dari kurang efisiennya sistem pelayanan yang dilakukan. Waktu tunggu yang lama memiliki korelasi yang signifikan dengan tingkat kepuasan pasien.Menunggu yang terlalu lama dapat menimbulkan rasa bosan dan kejenuhan yang akan mengurangi kepuasan terhadap pelayanan yang diberikan. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis waktu tunggu dan faktor-faktor yang berhubungan dengan waktu tunggu pelayanan resep di Instalasi Farmasi Rawat Jalan Rumah Sakit Hermina Depok. Metodologi Penelitian: Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif. Data waktu dan resep dalam penelitian ini dikumpulkan melalui observasi waktu tunggu dalam alur pelayanan resep dan wawancara petugas di instalasi farmasi rawat jalan. Hasil Penelitian: Hasil penelitian menunjukkan bahwa waktu tunggu resep obat non racikan (obat paten) masih belum sesuai dengan standar waktu yang telah ditetapkan dikarenakan banyaknya jumlah item obat yang ada dalam setiap resep non racikan. Sering terjadi penumpukan resep di dan penumpukkan keranjang obat yang selesai dikemas. Faktor-faktor yang berhubungan dengan waktu tunggu pelayanan resep dalam penelitian ini yaitu status pasien, jenis resep, jumlah item obat, shift, SDM. Distribusi SDM dalam setiap shift yang belum sesuai menyebabkan lamanya waktu tunggu pelayanan resep dalam setiap alur pelayanan resep. Faktor yang paling dominan dalam waktu tunggu pelayanan resep adalah SDM. Distribusi SDM yang sesuai dalam setiap shift terutama dalam hari ramai dapat memperbaiki waktu tunggu yang lama.


Background: Patient dissatisfaction with long waiting times is one consequence of an inefficient service delivery system. Long waiting times have a significant correlation with patient satisfaction levels. Excessive waiting can lead to boredom and fatigue, which diminishes satisfaction with the provided services. Objective: This study aims to analyze waiting times and the factors associated with prescription service waiting times at the Outpatient Pharmacy Installation of Hermina General Hospital Depok. Research Methodology: This study employs both quantitative and qualitative methods. Data on waiting times and prescriptions were collected through observations of prescription service workflows and officer interview in the outpatient pharmacy. Results: The findings indicate that the waiting time for non-compounded (patent) drug prescriptions still does not meet the established standard due to the high number of drug items per prescription. Prescription backlogs and delays in dispensing completed medications frequently occur. Factors related to prescription service waiting times in this study include patient status, prescription type, number of drug items, shift schedules, and human resources. Inefficient human resources distribution across shifts contributes to prolonged waiting times in each prescription service workflow. The most dominant factor affecting prescription service waiting times is human resources . Proper human resources allocation across shifts, particularly during peak days, can help reduce excessive waiting times.
Read More
T-7405
Depok : FKM-UI, 2025
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Suprihati; Pembimbing: Helen Andriani; Penguji: Popy Yuniar, Santi Purna Sari, Teuku Nebrisa Zagladin, Amelia Rahayu
Abstrak:
Implementasi sistem resep elektronik merupakan bagian dari digitalisasi layanan kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas pelayanan. Penelitian ini menganalisis implementasi resep elektronik di RS Izza Karawang tahun  2025 menggunakan kerangka HOT-Fit. Fokus analisis mencakup gambaran implementasi resep elektronik berdasarkan aspek human, organization, technology , dan net benefit, serta hubungan antara ketiga aspek HOT terhadap pencapaian net benefit. Penelitian ini menggunakan pendekatan mix-method dengan desain sequential explanatory, data kuantitatif dilakukan  survei terhadap 71 responden pengguna sistem dan dilakukan analisis dengan metode partial least square-structural equation modeling (PLS-SEM) sedangkan data kualitatif diperoleh dengan wawancara semi terstruktur terhadap 6 informan dan dianalisis dengan metode analisis tematik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan signifikan antara variabel human, organization, dan technology terhadap net benefit (p<0,05). Secara kualitatif, teridentifikasi bahwa implementasi sistem resep elektronik di RS Izza Karawang sudah berjalan cukup baik. Keberhasilan implementasi sistem resep elektronik ditentukan oleh sinergi antara teknologi yang andal, dukungan organisasi yang kuat, pengguna yang siap dan puas, serta hasil nyata berupa manfaat sistem. Namun masih terdapatnya kendala seperti kurang optimalnya fitur sistem dan kebutuhan akan pelatihan berkelanjutan. Disarankan agar rumah sakit meningkatkan kapasitas pengguna, memperkuat dukungan organisasi serta mengembangkan infrastruktur teknologi guna mendukung keberlanjutan sistem. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa kerangka HOT-Fit efektif dalam menjelaskan faktor-faktor yang memengaruhi keberhasilan implementasi resep elektronik.


The implementation of an electronic prescription system is part of the digitalization of health services that aims to improve the efficiency and quality of service. This study analyzes the implementation of electronic prescriptions at Izza Karawang Hospital in 2025 using the HOT-Fit framework. The focus of the analysis includes an overview of the implementation of electronic prescriptions based on human, organizational, technological, and net benefit aspects, as well as the relationship between the three HOT aspects to achieving net benefits.This study uses a mix-method approach with a sequential explanatory design, quantitatively were surveyed on 71 respondents who used  the system and analyzed using the partial least square-structural equation modeling (PLS-SEM) method while qualitative data were obtained through semi-structured interviews with 6 informants and analyzed using thematic analyzis method. The results showed that there was a significant relationship between human, organization, and technology variables on net benefits (p<0,05). Qualitatively, it was identified that the implementation of the electronic prescription systen at Izza Karawang Hospital had been running quite well. The succes of the implementionof the electronic prescription system is determined by the synergy between reliable technology, strong organizational support, ready and satisfied users, and real results in the form of system benefits. However, there are still obstacles such as less than optimal system features and the need for ongoing training. This study also shows that the HOT-Fit framework is effective in explaining factors that influence the succes of e-prescription implementation. 

Read More
B-2527
Depok : FKM UI, 2025
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Denny Puri Apriansyah; Pembimbing: Wachyu Sulistiadi; Penguji: Dumilah Ayuningtyas, Vetty Yulianty Permanasari, M. Ayus Astoni, Teuku Nebrisa Zagladin
Abstrak:

ABSTRAK Nama : Denny Puri Apriyansyah Program Studi : Kajian Administrasi Rumah Sakit Judul : Analisis Pengendalian Persediaan Obat E-catalogue  Untuk Mencegah Kekosongan Obat di RSUD Palembang BARI Obat merupakan bagian terpenting dalam pelayanan kesehatan, sehingga pemerintah berkewajiban menjamin ketersediaan, pemerataan dan keterjangkauan obat.Kebijakan pengadaan obat secara e-purchasing memiliki beberapa hambatan sehingga menyebakan terjadinya kekosongan obat di gudang farmasi. Penelitian ini bertujuan mengetahui faktor-faktor eksternal dan internal penyebab terjadinya stock out obat e-catalogue  dan melakukan upaya pengendalian logistik menggunakan metode analisis ABC indeks kritis dan perhitungan Economic Order Quantity (EOQ) dan  Re Order Point (ROP). Metode penelitian yang digunakan adalah riset operasional dengan wawancara mendalam, observasi dan telaah dokumen. Hasil penelitian menunjukkan faktor eksternal yang menyebabkan terjadinya stock out antara lain ketersediaan obat belum optimal, kelemahan distribusi, proses approval yang lama dari pemasok, ketidaksesuaian harga antara sistem e-catalogue  dan harga obat saat ini, lemahnya sanksi, keluhan perangkat lunak, dan koneksi jaringan, sedangkan kendala dari internal rumah sakit diantaranya kurangnya jumlah SDM, belum adanya kebijakan dan prosedur pengelolaan obat e-catalogue  serta keterlambatan pembayaran kepada distributor. Upaya pengendalian persediaan obat e-catalogue  melalui analisis ABC indeks kritis terdapat 11 item obat e-catalogue  yang tergolong kelompok A, terdapat 71 item obat e-catalogue  tergolong kelompok B, dan 270 item obat e-catalogue tergolong kelompok C. Berdasarkan metode EOQ didapatkan jumlah pemesanan optimum obat e-catalogue  kelompok A berjumlah mulai dari 42 – 5090 unit. Berdasarkan metode ROP dengan mempertimbangkan safety stock diperoleh titik pemesanan kembali untuk kelompok A mulai dari 1038 – 30240 unit. Kata kunci : e-purchasing, e-catalogue , stock out, analisis ABC, EOQ, ROP


ABSTRACT Nama : Denny Puri Apriyansyah Program Studi : Kajian Administrasi Rumah Sakit Judul : Inventory Control Analysis of E-catalogue  Drug to Prevent Stock Out at Palembang BARI Hospital in 2016 Drugs are the most important part of health care, so the government is obliged to ensure the availability, equity and affordability of medicines. The e-purchasing drug procurement policy has several obstacles, causing drug vacancy in the pharmaceutical warehouse. This study aims to determine the external factors and internal causes of drug stock outs e-catalog and perform logistic control efforts using the analysis method of critical index ABC and the calculation of Economic Order Quantity (EOQ) and Re Order Point (ROP). The research method used is operational research with in-depth interview, oservation and document review. The results of the study show that external factors that cause the stock out, among others, the availability of the drug has not been optimal, the weakness of distribution, the old approval process from the supplier, the price discrepancy between the e-catalog system and the current drug price, the severity of the sanctions, the software complaints and the network connection , While the internal hospital constraints include the lack of human resources, the absence of e-catalog drug management policies and procedures as well as late payment to distributors. Efforts to control the supply of e-catalog drugs through the analysis of critical index ABC there are 11 items of drug e-categorized belonging to group A, there are 71 items of drug e-catalog belong to group B, and 270 items of drug e-catalog belong to group C. Based on EOQ method obtained The optimum order quantity of group A e-catalog drugs ranged from 42 - 5090 units. Based on ROP method by considering safety stock obtained point of reorder for group A starting from 1038 - 30240 unit. Key words : e-purchasing, e-catalogue , stock out, ABC analysis, EOQ, ROP

Read More
B-1902
Depok : FKM-UI, 2017
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Endah Gusnita; Pembimbing: Purnawan Junadi; Penguji: Amal Chalik Sjaaf, R. Soeko W. Nindito D., Teuku Nebrisa Zagladin
Abstrak:
Latar belakang: Pelayanan kesehatan merupakan hak dasar masyarakat yang wajib diselenggarakan secara efektif dan efisien oleh rumah sakit, termasuk dalam hal pengelolaan persediaan farmasi. Rumah Sakit Kanker Dharmais sebagai Rumah Sakit Pusat Kanker Nasional memiliki tantangan dalam menjaga ketersediaan obat kanker yang bernilai tinggi dan berisiko kritis. Berdasarkan data capaian indikator Rasio Beban Persediaan Farmasi terhadap Pendapatan Operasional pada periode September–Desember 2024, diketahui bahwa nilai rasio tersebut tidak mencapai target yang ditetapkan Kementerian Kesehatan. Hal ini mengindikasikan perlunya evaluasi terhadap sistem pengendalian persediaan farmasi. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas analisis ABC-VEN dalam pengendalian persediaan farmasi di RSK Dharmais. Metode: Penelitian menggunakan desain operational research dengan pendekatan campuran kualitatif dan kuantitatif. Data diperoleh melalui wawancara mendalam kepada informan kunci serta data sekunder dari SIMRS dan laporan rumah sakit tahun 2024. Analisis dilakukan terhadap seluruh item obat yang termasuk dalam formularium rumah sakit. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada pengelompokan ABC, kelompok A berdasarkan jumlah pemakaian terdiri dari 79 item (6,11%) yang menyumbang 69,93% nilai penggunaan, dan berdasarkan nilai investasi terdiri dari 107 item (8,27%) dengan kontribusi 69,97% dari total investasi. Kelompok obat esensial mendominasi dengan proporsi 79,60% (1.030 item), diikuti oleh kelompok non-esensial 11,90% dan vital 8,50%. Kombinasi analisis ABC-VEN menunjukkan bahwa sebagian besar obat prioritas tinggi adalah obat kanker. Simulasi ITOR menunjukkan bahwa tingkat perputaran persediaan dapat ditingkatkan, sehingga manajemen stok menjadi lebih efisien dan adaptif terhadap kebutuhan klinis. Kesimpulan: Analisis ABC-VEN terbukti efektif dalam mengidentifikasi prioritas pengendalian dan optimalisasi pengelolaan obat kanker di RSK Dharmais, serta berkontribusi dalam peningkatan efisiensi logistik farmasi rumah sakit.Background: Healthcare services are a fundamental right of every citizen and must be delivered effectively and efficiently by hospitals, including the management of pharmaceutical inventories. Dharmais Cancer Hospital, as the National Cancer Center Hospital in Indonesia, faces significant challenges in ensuring the availability of high-cost and critically important cancer drugs. Based on the performance indicator of the Pharmaceutical Inventory Cost Ratio to Operational Revenue for the period of September to December 2024, it was found that the ratio consistently failed to meet the targets set by the Ministry of Health. This condition highlights the need for an evaluation of the pharmaceutical inventory control system. Purpose: This study aims to evaluate the effectiveness of the ABC-VEN analysis in controlling pharmaceutical inventory at Dharmais Cancer Hospital. Method: This research employs an operational research design with a mixed-method approach, incorporating both qualitative and quantitative data. Primary data were collected through in-depth interviews with key informants, while secondary data were obtained from the Hospital Information Management System (SIMRS) and institutional reports from the year 2024. The analysis was conducted on all pharmaceutical items listed in the hospital formulary. Results: The results show that in the ABC classification, Class A drugs based on usage volume included 79 items (6.11%) which accounted for 69.93% of total drug usage value, while based on investment value, 107 items (8.27%) represented 69.97% of total inventory value. Essential drugs dominated the VEN classification with 79.60% (1,030 items), followed by non-essential drugs at 11.90% and vital drugs at 8.50%. The ABC-VEN matrix revealed that most high-priority drugs were cancer medications. ITOR simulation results indicated that inventory turnover could be significantly improved, leading to more efficient and responsive stock management aligned with real clinical needs. Conclusion: ABC-VEN analysis proved effective in identifying inventory control priorities and optimizing the management of cancer drugs at Dharmais Cancer Hospital, thereby enhancing pharmaceutical logistics efficiency.

Read More
T-7387
Depok : FKM UI, 2025
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive