Ditemukan 35662 dokumen yang sesuai dengan query :: Simpan CSV
Frima Elda; Promotor: Kusharisupeni; Ko-Promotor: Ahmad Syafiq, Abas Basuni Jahari; Penguji: Soekidjo Notoatmodjo, Diah Mulyawati Utari, Besral, Fawzia Hadis, Anies Irawati, Cesilia Meti Dwiriani
Abstrak:
Salah satu transisi gaya hidup yang terjadi adalah perubahan perilaku makan.Diet yang dilakukan seringkali tidak sesuai dengan kaidah kesehatan dan gizi yangdapat menjurus ke arah penyimpangan perilaku makan PPM. Untuk jangka panjang,penyimpangan perilaku makan memberikan dampak yang cukup serius yaituKurang Energi Kronis KEK, dimana remaja putri sebagai calon ibu yang akanmenentukan kualitas hidup generasi yang akan datang. Untuk mengatasi maslaahini perlu dilakukan suatu upaya salah satunya denga memberikan edukasi gizi melaluimedia yang bisa dipahami oleh remaja. Studi ini bertujuan untuk melihat pengaruh keterpajanan media gizi seimbangterhadap perubahan kecenderungan penyimpangan perilaku makan pada siswi SMAdi Jakarta. Media yang diberikan yaitu berupa poster banner dan leaflet booklet.Studi dengan desain quasi eksperimen dilakukan pada 7 sekolah terpilih di DKIJakarta yang dibagi dalam tiga kelompok yaitu kelompok kontrol, kelompokposter banner dan kelompok leaflet booklet. Sejumlah 504 siswi SMA dijadikansampel dalam penelitian yang, yang dilakukan selama 7 bulan. Dari sebanyak 504 responden yang disaring. maka di dapatkan jumlah siswiSMA yang mengalami kecenderungan PPM pada kelompok kontrol sebesar 90.1 .pada kelompok dengan poster dan banner sebesar 95.9 dan kelompok denganleaflet dan booklet sebesar 97.1. Faktor personal yang mempunyai hubungansignifikan dengan perubahan skor PPM, yaitu riwayat diet post intervensi pvalue=0.001, citra tubuh post intervensi p value=0.016, konsumsi protein hewani p value=0.045, konsumsi protein hewani p value=0.019, skor PPM pre intervensi p value=0.000, skor sikap post intervensi p value=0.009, skor pengetahuan postintervensi 0.000. Faktor lingkungan yang mempunyai hubungan signifikan denganperubahan skor PPM, yaitu kritik dari orang tua p value=0.011, ejekan pvalue=0.011, dan pengaruh media massa untuk memulai olahraga p value=0.008. Hasil uji menunjukkan ada pengaruh intervensi media terhadap perubahanskor PPM p value=0.007. Variabel yang paling mempengaruhi perubahan skorPPM adalah skor PPM pre intervensi p value=0.000, yang memberikansumbangan terhadap perubahan skor PPM sebesar 0.355. Terdapat perbedaan yangsignifikan dari intervensi media pada kelompok kontrol dengan kelompokleaflet booklet dan intervensi media pada kelompok poster banner dengankelompok leaflet booklet. Rata-rata perubahan skor PPM setelah pada kelompokleflet booklet yaitu sebesar 2.43 poin, pada kelompok poster banner yaitu sebesarxiii Universitas Indonesia1.61 poin dan kelompok kontrol sebesar 1.24 poin. Secara keseluruhan mediabooklet leaflet lebih efektif menurunkan skor gejala kecenderungan PPM sebesar41 dibandingkan media poster banner. Perkembangan teknologi yang menyebabkan terjadinya PPM pada remaja,maka perlu segera dilakukan penanganan dalam hal pencegahan. Dari hasil penelitianini dapat dimanfaatkan booklet dan leaflet untuk bahan edukasi, sebagai salah satucara untuk menangkal efek yang lebih buruk dari akibat perkembangan teknologi,terutama dalam industri makanan.Kata kunci : intervensi media, edukasi gizi, penyimpangan perilaku makan, giziremaja
One of the lifestyle transition which occurred is a change in behavior. Adiet that often do not correspond to the rules of health and nutrition that can lead toeating disorders ED. For the long term, eating disorders give a pretty serious impactapplies less energy chronic KEK, which young women as potential mothers whowill determine the quality of life of generations to come will be. For it can make thistagline affairs carried out an attempt by a radical way of providing nutrition educationthrough the media that can be understood by teenagers. The aims of this study is knowing the influence of balanced nutritionmedia to changes in eating disorders tendency on high school students in Jakarta.Applies the given media in the form of poster banner, brochure booklet. Quasiexperimental design with studies done on 7 selected schools in Jakarta are divided inthree groups apply the control group, the group 39 s poster banner, the group`s brochure booklet. A number of 504 students high school made the samples in the study,conducted over the past 7 months. From 504 respondents are filtered out, then get thenumber of high school students who experience the tendency of PPM in the controlgroup amounted to 90.1, in the group with posters and banners of 95.9 and withleaflets and booklets of 97.1. Personal factors that have a significant relationshipwith the change score PPM, diet history post intervention p value 0.001, bodyimage post intervention p 0.016, consumption of animal protein p value 0045, consumption of vegetable protein p value 0.019, score PPM pre intervention pvalue 0000, score the attitude of post intervention p 0.009, score of knowledgepost intervention 0000. Environmental factors that have a significant relationshipwith the change score PPM, valid criticism from parents value of p 0,011, ridicule value of p 0,011, and the influence of the mass media to start sports value p 0.008.
Read More
Test results showed there is the influence of media on intervention changesscore PPM p 0.007. The variables most influence the change score PPM is scorePPM pre intervention p value 0000, which contribute to the change score PPM of0.355 poin. There is a significant difference from the intervention of the media in thecontrol group with the group of brochure booklet and intervention of media group ofposter banner with the group brochure booklet. The average score on the group afterthe change of PPM, the group of brochure booklet applies of 2.43 points, on a groupof poster banner applies of 1.61 points and a control group of 1.24 points. Overallxv Universitas Indonesiamedia brochure booklet more effectively lowers the score symptoms tendency of41 compared to PPM media poster banner.
Technological developments that led to the PPM on teenagers, then thetagline immediately done handling in terms of prevention. From the results of thisresearch can be utilized booklet and brochure for educational materials, as one way toward off the effect worse than the development of technology, especially theauthenticity in the food industry.
D-373
Depok : FKM-UI, 2017
S3 - Disertasi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Tri Krianto; Promotor: Soekidjo Notoatmodjo; Ko-Promotor: Sudijanto Kamso; Penguji: SUdarti Kresno, Supratman Sukowati, Puwantyastuti, Dewi Susana, Ekowati Rahadjeng, Soewarta Kosen
D-231
Depok : FKM UI, 2009
S3 - Disertasi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Rita Ramayulis; Promotor: Anhari Achadi; Kopromotor: Tri Krianto, Besral; Penguji: Endang Lakmininsgih, Kusharisupeni Djokosujono, Ekowati Rahajeng, Toni Wandra, Sugeng Eko Irianto
Abstrak:
Latar Belakang: Kewajiban mencantumkan informasi kandungan Gula, Garam dan Lemak GGL serta pesan kesehatan pada pangan siap saji telah diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 30 tahun 2013 tentang Pencantuman Informasi Kandungan Gula, Garam dan Lemak serta Pesan Kesehatan untuk Pangan Olahan dan Pangan Siap Saji Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 617 ; sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 63 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 30 Tahun 2013, akan diberlakukan paling lambat tahun 2019 empat tahun setelah diundangkan . Saat ini belum diketahui keberhasilan pencantuman informasi kandungan GGL serta pesan kesehatan bagi peningkatan pengetahuan, perbaikan pemilihan menu serta penurunan asupan GGL masyarakat untuk mengurangi risiko Penyakit Tidak Menular PTM serta belum tersedia petunjuk teknis pencantuman informasi kandungan GGL serta pesan kesehatan ini pada tempat penyedia pangan siap saji. Tujuan dan Metode : Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan media papan menu untuk pencantuman informasi kandungan GGL serta pesan kesehatan dan menganalisis pengaruhnya terhadap tingkat pengetahuan tentang GGL serta pesan kesehatan, pemilihan menu dan asupan GGL. Subyek penelitian berasal dari dua SMA di kota Depok sebanyak 374 siswa SMA yang dipilih secara bertingkat Multi Stage Random Sampling . Model pengembangan papan menu meliputi tahapan analisis kebutuhan, desain pembelajaran, pengembangan produk, dan evaluasi produk yang terdiri dari evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Tingkat pengetahuan diukur dengan kuesioner pengetahuan, pemilihan menu dinilai berdasarkan formulir Healthiness Quotient HQ , dan asupan GGL diukur dengan formulir food recall. Hasil : Disain papan menu yang memperoleh nilai paling baik adalah warna dasar papan menu hitam, dan warna tulisan daftar menu, harga, kandungan GGL putih, serta warna tulisan pesan kesehatan kuning. Penulisan daftar menu, harga dan kandungan GGL dalam bentuk tabel. Penulisan pesan kesehatan diletakkan di bawah tabel dengan posisi tengah disertai dengan sumber pesan kesehatan tersebut yaitu Permenkes Nomor 30 tahun 2013. Secara keseluruhan penulisan tulisan pada papan menu ini mengikuti pola F yaitu pada tulisan bagian pertama ditulis secara horizontal dan pesan kesehatan ditulis dengan area yang lebih pendek. Daftar makanan yang dicantumkan pada papan menu tidak hanya pada hidangan yang dijual tetapi juga mencantumkan bahan yang sering ditambahkan pada makanan yang dipesan seperti saos, kecap, mayonaise, gula, sirup dan kerupuk. Uji GLM Multivariate Repeated Measure memperlihatkan setelah dikontrol jenis kelamin, status gizi, jumlah uang jajan, sikap, norma subyektif dan persepsi kontrol perilaku, terdapat pengaruh pencantuman informasi kandungan GGL serta pesan kesehatan pada papan menu di kantin sekolah terhadap peningkatan pengetahuan tentang GGL serta pesan kesehatan, perbaikan pemilihan menu jajanan dan penurunan asupan GGL di kantin sekolah, luar kantin sekolah dan sehari-hari. Pengukuran di lakukan mulai pre intervensi, minggu ke-3, ke-6 dan ke-9 setelah intervensi. Pada kelompok intervensi terjadi peningkatan rata-rata skor pengetahuan dari 45,1, menjadi 49,6, 55,4 dan 58,8, rata-rata skor HQ pemilihan menu jajanan semakin sehat dari 1,5 menjadi 1,2, 1,2 dan 0,9 kantin sekolah , 3,4 menjadi 2,8, 2,5 dan 2,2 luar kantin sekolah , dan 4,7 menjadi 3,7, 3,6 dan 2,9 sehari-hari , rata-rata asupan gula menurun dari 36,5 g menjadi 32,4 g, 30,2 g dan 21,1 g di kantin sekolah , 46,1 g menjadi 39,9 g, 34,7 g dan 30,3 g luar kantin sekolah , dan 82,3 g menjadi 71,7 g, 64,9 g, dan 51,4 g sehari-hari , rata-rata asupan garam menurun dari 897,5 mgNa menjadi 669,4 mgNa, 707,5 mgNa dan 584,8 mgNa kantin sekolah , 1997,3 mgNa menjadi 1646,4 mg Na, 1409,8 mgNa dan 1335,8 mgNa luar kantin sekolah , dan 2894 mgNa menjadi 2299,7 mgNa, 2111,9 mgNa dan 1902 mgNa sehari-hari , rata-rata asupan lemak menurun dari 21,3 g menjadi 16,8 g, 16,8 g dan 16,2 g kantin sekolah , 67,1 g menjadi 60,1 g, 49,9 g dan 44,9 g luar kantin sekolah , dan 88,4 g menjadi 76,9 g, 66,7 g dan 61,2 g sehari-hari . Pada kelompok kontrol tidak terjadi peningkatan pengetahuan skor 42,7 menjadi 43,9, 42,8, dan 43,4 , tidak terjadi perbaikan pemilihan menu di kantin sekolah skor 1,6, menjadi 1,5, 1,8 dan 2,0 , luar kantin sekolah skor 3,0 menjadi 2,9, 2,8 dan 3,1 , dan sehari-hari skor 4,2 menjadi 4,2, 4,2 dan 4,6 , tidak terjadi penurunan asupan gula dari makanan di kantin sekolah 40,9 g menjadi 39,8 g, 47,5 g dan 57,5 g , luar kantin sekolah 39,7 g menjadi 48,1 g, 40,6 g dan 47,6 g dan sehari-hari 78,9 g menjadi 88,9 g, 87,2 g dan 102,5 g , tidak terjadi penurunan asupan garam dari makanan di kantin sekolah 900 mgNa menjadi 854,9 mgNa, 1002,9 mgNa dan 888,1 mgNa , luar kantin sekolah 1715,3 mgNa menjadi 1777,5 mgNa, 1601,8 mgNa dan 1676 mgNa , dan sehari-hari 2592,9 mgNa menjadi 2480,4 mgNa, 2599,4 mgNa dan 2551,6 mgNa , tidak terjadi penurunan asupan lemak dari makanan di kantin sekolah 25,2 g menjadi 22,3 g, 26,6 g dan 24,7 g , luar kantin sekolah 59 g menjadi 55,8 g, 51,2 g dan 56,9 g dan sehari-hari 83,9 g menjadi 77,7 g, 77,8 g dan 81,7 g. Kesimpulan : Pencantuman informasi kandungan GGL serta pesan kesehatan pada papan menu di kantin sekolah meningkatkan pengetahuan siswa SMA tentang GGL serta pesan kesehatan, memperbaiki pemilihan menu dan menurunkan asupan GGL.Saran : Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi yang menguatkan kewajiban pencantuman informasi GGL serta pesan kesehatan untuk mengurangi risiko penyakit tidak menular dengan mengedukasi masyarakat melalui pencantuman informasi GGL serta pesan kesehatan pada pangan siap saji dan disain papan menunya dapat diadop oleh kementerian kesehatan untuk menjadi bagian dari petunjuk teknis pelaksanaan Permenkes Nomor 30 tahun 2013 Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 617 terutama untuk pangan siap saji.Kata kunci : kandungan GGL, pesan kesehatan, papan menu, asupan GGL.
Background: The obligation to include information on the content of Sugar, Salt and Fat SSF also health messages on ready to eat foods has been regulated in Minister of Health Regulation No. 30 of 2013 on inclusion of information on sugar, salt and fat contents also health message for prepared food and ready to eat State Gazette of the Republic of Indonesia No. 617 of 2013 as already amended by Minister of Health Regulation No. 63 of 2015 on Amendment to Regulation of the Minister of Health No. 30 of 2013, shall be effective in 2019 four years after the enactment . It isn rsquo t currently known the success of the inclusion of information on SSF contents also health messages for the improvement of knowledge, improvement of menu selection and the decrease of SSF intake to reduce the risk of NonCommunicable Diseases NCDs and the technical guidance inclusion of information on SSF contents and health message is not yet available at the food seller. Objectives and Methods: This study aims to develop menu board media for the inclusion of information on SSF contents also health messages and analyze its effect on the level of knowledge about SSF also health messages, menu selections and SSF intake. The research subjects are from two senior high schools in Depok city as many as 374 high school students selected in stages Multi Stage Random Sampling . The menu board development model includes the stages of needs analysis, instructional design, product development, and product evaluation consisting of formative evaluation and summative evaluation. The level of knowledge measured by a knowledge questionnaire, menu selection assessed by the Healthiness Quotient HQ form, and the SSF intake measured by a food recall form. Result: The best menu board design that get the best value is the basic color of the black menu board, and white color is for the menu listing, price, SSF content, while yellow color is for health message. Writing menu lists, pricing and SSF content in tabular form. Health message writing placed under the table at the middle position accompanied by the health message source is Minister of Health Regulation No. 30 of 2013. Overall writing on board menu follows the F pattern that is on the first part of the writing is written horizontally and health messages written have more areas. The list of foods that listed on the menu board is not only on the dishes that they sold but also lists of the ingredients that are often added to the ordered food such as sauces, soy sauce, mayonnaise, sugar, syrup and crackers. GLM Multivariate Repeated Measure test shows after sex, nutritional status, amount of money, attitude, subjective norm and perception of behavior control had controlled, and there is influence of inclusion of information on SSF contents also health message on school menu board in school cafeteria to increase knowledge about SSF and health message , improved menu selections and decreased SSF intake at the school cafeteria, outside of the school cafeteria and daily intake. Measurements made from pre intervention, 3rd, 6th and 9th week after intervention. In the intervention group there was an increase in the average of score of knowledge from 45.1, to 49.6, 55.4 and 58.8, the average of HQ score from 1.5 to 1.2, 1.2 and 0.9 school cafeteria , 3.4 to 2.8, 2.5 and 2.2 outside of the school cafeteria , and 4.7 to 3.7, 3.6 and 2.9 daily intake , the average of sugar intake decreased from 36.5 g to 32.4 g, 30.2 g and 21.1 g school cafeteria , 46.1 g to 39.9 g, 34.7 g and 30 , 3 g outside of the school cafeteria , and 82.3 g to 71.7 g, 64.9 g, and 51.4 g daily intake , the average of salt intake decreased from 897.5 mgNa to 669, 4 mgNa, 707,5 mgNa and 584,8 mgNa school cafeteria , 1997,3 mgNa to 1646,4 mg Na, 1409,8 mgNa and 1335,8 mgNa outside of the school cafeteria , and 2894 mgNa become 2299,7 mgNa, 2111.9 mgNa and 1902 mgNa daily intake , while the average of fat intake decreased from 21.3 g to 16.8 g, 16.8 g and 16.2 g school cafeteria , 67.1 g to 60.1 g, 49.9 g and 44.9 g outside of the school cafeteria , and 88.4 g at 76.9 g, 66.7 g and 61.2 g daily intake . Meanwhile, the control group, there wasn rsquo t increase in knowledge scores of 42.7 to 43.9, 42.8, and 43.4 , no improvement in menu selections in the school cafeteria scores 1.6, 1.5, 1.8 and 2.0 , outside of the school cafeteria score 3.0 to 2.9, 2.8 and 3.1 , and daily intake score 4.2 to 4.2, 4.2 and 4.6 , there was not decrease in the intake of sugar from school cafeteria 40.9 g to 39.8 g, 47.5 g and 57.5 g , outside of the school cafeteria 39.7 g to 48.1 g, 40.6 g and 47.6 g and daily intake 78.9 g to 88.9 g, 87.2 g and 102.5 g , there was no decrease of salt intake from school cafeteria 900 mg Na to 854.9 mgNa , 1002.9 mgNa and 888.1 mgNa , outside of school cafeteria 1715.3 mgNa to 1777.5 mgNa, 1601.8 mgNa and 1676 mgNa , and daily intake 2592.9 mgNa to 2480.4 mgNa, 2599.4 mgNa and 2551.6 mgNa , no decrease in dietary fat intake in the school cafeteria 25.2 g to 22.3 g, 26.6 g and 24.7 g , outside of the school cafeteria 59 g being 55.8 g, 51.2 g and 56.9 g and daily intake 83.9 g to 77.7 g, 77.8 g and 81.7 g. Conclusion: Inclusion of information on SSF contents also health messages on the menu boards in the school cafeteria enhances senior high school students rsquo knowledge of SSF and health messages, improves menu selections and decrease SSF intake.Suggestions The results of this study can be use as a reference to strengthen the obligation of inclusion of information on SSF information also health messages to reduce the risk of non communicable diseases NCDs by educate the public through the inclusion of information on SSF contents and health messages on fast food and design of the menu board can be adopted by the Health Ministry to be part of the technical guidance on the implementation of Health Ministry Regulation No. 30 of 2013 State Gazette of the Republic of Indonesia Year 2013 Number 617 , especially for fast food.Keywords SSF contents, health message, menu board, SSF intake.
Read More
Background: The obligation to include information on the content of Sugar, Salt and Fat SSF also health messages on ready to eat foods has been regulated in Minister of Health Regulation No. 30 of 2013 on inclusion of information on sugar, salt and fat contents also health message for prepared food and ready to eat State Gazette of the Republic of Indonesia No. 617 of 2013 as already amended by Minister of Health Regulation No. 63 of 2015 on Amendment to Regulation of the Minister of Health No. 30 of 2013, shall be effective in 2019 four years after the enactment . It isn rsquo t currently known the success of the inclusion of information on SSF contents also health messages for the improvement of knowledge, improvement of menu selection and the decrease of SSF intake to reduce the risk of NonCommunicable Diseases NCDs and the technical guidance inclusion of information on SSF contents and health message is not yet available at the food seller.
D-360
Depok : FKM-UI, 2018
S3 - Disertasi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Sudibyo Supardi; Pembimbing: Soeratmi Poerbonegoro
D-72
Depok : FKM UI, 2002
S3 - Disertasi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Darwin Marpaung; Pembimbing: Zulkifli Djunaidi; Penguji: Ridwan Zahdi Sjaaf, Soehatman Ramli
Abstrak:
Penelitian ini membahas persepsi keselamatan berkendara sepeda motor pada penumpang ojek online. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain potong lintang pada 120 responden penumpang ojek online yang berasal dari DKI Jakarta. Pengumpulan data dilakukan dengan kuisioner dan wawancara mendalam, dilakukan analisis univariat dan bivariat antara variabel independen dan dependen. Hasil yang diperoleh, terdapat hubungan pengetahuan dengan persepsi keselamatan berkendara pada penumpang ojek online dengan nilai p 0,05. Keselamatan berkendara sepeda motor belum menjadi prioritas dalam berkendara bagi penumpang ojek online.
Kata kunci: Persepsi Risiko, Keselamatan Berkendara
The study was to determine the perception of safety riding on the motorcycle taxi online passangers. This study was conducted using cross-sectional design of the 120 respondents motorcycle taxi online passangers from Jakarta. Data was collected by questionnaire and in-depth interviews, conducted univariate and bivariate analysis between independent and dependent variables. there is an association of knowledge to the perception of road safety on motorcycle taxi online passangers with p value of 0.05. Safety riding has not been a priority in passenger travel on motorcycle taxis online.
Keywords: Risk Perception, Safety Riding
Read More
Kata kunci: Persepsi Risiko, Keselamatan Berkendara
The study was to determine the perception of safety riding on the motorcycle taxi online passangers. This study was conducted using cross-sectional design of the 120 respondents motorcycle taxi online passangers from Jakarta. Data was collected by questionnaire and in-depth interviews, conducted univariate and bivariate analysis between independent and dependent variables. there is an association of knowledge to the perception of road safety on motorcycle taxi online passangers with p value of 0.05. Safety riding has not been a priority in passenger travel on motorcycle taxis online.
Keywords: Risk Perception, Safety Riding
S-9122
Depok : FKM UI, 2016
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Muri Maftuchan; Promotor: Indang Trihandini; Kopromotor: Nuryahati Adnan, Ella Nurlaella Hadi; Penguji: Hadi Pratomo, Anton Rahardjo, Tri Erri Astoeti, Magdarina D. Agtini, Indirawati Tjahja
Abstrak:
Read More
Sebagian besar anak Indonesia masih belum menggosok gigi sebelum tidur dan sesudah sarapan. Edukasi model peer grup terbukti mampu meningkatkan kebersihan gigi pada anak sekolah. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui perubahan skor pengetahuan, sikap dan kebersihan gigi mulut pada anak usia 8 - 11 tahun pada kelompok yang diberikan edukasi oleh dokter kecil di Tangerang Selatan. Desain yang diginakan dalam penelitian ini adalah kuasi eksperimen pada 143 responden anak dari kelas 3,4 dan 5 di dua sekolah dasar pemerintah. Pada kelompok intervensi 15 anak dipilih sebagai dokter kecil dan ditugaskan memberikan edukasi sedangkan kelompok kontrol tidak . Data pengetahuan dan sikap diambil dikumpulkan menggunakan kuesioner yang diisi oleh sendiri oleh responden sedangkan data kebersihan gigi berupa OHIS dan PHP dikumpulkan melalui pemeriksaan intraoral oleh examiner. Data Diolah dengan t test dependen dan independen Hasil: Terdapat peningkatan pada skor pengetahuan, sikap, OHIS dan PHP pada kelompok intervensi setelah diberikan edukasi (p=0,005) dan perbedaan signifikan antar kelompok yang diberikan edukasi dengan tanpa perlakuan(p<0,05). Saran Edukasi kesehatan gigi mulut dengan menggerakkan anak sebagai dokter kecil khusus kesehatan gigi perlu dlaksanakan disekolah namun pelaksanaannya tetap perlu didampingi oleh tenaga kesehatan dan dukungan oleh Sekolah
D-428
Depok : FKM-UI, 2020
S3 - Disertasi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Ivo Urwah; Pembimbing: Indang Trihandini; Penguji: Martya Rahmaniati, Milwiyandia
Abstrak:
Kasus penyebab kematian bayi dan anak balita di Indonesia masih tinggi dan menjadi permasalahan kesehatan disetiap kawasan provinsi, sehingga berdampak pada tingkat pembangunan kesehatan dan kualitas hidup masyarakat yang rendah. Penelitian ini dengan pendekatan longitudinal untuk mengidentifikasi secara retrospektif hasil kematian dan penyebab kematian kelompok bayi dan anak balita menggunakan data laporan Feedback kesehatan keluarga Kemenkes RI tahun 2016-2018. Analisis univariat untuk mengetahui proporsi penyebab kematian, dan analisis bivariat untuk menilai perubahan kecenderungan penurunan dalam proporsi penyebab kematian berdasarkan kelompok kawasan tahun 2016-2018 menggunakan Chi Square for Trend dalam fungsi statcalc dari EpiInfo. Hasil analisis menunjukkan kasus kematian anak terbanyak di 34 provinsi Indonesia yaitu kematian masa neonatal yang terjadi pada usia 0-6 hari (masa neonatal dini). Kematian kelompok bayi dan anak balita terlihat bahwa kawasan I, II, III mengalami penurunan, sedangkan peningkatan terjadi pada kawasan IV dan kawasan V. Kawasan II,III, IV dan V masih menjadi permasalahan dalam menurunkan penyebab kematian kelompok bayi (asfiksia, BBLR, sepsis, kelainan kongenital, tetanus, pneumonia, diare, malaria, dan kelainan saluran cerna) dari tahun 2016 hingga 2018. Sedangkan, kawasan yang menjadi permasalahan dalam menurunkan penyebab kematian anak balita (diare, pneumonia, malaria, campak) yaitu kawasan V. Penelitian ini menyoroti perlunya adanya upaya komprehensif dengan kolaborasi multisektoral, peningkatan pelayanan kesehatan untuk mengurangi penyebab kematian bayi dan anak balita di Indonesia.
Read More
S-10214
Depok : FKM UI, 2019
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Futri Virginia Yusuf; Pembimbing: Budi Hidayat; Penguji: Pujiyanto, Desfauzi Umar
Abstrak:
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif deskriptif dengan menggunakan disain studi cross-sectional. Sampel yang digunakan yaitu pekerja di sektor informal di Kelurahan Pela Mampang tahun 2016. Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan, maka dapat disimpulkan terdapat 60,6% atau 57 responden yang sudah terdaftar sebagai peserta JKN dan 39,4% atau 37 orang yang belum terdaftar sebagai peserta JKN. Hasil uji Chi-Square menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pendapatan keluarga dan paparan informasi JKN, dengan demand terhadap JKN pada pekerja bukan penerima upah di Kelurahan Pela Mampang tahun 2016. Sedangkan usia, jenis kelamin, pendidikan, status perkawinan, jumlah anggota keluarga, jenis usaha, besarnya premi, frekuensi keluhan sakit, jumlah keluhan, perilaku merokok, serta penilaian terhadap kesehatan tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan demand terhadap JKN pada pekerja bukan penerima upah di RW Kelurahan Pela Mampang tahun 2016.
Kata kunci : Demand terhadap JKN,Peserta JKN, Pekerja Sektor Informal, Kelurahan Pela Mampang
This research is a quantitative research using a descriptive cross-sectional study design. Samples were used that workers in the informal sector in Sub Pela Mampang 2016. Based on the results of research by the author, it can be concluded there is a 60.6% or 57 respondents who have registered as participants JKN and 39.4% or 37 people who are not registered as participants JKN. Chi-Square test results showed that there was significant relationship between family income and exposure information JKN, with demand for workers not JKN on wage earners in the village of Pela Mampang 2016. While age, gender, education, marital status, number of family members, type of business, premium rate, frequency of pain complaints, the number of complaints, smoking behavior, as well as the assessment of health does not have a meaningful relationship with the demand of the workers JKN not wage earners RW Pela Mampang village in 2016.
Keywords: Demand for JKN, Participant JKN, Informal Sector Workers, Village Pela Mampang
Read More
Kata kunci : Demand terhadap JKN,Peserta JKN, Pekerja Sektor Informal, Kelurahan Pela Mampang
This research is a quantitative research using a descriptive cross-sectional study design. Samples were used that workers in the informal sector in Sub Pela Mampang 2016. Based on the results of research by the author, it can be concluded there is a 60.6% or 57 respondents who have registered as participants JKN and 39.4% or 37 people who are not registered as participants JKN. Chi-Square test results showed that there was significant relationship between family income and exposure information JKN, with demand for workers not JKN on wage earners in the village of Pela Mampang 2016. While age, gender, education, marital status, number of family members, type of business, premium rate, frequency of pain complaints, the number of complaints, smoking behavior, as well as the assessment of health does not have a meaningful relationship with the demand of the workers JKN not wage earners RW Pela Mampang village in 2016.
Keywords: Demand for JKN, Participant JKN, Informal Sector Workers, Village Pela Mampang
S-9121
Depok : FKM UI, 2016
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Tiara Amelia; Promotor: Evi Martha; Kopromotor: Ade Iva Murty; Penguji: Besral, Bagus Takwin, Dien Anshari, Tiara Anindhita, Irmasnyah
Abstrak:
Read More
Mahasiswa sebagai pengguna media sosial tertinggi memiliki prevalensi gangguan media sosial cukup tinggi yaitu 50% pada mahasiswa di Turki (2020), 24,9% pada responden di Indonesia (2020), 60% pada mahasiswa di Baghdad (2020). Prevalensi pada mahasiswa baru UI sebesar 24,3% (Angkatan 2021) lebih tinggi dibandingkan dengan mahasiswa lama sebesar 17,3% (Angkatan 2018-2020). Mahasiswa angkatan baru lebih rentan terhadap gangguan media sosial. Oleh karenanya diperlukan adanya model intervensi preventif untuk merespons tren meningkatnya prevalensi gangguan media sosial. Tujuan studi ialah merancang dan mengetahui efek model intervensi daring “Sehat Bermedia Sosial” (SBS) terhadap skor gangguan media sosial pengetahuan, sikap, durasi penggunaan media sosial, jumlah akun aktif, need to belong, dan regulasi diri pada mahasiswa Universitas Indonesia. Metodologi: Pelaksanaan semua tahapan pengembangan model dilakukan daring dan meliputi studi pendahuluan (n=201); studi survey (n=339) untuk mendapatkan data skor GMS pada mahasiswa; mendesain, menguji coba dan melaksanakan tahapan model; dan studi quasi experiment (n=74) untuk mengetahui efek model. Hasil: Pemberian intervensi model “SBS” efektif meningkatkan skor pengetahuan CBT (13,7%) dan regulasi diri (14,5%). Kemudian, pemberian intervensi efektif menurunkan skor gangguan media sosial (19%), durasi waktu penggunaan media sosial (10%). Namun, belum efektif menurunkan NTB karena terjadi kenaikan NTB sebesar 4% dan belum efektif meningkatkan sikap penggunaan media sosial dan menurunkan jumlah akun sosial media karena tidak bermakna secara statistik. Kesimpulan: Model sebagai upaya preventif telah berhasil memberikan efek intervensi utamanya pada penurunan gangguan media sosial. Rekomendasi: Melakukan upaya sosialisasi model “Sehat Bermedia Sosial” agar diadopsi dan diterapkan pada universitas atau institusi Pendidikan setara lainnya dan implementasi model mampu mengatasi kendala terbatasnya ruang, waktu dan kendala geografis selama terdapat jaringan internet.
College student as the highest social media users have a fairly high prevalence of social media disorder (SMD): namely 50% among college students in Turkey (2020), 24.9% among respondents in Indonesia (2020), 60% among college students in Baghdad (2020). The prevalence among new UI students is 24.3% (Class of 2021) higher than that of old students at 17.3% (Class of 2018-2020). New students are more vulnerable to social media interference. Therefore, there is a need for a preventive intervention model to respond to the trend of increasing prevalence of social media disorders. Purpose: The aim of the study is to design and determine the effect of the "Sehat Bermedia Sosial" online intervention model on social media disorder scores, knowledge, attitudes, duration of social media use, number of active accounts, need to belong, and self-regulation among Universitas Indonesia students. Methodology: All stages of model development were carried out online and included a preliminary study (n=201); survey study (n=339) to obtain SMD score data for students; designing, testing, and implementing model stages; and a quasi-experimental study (n=74) to determine the model effect. Results: Providing the "SBS" model intervention was effective in increasing CBT knowledge scores (13.7%) and self-regulation (14.5%). Then, the providing effective interventions reduced the score of social media disruption (19%), the duration of social media use (10%). However, it has not been effective in reducing NTB because there has been an increase in NTB by 4%. And it has not been effective in increasing attitudes in using social media and reducing the number of social media accounts because it is not statistically meaningful. Conclusion: The model as a preventive effort has succeeded in providing its main effect on social media disorders. Recommendation: Make efforts to socialize the "Sehat Bermedia Sosial" model so that it is adopted and applied to universities or other equivalent educational institutions and the implementation of the model can overcome the constraints of limited space, time and geographical constraints as long as internet networks available.
D-548
Depok : FKM UI, 2024
S3 - Disertasi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Asri Masitha Arsyati; Promotor: Hadi Pratomo; Kopromotor: Raden Irawati, Sabarinah B Prasetyo; Penguji: Purnawan Junadi, Rita Damayanti, Bambang Setiaji, Dian Ayubi, Titik Haryati
Abstrak:
Indonesia menjadi darurat kejahatan seksual anak dalam 4 tahun terakhir. Jumlah kasus setiap tahunnya menunjukan peningkatan dengan tren semakin dini usia korban yang meninggal akibat kejahatan seksual bayi dan balita (KPAI,2014). Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan model intervensi pendidikan kesehatan bagi ibu balita melalui kader posyandu dalam pencegahan kekerasan seksual balita. Desain penelitian ini eksperimen semu dengan 3 kelompok yatu intervensi model individu, intervensi model kelompok dan kelompok kontrol. Penelitian dilaksanakan di 3 Kecamatan Kota Bogor yaitu Kecamatan Bogor Utara dan Bogor Timur sebagai wilayah intervensi dan Kecamatan Bogor Tengah sebagai kontrol. Penelitian dibagi menjadi dua tahap yaitu pengembangan media 6 bulan dan intervensi 6 bulan. Pengukuran terhadap pengetahuan, sikap dan praktik ibu balita diukur sebanyak 4 kali yaitu sebelum intervensi dan 3 kali setelah intervensi selama 4 bulan. Hasil penelitian menunjukan bahwa intervensi pendidikan kesehatan pencegahan kekerasan seksual anak di posyandu dapat meningkatkan pengetahuan, sikap dan praktik kader dan ibu balita baik dengan model pendidikan individu maupun kelompok. Metode pendidikan individu terbukti meningkatkan pengetahuan, sikap dan praktik ibu balita lebih tinggi di bandingkan metode kelompok pada bulan pertama intervensi. Media buklet merupakan media yang paling mudah dipahami dan paling sering dimanfaatkan ibu balita dibandingkan media poster dan lembar balik. Model intervensi ini diharapkan dapat diaplikasikan dalam program Kementrian Kesehatan dan Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan anak serta Komisi Perlindungan Anak dalam koordianasi upaya pencegahan, pelaporan dan pengobatan korban.
Sexual abuse among children in Indonesia is worrying within the last 4 years where the number of cases increased each year. In addition, its trend increasingly occurred among early ages (KPAI,2014). This study aimed to develop the intervention model of health behavior for mothers with children under five (CU5) through Posyandu cadre in preventing child sexual abuse. The study design used quasy-experiment among three group; group of individual intervention model, group intervention model, and control group. The study was conducted in three different sub-districts in Bogor City ; North Bogor and East Bogor as intervention group, and Central Bogor as control group; and consisted of two phases; media development and intervention in 12 months. Knowledge, attitude, and practice (KAP) of mothers with CU5 were measured 4 times before the intervention and 3 times after the intervention within four months. The result showed that the intervention of sexual child abuse education in Posyandu cadre escalated KAP in both group and individual intervention as well. The individual intervention increased KAP higher than group intervention. Booklet was more understandable and commonly used ineducating than poster or flipchart. This study expects the model is possibly implemented as a formal program of Ministry of Health, Ministry of women and children empowerment and Child Protection Commisionare in preventing, reporting and recovering child sexual abuse.
Read More
Sexual abuse among children in Indonesia is worrying within the last 4 years where the number of cases increased each year. In addition, its trend increasingly occurred among early ages (KPAI,2014). This study aimed to develop the intervention model of health behavior for mothers with children under five (CU5) through Posyandu cadre in preventing child sexual abuse. The study design used quasy-experiment among three group; group of individual intervention model, group intervention model, and control group. The study was conducted in three different sub-districts in Bogor City ; North Bogor and East Bogor as intervention group, and Central Bogor as control group; and consisted of two phases; media development and intervention in 12 months. Knowledge, attitude, and practice (KAP) of mothers with CU5 were measured 4 times before the intervention and 3 times after the intervention within four months. The result showed that the intervention of sexual child abuse education in Posyandu cadre escalated KAP in both group and individual intervention as well. The individual intervention increased KAP higher than group intervention. Booklet was more understandable and commonly used ineducating than poster or flipchart. This study expects the model is possibly implemented as a formal program of Ministry of Health, Ministry of women and children empowerment and Child Protection Commisionare in preventing, reporting and recovering child sexual abuse.
D-336
Depok : FKM-UI, 2016
S3 - Disertasi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
