Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 37456 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Siti Sugih Hartiningsih; Promotor: Budi Utomo; Kopromotor: Rita Damayanti; Penguji: Sudijanto Kamso, Hadi Pratomo, Purnawan Junadi, Adang Bachtiar, Didi Turmudzi, Budi Djatmiko, Hendro Prabowo
D-335
Depok : FKM-UI, 2016
S3 - Disertasi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Yvonne Suzy Handajani; Promotor: Soekidjo Notoatmodjo; Ko-promotor: Tri Budi W Rahardjo, Sudijanto Kamso; Hasbullah Thabrani; Sasanto Wibisono, Hary Isbagio, Kusharisupeni, Agus Suwandono, Lindawati Kusdhany
D-197
Depok : FKM-UI, 2006
S3 - Disertasi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Yanti Harjono Hadiwiardjo; Promotor: Rita Damayanti; Kopromotor: Mardiati Nadjib, Fidiansjah; Penguji: Besral, Ede Surya Darmawan, Mondastri Korib Sudaryo, Sabarinah, Trihono
Abstrak:

Latar Belakang: Depresi merupakan masalah kesehatan mental yang sering terjadi pada lansia dengan persentase sebesar 12%-16%. Depresi dapat menurunkan fungsi kehidupan sehari-hari dan menurunkan kualitas hidup. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui efektivitas terapi tawa dalam menurunkan depresi dan meningkatkan kualitas hidup pada lanjut usia serta evaluasi ekonominya. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian true experimental dan times series dengan menggunakan desain crossover pada terapi tawa dan terapi puzzle. Lokasi penelitian dilakukan di Panti Werdha Jakarta Timur. Populasi lansia adalah 250 orang dengan jumlah subjek penelitian sebanyak 86 orang yang dipilih menggunakan proporsional random sampling dan randomnisasi untuk dijadikan dua kelompok. Pengumpulan data menggunakan kuesioner Geriatric Depression Scale (GDS) dan Older People’s Quality of Life (OPQOL) modifikasi. Analisis data untuk menilai efektifitas menggunakan uji Different in Different (DID) dan menilai efektifitas biaya menggunakan ICER. Hasil: Terdapat pengaruh terapi tawa terhadap depresi diawal intervensi sebelum crossover secara statistik( p= 0,011), sehingga terapi tawa menurunkan depresi lebih besar dibandingkan terapi puzzle. Setelah crossover tidak terdapat perbedaan terapi tawa dan terapi puzzle sama-sama dapat menurunkan depresi (P=0,347). Pada skor OPQOL tidak terdapat perbedaan pengaruh intervensi terapi tawa dan terapi puzzle secara statistik baik sebelum crossover (p=0,581) maupun setelah crossover (p=0,140), sehingga terapi tawa dan terapi puzzle sama-sama dapat meningkatkan kualitas hidup. Pada efektifitas biaya, terapi tawa lebih efektif (65,1%) dibandingkan terapi puzzle (37,2%) dalam menurunkan tingkat/kategori depresi. Untuk peningkatan efektivitas penurunan tingkat atau kategori depresi sebesar 1% pada kelompok terapi tawa diperlukan tambahan biaya sebesar Rp 5.640,-. Nilai tersebut dianggap sepadan (Worth spent) menurut para klinisi dan memiliki efektivitas penurunan tingkat atau kategori depresi dan efektivitas biaya dibandingkan terapi puzzle dalam menurunkan depresi. Kesimpulan: Terapi tawa dan terapi puzzle memiliki pengaruh pada penurunan tingkat/kategori depresi dan peningkatan kualitas hidup pada lansia namun pengaruh penurunan tingkat/kategori depresi pada terapi tawa lebih banyak dibandingkan dengan terapi puzzle. Biaya yang dikeluarkan sepadan (Worth spent) dengan penurunan tingkat/kategori depresi. Saran: Melakukan advokasi kepada Kementerian Sosial, Dinas Sosial, dan Panti Werdha agar dapat menambahkan program terapi tawa dalam upaya meningkatkan kesehatan lanjut usia khususnya menurunkan depresi.


 

Background: Depression is a mental health problem that often occurs in people over 65 years old with a percentage of 12%-16%. Depression can decrease the functioning of daily life. The purpose of this study is to determine the effectiveness and cost of laughter therapy in reducing depression and improving the quality of life in the elderly and its economic evaluation. Method: This study uses a crossover design and true experimental research with a time series. The location of the research was carried out at the East Jakarta Nursing Home. The elderly population was 250 with the number of 86 research subjects selected using proportional random sampling and randomization. Data were collected using modified Geriatric Depression Scale (GDS) and Older People's Quality of Life (OPQOL) questionnaires. Data analysis used the Different in Different (DID) test and the calculation of the cost-effectiveness of laughter therapy and puzzle therapy. Results: There was a statistically significant effect of laughter therapy on depression at the beginning of the intervention before crossover (p= 0.011), so that laughter therapy reduced depression more than puzzle therapy. After crossover, there was no difference between laughter therapy and puzzle therapy, both of which could reduce depression (P=0.347). In the OPQOL score, there was no statistically different effect of laughter therapy and puzzle therapy interventions both before the crossover (p=0.581) and after the crossover (p=0.140), so that laughter therapy and puzzle therapy could both improve the quality of life. In terms of cost-effectiveness, laughter therapy more effective (65.1%) than puzzle therapy (37.2%) in lowering the level/category of depression. For an increase in the effectiveness of reducing the level or category of depression by 1% in the laughter therapy group, an additional cost of Rp 5,640 is required, and the value is considered worth spent according to the clinicians and has the effectiveness of reducing the level or category of depression and cost-effectiveness compared to puzzle therapy in reducing depression. Conclusion: The effect of depression reduction on laughter therapy was more than puzzle therapy at the beginning of the intervention before the crossover. Laughter and puzzle therapy has an effect on improving the quality of life in the elderly. The costs incurred are commensurate with the decrease in the level/category of depression. Suggestion: Advocate to the Ministry of Social Affairs, Social Services, and Nursing Homes so that they can add a laughter therapy program in an effort to improve the health of the elderly, especially to reduce depression.

Read More
D-567
Depok : FKM UI, 2025
S3 - Disertasi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Deni Purnama; Promotor: Hadi Pratomo; Kopromotor: Sabarinah Prasetyo; Rita Damayanti; Penguji: Pradana Soewondo, Yayi S. Prabandari, Julianto Witjaksono, Joss Riono, Budi Hartono
Abstrak: Peningkatan prevalensi diabetes menjadi tantangan bagi tenaga profesional kesehatan dalam meningkatkan kualitas hidupnya. Tujuan penelitian ini adalah menengembangkan model coaching dan menilai efikasinya terhadap kualitas hidup pasien diabetes.
Read More
D-452
Depok : FKM-UI, 2022
S3 - Disertasi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Arum Atmawikarta; Promotor: Budi Utomo; Ko-promotor: Endang L. Achadi, Muhilal; Penguji: Darwin Karyadi, Mien Karmini, Abas Basuni Jahari, Kusharisupeni; Purnawan Junadi, Adang Bachtiar
D-199
Depok : FKM UI, 2007
S3 - Disertasi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Muri Maftuchan; Promotor: Indang Trihandini; Kopromotor: Nuryahati Adnan, Ella Nurlaella Hadi; Penguji: Hadi Pratomo, Anton Rahardjo, Tri Erri Astoeti, Magdarina D. Agtini, Indirawati Tjahja
Abstrak:
Sebagian besar anak Indonesia masih belum menggosok gigi sebelum tidur dan sesudah sarapan. Edukasi model peer grup terbukti mampu meningkatkan kebersihan gigi pada anak sekolah. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui perubahan skor pengetahuan, sikap dan kebersihan gigi mulut pada anak usia 8 - 11 tahun pada kelompok yang diberikan edukasi oleh dokter kecil di Tangerang Selatan. Desain yang diginakan dalam penelitian ini adalah kuasi eksperimen pada 143 responden anak dari kelas 3,4 dan 5 di dua sekolah dasar pemerintah. Pada kelompok intervensi 15 anak dipilih sebagai dokter kecil dan ditugaskan memberikan edukasi sedangkan kelompok kontrol tidak . Data pengetahuan dan sikap diambil dikumpulkan menggunakan kuesioner yang diisi oleh sendiri oleh responden sedangkan data kebersihan gigi berupa OHIS dan PHP dikumpulkan melalui pemeriksaan intraoral oleh examiner. Data Diolah dengan t test dependen dan independen Hasil: Terdapat peningkatan pada skor pengetahuan, sikap, OHIS dan PHP pada kelompok intervensi setelah diberikan edukasi (p=0,005) dan perbedaan signifikan antar kelompok yang diberikan edukasi dengan tanpa perlakuan(p<0,05). Saran Edukasi kesehatan gigi mulut dengan menggerakkan anak sebagai dokter kecil khusus kesehatan gigi perlu dlaksanakan disekolah namun pelaksanaannya tetap perlu didampingi oleh tenaga kesehatan dan dukungan oleh Sekolah
Read More
D-428
Depok : FKM-UI, 2020
S3 - Disertasi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Milla Herdayati; Pembimbing: Budi Utomo; Penguji: Tris Eryando, Ratna Djuwita, Meiwita P. Budiharsana, Kemal Nazaruddin Siregar, Wendy Hartanto, Sri Sunarti Purwaningsih, Yayat Supriyatna
Abstrak: ABSTRAK Nama : Milla Herdayati Program : Kesehatan Masyarakat Judul : Pola commuting, Peran Gender dan Kualitas Hidup Komuter: Studi Kasus di Tiga Kota Metropolitan di Indonesia. Mobilitas ulang alik (commuting) telah menjadi fenomena global di seluruh kota-kota metropolitan di dunia termasuk Indonesia. Kegiatan perekonomian/bisnis cenderung berada di pusat kota, mengharuskan mereka bermobilitas (commuting) untuk bekerja. Mereka berhadapan kemacetan/kepadatan, polusi, durasi commuting yang panjang, hal ini diperberat buruknya sistem transportasi publik. Pada perempuan kondisi tersebut menjadi permasalahan tersendiri, dikarenakan perempuan bekerja tidak serta merta dapat melepaskan peran domestiknya. Tujuan studi ini menganalisis apakah commuting berkaitan dengan kualitas hidup komuter, dan apakah peran gender memodifikasi pengaruh commuting terhadap kualitas hidup komuter. Studi ini menggunakan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tiga Kawasan Metropolitan di Indonesia, yaitu Jabodetabek tahun 2014, Mebidang dan Sarbagita tahun 2015. Sampel studi: Pekerja komuter berusia 15-65 tahun di wilayah tersebut dengan kriteria eksklusi adalah commuting dengan berjalan kaki/bersepeda (active commuting). Untuk memperkaya studi ini dilakukan studi kualitatif. Temuan studi ini membuktikan adanya commuting paradox pada komuter, perempuan memiliki pola commuting yang khas multi-trips dan multi-destinatios. Temuan lain studi pola commuting berhubungan negative dengan kualitas hidup lebih baik belum dapat dibuktikan. Peran gender berpengaruh terhadap negative terhadap kualitas hidup komuter. Selain itu efek commuting terhadap kualitas hidup berbeda menurut kewilayahan. Beberapa rekomendasi studi ini bahwa beban commuting harus diminimalisir dengan mengembangkan sistem transportasi public yang handal dan humanis dan ramah perempuan, serta dan juga mendorong penggunaan transportasi massal lewat dengan kampanye dari perspektif kesehatan masyarakat. Keywords Commuting, peran gender, kualitas hidup, transportasi publik ABSTRACT Name : Milla Herdayati Study Program : Public Health Title : Commuting Patterns, Gender Roles and Quality of Life of Commuters: Case Study in Three Metropolitan Cities in Indonesia. Commuting has become a global phenomenon in various metropolitan cities in the world including Indonesia. Economic and business activities tend to be located in the city center has requires people live suburb area to commute to work. The people facing several problems such as traffic, pollution, long duration of commuting also poor transportation system. For women, this condition becomes a real problem, because women have dual role within the households. The purpose of this study is to analyze whether commuting have an impact for the quality of life of commuters, and whether gender roles also influence of commuting on the quality of life. This study uses 2015 and 2014 Central Bureau of Statistics (BPS) data on three municipality in Indonesia, namely Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok Tangerang and Bekasi) and Mebidang (Medan, Binjai, dan Deli Serdang) and Sarbagita (Denpasar, Badung, Gianyar dan Tabanan). Sample study: Commuter workers aged 15-65 years within three municipality with exclusion criteria are walker and people whose work by cycling (active commuting). To enrich this study a qualitative study was conducted. The findings of this study prove the existence of commuting paradoxes in commuters, women have a commuting pattern that is typical of multi-trips and multi-destinations and commuters with minor gender roles have a better quality of life. In addition, the effects of commuting on quality of life differ according to region/area. Some recommendations from this study that the burden of commuting must be minimized by developing a reliable public transportation system that is friendly to women, and providing subsidies for low-income commuters, and also encouraging the use of mass transportation through campaigns from a public health perspective. Keywords Commuting, gender roles, quality of life, public transportation
Read More
D-406
Depok : FKM-UI, 2019
S3 - Disertasi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Prih Sarnianto; Promotor: Hasbullah Thabrany; Ko-Promotor: Mardiati Nadjib; Penguji: Sudijanto Kamso, Ratu Ayu Sartika, Soewarta Kosen, Achmad Fuad Afdhal, Trihono
D-326
Depok : FKM-UI, 2016
S3 - Disertasi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Nurmala Situmorang; Pembimbing: Hasbullah Tabrany
D-94
[s.l.] : [s.n.] : 2004
S3 - Disertasi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Toha Muhaimin; Promotro: Budi Utomo; Ko-Promotor: Sudarto Ronoatmodjo, Samsuridjal Djauzi; Penguji: Sudijanto Kamso, Arwin Akib, Irwanto, Kemal N. Siregar
D-239
Depok : FKM-UI, 2010
S3 - Disertasi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive