Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 35756 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Marta Butar Butar; Pembimbing: Mondastri Korib Sudaryo; Penguji: Renti Mahkota, Victoria Omdra, Nurhayati
Abstrak:

ABSTRAK Nama :  Marta Butar Butar Program Studi         :   Epidemiologi Judul                  :   Prediktor Kejadian Infeksi Sifilis Pada Populasi Lelaki Suka Seks dengan Lelaki (LSL) di 10 Kabupaten/Kota Di Indonesia (Analisis Data STBP 2015) Latar Belakang : Berdasarkan angka kejadian sifilis pada kelompok LSL yang tercatat pada STBP Tahun 2011 cenderung meningkat sebesar 9 % (dari 4% menjadi 13%) dibandingkan STBP Tahun 2007. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis prediktor kejadian sifilis pada populasi LSL yaitu umur, tingkat pendidikan, status HIV, penggunaan kondom, konsumsi Napza/Napza suntik, konsumsi alkohol, jumlah pasangan seks dan pemeriksaan IMS. Metode : Desain Penelitian cross sectional menggunakan data sekunder dari STBP 2015. Data di analisis dengan Cox regresion. Populasi penelitian yaitu kelompok LSL yang berasal dari 10 kabupaten/kota dengan jumlah sampel responden yaitu 1495 orang. Hasil : Proporsi infeksi Sifilis pada kelompok LSL pada 10 kabupaten/kota di Indonesia adalah 15,7%. Ada hubungan yang bermakna antara status HIV (PR 2,05 (95% CI 1,58-2,66), Umur (20-24 tahun (PR 2,45, 95% CI 1,07-5,64), 25-29 tahun (PR 3,01, 95% CI 1,30-6,95), > 30 tahun (PR 2,42, 95% CI 1,04-5,65) dibandingkan LSL umur 15-19 tahun) dengan kejadian infeksi sifilis pada LSL dan ada interaksi antara alkohol dan pendidikan (LSL berpendidikan rendah yang minum alkohol (PR Interaksi 0,47 95% CI 0,23-0,96), LSL berpendidikan rendah tidak minum alkohol (PR Interaksi 1,34 95% CI 0,94-1,90) dan LSL berpendidikan tinggi yang minum alkohol (PR Interaksi 1,4 95% CI 1,03-1,90) dibandingkan LSL yang berpendidikan tinggi yang tidak minum alkohol) dengan kejadian infeksi sifilis pada LSL sedangkan penggunaan kondom, Napza/Napza suntik, jumlah pasangan seks lelaki dan pemeriksaan IMS tidak berhubungan secara statistik dengan nilai p > 0,05 dengan kejadian sifilis. Kata kunci : Prediktor, sifilis, Lelaki Suka Seks dengan Lelaki

ABSTRACT Name :     Marta Butar Butar Program Major     :     Epidemiology Title                     :     Predictors of Syphilis Infections In Population of Male Who Have Sex With Men (MSM) in 10 Districts / Cities In Indonesia (Data analysis STBP 2015) Background  :   Based on the incidence of Syphilis in delayed groups of MSM in STBP 2011 the symptoms increased by 9% (from 4% to 13%) compared to STBP Year 2007. The purpose of this study was predictors of syphilis infection in MSM population, age, education level, HIV status, Condoms, intake / drug consumption, alcohol consumption, number of sex partners and STI examination. Method: The cross sectional study design used secondary data from STBP 2015. The data were analyzed by Cox regression. The population of the study were MSM group from 10 districts / cities with 1495 respondents Results: The proportion of Syphilis infections in MSM in 10 districts / cities in Indonesia was 15.7%. There was a significant relationship between HIV status (PR 2.05 (95% CI 1.58-2.66), Age (20-24 years (PR 2.45, 95% CI 1.07-5.64), 25 29 years (PR 3.01, 95% CI 1.30-6.95),> 30 years (PR 2.42, 95% CI 1.04-5.65) compared with men aged 15-19 years) with syphilis infection in MSM and there is an interaction between alcohol and education (low educated MSM who drink alcohol (PR Interaction 0.47 95% CI 0.23-0.96), low educated MSM who not drink alcohol (PR Interaction 1.34 95 % CI 0.94-1.90) and high educated MSM who drink alcohol (PR Interaction 1,4 95% CI 1.03-1.90) than high educated MSM who not drink alcohol with syphilis infection in MSM while condom use, drug/ injecting drug, number of male sex partners and STI examination were not statistically correlated (p> 0,05) with syphilis infection. Keywords: Predictors, syphilis, Men Sex With Men


 

Read More
T-4874
Depok : FKM-UI, 2017
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Meili Yana; Pembimbing: Dwi Gayatri; Penguji: Tri Yunis Miko, Fatcha Nuraliyah
Abstrak: Perilaku lelaki berhubungan seks tidak aman dengan lelaki merupakan perilaku yang cenderung tertutup dan sulit ditemui di populasi umum, dengan jumlah kaum LSL yang semakin meningkat dan prevalensi HIV dan IMS masihtinggi di kalangan LSL, penelitian terkait HIV pada LSL masih belum banyak ditemui di Indonesia, serta kejadian HIV yang merupakan salah satu masalah kesehatan yang timbul dengan berbagai faktor.Desain penelitian ini adalah potong lintang, dengan menggunakan data sekunder Surveilans Terpadu Biologis dan Perilaku (STBP) pada kelompok Lelaki suka Seks dengan Lelaki (LSL) di Indonesia Tahun 2011, Variabeldependen adalah kejadian HIV (+) dan variabel independennya meliputi karakteristik demografi (umur, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan), pengetahuan mengenai HIV-AIDS, perilaku (perilaku seksual dengan pasangan seks tetap, konsumsi napza, merasa berisiko tertular, riwayat mengalami gejala IMS), dan layanan klinik VCT. Analisis data yang dilakukan adalah analisisunivariat dan analisis bivariat.Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi LSL yang mengalami statusHIV(+) sebesar 8,5%, rata-rata umur LSL yaitu 29 tahun, sebagian besar LSL berpendidikan SMU/sederajat sebesar 52%, sebagian besar bekerja sebagaikaryawan sebesar 32,4%, dengan status belum kawin sebesar 77,5%. ProporsiLSL yang memiliki pasangan tetap sebesar 56,3%. Sebagian besar LSL tidakmengkonsumsi napza sebesar 89,6%, merasa berisiko tertular 64,5% dan sebesar30,7% LSL pernah mengalami gejala IMS, serta sebagian besar reponden tidak dirujuk ke layanan VCT sebesar 77,2%.Faktor-faktor yang ada hubungan bermakna dengan kejadian HIV (+) pada LSL adalah tingkat pendidikan, status belum kawin dibandingkan dengan status kawin, bekerja disalon/panti pijat yang dibandingkan karyawan, merasa berisikotertular, dan layanan klinik VCT.
Kata Kunci : STBP, Lelaki suka Seks dengan Lelaki, HIV-AIDS
Read More
S-8105
Depok : FKM UI, 2014
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Prima Kartika Esti; Pembimbing: Asri C. Adisasmita; Penguji : Ratna Djuwita, Mondastri Korib Sudaryo, Helen Dewi Prameswari
Abstrak:

ABSTRAK

Latar belakang: Epidemi HIV secara global masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius. Pada tahun 2011 terdapat 2.5 juta (2.2 – 2.8 juta) kasus baru infeksi HIV di seluruh dunia, dengan kamatian karena AIDS mencapai 1.7 juta jiwa. Penularan infeksi HIV di Indonesia saat ini terutama melalui hubungan seks heteroseksual terutama terjadi dari WPS kepada pelanggan seks komersial, yaitu kelompok lelaki berperilaku risiko tinggi. Populasi ini merupakan jembatan penularan infeksi HIV (bridging population) dari populasi risiko tinggi ke populasi umum. Data menunjukkan jumlah laki-laki di Indonesia yang menjadi klien WPS lebih banyak dibandingkan pengguna napza suntik dan kelompok MSM (men who have sex with men). Prevalensi HIV pada kelompok LBT meningkat 7 kali lipat dari 0.1% (STBP 2007) menjadi 0.7% (STBP 2011). Keberadaan IMS meningkatkan kemudahan seseorang terkena infeksi HIV. Sebagian besar IMS akan menimbulkan peradangan dan kerusakan jaringan kulit/selaput lendir genital yang memudahkan masuknya HIV. Infeksi menular seksual dengan gejala ulkus genital, misalnya sifilis, menyebabkan kemudahan terkena infeksi HIV meningkat 4 – 6 kali. Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh faktor perilaku seks yang berhubungan dengan infeksi HIV dengan mempertimbangkan penyakit sifilis sebagai efek modifikasi, pada populasi LBT 12 kabupaten/kota di Indonesia.

Metode: cross sectional, analisis data hasil STBP 2011.

Hasil: Prevalensi HIV pada LBT sebesar 0.7%, LBT dengan perilaku seks berisiko rendah sebesar 91.5%. Perilaku seks risiko tinggi terdapat pada 6.6% LBT dan 1.9% di antaranya berperilaku seks risiko sedang. Prevalensi LBT yang mengaku setia pada pasangan sebesar 49.8%. Kejadian infeksi HIV berhubungan secara signifikan dengan riwayat hubungan seks dengan WPS, setia pada pasangan, jumlah WPS dalam 1 tahun terakhir, penggunaan napza suntik, serta keluhan IMS. Keberadaan sifilis tidak memodifikasi efek perilaku seks terhadap infeksi HIV, karena kejadiannya kecil. Pada analisis multivariat didapat perilaku seks yang berisiko untuk tertular HIV adalah pernah berhubungan dengan WPS memiliki risiko tertular HIV dengan OR 2.113(0.883-5.052) dan pernah berhubungan dengan casual partner memiliki OR sebesar 1.347(0.506-3.589) setelah dikontrol dengan variabel penggunaan napza suntik dan keluhan IMS.


ABSTRACT

Background: Global HIV epidemic still reveal serious public health issue. In 2011 there was 2.5 million (2.2 – 2.8 million) HIV new cases worldwide with mortality reach 1.7 million people. Heterosexual transmission of HIV in Indonesia mainly occurs from FSW to their clients, which is identifying as high risk men (HRM). HRM population is HIV transmission bridging population from high to low risk population. Data shows FSW’s clients amounted much more than the IDUs or MSM. HIV prevalence in HRM had been increased 7 times from 0.1% (IBBS 2007) to 0.7% (IBBS 2011). The presence of STD increases risk of HIV infection, so that STD is believed as HIV infection cofactor. Most STD caused inflammation and genital mucosa/skin damage which make HIV infection easier. Genital ulcer disease, such as syphilis, raised HIV infection 4-6 times. This study aims to see sexual behavior effect on HIV infection with regard of syphilis as modification effect on HRM population in 12 districts in Indonesia.

Method: Cross sectional. The IBBS 2011 data analyses.

Result: HIV prevalence among HRM amounted 0.7%. Of 91.5% HRM have low risk of sexual behavior, 1.9% medium risk, and 6.6% experience high risk sexual behavior. 49.8% HRM was faithful. There was significant association between HIV infection and having sex with FSW, faithfulness, the amount of FSW in 1 year, injecting drug user, and the presence of STI symptoms. The presence of syphilis has not modified the association between sexual behavior and HIV infection, statistically. Multivariate analyses founded that having sex with FSW and/or casual partner were risky sexual behavior with OR of being infected by HIV were 2.113(0.883-5.052) and 1.347(0.506-3.589) respectively, after being controlled with variables injecting drug user and the presence of STI symptoms.

Read More
T-4011
Depok : FKM-UI, 2013
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Rizky Hasby; Pembimbing: Mondastri Korib Sudaryo; Penguji: Tri yunis Miko Wahyono, Nurjannah, Lely Wahyuniar
Abstrak: Epidemi HIV di Indonesia terkonsentrasi pada beberapa kelompok tertentu yang berisiko tinggi terhadap HIV dan salah satunya adalah kelompok LSL (Lelaki Seks dengan Lelaki). Berdasarkan beberapa penelitian di negara lain, tindakan sirkumsisi (sunat) merupakan salah satu upaya pencegahan penularan HIV pada lelaki, dan sirkumsisi telah dilakukan oleh sebagian besar penduduk Indonesia yang mayoritas beragama islam. Namun di Indonesia, sirkumsisi belum masuk dalam program pencegahan dan penanggulangan HIV AIDS serta masih minimnya penelitian terkait sirkumsisi terhadap HIV pada kelompok LSL. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan sirkumsisi terhadap status HIV pada LSL di Indonesia Tahun 2018/2019. Penelitian ini menggunakan data sekunder Survei Terpadu Biologis dan Perilaku (STBP) HIV AIDS tahun 2018/2019 dengan desain penelitian potong lintang dan jumlah sampel sebesar 4.284 LSL di 19 Kabupaten/Kota terpilih STBP. Hasil penelitian menunjukkan bahwa LSL yang tidak pernah melakukan sirkumsisi berisiko 1,27 kali lebih tinggi untuk positif HIV dibandingkan dengan LSL yang pernah melakukan sirkumsisi setelah dikontrol dengan variabel konsistensi penggunaan kondom dan pendidikan. Kerja sama antara pemerintah dan CSO (Civil Society Organization) menjadikan sirkumsisi yang mudah, murah, dan aman; sebagai bagian dari upaya pencegahan penularan HIV diharapkan dapat melengkapi program upaya pencegahan lainnya yang sudah berjalan.
The HIV epidemic in Indonesia is concentrated in certain groups that are at high risk of HIV and one of them is the MSM (Men Sex with Men) group. Based on several studies in other countries, circumcision (sunat) is an effort to prevent HIV transmission in men, and circumcision has been carried out by the majority of Indonesia's population who are predominantly Muslim. However, in Indonesia, circumcision has not been included in the HIV AIDS prevention and control program and there is still a lack of research related to circumcision on HIV in the MSM group. The purpose of this study was to determine the relationship between circumcision and HIV status in MSM in Indonesia 2018/2019. This study used secondary data from the Integrated Biological and Behavioral Survey (IBBS) for HIV AIDS 2018/2019 with a cross-sectional design study and a sample size of 4,284 MSM in 19 selected IBBS districts/cities. The results showed that MSM who never performed circumcision had a 1.27 times higher risk of being HIV positive compared to MSM who had circumcised after being controlled with the consistency of condom use and education variables. The collaboration between the government and CSOs (Civil Society Organizations) to make circumcision easy, cheap, and safe as part of efforts to prevent HIV transmission is expected to complement other existing prevention programs
Read More
T-5988
Depok : FKM-UI, 2020
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Rivi Maharani Amri; Pembimbing: Renti Mahkota; Penguji: Mondastri Korib Sudaryo, Victoria Indrawati
S-9606
Depok : FKM UI, 2018
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Maulidya Mitha Rianto; Pembimbing: Yovsyah; Penguji: Renti Mahkota, Nurhalina Afriana
Abstrak:
Infeksi HIV (Human Immununodeficiency Virus) masih menjadi permasalahan kesehatan secara global. Di Indonesia, populasi kunci LSL merupakan populasi dengan prevalensi kasus HIV tertinggi. DKI Jakarta dan Jawa Barat merupakan dua provinsi dengan kasus HIV tertinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi kejadian HIV dan faktor yang berhubungan dengan kejadian HIV pada populasi kunci LSL di DKI Jakarta dan Jawa Barat. Penelitian ini menggunakan desain studi potong lintang (cross sectional) dengan menggunakan data STBP. Analisis data dilakukan secara deskriptif dan menggunakan uji chi-square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi kejadian HIV pada LSL di DKI Jakarta dan Jawa Barat sebesar 26,5%. Mayoritas LSL dalam penelitian ini adalah LSL dengan tingkat pendidikan tinggi (≥SMA/sederajat), bekerja, berusia ≥ 25 tahun, setia kepada pasangan seksual, konsisten menggunakan kondom, memiliki >1 pasangan seks, dan merasa berisiko tertular HIV. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa usia ≥ 25 tahun (PR= 1,567; 95%CI: 1,255-1,957) dan memiliki persepsi risiko tertular HIV (PR= 2,362; 95%CI: 1,690-3,302) merupakan faktor risiko dari kejadian HIV pada LSL. Oleh karena itu, diperlukan penjangkauan LSL yang lebih luas dan intervensi menggunakan sosial media dengan menargetkan kelompok usia produktif untuk meningkatkan kesadaran diri terkait risiko penularan HIV dan meningkatkan akses layanan HIV.

HIV (Human Immunodeficiency Virus) infection is still a global health problem. In Indonesia, MSM is one of the key populations with is the highest HIV prevalence. DKI Jakarta and West Java are the two provinces with the highest HIV cases. This study aims to determine the prevalence of HIV and factors associated with HIV incidence in key MSM populations in DKI Jakarta and West Java. This research is a cross-sectional study using IBBS data. Data analysis was carried out descriptively and used the chi-square test. The results of the study show that the prevalence of HIV among MSM in DKI Jakarta and West Java is 26,5%. The majority of MSM in this study were MSM with a high level of education (≥high school/equivalent), employed, ≥ 25 years, loyal to sexual partners, consistently using condoms, have >1 sexual partner, and feel at risk of contracting HIV. The results of statistical analysis show that ≥ 25 years (PR= 1,567; 95%CI: 1,255-1,957) and having a perceived risk of contracting HIV (PR= 2,362; 95%CI: 1,690-3,302) are risk factors for the incidence of HIV in MSM. Therefore, wider MSM outreach and interventions using social media targeting the productive age group are needed to increase self-awareness regarding the risk of HIV transmission and increase access to HIV services.
Read More
S-11495
Depok : FKM-UI, 2024
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Irma AH Siahaan; Pembimbing: Mondastri Korib Sudaryo; Penguji: Tri Yunis Miko Wahyono, Nurjannah, Zulmely
Abstrak: Secara global, setiap tahun diperkirakan ada 6 juta kasus baru sifilis pada orang berusia 15 hingga 49 tahun. Sifilis menjadi faktor risiko diantara lelaki seks dengan lelaki (LSL) dan kelompok lain yang cenderung memiliki banyak pasangan seks. Seperti diketahui, orang yang menderita sifilis memiliki risiko tertular dan menularkan HIV lebih besar kepada orang lain. Ini karena cara penularan sifilis dan HIV memiliki kesamaan. Sebuah studi cross sectional: Survei Terpadu Biologis dan Perilaku (STBP) pada tahun 2018-2019 dilakukan oleh Kementerian Kesehatan sebagai bagian dari evaluasi program HIV AIDS di Indonesia. Penelitian dilakukan di 24 kabupaten/kota terpilih dengan jumlah sampel 3.941 LSL, pengumpulan data perilaku dilakukan dengan wawancara sementara data biologis sifilis dan HIV dilakukan dengan pemeriksaan laboratorium sampel darah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sifilis adalah faktor risiko HIV dengan PR = 4.1 (95% CI: 3.4-4.9) Responden dengan sifilis mengalami kejadian HIV 4.5 kali lebih besar dibanding dengan responden tanpa siflis. Kombinasi sifilis, pekerjaan utama dan penggunaan kondom saat membeli seks meningkatkan risiko menjadi 4.5 (95% CI: 2.0310.03). Ada hubungan antara sifilis dan HIV. Sifilis meningkatkan risiko HIV hingga 4 kali diantara LSL. Pelibatan dan penguatan kapasitas teknis Organisasi Berbasis Komunitas (OBK) GWL dalam melakukan promosi seks aman dan pemanfaatan layanan bagi komunitas LSL serta akselerasi program IMS yang ramah populasi kunci (petugas dan alat) akan menjadi pendorong LSL untuk akses layanan secara rutin. Pencegahan sebagai pendekatan yang lebih efektif dapat dilakukan secara bersamaan mengingat bahwa Sifilis dan HIV dapat dicegah dengan cara yang sama. Sifilis diantara LSL perlu mendapatkan perhatian khusus karena jika tidak segera ditangani dampaknya akan masuk kepada populasi heteroseksual yang lebih besar.
Globally, every year there are 6 million new cases of syphilis estimated in people aged 15 to 49 years. Syphilis is a risk factor among men who have sex with men (MSM) and other groups that tend to have multiple sex partners. As is known, people who suffer from syphilis have a greater risk of contracting and transmitting HIV to others. This is because the mode of transmission of syphilis and HIV have in common. A cross sectional study: The Integrated Biological and Behavioral Survey (STBP) in 2018-2019 was conducted by the Ministry of Health as part of an evaluation of the HIV AIDS program in Indonesia. The study was conducted in 24 selected city/district with a total sample of 3,941 MSM, behavioral data collection was carried out by interview while syphilis and HIV biological data were carried out by laboratory examination of blood samples. Study showed that syphilis was a risk factor for HIV with PR = 4.1 (95% CI: 3.4-4.9). Respondents with syphilis have an incidence of HIV 4.5 times greater than respondents without syphilis. The combination of syphilis, primary occupation and the use of condoms when buying sex increases the risk to 4.5 (95% CI: 2.03-10.03). There is association between syphilis and HIV. Syphilis increases the risk of HIV up to 4 times among MSM. The involvement and strengthening of the technical capacity of the GWL Community Based Organization (CBO) in promoting safe sex and the utilization of services for MSM communities and the acceleration of STI-friendly programs for key populations (officers and tools) will be a driven of MSM for regular service access. Prevention as a more effective approach can be done simultaneously considering that both syphilis and HIV can be prevented in the same way. Syphilis among MSM needs special attention because if not treated immediately the impact will go to a larger heterosexual population.
Read More
T-5983
Depok : FKM-UI, 2020
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Shena Masyita Deviernur; Pembimbing: Nurhayati; Penguji: Putri Bungsu, Ari Wulan Sari
Abstrak: Perilaku seksual berisiko HIV/AIDS pada LSL dapat dipengaruhi oleh pengetahuan pencegahan dan miskonsepsi terkait HIV/AIDS. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan HIV/AIDS dengan perilaku seksual berisiko HIV/AIDS pada LSL di 3 kota (Yogyakarta, Tangerang, Makassar) di Indonesia tahun 2013. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan menggunakan data STBP 2013. Sampel dalam penelitian ini adalah 343 LSL di 3 kota di Indonesia yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dan dianalilsis secara univariat, bivariat, dan stratifikasi. Hasil penelitian yang didapatkan adalah 16% LSL memiliki tingkat perilaku seksusal berisiko tinggi, 30.9% LSL memiliki pengetahuan pencegahan dan miskonsepsi kurang, 52.5% LSL berusia >24 tahun, 48% LSL kurang berpartisipasi dalam program pelayanan kesehatan HIV/AIDS, 51% LSL mendapat sumber informasi kurang. Berdasarkan analisis bivariat yang dilakukan hubungan dengan perilaku seksual berisiko HIV AIDS yaitu kurang memiliki pengetahuan HIV/AIDS (PR=2.0;95%CI 1.2-3.2), usia ≤ 24 tahun (PR=1.7 ; 95%CI 1.0-2.7), kurang berpartisipasi pada program kesehatan (PR=2.0 ; 95%CI 1.2-3.4), kurang mendapatkan sumber media informasi (PR=0.6 ; 95%CI 0.4-1.0). Hasil stratifikasi antar strata pada variabel kovariat yaitu PR lebih tinggi pada LSL berusia >24 tahun (PR=2.14 ; 95%CI 0.98-4.66), LSL yang kurang mengikuti program pelayanan kesehatan (PR=2.10; 95%CI 1.17-3.77), dan LSL yang baik mendapat media sumber informasi (PR=2.05 ; 95%CI 1.11- 3.77). Oleh karena itu disarankan untuk meningkatkan kembali program IPP, memberikan edukasi sesuai dengan usia, dan memberikan sumber informasi yang lebih efektif dan massive.
Kata kunci: Lelaki Seks Lelaki (LSL), perilaku seksual berisiko, pengetahuan HIV/AIDS

Sexual risk behavior HIV/AIDS among MSM can be influenced by prevention and misconception knowledge of HIV/AIDS. This study aims to determine the relations about knowledge of HIV/AIDS and sexual risk behavior HIV/AIDS among MSM in 3 cities (Yogyakarta, Tangerang, Makassar) in Indonesia on 2013. This study used cross sectional design by using data IBBS 2013. Samples in this study were 343 MSM in 3 cities in Indonesia meet the criteria inclusion and exclusion and analyzed by univariate, bivariate, and stratification. Form the result, the percentage were 16% MSM have high risk of sexual risk behavior, 30.9% MSM have prevention and misconception knowledge less, 52.5% MSM >24 years, 48 % MSM less participate in the health services HIV/AIDS, 51% MSM less of source information. Based on analysis bivariate relationships with sexual risk behavior HIV/AIDS less having knowledge HIV/AIDS (PR = 2.0; 95%CI 1.2-3.2), age ≤ 24 years (PR= 1.7; 95%CI 1.0-2.7), less participate in the health program (PR= 2.0; 95%CI 1.2-3.4), less get media source information (PR= 0.6; 95%CI 0.4-1.0). Stratification results of the strata on the variables of covariate variable have higher PR on MSM aged >24 years (PR= 2.14; 95%CI 0.98-4.66), MSM less follow the program health service (PR = 2.10; 95%CI 1.17-3.77), and MSM got a better media source information (PR= 2.05; 95%CI 1.11-3.77). It is therefore advisable to improve program IPP back, give education in according by age, and provide a source of information that is more effective and massive.
Keywords: Men Who Have Sex with Men (MSM), sexual behavior risk HIV/AIDS, knowledge of HIV/AIDS
Read More
S-9280
Depok : FKM UI, 2017
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Caprina Runggu Hasiholan; Pembimbing: Dwi Gayatri; Penguji: Krisnawati Bantas, Nies Andekayani, Maya Trisiswati
Abstrak: Di Indonesia, peningkatan kasus HIV(+) terjadi secara substantif pada tahun-tahunterakhir, khususnya pada lelaki seks dengan lelaki (LSL). Tujuan studi ini adalahmengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan HIV(+) pada LSL. Penelitianini dilakukan studi cross sectional untuk meneliti faktor-faktor yang berhubungandengan HIV(+) pada LSL di Kota Makassar, Tangerang dan Yogyakarta, Indonesiadan dampak dari faktor risiko yang dominan, dengan menggunakan data SurveiTerpadu Biologi dan Perilaku Tahun 2013. Analisis regresi logistik dilakukan untukmenilai faktor-faktor yang berhubungan dengan HIV(+). Prevalensi HIV(+) padaLSL dalam studi ini sebesar 17,19%. Memiliki setidaknya 2 pasangan seks lelakipada bulan terakhir berhubungan dengan peningkatan risiko HIV(+) (adjusted OR2,43; 95% CI: 1,15-5,13). LSL dengan banyak pasangan seksual lelaki akanmeningkatkan risiko terinfeksi HIV(+). Dampak potensial menjadi HIV(+) padaLSL dengan banyak pasangan seks lelaki sebesar 70,8%. Sementara itu penggunaankondom inkonsisten menjadi faktor protektif kemungkinan disebabkan olehketerbatasan studi di mana pemakaian kondom konsisten pada pasangan seks tidaktetap belum dapat menggambarkan penggunaan kondom konsisten pada pasangantetap, waria, pelanggan dan pasangan membeli seks, kemungkinan adanya biaspewawancara, bias normatif, clever hans effect bias, dan bias insidens-prevalens.Memfokuskan promosi setia pada satu pasangan seksual; konseling dan testing HIVpada LSL dan pasangannya, termasuk lakukan tes HIV rutin setiap 6 bulan padaLSL dengan HIV(-) akan efektif mengurangi angka penularan HIV. Pelatihanpewawancara, pewawancara yang tepat, penelitian lebih lanjut tentang kesalahanpemakain kondom disarankan untuk meminimalkan bias.Kata kunci: HIV(+), LSL, pasangan seks lelaki.
Read More
T-4762
Depok : FKM-UI, 2016
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Diany Teksa Maharani; Pembimbing: Mondastri Korib Sudaryo; Penguji: Yovsyah, Nurjannah Sulaiman
Abstrak: Proyeksi pada tahun 2030 adalah terjadinya penurunan terhadap angka kematian akibat penyakit menular pada populasi di dunia, sedangkan penyakit akibat HIV/AIDS akan mengalami peningkatan yang jumlahnya dipengaruhi oleh aksesibilitas masyarakat terhadap pengobatan ARV dan upaya pencegahan penularan HIV/ AIDS. Kelompok paling rentan rentan terhadap infeksi HIV adalah usia muda. Banyak usia muda terlibat dalam perilaku seksual berisiko karena pengambilan perilaku berisiko pada kelompok ini. Di antara LSL muda, tingkat infeksi HIV yang tinggi disebabkan oleh perilaku seks berisiko. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui faktor-faktor perilaku seks berisiko HIV/ AIDS pada LSL usia muda yakni 15-24 tahun. Faktor risiko meliputi usia, pendidikan, pengetahuan, keterpajanan informasi kesehatan, usia hubungan seks pertama, layanan tes HIV, layanan kesehatan lain, konsumsi alkohol, dan konsumsi NAPZA. Penelitian menggunakan data sekunder STBP 2018. Desain penelitian yang digunakan adalah kros seksional dengan analisis univariat dan bivariat menggunakan uji kai kuadrat α = 0,05. Hasil didapatkan terdapat hubungan bermakna antara pengetahuan (p value=0,001; PR=1,4; CI=1,3-2,5), layanan tes HIV (p value=0,000; PR=1,7; CI=2,0-3,4), layanan pencegahan lain (p value=0,000; PR=1,6; CI=1,9-3,2), dan konsumsi alkohol (p value=0,009; PR=1,2; CI=1,1-1,8) dengan perilaku seks berisiko HIV/ AIDS.
Kata Kunci: perilaku seks berisiko HIV/ AIDS, usia muda, LSL

The projection in 2030 is decreased number of deaths from infectious diseases in the world's population, while diseases caused by HIV / AIDS will increase is influenced by public accessibility to ARV treatment and efforts to prevent transmission of HIV / AIDS. The most vulnerable group vulnerable to HIV infection are young people. Many young people engage in risky sexual behavior because of risky behaviors decision in this group. Among young MSM, high rates of HIV infection are caused by risky sexual behavior. The purpose of this study is to determine the factors of risky sexual behavior of HIV/ AIDS in young MSM age 15-24 years. Risk factors include age, education, knowledge, exposure to health information, age of first sex, HIV testing service, other health service, alcohol consumption, and drug consumption. The study utilize secondary STBP 2018 data. The research design use cross sectional with univariate and bivariate analyzes with chi square test α = 0.05. The results show that there are significant relationship between knowledge (p value=0,001; PR=1,4; CI=1,3-2,5); HIV test service (p value=0,000; PR=1,7; CI=2,0-3,4), other health service prevention (p value=0,000; PR=1,6; CI=1,9-3,2), and alcohol consumption (p value=0,009; PR=1,2; CI=1,1-1,8) with risky sexual behavior of HIV / AIDS.
Keywords: HIV/ AIDS risky sexual behavior, young age, MSM
Read More
S-10311
Depok : FKM UI, 2020
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive