Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 28644 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Jusly Adrianus Lakapu; Pembimbing: Tri Yunis Miko Wahyono; Penguji: Yovsyah, Lukman Hakim Tarigan, Niken Wastu Palupi, I Nyoman Kandun
Abstrak: Kanker leher rahim merupakan penyakit yang sering terjadi pada wanita,dimana 1.4 juta wanita diseluruh dunia mengalaminya.Di Indonesia insidenkanker leher rahim adalah 12.3/100.000 perempuan.Hasil dari program deteksidini kanker leher rahim di Kabupaten Karawang dengan metode IVA,mendapatkan kasus kanker leher rahim sebanyak 246 dari tahun 2010. Sedangkanpada tahun 2014 sampai bulan Juni terdapat 56 kasus kanker leher rahim.Tingginya kasus kawin cerai (200 kasus/tahun)dan meluasnya tempat-tempat prostitusidi Kabupaten Karawang merupakan faktor risiko terhadap kejadian kanker leherrahim. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan faktor risiko prilakuseks berganti pasangan dengan kejadian kanker leher rahim serta faktorkovariatnya di Kabupaten Karawang.Desain penelitian ini adalah kasus kontrol dengan perbandingan kontrolterhadap kasus 2:1.Data kasus dan kontrol diperoleh dari Puskesmas dan RumahSakit Umum Daerah Karawang.Informasi mengenai umur, pendidikan, pekerjaan,pendapatan, riwayat keluarga kanker, usia seks pertama, merokok, pengunaankontrasepsi paritas dan pola konsumsi dikumpulkan dengan melakukanwawancara langsung dengan kuesioner.Besarnya risiko prilaku seks bergantipasangan ditentukan dengan odds ratio (OR) dan 95% confidence interval (CI)menggunakan analisis logistic regression.Sebanyak 52 kasus dan 104 kontrol berpartisipasi dalam penelitian ini.Hasil analisis bivariate terhadap hubungan prilaku seks berganti pasangan dankejadian kanker leher rahim, mendapatkannilai p=0.0003, OR=3.57 (CI95%:1.67-7.6). Sedangkan hasil analisis multivariate mendapatkan nilai p=0.042,OR: 2.68 (CI 95%: 1.03-6.9). Terdapat 5 variabel confounding yaitu umur,pendidikan, riwayat kanker keluarga, merokok aktif dan penggunaan kontrasepsi.Terdapat hubungan signifikan antara prilaku seks berganti bergantipasangan dengan kejadian kanker leher rahim.Wanita yang berprilaku seksberganti pasangan memiliki risiko 2.68 kali untuk terkena kanker leher rahimdibandingkan dengan wanita yang tidak berprilaku seks berganti pasangan. Dinaskesehatan diharapakan memberikan penyuluhan kepada para wanita akan risikoprilaku berganti pasangan seks serta meningkatkan upaya deteksi dini untukpencegahan ke stadium yang lebih lanjut.Kata kunci: kanker leher rahim, prilaku seks berganti pasangan, case control study
Cervical cancer is commonly occurs in woman. More than 1.4 million ofwomen suffer from this disease.In Indonesia the Incidence Rate of cervical canceris 13/100.000 woman. The result of early detection cervical cancer program withIVA method in Karawang revealed 246 cases from 2010-2013. In 2014 until Junethere are 56 cases. The increasing of divorced rate (200 cases/year)andprostitutions di Karawang District are the risk factor of cervical cancer. Thepurpose of this research is to know the risk factor of changed sex partner towardscervical cancer in Karawang District.A case control study design was conducted with two controls per case. Thesource of data identified from public health centre register and confirmed casesfrom hospital register of Karawang during 2014. Information collected onparticipants using pretested questionnaires, during household interviews includedage, education level, occupation, income, family cervical cancer history, age offirst sex, smoking, using hormonal contraception, parity and consumption pattern.We estimated odds ratio (OR) and confidence interval (CI 95%) usingmultivariate logistic regression.Fifty-two cases and 104 controls were enrolled. The bivariate model ofchanging sex partner towards cervical cancer showed (OR: 3.57 CI 95%: 1.67-7.6). The multivariate model included age, level education, income, familycervical cancer history, smoking active and passive, parity, age of first time sex,using hormonal contraception, and food contain carcinogen consumption. Theodds ratio adjusted (OR adj : 2.68, CI 95%: 1.03-6.9). The variable of age, level ofeducation, family cervical cancer history, active smoking and using hormonalcontraception are the confounders in relation between changing sex partner withcervical cancer.Woman with changing sex partner behaviour were more likely to havecervical cancer 2.68 times compared with women who did not changing sexpartner. District Health office of Karawang should increasing the health campaignof the risk factor of cervical cancer and preventing cervical cancer with earlydetection in public health centre.Key words: cervical cancer, changing sex partner, case control study
Read More
T-4087
Depok : FKM-UI, 2014
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Indi Susanti; Pembimbing: Tri Yunis Miko Wahyono; Penguji: Sudarto Ronoatmodjo, Fatum A.R. Basalamah, Rohim Hamdani
T-3199
Depok : FKM-UI, 2010
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Cahya Edi Prastyo; Pembimbing: Dwi Gayatri; Penguji: Krisnawati Bantas, Asri C. Adisasmita, Budiyono, Kusuma Ari
Abstrak: ABSTRAK 
Kanker serviks uteri masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Kejadian kanker serviks uteri sebesar 12,6/100000 wanita dan angka kematiannya sebesar 7,0/100000 wanita (IARC, 2008). Hal ini dimungkinkan karena faktor resiko yang masih belum tertangani di masyarakat. Multi paritas (khususnya paritas > 4 kali) atau jumlah melahirkan pada wanita sebagai salah satu faktor resiko kanker serviks uteri ternyata masih tinggi di masyarakat. Penelitian ini ingin mengetahui pengaruh paritas > 4 kali terhadap kejadian kanker serviks uteri di 6 rumah sakit Indonesia. Penelitian dilakukan dengan desain kasus kontrol berbasis rumah sakit, dengan sampel sebanyak 364 wanita yang telah dipasangkan berdasarkan asal rumah sakit dan umur interval 10 tahun. Analisis multivariat menggunakan conditional logistic regression. Hasil menunjukkan bahwa paritas > 4 meningkatkan resiko kanker serviks uteri OR: 1,85 ; CI 95% (1,14 -3,02). Oleh karenanya usaha untuk pengembangan program yang dapat membatasi kelahiran seperti program Keluarga berencana akan membantu menurunkan terjadinya kasus serviks uteri.
 ABSTRACT
 Uterine cervical cancer is still a public health problem in Indonesia with incidence rate of 12.6 / 100,000 women and mortality rate 7.0 / 100,000 women. (IARC, 2008). Indonesian mortality rate is still high due to the risk factors that have not been handled in community. Multi parity (especially parity > 4) or total of women giving birth as a risk factor for uterine cervical cancer was still high. This study aims to determine the effect of parity > 4 to uterine cervical cancer. The study design is a hospital-based case-control, which samples were taken from 6 hospitals and then matched by hospital and age interval of 10 years. Multivariate analysis using conditional logistic regression shows the parity > 4 increases the risk of uterine cervical cancer OR: 1.85, CI 95% (1.14 -3.02). Therefore, efforts to develop programs that can limit births as family planning program will help reduce the occurrence of cases of cervix uteri.
Read More
T-3696
Depok : FKM-UI, 2013
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Frides Susanty; Pembimbing: Krisnawati Bantas, Helda; Penguji: Yovsyah, Laila Nuranna
Abstrak: ervisitis merupakan bagian dari Infeksi Menular Seksual (IMS), dengan perkembangan bidang sosial, demografik dan meningkatnya migrasi penduduk, populasi berisiko tinggi akan semakin meningkat. WHO memperkirakan 376 juta infeksi baru dengan 1 dari 4 IMS yaitu: klamidia (127 juta), gonore (87 juta), sifilis (6,3 juta) dan trikomoniasis (156 juta). Penelitian Gatot dkk menunjukkan 11,9 % pasien mengalami servisitis. Penelitian Iskandar, dkk prevalensi infeksi serviks (klamidia 9,3 % dan gonore 1,2 %). Berdasarkan hasil SDKI, terjadi peningkatan tren pemakaian kontrasepsi di Indonesia sejak tahun 1991 sampai 2017. Secara statistik terdapat hubungan yang signifikan antara servisitis dengan infeksi HPV, sehingga bila servisitis tidak ditangani dengan baik, maka akan meningkatkan risiko untuk terinfeksi HPV. Seseorang dengan gejala servisitis mukopurulen meningkatkan risiko terjadinya kanker serviks.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan penggunaan kontrasepsi hormonal dengan kejadian servisitis. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif, dengan desain cross sectional study. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari hasil pemeriksaan IVA puskesmas yang didampingi Female Cancer programme (FcP) di DKI Jakarta tahun 2017-2019. Jumlah sampel 3563 orang, yaitu memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Analisis yang digunakan logistic regression. Prevalensi penyakit servisitis pada penelitian ini 11,20%. Terdapat hubungan penggunaan kontrasepsi hormonal dengan kejadian servisitis yang bermakna signifikan secara statistik dengan p-value =0,0000 POR 1,673 95% CI (1,323 - 2.115). Perlu dilakukan pemeriksaan secara berkala pada perempuan yang menggunakan kontrasepsi hormonal untuk mencegah terjadinya servisitis dan .kanker leher rahim
Cervicitis is one of the Sexually Transmitted Infections (STIs). There is a correlation between socio-demographic development and migration with increase of the number of high-risk populations. WHO estimates there are 376 million new infections by 1 out of 4 STIs, such as chlamydia (127 million), gonorrhea (87 million), syphilis (6.3 million) and trichomoniasis (156 million). Gatot et al, showed that 11.9% of patients had cervicitis. Iskandar, et al, also showed the prevalence of cervical infections (chlamydia 9,3% and 1,2% gonorrhea). Based on the results of the SDKI, there had been an increasing trend in contraceptive use in Indonesia from 1991 to 2017. There was a statistically significant association between cervicitis and HPV infection. It will increase the risk of getting infected by HPV if cervicitis is left untreated. Additionally, a person with mucopurulent cervicitis symptoms has an increased risk of cervical cancer. This study aims to determine the relationship between the use of hormonal contraceptives and the incidence of cervicitis. This is a quantitative study with a cross sectional study design. This study used secondary data from the results of the VIA examination at the primary health care supervised by the Female Cancer Program (FcP) in DKI Jakarta in 2017-2019. The number of samples were 3563 people, who met the inclusion and exclusion criteria. This study used logistic regression to analyze the data. The prevalence of cervicitis in this study was 11.20%. There is a relationship between hormonal contraceptive use and the incidence of cervicitis which is statistically significant with p-value<0.0001. Thus, it is necessary to carry out periodic checks on women who use hormonal contraception to prevent cervicitis and cervical cancer.
Read More
T-6019
Depok : FKM-UI, 2020
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Endah Febri Lestari; Pembimbing: Mondastri Korib Sudaryo; Penguji: Helda, Endang Lukitosari, Siti Sulami
Abstrak:
Gonore masih menjadi salah satu Infeksi Menular Seksual (IMS) terbanyak di seluruh dunia. Pada tahun 2020 diperkirakan terjadi 82 juta infeksi baru gonore .Prevalensi Gonore dan IMS lainnya tinggi pada populasi berisiko seperti pada Wanita Pekerja Seks (WPS). Menurut hasil Survei Terpadu Biologis dan Perilaku tahun 2018-2019 diketahui sebanyak 11,4% WPS terinfeksi gonore. Penggunaan kondom secara konsisten terbukti mengurangi risiko IMS, namun demikian prevalensi penggunaan kondom pada kelompok WPS masih rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan konsistensi penggunaan kondom oleh semua pasangan WPS dengan status infeksi gonore pada WPS di 6 Kabupaten/Kota. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional yang dilakukan pada bulai Mei-Juni 2023 dengan menggunakan data STBP 2018/2019. Sampel penelitian ini sebanyak 1.026 responden yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Peneliti melakukan analisis univariat, analisis bivariat dengan uji chi square dan analisis multivariat dengan uji cox regression. Hasil penelitian didapatkan bahwa responden yang semua pasangannya tidak konsisten menggunakan kondom berisiko 1,42 kali untuk terinfeksi gonore dibandingkan responden yang pasangannya konsisten menggunakan kondom setelah dikontrol umur, status perkawinan, tingkat pendidikan, lokasi menjual seks, ketersediaan kondom dan konsumsi alkohol (PR=1,42;95%CI=0,98-2,08;p value=0,07). Disarankan agar pemberlakuan peraturan daerah terkait kewajiban penggunaan kondom di tempat hiburan dan lokalisasi ditegakkan dengan melibatkan tokoh masyarakat setempat dalam pelaksanaannya.



Gonorrhea is still one of the most sexually transmitted infections (STIs) worldwide. WHO estimate 82 million new infections of gonorrhea occured in 2020. According to the results of the Integrated Biological and Behavioral Survei (STBP) 2018/2019, it was found that 11.4% of FSW were infected with gonorrhea. Consistency of condom use has been shown to reduce the risk of STIs, however, the prevalence of condom use in the FSW group is still low. This study aims to determine the relationship between the consistency of condom use by FSW’s partners and the status of gonorrhea infection in FSW in 6 districts/cities. This study used a cross-sectional study design which was conducted from May to June 2023 using STBP 2018/2019 data. The sample for this study was 1,026 respondents who met the inclusion and exclusion criteria. This study conducted univariate analysis, bivariate analysis with the chi square test and multivariate analysis with the Cox regression test. The results showed that respondents whose partners did not consistently used condoms had a 1.42 times risk of getting infected with gonorrhea compared to respondents whose partners consistently use condoms after adjusted by age, marital status, education level, location of selling sex, availability of condoms and alcohol consumption (PR:1.42, 95%CI:0.98-2.08, p value:0.07). It is suggested that regional regulations related to the obligation to use condoms in entertainment venues and localization be enforced by involving community leaders in their implementation.
Read More
T-6774
Depok : FKM-UI, 2023
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Novi Indriastuti; Pembimbing: Krisnawati Bantas; Penguji: Sudarato Ronoatmodjo, Gatot Purwoto, Niken Wastu Palupi
T-4752
Depok : FKM-UI, 2016
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Luthfiyyah Mutsla; Pembimbing: Yovsyah; Penguji: Renti Mahkota, Gandi Agusniadi
Abstrak: Adanya transisi epidemiologi menjadikan penyakit tidak menular menjadi masalah baru di dunia kesehatan. Kanker leher rahim merupakan salah satunya. Penelitian Globocan tahun 2008 mengungkapkan bahwa kanker leher rahim merupakan kanker kedua penyebab lebih dari 80% kematian pada perempuan yang hidup di negara-negara berkembang. Di Indonesia dilaporkan terdapat 15.000 kasus baru kanker leher rahim pada tiap tahunnya.
 
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran dan faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan kanker leher rahim di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta tahun 2012. Penelitian ini dilakukan dengan mengambil data sekunder di bagian rekam medis RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta dengan desain studi kasus kontrol dan sampel sebanyak 100 orang masing-masing pada kelompok kasus dan kelompok kontrol.
 
Faktor-faktor yang diidentifikasi dapat meningkatkan risiko kanker leher rahim adalah umur, tingkat pendidikan, status pekerjaan, usia pertama kali berhubungan seksual, jumlah pasangan seksual, dan paritas. Diketahui bahwa faktor yang paling dominan mempengaruhi kejadian kanker leher rahim di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta tahun 2012 adalah paritas ≥3 anak (OR = 51,8; 95% CI: 14,53 - 184,67) dan berhubungan seksual pertama kali pada usia <16 tahun (OR = 40,91; 95% CI: 8,96 - 186,81).
 
Untuk mengurangi kejadian kanker leher rahim diharapkan bagi instansi terkait dapat lebih mengutamakan upaya pelayanan promotif dan preventif dengan meningkatkan cakupan pelayanan deteksi dini kanker leher rahim dan penyuluhan kesehatan mengenai kanker leher rahim yang lebih massal sehingga dapat mencapai semua lapisan masyarakat.
 

Transition of epidemiology has made a non-communicable diseases becoming the new health problems in the world. Cervical cancer is one of the problems. Globocan study in 2008 have shown that cervical cancer is the second most common cancer that leading causes more than 80% of deaths in women living in developing countries. In Indonesia there are 15.000 new cases of cervical cancer reported each year.
 
The purpose of this study is to know the prevalence of cervical cancer itself and risk factors that associated with cervical cancer in RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta, 2012. The research was conducted by taking secondary data on the medical record of RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta with case-control study and the sample size is 100 subjects in the case group and control group, respectively.
 
Factors that have been identified to increase the risk of cervical cancer are age, education level, employment status, age at first sexual intercourse, number of sexual partners, and parity. It is known that the most dominant factors that affecting the incidence of cervical cancer in RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta in 2012 are high parity (≥3) (OR = 51,8; 95% CI: 14,53 – 184,67) and first sexual intercourse at age <16 years (OR = 40,91; 95% CI: 8,96 - 186,81).
 
To reduce the incidence of cervical cancer the related agencies are expected to be more emphasis on promotive and preventive programs to improve the coverage of early detection of cervical cancer and health education about cervical cancer to be more mass so it can reach to all levels of society.
Read More
S-7823
Depok : FKM-UI, 2013
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Tiara Mahalika; Pembimbing: Yovsyah; Penguji: Renti Mahkota, Nurlia
Abstrak:
Kanker leher rahim menempati posisi ketiga dengan jumlah sebanyak 36.633 kasus dan 21.003 kematian (9,0%) setelah jantung koroner dan kanker payudara di Indonesia. Hal ini mendorong pemerintah menempatkan pencegahan dan penanggulangan kanker leher rahim sebagai salah satu prioritas masalah Kesehatan melalui program deteksi dini IVA. Meski sudah memiliki bukti yang kuat bahwa deteksi dini mampu menurunkan angka kematian akibat kanker leher rahim, namun capaian deteksi dini tetap saja rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan riwayat kunjungan deteksi dini kanker leher rahim pada WUS di Puskesmas Alianyang Pontianak Tahun 2022 berdasarkan teori multistage model of carcinogenesis oleh Armitage dan Doll. Desain studi yang digunakan adalah potong lintang dengan sumber data sekunder dari catatan medis deteksi dini kanker leher rahim dan kanker payudara. Analisis data dilakukan secara bivariat menggunakan uji chi square. Jumlah sampel penelitian adalah 101 WUS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan riwayat kunjungan deteksi dini kanker leher rahim adalah pendidikan PR = 2,766 (95% CI: 0,698-7,904) dan frekuensi menikah PR = 4,725 (95% CI: 0,727-30,721). Perlu dilakukan peningkatan pengetahuan masyarakat khususnya WUS mengenai deteksi dini kanker leher rahim dan faktor risikonya baik melalui media berbasis internet, media sosial maupun intervensi langsung ke masyarakat.

Cervical cancer occupies the third position with a total of 36,633 cases and 21,003 deaths (9.0%) after coronary heart and breast cancer in Indonesia. This has prompted the government to place prevention and control of cervical cancer as one of the priority health issues through Early Detection using IVA test. Despite of strong evidence that cervical cancer screening results in reducing mortality from the disease, the uptake for cervical screening among Indonesian women remains low. This study aims to determine the factors associated to history of early detection of cervical cancer among women of Reproductive Age in Puskesmas Alianyang Pontianak in 2022 based on the theory of the multistage model of carcinogenesis by Armitage and Doll. This cross-sectional study was conducted using secondary data from medical records of early detection of cervical cancer and breast cancer. Bivariate analysis was performed using the chi square test. The number of research sample was 101 reproductive-aged women. The results showed that the factors associated to history of early detection of cervical cancer were education PR = 2,766 (95% CI: 0,698-7,904) and frequency of marriage PR = 4,725 (95% CI: 0,727-30,721). It is necessary to improve community?s knowledge especially the women in their reproductive age about cervical precancer early detection and related risk factors through internet-based media, social media and direct intervention to the community.
Read More
S-11168
Depok : FKMUI, 2023
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Pian Kapiso; Pembimbing: Astri C. Adisasmita; Penguji: Putri Bungsu, Rindu Rachmiaty, Mira Miranti Puspitasari
Abstrak: Asma merupakan penyakit inflamasi (peradangan) kronik saluran napas. Menurut WHO penderita asma di dunia mencapai 285 juta pada tahun 2016 dengan 383.000 kematian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara jarak rumah dan sumber pencemaran luar rumah (Outdoor Pollution) menggunakan desain kasus kontrol. Kasus adalah penduduk Kecamatan Pangkalan berusia >15 tahun, menderita asma pada tahun 2017dan tercatat dalam register Puskesmas dan klinik kesehatan. Control adalah penduduk Kecamatyan Pangkalan berusia >15 tahun, tidak mnderita asma pada periode yang sama dan tinggal dekat dengan kasus. Jarak antara rumah dengan sumber pencemaran diperoleh dengan menggunakan aplikasi Global Positioning System (GPS) Coordinates dan Distance Calculator. Hasil penelitian ini menyebutkan bahwa orang yang tinggal dekat dengan jalan raya berisiko 1.34 kali untuk menderita asma dibandingkan dengan mereka yang tinggal jauh dari jalan raya (95%CI :0.61-2.97), orang yang tinggal dekat dengan pabrik pembakaran batu kapur berisiko 0.55 kali untuk terkena asma dibandingkan dengan mereka tinggal jauh (95%CI : 0.25-1.19), orang yang tinggal dekat dengan jalan raya dan atau pabrik pembakaran batu kapur berisiko 1.04 kali dibandingkan dengan mereka jauh (95%CI : 0.76-1.42). Pemerintah Perlu meningkatkan sarana dan prasarana, pendanaan, Sumber Daya Manusia, Koordinasi lintas program dan lintas sektor, melakukan penilaian, supervisi/bimbingan teknis dan monitoring pelaksanaan dan pencapaian program. Diharapkan Peran serta masyarakat dalam kegiatan pencegahan penyakit asma dan faktor risikonya (tungau, debu dalam rumah, bulu binatang, asap obat nyamuk bakar, asap rokok, polusi udara melalui kenderaan roda dua/empat dan pabrik, selalu membersihkan perabot rumah dalam hal ini kasur, selimut, sprei minimal 2-3 kali dalam seminggu).
Read More
T-5619
Depok : FKM-UI, 2019
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Yanti Kamayanti Latifa; Pembimbing: Nurhayati Adnan; Penguji: Ratna Djuwita, Diah Mulyawati Utari, Yuminar Usman, Cendekia Sri Muwarni
T-4128
Depok : FKM UI, 2014
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive