Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 32726 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Putri Ardila; Pembimbing: Triyanti; Penguji: Sandra Fikawati, Dyah Santi Puspitasari
Abstrak: ABSTRAK
 
 
Obesitas sentral berhubungan dengan penyakit kardiovaskular (CVD) dan infark mikardium. Keduanya berhubungan erat dengan kematian. Prevalensi obesitas sentral terus meningkat tidak hanya di perkotaan tetapi juga di pedesaan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi obesitas sentral dan beberapa faktor yang terkait di kelompok perempuan dewasa Desa Ketug, Kecamatan Butuh, Jawa Tengah tahun 2015.
 
 
Penelitian ini melibatkan 120 perempuan dewasa berusia 20-59 tahun sebagai sampel penelitian. Data sosiodemografi dikumpulkan menggunakan kuesioner dan lingkar pinggang diukur langsung oleh peneliti menggunakan pita ukur.
 
 
Berdasarkan cut off ≥80cm, prevalensi obesitas sentral di kelompok perempuan dewasa Desa Ketug sebesar 47.5%. Berdasarkan analisis bivariat, secara signifikan obesitas sentral berhubungan dengan beberapa faktor berikut: umur asupan energi, asupan lemak, asupan karbohidrat, riwayat obesitas sentral orangtua dan jumlah anak yang dilahirkan. Berdasarkan analisis multivariat, asupan lemak merupakan faktor dominan (OR:9.492) terhadap kejadian obesitas sentral di Desa Ketug.
 
 
Prevalensi obesitas sentral di Desa Ketug cukup tinggi. Untuk itu, perilaku gizi seimbang harus ditingkatkan karena secara signifikan kelebihan zat gizi makro berhubungan dengan kejadian obesitas sentral. Selain itu, masyarakat harus mendukung program KB (Keluarga Berencana) untuk mengontrol jumlah kelahiran, karena jumlah anak yang dilahirkan berhubungan dengan peningkatan risiko obesitas sentral sentral di kelompok perempuan Desa Ketug.
 

 
ABSTRACT
 
 
Central obesity is associated with cardiovascular disease (CVD) and myocardial infark. There are strong indications both CVD and myocardial infark associated with increased mortality. This study set out to evaluate the prevalence of central obesity and some related factors among adult women in Ketug Village, Purworejo, Central Java in 2015.
 
 
The sample included 120 adult women, aged 20-59 years, residing the rural area of Ketug Villlage. Simple random sampling was performed to size the sample. Sociodemographic data were collected using the multidimensional questionnaire and waist circumference (WC) was measured by the researcher.
 
 
According to WC criteria (≥80cm), the prevalence of central obesity was 47.5%. Bivariate analysis revealed that central obesity was significantly associated with these factors: age, energy intake, fat intake, cabohydrate intake, central obesity history, and parity. Based on logistic regresion analysis, the factor that was most closely associated with central obesity was fat intake (OR:9.492).
 
 
This study found that prevalence of central obesity in Ketug Village was still high. These findings suggest that contraception and balance nutrition may have important role against the higher odds of central obesity associated with over macronutrients and higher parity in rural society. Further studies are necessary to reveal the mechanisms behind this association
Read More
S-8737
Depok : FKM-UI, 2015
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Nabilah Salsabila; Pembimbing: Sandra Fikawati; Penguji: Wahyu Kurnia Yusrin Putra, Debby Permata Sari
Abstrak:
Obesitas sentral merupakan salah satu permasalahan kesehatan yang meningkat pada kelompok usia dewasa pertengahan. Faktor gaya hidup seperti asupan zat gizi, aktivitas fisik, durasi tidur, dan kesehatan mental emosional diduga berkontribusi terhadap kondisi ini. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor dominan kejadian obesitas sentral dewasa usia 40–59 tahun di Kecamatan Kemayoran, Jakarta Pusat. Penelitian menggunakan Cross Sectional dengan pendekatan kuantitatif dan melibatkan pengumpulan data primer melalui wawancara dan pengukuran antropometri. Hasil uji multivariat menunjukkan bahwa asupan lemak berlebih merupakan faktor yang paling dominan terhadap kejadian obesitas sentral (p = 0,018; OR = 2,940; 95% CI = 1,206–7,168). Responden dengan asupan lemak berlebih memiliki risiko 2,94 kali lebih besar mengalami obesitas sentral dibandingkan dengan responden yang tidak berlebih. Lemak yang dikonsumsi secara berlebih akan mudah disimpan sebagai lemak viseral di rongga perut, yang berkontribusi langsung pada peningkatan lingkar pinggang. Faktor lain seperti asupan energi, karbohidrat, protein, serat, aktivitas fisik, durasi tidur, dan kesehatan mental emosional juga dimasukkan ke dalam model multivariat. Temuan ini menekankan pentingnya pengendalian konsumsi lemak sebagai strategi utama pencegahan obesitas sentral pada kelompok usia tersebut.

Central obesity is one of the increasing health problems in the middle-adult age group. Lifestyle factors such as nutrient intake, physical activity, sleep duration, and emotional mental health are thought to contribute to this condition. This study aims to analyze the dominant factors in the incidence of central obesity in adults aged 40–59 years in Kemayoran District, Central Jakarta. The study used a Cross Sectional with a quantitative approach and involved primary data collection through interviews and anthropometric measurements. The results of the multivariate test showed that excessive fat intake was the most dominant factor in the incidence of central obesity (p = 0.018; OR = 2.940; 95% CI = 1.206–7.168). Respondents with excessive fat intake had a 2.94 times greater risk of experiencing central obesity compared to respondents who were not excessive. Excessive fat consumption will be easily stored as visceral fat in the abdominal cavity, which directly contributes to an increase in waist circumference. Other factors such as energy intake, carbohydrates, protein, fiber, physical activity, sleep duration, and emotional mental health were also included in the multivariate model. These findings emphasize the importance of controlling fat consumption as a primary strategy for preventing central obesity in this age group.
Read More
S-12043
Depok : FKM UI, 2025
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Benedicta Natalia Latif; Pembimbing: Ratu Ayu Dewi Sartika; Penguji: Siti Arifah Pujonarti, Widjaja Lukito
Abstrak: Obesitas sentral merupakan tipe obesitas paling berbahaya karena berhubunganerat dengan penyakit kronis dan komplikasi metabolik. Penderita obesitas sentral jugalebih rentan terinfeksi COVID-19 dengan gejala lebih berat dan tingkat kematian lebihtinggi. Prevalensi obesitas sentral yang meningkat pesat pada masyarakat di seluruh duniamenjadikannya salah satu masalah kesehatan global tersulit yang dihadapi masa ini.Penelitian terdahulu menemukan prevalensi obesitas sentral yang sangat tinggi, yaitu70,6% pada pasien dewasa di Puskesmas Bojong Gede, Kabupaten Bogor tahun 2017.Penelitian ini merupakan studi sekunder lanjutan yang bertujuan untuk mengetahui faktordominan kejadian obesitas sentral pada populasi tersebut. Studi ini melibatkan 85responden berusia 25-64 tahun dengan data yang dikumpulkan dari database penelitianprimer. Data dianalisis meggunakan uji bivariat chi-square dan uji multivariat regresilogistik ganda pada aplikasi IBM SPSS versi 22. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwaterdapat enam variabel yang berhubungan signifikan dengan kejadian obesitas sentral,diantaranya: jenis kelamin (perempuan, p-value 0,003), kolesterol darah(hiperkolesterolemia, p-value 0,025), asupan energi, protein, lemak, dan karbohidrat(>110% kebutuhan gizi personal, p-value 0,003; 0,001; 0,005; 0,025). Kolesterol darahditemukan sebagai faktor dominan terkait obesitas sentral pada pasien dewasa diPuskesmas Bojong Gede. Odds kejadian obesitas sentral lebih tinggi 4,210 kali padakelompok responden yang mengalami hiperkolesterolemia dibandingkan dengankelompok responden dengan kadar kolesterol darah total normal, setelah dilakukankontrol pada variabel lainnya. Dengan demikian, tenaga kesehatan dapat menghimbaupenderita obesitas sentral untuk memeriksakan dan memantau kadar kolesterol darahnya.Masyarakat dihimbau untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman terhadap obesitassentral beserta bahayanya. Masyarakat dapat dibimbing untuk meningkatkanpengetahuan mengenai jumlah energi dan zat gizi makro yang sesuai dengankebutuhannya, melakukan olahraga secara teratur, menghindari perilaku yangberhubungan dengan stres, dan memantau status kesehatan secara rutin. Instansikesehatan diharapkan turut mengambil peran aktif dalam kegiatan pencegahan dankontrol atas obesitas sentral, diantaranya dengan menjalankan kegiatan edukasi dankonsultasi gizi serta kesehatan, mengadakan kegiatan kesehatan pastisipatif, dan menjalinkerja sama dengan masyarakat untuk melakukan pemantauan kesehatan.Kata kunci:Dewasa, Kabupaten Bogor, Kadar Kolesterol Darah, Obesitas Sentral.
Read More
S-10505
Depok : FKM-UI, 2020
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Farisa Lukman Gismar; Pembimbing: Siti Arifah Pujonarti; Penguji: Ratu Ayu Dewi Sartika, Ananda
Abstrak:
Obesitas sentral merupakan kondisi penumpukan lemak berlebih pada bagian abdomen (perut) dan terkait dengan peningkatan risiko penyakit kardiometabolik yang ditandai oleh indikator lingkar perut >80 cm untuk perempuan dan >90 cm untuk laki-laki. Prevalensi obesitas sentral di DKI Jakarta, yang merupakan ibukota negara, menempati peringkat tertinggi kedua di Indonesia, yakni 41,9% dengan prevalensi obesitas sentral pada perempuan mencapai 55,2%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor dominan dan faktor-faktor yang berhubungan dengan obesitas sentral pada perempuan usia produktif (15-59 tahun) di DKI Jakarta. Desain penelitian ini adalah cross-sectional menggunakan data Riskesdas 2018. Analisis data yang dilakukan meliputi analisis univariat menggunakan distribusi frekuensi, analisis bivariat menggunakan uji chi-square, dan analisis multivariat menggunakan regresi logistik ganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 4307 perempuan, sebanyak 61,8% mengalami obesitas sentral. Faktor dominan obesitas sentral pada perempuan usia produktif (15-59 tahun) di DKI Jakarta adalah status pernikahan (AOR = 2,933).

Central obesity is a condition of excess fat accumulation in the abdomen (visceral fat) and is associated with an increased risk of cardiometabolic disease characterized by an abdominal circumference >80 cm for women and >90 cm for men. The prevalence of central obesity in DKI Jakarta, the nation's capital, is the second highest in Indonesia at 41.9% with the prevalence of central obesity in women reaching 55.2%. This study aims to determine the dominant factors and factors associated with central obesity in women of productive age (15-59 years) in DKI Jakarta. This research design is cross-sectional using Riskesdas 2018 data. Data analysis included univariate analysis using frequency distribution, bivariate analysis using chi-square test, and multivariate analysis using multiple logistic regression. The results showed that out of 4307 women, 61.8% had central obesity. The dominant factor of central obesity in women of productive age (15-59 years) in DKI Jakarta is marital status (AOR = 2.933).
Read More
S-11767
Depok : FKM UI, 2024
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Fauza Rizqiya; Pembimbing: Ahmad Syafiq; Penguji: Siti Arifah Pudjonarti, Eti Rohati, Yuni Zahraini
T-4321
Depok : FKM UI, 2015
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Sri Amelia; Pembimbing: Asih Setiarini; Penguji: Siti Arifoh Pujonarti, Enny Ekasari
S-8826
Depok : FKM-UI, 2015
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Devieka Rhama Dhanny; Pembimbing: Siti Arifah Pujonarti; Penguji: Ratu Ayu Dewi Sartika, Wahyu Kurnia Yusrin Putra, Niken Manohara, Yosnelli
Abstrak: Obesitas sentral adalah kondisi tubuh mengalami penumpukan lemak yang berlebih di bagian abdominal yang berdampak pada PJK dan sindrom metabolik. Obesitas sentral dan angka kesakitan pada polisi di Indonesia cukup tinggi. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui faktor dominan yang berhubungan dengan obesitas sentral pada polisi operasional lapangan di Polres Kabupaten Lampung Timur. Penelitian ini adalah menggunakan desain studi cross sectional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebesar 48,6% polisi tergolong obesitas sentral. Sebagian besar polisi memiliki IMT normal, sudah menikah, berpendidikan terakhir SMA, berpangkat bintara, pengetahuan obesitas sentral masih rendah, durasi tidurnya kurang, memiliki kebiasaan merokok, stres, asupan energi cukup, asupan lemak dan protein berlebih, asupan karbohidrat dan serat kurang. Berdasarkan analisis chi square, terdapat hubungan signifikan antara usia, riwayat obesitas sentral, aktivitas fisik, durasi tidur, asupan energi, asupan protein, asupan lemak, asupan karbohidrat dengan obesitas sentral. Tetapi, tidak terdapat hubungan antara kebiasaan merokok, stres, dan asupan serat dengan obesitas sentral. Asupan energi adalah faktor dominan obesitas sentral
Read More
T-5574
Depok : FKM-UI, 2019
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Angeline; Pembimbing: Nurul Dina Rahmawati; Penguji: Triyanti, Susianto
Abstrak: Obesitas sentral atau abdominal obesity merupakan kondisi tubuh yang mengalami akumulasi lemak di bagian tengah perut (intra-abdominal fat) yang merupakan faktor utama terjadinya insidens penyakit kardiovaskular dan sindrom metabolik. Prevalensi obesitas sentral terus meningkat termasuk di Jakarta. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa pola makan vegetarian memiliki risiko lebih rendah mengalami obesitas sentral. Adapun, penelitian mengenai obesitas sentral pada kelompok vegetarian di Indonesia masih terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi obesitas sentral dan hubungan antara jenis diet vegetarian dan faktor lainnya yang berhubungan dengan obesitas sentral pada kelompok dewasa vegetarian dan non-vegetarian usia 20-59 tahun di Pusdiklat Buddhis Maitreyawira dan Vihara Prajna Dhyana Jakarta tahun 2024. Penelitian ini dilakukan dengan metode cross-sectional dengan melibatkan 139 responden. Pengambilan data dilakukan pada bulan Maret sampai April 2024 dengan metode purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 51,8% responden tergolong obesitas sentral dengan proporsi obesitas sentral pada non-vegetarian (70,0%) dibandingkan vegetarian (46,8%). Hasil analisis bivariat menunjukkan adanya hubungan antara pola makan vegetarian dan non-vegetarian (p-value 0,041), usia (p-value 0,001), status pernikahan (p-value 0,011), asupan energi (p-value 0,002), asupan protein (p-value 0,034), asupan lemak (p-value ≤0.001), aktivitas fisik (p-value ≤0,001), kebiasaan mengemil (p-value 0,004), dan durasi tidur (p-value ≤0,001) dengan obesitas sentral. Namun, tidak berhubungan dengan jenis kelamin, tingkat pendidikan, asupan karbohidrat, kebiasaan konsumsi fast food, makanan/minuman manis, dan gorengan.
Central obesity or abdominal obesity is a body condition that experiences fat accumulation in the middle of the abdomen (intra-abdominal fat) which is a major factor in the incidence of cardiovascular disease and metabolic syndrome. The prevalence of central obesity continues to increase, including in Jakarta. Various studies show that a vegetarian diet has a lower risk of central obesity. Meanwhile, research on central obesity in vegetarian groups in Indonesia is still limited. This study aims to determine the prevalence of central obesity and the relationship between the type of vegetarian diet and other factors related to central obesity in a group of vegetarian and non-vegetarian adults aged 20-59 years at the Maitreyawira Buddhist Education and Training Center and the Prajna Dhyana Vihara Jakarta in 2024. This research was conducted using a cross-sectional method involving 139 respondents. Data collection was carried out from March to April 2024 using the purposive sampling method. The results showed that 51.8% of respondents were classified as central obese with the proportion of central obesity in non-vegetarians (70.0%) compared to vegetarians (46.8%). The results of bivariate analysis showed a relationship between vegetarian and non-vegetarian diets (p-value 0.041), age (p-value 0.001), marital status (p-value 0.011), energy intake (p-value 0.002), protein intake ( p-value 0.034), fat intake (p-value ≤0.001), physical activity (p-value ≤0.001), snacking habits (p-value 0.004), and sleep duration (p-value ≤0.001) with central obesity. However, it is not related to gender, education level, carbohydrate intake, fast food consumption habits, sweet foods/drinks, and fried foods.
Read More
S-11562
Depok : FKM-UI, 2024
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Nara Citarani; Pembimbing: Ratu Ayu Dewi Sartika; Penguji: Kusharisupeni Djokosudjono, Widjaja Lukito
Abstrak: Rasio lingkar pinggang panggul (RLPP) adalah salah satu metode untuk mendeteksi obesitas sentral. Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara karakteristik individu, asupan makan, gaya hidup, dan indeks massa tubuh (IMT) dengan obesitas sentral berdasarkan RLPP pada kelompok usia dewasa di wilayah urban dan rural terpilih. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, dengan jumlah 195 sampel. Desain penelitian yang digunakan adalah desain studi kuantitatif observasional cross-sectional. Prevalensi obesitas sentral berdasarkan RLPP pada penelitian ini adalah 57,9%. Variabel yang memiliki hubungan bermakna dengan obesitas sentral berdasarkan RLPP adalah jenis kelamin dan IMT. Kata kunci: kelompok usia dewasa, obesitas sentral, rasio lingkar pinggang panggul, rural, urban Waist-hip ratio (WHR) is a method to measure the risk of central obesity. This study is focus on finding the association between individual characteristics, dietary intake, lifestyle, and body mass index (BMI) with central obesity based on WHR among adults in selected urban and rural area. Secondary data was used in this study, with total 195 samples. The design of this study is quantitative observational cross-sectional. The prevalence of central obesity based on WHR in this study is 57,9%. Variables which are significantly related to central obesity are sex and BMI. Keywords: adults, central obesity, rural, urban, waist-hip ratio
Read More
S-9164
Depok : FKM-UI, 2016
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Devi Lusiani Anastasia; Pembimbing: Siti Ariah Pujonarti; Penguji: Diah Mulyawati Utari, Asih Setiarini, Dewi Dwinurwati, Hamdani
Abstrak:
Di Indonesia, prevalensi stunting pada balita masih cukup tinggi. Tujuanpenelitian ini untuk mengetahui gambaran, faktor-faktor yang berhubungan, faktordominan, dan perilaku unik positif kejadian stunting pada balita. Faktor-faktortersebut adalah jumlah anggota keluarga, keanekaragaman makanan, perilakupemberian makan, perilaku pengasuhan anak, perilaku kebersihan, dan perilakupemeliharaan kesehatan. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatifcross-sectional dan kualitatif yang dimulai dari bulan April hingga Juni 2014.Terdapat 103 responden survei yang telah menyelesaikan pengisian danwawancara kuesioner, serta pengukuran panjang atau tinggi badan balita. Selainitu terdapat 24 orang informan diskusi kelompok ibu, bapak, dan nenek, serta 5keluarga balita yang dikunjungi rumahnya. Hasil penelitian survei kuantitatifmenunjukkan bahwa proporsi kejadian stunting pada balita di Desa Babelan Kotayaitu sebesar 27.2% (kategori sedang) dan perilaku pengasuhan merupakan faktordominan stunting. Hasil penelitian menyarankan agar balita dapat mengadopsiperilaku unik positif yang ditemukan yaitu, anak makan sendiri menggunakansendok, mandi sehari 3 kali, menggunakan alas kaki saat keluar rumah, dan ibumenyuruh anak istirahat saat sakit. Kata kunci:Balita, kuantitatif dan kualitatif, perilaku, positive deviance, stunting

In Indonesia, the prevalence of stunting in children under five is stillquite high. The purpose of this study to describe factors associated, the dominantfactor, and the positive unique behavior of stunting in children under five. Thesefactors are the number of family members, the dietary diversity, feeding behavior,parenting behavior, hygiene and sanitation behavior, and health-seeking behavior.This study uses cross-sectional quantitative research and qualitative starts fromApril to June 2014. There were 103 survey respondents who have completedfilling questionnaires and interviews, as well as the length or height measurementsof under five children. In addition there are 24 discussion group informants ofmother, father, and grandmother, as well as 5 families of children whose home arevisited. The results of the quantitative survey research shows that the proportionof the incidence of stunting in children under five in the village Babelan Kota is27.2% (medium category) and parenting behavior is a dominant factor of stunting.The results of the study suggest that children can adopt positive unique behaviorsthat was found, child use a spoon to feed themselves, bath 3 times a day, using thefootwear when going out of the house, and the mother tells the child to restwhenever ill.Keywords:Behavior, children under five, positive deviance, quantitative and qualitative,stunting
Read More
T-4246
Depok : FKM-UI, 2014
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive