Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 40969 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Siti Maisaroh; Pembimbing: Nasrin Kodim; Penguji: Krisnawati Bantas, Kusharisupeni, Siti Kulsum, Abas Basuni Djahari
T-4098
Depok : FKM-UI, 2014
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Desya Mulyaningrum; Pembimbing: Martya Rahmaniati Makful; Penguji: Iwan Ariawan, Mugia Bayu Rahadja
Abstrak:
BBLR adalah berat bayi lahir kurang dari 2500 gram (sampai dengan 2499 gram). BBLR dapat menyebabkan kematian dan kesakitan prenatal, serta meningkatkan risiko terkena penyakit tidak menular. Proporsi BBLR di Indonesia dari periode SDKI 2007, 2012, 2017 cenderung stabil dan tidak ada penurunan dari tahun 2007 dengan tahun 2017. Kehamilan tidak diinginkan menjadi salah satu faktor risiko BBLR. Kehamilan tidak diinginkan (unwanted pregnancy) adalah suatu kehamilan yang terjadi di luar perencanaan. Karena pasangan suami atau istri tidak mau menggunakan kontrasepsi, tidak ada akses ke pelayanan KB sehingga menyebabkan kehamilan, dimana sceara fisik atau psikologis pasangan tidak siap dan menolak kejadian kehamilan (unwanted pregnancy). Proporsi kehamilan tidak diinginkan berdasarkan periode SDKI 2007, 2012, 2017 cenderung stabil.
 
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kehamilan tidak diinginkan terhadapp kejadian BBLR perdesaan dan perkotaan di Indonesia berdasarkan data sekunder SDKI 2017. Penelitian ini menggunakan data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017. Sampel penelitian ini adalah kelahiran hidup dalam 5 tahun sebelum survei dengan laporan berat lahir yang memiliki berat kurang dari 2500 gram dan bertempat tinggal di pedesaan atau perkotaan di Indonesia.
 
Hasil penelitian ini adalah proporsi kejadian kehamilan tidak diinginkan di Indonesia adalah 7,6% dengan rincian 8,9% di perkotaan, 6,3% di perdesaan. Pada daerah perkotaan, kehamilan diinginkan lebih berisiko untuk mengalami BBLR setelah dikontrol dengan variabel tingkat pendidikan, komplikasi kehamilan, dan paritas.
 
Hasil analisismultivariat secara statistik kategori kehamilan dengan BBLR di perkotaan menunjukkan hubungan yang tidak bermakna. Pada daerah perdesaan kehamilan diinginkan lebih berisiko untuk mengalami BBLR setelah dikontrol dengan variabel tingkat ekonomi, komplikasi kehamilan, dan kunjungan ANC. Hasil analisis multivariat secara statistik kategori kehamilan dengan BBLR di perdesaan menunjukkan hubungan yang tidak bermakna.
 

LBW is brith weight less than 2500 grams (up to 2499 grams). LBW can cause prenatal death and pain, and increase the risk of causing non-communicable diseases. The proportion of LBW in Indonesia from the 2007 IDHS period, 2012, 2017 was stable and there was no different from 2007 to 2017. Unwanted pregnancies became one of the risk factors for LBW. Unwanted pregnancy is a pregnancy that occurs outside of planning. Because a husband or wife partner cannot use contraception, there is no access to family planning services which causes pregnancy, while the physical or psychological condition of the partner is not ready and rejects the pregnancy. The proportion of unwanted pregnancies in the 2007, 2012, 2017 IDHS period is stable.
 
This research discusses the expected research on rural and urban LBW events in Indonesia based on the IDHS 2017 secondary data. This study uses data from the Indonesian Demographic and Health Survey (SDKI) 2017. The sample of this study was a study of life in 5 years before the survey with reports on birth weight which weighs less than 2500 grams and resides in rural or urban areas in Indonesia.
 
The results of this study are that the proportion of undesirable events in Indonesia is 7.6% with 8.9% in urban areas, 6.3% in rural areas. In urban areas, pregnancy needs to be more for LBW after controlled by variable levels of education, complications of pregnancy, and parity.
 
The results of multivariate analysis with statistics on the category of pregnancies with LBW in urban areas show a not significant relationship. In BPLR, after being controlled by economic level variables, complications, and ANC visits. The results of multivariate analysis based on statistics on the category of pregnancies with LBW in rural areas showed a not significant relationship.
 
 
Read More
S-9896
Depok : FKM-UI, 2019
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Fitri Mar`atus Sholilah; Pembimbing: Syahrizal Syarif; Penguji: Helda, Anindita Dyah Sekarputri
S-8502
Depok : FKM UI, 2014
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Aghnia Dima Rachmawati; Pembimbing: Syahrizal Syarif; Penguji: Putri Bungsu, Florisa Julian Sudrajat Sudjat
Abstrak: Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Indonesia memiliki prevalensi sebesar 7,3%, berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia 2012. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa kejadian BBLR lebih banyak terjadi pada ibu yang berusia 15-19 tahun pada saat kehamilan. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan bahwa terdapat hubungan antara kejadian BBLR dengan kehamilan pada usia remaja (15-19 tahun) setelah mengendalikan seluruh variabel confounding. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kasus kontrol (1:1), dengan menggunakan data sekunder dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012. Jumlah kasus untuk penelitian ini adalah 871 orang dengan kontrol 871 orang. Variabel kovariat dalam penelitian ini adalah tingkat pendidikan, paritas, komplikasi kehamilan, komplikasi persalinan, umur kandungan saat K1 ANC dan frekuensi kunjungan ANC. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan bermakna (OR: 2,65; p value= 0,013; 95% CI: 1,232-5,712). setelah mengendalikan variabel confounding yaitu tingkat pendidikan komplikasi kehamilan, umur kandungan saat K1 ANC dan frekuensi kunjungan ANC.
Kata kunci: BBLR; kehamilan remaja

Low Birth Weight (LBW) in Indonesia has the prevalence of 7,3 % according to IDHS 2012. Some research showed that more LBW occurences happened to mother aged 15-19 at the time of birth. This study aims to prove the association between adolescent pregnancy and low birth weight after controlling all the confounding variables. The method used for this study is case-control (1:1) by analyzing IDHS 2012. The selected cases are 871 with 871 controls. Covariate variables are education, parity, complication during pregnancy, complication at birth, months of pregnancy at first antenatal visit and number of antenatal visit. The result of the study is that there is a significant association between adolescent pregnancy after controlling all confounding variables which are education, complication during pregnancy and months of pregnancy at first antenatal visit and number of antenatal visit (OR: 2,65; p value= 0,013; 95% CI: 1,232-5,712).
Key words: LBW; adolescent pregnancy
Read More
S-9406
Depok : FKM UI, 2017
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Maulia Afida Cahyani; Pembimbing: Syahrizal Syarif; Penguji: Nurhayati Adnan, Putri Bungsu, Nida Rohmawati, Yeni Tri Herwanto
Abstrak: Kejadian BBLR merupakan masalah kesehatan yang tidak dapat diabaikan karena berkontribusi besar terhadap kematian neonatal dan peka terhadap berbagai risiko jangka panjang pada kesehatan bayi. Salah satu faktor ibu yang dapat menimbulkan kehamilan risiko tinggi untuk BBLR adalah intensi kehamilan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan intensi kehamilan dengan kejadian BBLR berdasarkan data sekunder hasil SDKI 2012. Desain penelitian adalah cross sectional dengan sampel sebanyak 8922 merupakan ibu usia 15-49 tahun berstatus menikah, pernah melahirkan dalam kurun waktu 5 tahun (sebelum pengumpulan data SDKI 2012), kelahiran tunggal dan kondisi lahir hidup. Hasil penelitian mendapatkan proporsi BBLR sebesar 6.2%. Hasil analisis multivariat regresi logistik, setelah seluruh kategori dikontrol oleh variabel umur dan frekuensi ANC, kategori kehamilan diinginkan kemudian (mistimed) berisiko 1.055 kali untuk BBLR. Kategori kehamilan tidak diinginkan (unwanted) dimodifikasi oleh riwayat komplikasi, untuk responden kategori unwanted dan memiliki riwayat komplikasi berisiko lebih besar (1.158 kali) melahirkan bayi BBLR, untuk kehamilan unwanted dan tidak memiliki riwayat komplikasi mempunyai risiko lebih kecil (0.590 kali) melahirkan bayi BBLR dibandingkan dengan responden yang kehamilannya diinginkan dan tidak memiliki riwayat komplikasi (referensi). Namun, hasil akhir untuk kedua kategori intensi kehamilan tersebut menunjukkan hubungan yang tidak bermakna secara statistik. Kata Kunci: Intensi Kehamilan, Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), SDKI 2012
The incidence of low birth weight (LBW) is a health problem that can not be ignored because it contributes greatly to neonatal mortality and is sensitive to long-term risks to infant health. One of the maternal factors that can lead to a high-risk pregnancy for LBW is the pregnancy intentions. This study aims to determine the association between pregnancy intentions and LBW based on secondary data from Indonesia Demographic And Health Survey 2012. The design of this study was cross sectional with 8922 samples of mothers aged 15-49 years married, had given birth within 5 years (before Indonesia Demographic And Health Survey 2012 data collection), single birth and live birth conditions. The result of the study obtained the proportion of LBW at 6.2%. Based on multivariate analysis of logistic regression, after all categories were controlled by ANC age and frequency variable, pregnancy category was then mistimed at 1,055 times for LBW. The unwanted pregnancy category was modified by a history of complications, for the unwanted category and had a history of complications having a greater risk (1,158 times) of delivering LBW, for unwanted pregnancy and no history of complications having a smaller risk (0.590 times) Compared with respondents with intended pregnancies and no history of complications (references). However, the final outcome for both categories of pregnancy intentions showed a statistically insignificant. Keywords: Pregnancy Intention, Low Birth Weight (LBW), Indonesia Demographic and Health Survey 2012.
Read More
T-4880
Depok : FKM-UI, 2017
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Primades Atriyanto; Pembimbimbing: Krisnawati Bantas; Penguji: Nasrin Kodim, Yovsyah, Prastowo Nugroho, Dwi Hapsari
Abstrak:

Angka kematian bayi (AKB) sebagai salah satu indikator mortalitas derajat kesehatan di Indonesia telah menurun cukup berarti, namun masih jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan beberapa negara ASEAN serta negara-negara maju. Angka kematian neonatal merupakan sekilar 40% dari AKB, dengan penyebab utama adalah bayi berat lahir rendah (BBLR) sebesar 29% (SKRT, 2001). Berbagai studi menyebutkan banyak faktor yang menyebabkan terjadinya BBLR, faktor kualitas pelayanan antenatal merupakan salah satu faktor risiko yang sangat penting, disamping faktor-faktor lain seperti paritas, jarak kelahiran, riwayat kehamilan terdahulu, pertambahan berat badan selama hamil, tingkat aktifitas fisik ibu, komplikasi selama hamil, perilaku merokok, umur ibu, tinggi badan ibu, tingkat pendidikan ibu, etnis atau ras, tingkat sosial ekonomi dan jenis kelamin bayi yang dilahirkan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh faktor kualitas pelayanan antenatal (berdasarkan frekuensi pelayanan, jadwal pelayanan, dan konseling) terhadap kejadian BBLR di Indonesia. Penelitian dirancang secara kasus kontrol dengan menggunakan data terdokumentasi basil SDKI 2002-2003. Kasus adalah subjek dengan atribut efek positif (BBLR) dicarikan kontrolnya yaitu subjek dengan atribut efek negatif (Tidak BBLR). Populasi studi adalah seluruh sampel SDKI 2002-2003 yaitu semua wanita berusia 15-49 tahun yang sudah pernah kawin dan melahirkan dengan lahir hidup dalam lima tahun terakhir sebelum survei, dengan kriteria inklusi kasus dan kontrol adalah kelahiran tunggal, ditimbang saat lahir, dan bapak juga diwawancarai, sedangkan kriteria eksklusinya adalah data terdokumentasi tidak tersedia lengkap. Dengan menggunakan rumus Batas minimal sampel untuk kasus kontrol tidak berpadanan didapatkan kasus sebanyak 82 dan kontrol 328. Dengan analisis regresi logistik ganda, model akhir pengaruh kualitas pelayanan antenatal terhadap kejadian BBLR didapatkan nilai OR = 2,71 (95% CI: 1,60-4,58), artinya bahwa responden yang mendapatkan kualitas pelayanan antenatal (berdasarkan frekuensi pelayanan, jadwal pelayanan, dan konseling) dengan kualitas buruk kemungkinan berisiko 2,71 kali lebih besar untuk melahirkan BBLR dibandingkan dengan ibu yang mcndapatkan kualitas pelayanan antenatal balk setelah dikontrol dengan komplikasi selama hamil, umur ibu, dan jenis kelamin bayi. Variabel yang terbukti signifikan secara statistik dengan kejadian BBLR adalah komplikasi selama hamil (OR = 3,98 atau 95% CI: 2,06-7,67), umur ibu (OR = 1,98 atau 95% CI: 1,02-3,85), dan jenis kelamin bayi (OR = 1,93 atau 95% CI: 1,14-3,28), sedangkan variabel yang tidak terbukti berpengaruh signifikan secara statistik adalah paritas, riwayat kehamilan, dan pendidikan ibu. Dapat disimpulkan bahwa kualitas pelayanan antenatal (berdasarkan frekuensi pelayanan, jadwal pelayanan, dan konseling) terbukti mempunyai pengaruh bermakna secara statistik terhadap kejadian BBLR setelah dikontrol dengan variabel komplikasi selama hamil, umur ibu, dan jenis kelamin bayi, sehingga perlu menjadi bahan pertimbangan oleh para pengambil kebijakan dalam upaya menurunkan kejadian BBLR di Indonesia.


 

Infant Mortality Rate (IMR) as one of mortality indicators of health level degraded in Indonesia significantly, but it is higher than many countries in ASEAN and also development countries. Neonatal mortality is almost 40% of infant mortality rate with main reason of low birth weight is 29% (SKRT, 2001). Various study mentioned many factors which caused a low birth weight occurrence, antenatal service quality factor is one of the important risk factors compared with other factors such as parity, birth interval, past pregnancy history, weight increased during pregnancy, activity level of mother's physic. Complication during pregnancy, smoking behavior, mother's age, mother's tall, education level of mother, ethnic or race, social and economic level, and baby gender which is born. This Research purpose is to know effect of antenatal service quality factor (according to service frequency, service schedule, and counseling) to low birth weight occurrence. Research designed with a control case by using result of documentation data SDKI 2002-2003. Case is subject with positive effect attribute (low birth weight) by looking for its control that is subject with negative effect attribute (no low birth weight). Study population are all samples of SDKI 2002-2003 that are all women 15-49 years old who have married and born with life birth in last five years before survey, with inclusion criterion of case and control are single birth, weighted when she born, and father is also held an interview, while its inclusion criterion of available documentation data is not complete. By using a minimum limit formula of samples for non match control case, it founded 82 cases and 328 controls. By analysis of multiple logistic regression, final model effect of antenatal service quality to low birth weight occurrence got a value of OR = 2,71 (95% CI: 1,60-4,58), this means responders who got antenatal service quality (according to service frequency, service schedule, and counseling) with a bad quality of risk possibility are 2,71 times bigger to bear with low birth weight compared with mother who got good quality of antenatal service after controlled with a complication during pregnancy, mother's age, and baby gender. Significant variable with a low birth weight occurrence statistically is complication during pregnancy (OR = 3,98 atau 95% CI: 2,06-7,67), mother's age (OR = 1,98 or 95% Cl: 1,02-3,85), and baby gender (OR = 1,93 or 95% CI: 1,14-3,28), while variables who does not significant effect statistically are parity, pregnancy history, and mother?s education. It is concluded that antenatal service quality (according to service frequency, service schedule, and counseling) have significant effects statistically to low birth weight occurrence after controlled with complication variable during pregnancy, mother?s age, and baby gender, so it is important to become consideration for all policies makers decreasing effort of low birth weight occurrence in Indonesia.

Read More
T-2293
Depok : FKM-UI, 2006
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Stevy Elisabeth Dame Simamora; Pembimbing: Sudarto Ronoatmodjo; Helda; Yosyah; Penguji: Soewarta Kosen, Mularsih Restianingrum
Abstrak:

ABSTRAK Nama : Stevy Elisabeth Dame Simamora Program Studi : Epidemiologi Judul : Pengaruh Paparan Asap Rokok Dari Suami Pada Wanita Usia 15-57 Tahun Dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah Di Indonesia (Analisis Data Lanjutan IFLS V Tahun 2014) Pembimbing : DR. dr. Sudarto Ronoatmodjo S.K.M., M.Sc Di Indonesia berdasarkan hasil riskesdas tahun 2013 menunjukkan angka nasional BBLR yaitu sekitar 10,2%. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Global Adult Tobacco Survey (GATS) tahun 2011 diperoleh hasil bahwa 67% laki-laki di Indonesia merokok. (1) Sementara itu pada tahun 2011-2015 prevalensi perokok pasif yang terpapar asap rokok di rumah sekitar 78.4%, lebih dari separuh perokok pasif adalah kelompok rentan seperti perempuan dan balita. (2).  Penelitian ini bertujuan untuk menegetahui hubungan paparan asap rokok dari suami pada wanita usia 15-57 tahun dengan kejadian BBLR. Penelitian ini bertujuan untuk menegetahui hubungan paparan asap rokok dari suami pada wanita usia 15-57 tahun dengan kejadian BBLR. Penelitian ini menganalisis data IFLS V tahun 2014.Jumlah wanita usia 15-57 tahun yang menjadi responden IFLS V sebanyak 2.721 orang. Sebanyak 1.599 orang menjadi total sampel karena telah memenuhi syarat kriteria inklusi yaitu wanita  usia 15 – 57 tahun dengan anak kelahiran terakhir yang lahir hidup dalam kurun waktu 2007-2015, Pernah melahirkan. Sedangkan kriteria ekslusi yaitu : data tentang riwayat merokok suamidan variabel kovariat  tidak lengkap, dan ibu merupakan perokok aktif. Proporsi ibu usia 15-57 tahun yang terpapar asap rokok dari suami adalah 73,5 % . Proporsi bayi  dengan berat lahir rendah yang dilahirkan oleh ibu yang terpapar asap rokok dari suami pada penelitian ini adalah 7,74 %, dan  proporsi bblr pada ibu yang tidak terpapar asap rokok dari suami yaitu 6,86%. Terdapat hubungan yang tidak bermakna antara merokok pasif pada ibu usia 15-57 tahun dengan kejadian BBLR dengan 1,096 (CI 95% 0,721-1,66) setelah dikontrol oleh variabel riwayat kunjungan ANC. Pengaruh paparan asap rokok terhadap kejadian BBLR setelah dikontrol oleh variabel riwayat kunjungan ANC tidak bermakna. Meskipun faktor yang mempengaruhi BBLR sangat banyak dan kompleks, namun hal ini dapat dicegah sejak dini. Salah satunya melalui melindungi masyarakat dari paparan asap rokok melalui upaya pencegahan dan promosi kesehatan. Kata Kunci : bblr,merokok pasif, IFLS


ABSTRACT Name : Stevy Elisabeth Dame Simamora Study Program : Epidemiology Title : The Effect of Cigarette Smoke Exposure From Husbands In Women Aged 15-57 Years With Low Birth Weight In Indonesia (Advanced Data Analysis of IFLS V 2014) Counsellor : DR. dr. Sudarto Ronoatmodjo S.K.M., M.Sc In Indonesia based on the results of Riskesdas (Basic Health Research) in 2013 shows the national rate of LWB is about 10.2%. Based on a survey conducted by Global Adult Tobacco Survey (GATS) in 2011, it was found that 67% of men in Indonesia smoke. (1) Meanwhile in 2011-2015 the prevalence of passive smokers exposed to cigarette smoke at home is about 78.4%, more than half of passive smokers are vulnerable groups such as women and toddlers. (2). Objective: This study to see the effect of exposure to husbands cigarette smoke with the LWB. Method: This study analyzed IFLS V data in 2014. A total of 1,599 people into the total sample because it has fulfilled the inclusion criteria, namely women aged 15 - 57 years with the last born birth of children in the period 2007-2015, Ever give birth. While the exclusion criteria are: data about husbans smoking history and  covariate variable is incomplete, and mother is active smoker. Results: 73.5% of husbands were smokers. The proportion of infants with low birth weight born to mothers exposed to cigarette smoke from husbands in this study was 7.74%, and the proportion of bblr in mothers not exposed to cigarette smoke from husbands was 6.86%. There was no significant relationship between passive smoking in women aged 15-57 years with LWB incidence with 1.096 (95% CI 0.721-1.66) after controlled by antenatal care (ANC) visit variables. Conclusion: The effect of exposure to husbands smoke with the  LWB after controlled by antenatal care (ANC) visit history variable is not significant. Although the factors that affect LBW are very numerous and complex, but this can be prevented early on. One of them through protecting people from exposure to cigarette smoke through prevention efforts and health promotion. Key words : LWB, passive smoker, IFLS

Read More
T-5142
Depok : FKM-UI, 2018
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Hera Apprimadona; Pembimbing: Sudarto Ronoatmodjo; Penguji: Helda, Ratna Djuwita, Soewarta Kosen
Abstrak:
Bayi berat lahir rendah (BBLR) merupakan masalah kesehatan karena termasuk penyebab utama kematian neonatus di Indonesia selain karena dampak negatif jangka panjang yang disebabkannya. Konsumsi Tablet Tambah Darah (TTD) minimal 90 tablet selama kehamilan merupakan upaya menurunkan resiko kejadian BBLR. Namun kepatuhan konsumsi TTD pada ibu hamil di Indonesia masih rendah. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan kepatuhan konsumsi TTD pada ibu hamil dengan kejadian BBLR di Indonesia menggunakan data Survei Kesehatan Indonesia tahun 2023. Populasi penelitian ini adalah perempuan berusia 10-54 tahun di Indonesia berstatus kawin/cerai hidup/cerai mati yang memiliki riwayat persalinan periode 1 Januari 2018 sampai 25 September 2023, untuk kelahiran terakhir yang telah berakhir yang menjadi responden dalam SKI 2023. Sampel dalam penelitian ini adalah responden dari populasi penelitian yang memenuhi kriteria inklusi. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah perempuan melahirkan bayi tunggal, informasi berat lahir bayi berdasarkan KIA, dengan data yang lengkap untuk semua variabel yang diteliti. Desain penelitian ini adalah cross sectional  dan menggunakan uji regresi cox dalam analisis data bivariat dan multivariat untuk mendapatkan Prevalence Ratio (PR) dengan interval kepercayaan 95%. Pendekatan analisis multivariat dilakukan untuk mengontrol variabel kovariat yaitu usia, pendidikan, pekerjaan, paritas, usia kehamilan, komplikasi kehamilan, merokok, kuantitas ANC K4,  kualitas ANC 10T, pola makan, status ekonomi, wilayah tempat tinggal dan jenis kelamin. Hasil penelitian ini menunjukkan proporsi BBLR sebesar 5,33% dan proporsi kepatuhan konsumsi TTD pada ibu hamil sebesar 49,02%. Hasil analisis multivariat menunjukkan hubungan yang signifikan secara statistik antara ibu hamil yang tidak patuh mengkonsumsi TTD dengan kejadian BBLR di Indonesia, dimana ibu hamil yang tidak patuh mengkonsumsi TTD mempunyai risiko 1,216 kali lebih besar (adjusted PR: 1,216; 95% CI: 1,04-1,43; p-value: 0,016) untuk melahirkan BBLR dibandingkan ibu yang patuh mengkonsumsi TTD, setelah dikontrol usia kehamilan Kepatuhan konsumsi TTD pada ibu hamil di masih rendah, padahal berhubungan signifikan dengan kejadian BBLR di Indonesia, sehingga perlu perhatian dari pemerintah untuk meningkatkan kepatuhan konsumsi TTD pada ibu hamil.

Low birth weight (LBW) is a health problem because it is one of the main causes of neonatal mortality in Indonesia in addition to the long-term negative impacts it causes. Consumption of Iron Supplement Tablets (TTD) of at least 90 tablets during pregnancy is an effort to reduce the risk of LBW. However, compliance with TTD consumption in pregnant women in Indonesia is still low. This study aims to analyze the relationship between compliance with TTD consumption in pregnant women and the incidence of LBW in Indonesia using data from the 2023 Indonesian Health Survey. The population of this study were women aged 10-54 years in Indonesia with married/divorced/divorced and died status who had a history of childbirth from January 1, 2018 to September 25, 2023, for the last birth that had ended who were respondents in the 2023 SKI. The sample in this study were respondents from the study population who met the inclusion criteria. The inclusion criteria in this study were women giving birth to a single baby, information on the baby's birth weight based on the KIA, with complete data for all variables studied. The design of this study was cross-sectional and used the cox regression test in bivariate and multivariate data analysis to obtain the Prevalence Ratio (PR) with a 95% confidence interval. The multivariate analysis approach was carried out to control covariate variables, namely age, education, occupation, parity, gestational age, pregnancy complications, smoking, quantity of ANC K4, quality of ANC 10T, diet, economic status, area of residence and gender. The results of this study showed a proportion of LBW of 5.33% and a proportion of compliance with TTD consumption in pregnant women of 49.02%. The results of the multivariate analysis showed a statistically significant relationship between pregnant women who were not compliant in consuming TTD and the incidence of LBW in Indonesia, where pregnant women who were not compliant in consuming TTD had a 1.216 times greater risk (adjusted PR: 1.216; 95% CI: 1.04-1.43; p-value: 0.016) of giving birth to LBW compared to mothers who were compliant in consuming TTD, after controlling for gestational age. Compliance with TTD consumption in pregnant women is still low, even though it is significantly related to the incidence of LBW in Indonesia, so the government needs attention to increase compliance with TTD consumption in pregnant women.

Read More
T-7290
Depok : FKM UI, 2025
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Lily Rohmatus Sholihah; Pembimbing: Asri C. Adisasmita; Penguji: Sabarinah, Elvira Liyanto
Abstrak: Berat bayi lahir rendah merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kematian dini, rendahnya tingkat kecerdasan anak, serta kerentanan terhadap penyakit tidak menular ketika dewasa. Kekurangan zat besi saat hamil merupakan salah satu faktor terjadinya BBLR. Penelitian ini menggunakan desain studi potong lintang observasional analitik dengan analisis univariat, bivariat, dan stratifikasi. Data yang digunakan ialah data sekunder (SDKI 2017). Sampel yang digunakan sejumlah 11.820 bayi. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa konsumsi Fe minimal 90 tablet mampu memberikan proteksi terhadap kelompok berisiko seperti ibu dengan usia kehamilan 35 tahun, ibu dengan sosioekonomi rendah (kuintil 1-2), ibu yang pernah melahirkan 4 anak atau lebih, dan ibu perokok.
Read More
S-10223
Depok : FKM UI, 2019
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Putri Salsabila; Pembimbing: Syahrizal Syarif; Penguji: Yovsyah, Zakiah
S-10907
Depok : FKMUI, 2022
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive