Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 36562 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Anisah Suci Yanti; Pembimbing: Dadan Erwandi; Penguji: Baiduri Widanarko, Jonsinton Nainggolan
Abstrak: The tools used in this study are Quick Exposure Checklist to assess physical factors, the combination of psychosocial questionnaire are Effort Reward Imbalance, COPSOQ, NIOSH Generic Job Stress dan NIOSH Quality of Work Life (QWL) to assess psychosocial factors and Salivary Amylase Activation testing to assess work uhrelated stress and fatigue among fire fighters. Fatigue subjective measurement use tools form Sweedish Occupational Fatigue Inventory (SOFI) and Fatigue Assessment Scale (FAS). Physic factors (force, awkward posture and manual handling), psychosocial factors (effort, reward, overcommittment, rolestress, emotional demand, social support and non work related factors) and organisational factors are the independent variables of work related stress and fatigue which are the dependent variable in this study. The result of this study shows that risk factor (neck) has correlation with fatigue (CI 95% 1,75-16,16; OR 5,32), psychosocial factors such emotional demand (CI 95% 1,04-5,78; OR 1,56), rolestress (CI 95% 1,23-4,76; OR 1,52) and family social support (CI 95% 1,27-5,43; OR 2,51) influence stress, organisational factors such type of work (CI 95% 0,05-0,55; OR 0,16), shift work (CI 95% 0,06-0,54; OR 0,18) and status of workers have correlations with stress
Read More
S-9647
Depok : FKM UI, 2018
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Ulfha Aulia Nasution; Pembimbing: Baiduri Widanarko; Penguji: Dadan Erwandi, Christoffel Maranto
Abstrak: Kelelahan merupakan hal yang sering terjadi di berbagai industri, termasuk industri transportasi dalam hal ini khususnya pada masinis KRL. Aktivitas yang dilakukan oleh masinis KRL memiliki potensi menimbulkan terjadinya kelelahan kerja dikarenakan karakteristik pekerjaan dari masinis yang berisiko terpapar oleh faktor fisik (postur janggal), psikososial (usaha, peghargaan, overcommitment, pekerjaan monoton, dukungan social dari rekan kerja, atsan dan keluarga, stres kerja dan shift), dan faktor individu (umur, indeks massa tubuh, status merokok).Penelitian ini dilakukan pada masinis KRL UPT Crew Depok PT. KCI. Desain penelitian yang dilakukan pada penelitian ini bersifat kuantitatif observasional dangan pendekatan cross sectional. Penelitian sebelumnya terkait kejadian kelelahan kerja meneliti faktor risiko psikososial sedangkan masih sedikit penelitian yang meneliti faktor risiko fisik. Selain itu penelitian terkait kelelahan kerja pada umumnya menggunakan instrumen kuesioner sedangkan dalam penelitian ini selain menggunakan instrumen kuesioner juga melakukan pengukuran secara objektif melalui pengukran Salivary Alpha Amilase (SAA) menggunakan cocorometer sebagai salah satu indikator untuk mengukur tingkat stres dan menggunakan aplikasi sleep-2-peak untuk mengukur kelelahan kerja. Hal tersebut yang mendasari peneliti untuk melakukan penelitian terkait gambaran kelelahan kerja serta mengalisis hubungan faktor fisik, psikososial, dan faktor individu terhadap kelelahan kerja pada masinis KRL PT. KCI tahun 2018.
Kata kunci: ix Universitas Indonesia Kelelahan, faktor risiko fisik, faktor risiko psikososial, masinis

Fatigue is a common occurrence in many industries, including the transportation industry in this case particularly in electric train drivers. Activities performed by commuter train drivers have the potential to cause fatigue due to job characteristics of train drivers are at risk of exposure to physical factor (awkward posture), psychosocial factores (effort, reward, overcommitment, monotonous work, social support from co-workers, supervisor and family, work related stress and shift), and individual factors (age, body mass index, smoking status). This research was carried out on the train drivers of UPT Crew Depok PT. KCI. The design of this research is quantitative observational with cross sectional approach. Previous studies have linked the incidence of work fatigue to psychosocial risk factors while only few studies have examined physical risk factors. In addition, the study related to work fatigue in general used questionnaire instrument while in this study in addition to using the questionnaire instrument also made an objective measurement through Salivary Alpha Amylase (SAA) using cocorometer as one of the indicators to measure stress levels and using sleep-2-peak applications to measure work related fatigue.This is the the background to conduct research related to the overview of work related fatigue as well as to analyze the relationship of physical factors, psychosocial, and individual factors to work related fatigue in train drivers of PT. KCI 2018.
Key word: Fatigue, physical risk factors, psychosocial risk factors, train drivers
Read More
S-9825
Depok : FKM UI, 2018
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Thias Aulia Ramadhanty; Pembimbing: L. Meily Kurniawidjaja; Penguji: Mila Tejamaya, Agus Wuryanto
Abstrak: Pemadam kebakaran menerapkan jadwal kerja 1 x 24 jam hal ini memiliki risiko kelelahan pada pekerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran faktor risiko yang berhubungan terjadinya kelelahan pada petugas pemadam kebakaran. Variabel dependen dari penelitian ini adalah tingkat kelelahan pada pekerja pemadam kebakaran. Variabel independen adalah faktor tidak terkait pekerjaan (usia, waktu perjalanan, kuantitas tidur, kualitas tidur, kondisi kesehatan dan status gizi (IMT)) dan faktor terkait pekerjaan (masa kerja, pekerjaan sampingan dan variasi kerja). Sampel dalam penelitian ini adalah 56 petugas pemadam. Pengumpulan data menggunakan kuesioner. Pengukuran tingkat kelelahan menggunakan Subjective Self Rating Test dari IFRC, kualitas tidur diukur dengan kuesioner Pittsburgh Sleep Quality Index. Desain penelitian adalah Cross Sectional, dengan pendekatan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan 85,7% pekerja mengalami kelelahan ringan dan 14,3% kelelahan sedang. Hasil tersebut sejalan dengan jumlah kasus kebakaran selama sebulan terakhir hanya ada 16 kasus sehingga beban kerja pemadam tidak berat. Kelelahan responden berhubungan dengan masa kerja (OR 7.2), kondisi kesehatan (OR = 5.0), kuantitas tidur (OR = 5.8), kualitas tidur (OR = 0.02) dan waktu perjalanan (OR = 0.08). Oleh karena itu, perlu pengendalian faktor risiko yang teridentifikasi berhubungan dengan kelelahan.
Kata kunci: Kelelahan, Faktor Risiko, Pemadam Kebakaran.

Fatigue is a feeling of constant tiredness that can reduce the ability to perform a task in a safe and effective way. Firefighters work in 1x24 hours shift, this increase the risk of fatigue among workers. The aim of this study is to determine the risk factors related to fatigue in firefighters. The dependent variable in this study is the level of fatigue on firefighters. The independent variables in this study are divided into non-work-related factors (age, commuting time, sleep quantity, sleep quality, health condition and Body Mass Index (BMI)) and work-related factors (work period, other job and work variations). The sample of this study are a total of 56 firefighters. The data was collected subjectively using questionnaires. This study used Subjective Self Rating Test by IFRC to determine the level of fatigue and Pittsburgh Sleep Quality Index to determine the sleep quality. This study used Cross Sectional design to determine the relationship between the dependent and independent variable. Methods that used is quantitative (Chi-square) and odd ratio to determine the relationship level of the variables. Result showed 85,7% workers experienced low level of fatigue and 14,3% experienced moderate level of fatigue. Based on these results in line with the number of fire cases during the last month there were only 16 cases so that the workload of firefighters is not heavy. The results showed there is a relationship between workers fatigue and work period (OR= 7.2), health condition (OR = 5.0), sleep quantity (OR = 5.8), sleep quality (OR = 0.02) and commuting time (OR = 0.08). Therefore, control related to risk factors related to fatigue is needed.
Key word: Fatigue, Risk Factor, Firefighters
Read More
S-10475
Depok : FKM UI, 2020
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Nadya Nurul Haq; Pembimbing: Robiana Modjo; Penguji: Indri Hapsari Susilowati, Agus Wuryanto
S-10287
Depok : FKM UI, 2020
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Fania Nur Kholifatunisa; Pembimbing: Baiduri Widanarko; Penguji: Abdul Kadir, Tesy Haryati
Abstrak:
Petugas pemadam kebakaran memiliki risiko kelelahan tinggi akibat tuntutan kesiapsiagaan 24 jam, pajanan situasi darurat, serta beban fisik dan psikologis. Penelitian ini bertujuan menganalisis tingkat kelelahan dan faktor risiko pada petugas pemadam kebakaran Kota X tahun 2025. Penelitian menggunakan desain studi cross-sectional dan simple random sampling. Sebanyak 138 petugas mengisi kuesioner OFER-15, NASA-TLX, PSS-10, PSQI, dan IPAQ-7. Faktor risiko terkait pekerjaan meliputi beban kerja, durasi kerja, masa kerja, waktu perjalanan, dan stres kerja. Faktor risiko kelelahan tidak terkait pekerjaan meliputi usia, status gizi, kuantitas dan kualitas tidur, aktivitas fisik, dan konsumsi kafein. Hasil menunjukkan 15,9% kelelahan kronis, 18,8% kelelahan akut, dan 15,2% kekurangan waktu pemulihan. 3 dari 5 faktor risiko terkait pekerjaan berhubungan signifikan dengan kelelahan kronis dan akut. Durasi kerja (p-value: 0,028, OR: 3,519), masa kerja (p-value: 0,045, OR: 0,396), dan stres kerja (p-value: 0,015, OR: 4,969) berhubungan dengan kelelahan kronis. Sementara itu, durasi kerja (p-value: 0,004, OR: 4,675), masa kerja (p-value: 0,012, OR: 0,284), dan stres kerja (p-value: 0,037, OR: 3,267) berhubungan dengan kelelahan akut. Aktivitas fisik merupakan satu-satunya faktor risiko tidak terkait pekerjaan yang berhubungan dengan kelelahan kronis (p-value: 0,041, OR: 2,917). Dengan demikian, dinas perlu mengembangkan program pencegahan kelelahan berdasarkan jenis pekerjaan dan kondisi individu petugas.


Firefighters are at high risk of experiencing fatigue due to the demands of 24-hour readiness, exposure to emergency situations, and substantial physical and psychological demands at work. This study aimed to analyze the level of fatigue and the contributing risk factors among firefighters in City X, 2025. This study employed a cross-sectional study with a simple random sampling method. 138 participants who completed the OFER-15, NASA-TLX, PSS-10, PSQI, and IPAQ-7 questionnaires. The work-related fatigue risk factors examined included workload, work duration, length of service, commuting time, and occupational stress. Non-work-related factors included age, nutritional status, sleep quantity and quality, physical activity, and caffeine consumption. The results indicated that 15.9% of respondents experienced chronic fatigue, 18.8% acute fatigue, and 15.2% inadequate recovery time. 3 out of 5 work-related factors, specifically work duration, length of service, and occupational stress were significantly associated with both chronic and acute fatigue. Chronic fatigue was associated with work duration (p value: 0.028, OR: 3.519), length of service (p-value: 0.045, OR: 0.396), and occupational stress (p value: 0.015, OR: 4.969), while acute fatigue was linked to work duration (p value: 0.004, OR: 4.675), length of service (p value: 0.012, OR: 0.284), and occupational stress (p value: 0.037, OR: 3.267). Physical activity was the only non-work-related factor significantly associated with chronic fatigue (p value: 0.041, OR: 2.917). These findings highlight the need for fatigue prevention programs tailored to job types and individual conditions.
Read More
S-12020
Depok : FKM UI, 2025
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Ulfha Aulia Nasution; Pembimbing: Indri Hapsari Susilowati; Penguji: Hendra, Robiana Modjo, Bonardo Prayogo Hasiholan, Riana Ranny Diponegara
Abstrak:
Kelelahan kerja merupakan hal yang sering terjadi di berbagai industri, salah satunya termasuk industri konstruksi. Jenis pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja di industri konstruksi memiliki potensi menimbulkan terjadinya kelelahan kerja oleh karena karakteristik pekerjaan yang berisiko terpajan berbagai faktor. Selain itu  kelelahan merupakan masalah umum di antara populasi pekerja. Namun, sedikit yang diketahui tentang hubungan antara faktor risiko pekerjaan dan gejala kelelahan. Desain penelitian pada penelitian ini adalah cross sectional. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor yang berhubungan dengan kelelahan kerja pada pekerja konstruksi dengan pendekatan kuantitatif. Sampel pada penelitian ini berjumlah 50 pekerja konstruksi di PT XYZ. Adapun metode pengambilan data dilakukan dengan melakukan pengisian kuesioner kepada responden dan pengukuran menggunakan alat. Selanjutnya data yang didapatkan diolah secara deskriptif dan inferensial menggunakan software statistik untuk melihat gambaran dan hubungan dari setiap variabel. Variabel independen pada penelitian ini adalah umur, masa kerja, perilaku merokok, status menikah, usaha, penghargaan, overcommitment, postur kerja, suhu, dan kebisingan. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku merokok (POR=6.000 (1.558-23.113)), postur kerja (POR=13.000 (2.463–68.604)), usaha (POR=5.296 (1,533-18.299)), penghargaan (POR=5.520 (1.534-19.863)), overcommitment (POR=4.375 (1,325-14.446)), dan kebisingan  (POR=6.333 (1.523-26.341)) dengan kejadian kelelahan kerja. Sedangkan variabel umur, masa kerja, dan status menikah tidak menunjukan adanya hubungan dengan kejadian kelelahan kerja.

Work fatigue is a common occurrence across various industries, including the construction industry. The type of work performed by workers in the construction industry has the potential to cause work fatigue due to the nature of the job, which is at risk of exposure to various factors. Additionally, fatigue is a common issue among the working population. However, little is known about the relationship between work risk factors and fatigue symptoms. The research design of this study was cross-sectional. The aim of this study was to analyze the factors related to work fatigue among construction workers using a quantitative approach. The sample for this study consisted of 50 construction workers at PT XYZ. Data collection was carried out by administering questionnaires to respondents and measuring using tools. The data obtained were then processed descriptively and inferentially using statistical software to examine the patterns and relationships of each variable. The independent variables in this study included age, length of service, smoking behavior, marital status, effort, appreciation, overcommitment, work posture, temperature, and distractions. The results showed a significant relationship between smoking behavior (POR=6.000 (1.558-23.113)), work posture (POR=13.000 (2.463–68.604)), effort (POR=5.296 (1.533-18.299)), reward (POR=5.520 (1.534-19.863)), overcommitment (POR=4.375 (1.325-14.446)), and distraction (POR=6.333 (1.523-26.341)) with the occurrence of work fatigue. In contrast, the variables of age, length of service, and marital status did not show any relationship with the occurrence of work fatigue.
Read More
T-7172
Depok : FKM UI, 2025
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
M. Ricky Pratama; Pembimbing: Dadan Erwandi; Penguji: Zulkifli Djunaidi, Djoko Setiono
Abstrak: Pemadam kebakaran memiliki tanggung jawab dalam penanganan kebakaran di kota ataupun kabupaten. Upaya penanganan meliputi pencegahan, pemadaman, penyelamatan, dan pembinaan masyarakat terkait dengan penanganan kebakaran tersebut. Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, petugas pemadam seringkali berhadapan dengan berbagai bahaya yang memiliki risiko cedera bahkan fatality yang cukup tinggi. Kasus kebakaran yang ditangani, khususnya dalam upaya pemadaman dan penyelamatan korban yang terjebak kebakaran, memiliki berbagai bahaya seperti terbakar, tertimpa reruntuhan bangunan yang terbakar, menghirup asap hasil pembakaran tidak sempurna, bahkan terkena ledakan. Selain itu, kondisi sosial yang terdapat di dalam lingkungan pekerjaan juga memiliki potensi menjadi bagian dari bahaya psikososial yang memapar petugas pemadam kebakaran.
 
 
Tujuan umum pada penelitian ini adalah mendapatkan gambaran bahaya psikososial dan stres kerja, serta mengetahui faktor-faktor bahaya psikososial dan hubungan bahaya psikososial tersebut dengan stres kerja pada petugas pemadam kebakaran Kota Depok pada tahun 2012.
 
 
Berdasarkan hasil yang ditemukan dalam penelitian ini, kesimpulan yang dapat diambil adalah Sebanyak 23,21% petugas pemadam kebakaran Kota Depok terkena stres berat, 73,21% terkena stres sedang, dan 3,57% terkena stres ringan, Sebanyak 66,1% petugas pemadam kebakaran Kota Depok menyatakan bahwa pekerjaannya saat ini memiliki beban kerja yang berat, 46,4% menyatakan pekerjaannya saat ini tergolong berbahaya, 42,9% menyatakan aspek keselamatan kerja pada pekerjaan ini tidak memadai, 46,4% menyatakan aspek peran di organisasi pada pekerjaan ini tidak memadai, 62,5% menilai pekerjaan ini memiliki sistem pengembangan karir yang tidak memadai, 39,3% memiliki masalah terkait hubungan interpersonal di tempat kerja, dan 76,8% menyatakan tidak puas dengan gaji yang diterimanya saat ini dan Terdapat hubungan yang tidak signifikan antara variabel beban kerja, bahaya kerja, keselamatan kerja, peran di organisasi, pengembangan karir, hubungan interpersonal, dan kepuasan kerja dengan kejadian stres berat.
Read More
S-7404
Depok : FKM-UI, 2012
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Aldi Dwi Putra; Pembimbing: Bambang Widanarko; Penguji: Dadan Erwandi, Yunita Rahayuningsih
Abstrak: Manufaktur merupakan salah satu sector industri yang memiliki risiko gangguan otot rangka. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor risiko dari gejala gangguan otot rangka. Penelitian dilakukan pada bulan Maret-April 2018 dengan melibatkan 51 orang operator pada area mixing rubber dan 40 orang pekerja kantor di PT X yang merupakan perusahaan manufaktur komponen kendaraan bermotor. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional dengan instrument pengambilan data berupa kuesioner QEC dan kombinasi kuesioner psikososial. Variabel independent pada penelitian ini yaitu karakteristik individu pekerja (usia, jenis kelamin, IMT, status merokok dan lama kerja), faktor fisik di tempat kerja (force, postur janggal, gerakan berulang, dan coupling) dan faktor psikososial (tuntutan kerja, kendali terhadap pekerjaan, dukungan social, skill discretion, kepuasan kerja, dan stress kerja). Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara IMT dengan gejala pada punggung atas, lama kerja dengan gejala pada pergelangan tangan, faktor risiko fifik yang tinggi dengan gejala pada leher, skill discretion dengan gejala pada pergelangan tangan, stress kerja dengan gejala pada bahu dan punggung bawah. Oleh karena itu perlu diadakan pengendalian lebih lanjut mengenai masalah ergonomic pada PT X.
Kata kunci: gejala gangguan otot rangka, manufaktur, ergonomi,faktor fisik, faktor psikososial

Manufacture is one of the industry that has the risk of musculoskeletal disorders. The aim of this research is to analysize the risk factors from the symptoms of disorders of musculoskeletal. This research conducted on March until April 2018 by involving 51 workers on Mixing area and 40 workers on Office Area of X Corporation which is a manufacturing company who made the component of the motor vehicle. This research used Cross Sectional method by using QEC questionnaire and combination of psychosocial questionnaire as the instrument for data collection. The independent variable of this research are the characteristic of workers (age, gender, body mass index, smokimg status, and working time), physical factors on the work place (force, awkward postures, repetitive motion, and coupling) and psychosocial factors (job demands, control of the job, social support, skill discretion, job satisfaction, and work stress). The result of this research shows there is a significant correlation of body mass index with a symptoms on the top of the back, working time and skill direstion with a symptoms of the wrist, high risk of physical factor with a symptom of the neck, and work stress with a symptom of shoulders and the low part of the back. Therefore it needs to be a further control about ergonomic factor at X Corporation.
Keyword: symptoms of musculoskeletal disorder, manufacturing, ergonomic, physical factor, psychosocial factor.
Read More
S-9681
Depok : FKM UI, 2018
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Liazul Kholifah; Pembimbing: Baiduri Widanarko; Penguji: Dadan Erwandi, Hendra, Dudi Herna Gunandi, Alsen Medikano
Abstrak: Penelitian ini dilakukan pada perawat di RS X Jakarta Timur yang memiliki aktivitasberisiko mengalami stres kerja dan kelelahan kerja. Tujuan dilakukan penelitian iniuntuk mengetahui gambaran kelelahan kerja dan stres dengan melihat faktor risiko fisik,psikososial dan lingkungan. Penelitian dilakukan pada 87 orang perawat rawat inap dantenaga administrasi dengan menggunakan desain penelitian cross-sectional denganmelakukan observasi, pengisian kuisioner, melakukan pengujian aktivasi enzim amylasedalam saliva dengan alat Cocorometer (Nipro Cocoro), pengukuran waktu reaksidengan aplikasi smartphone Sleep 2 Peak (S2P) dan pencahayaan dengan Luxmeter.Faktor karakteristik individu (usia, jenis kelamin, status gizi, status pernikahan, danmasa kerja), faktor risiko fisik (punggung statis, punggung dinamis, bahu/lengan,pergelangan tangan dan leher), faktor psikososial (beban kerja, shift kerja,perkembangan karir, dukungan sosial, peran di organisasi, dan kepuasan kerja) danlingkungan kerja (pencahayaan) menjadi faktor independen penelitian terhadap stres dankelelahan kerja. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Quick ExposuresChecklist untuk menilai faktor risiko fisik, NIOSH Generic Job Stress untuk menilaifaktor risiko psikososial dan stres kerja. Kelelahan kerja diukur dengan menggunakankuesioner Sweedish Occupational Fatigue Inventory (SOFI). Hasil penelitian respondenberjenis kelamin perempuan (70,1%), sudah menikah (83,9%), dengan usia 36 tahundan masa kerja selama 134 bulan (11 tahun). Menggunakan uji Chi-Square terdapathubungan yang bermakna antara status pernikahan dengan kelelahan Pvalue <0,05(OR=4,20), masa kerja dengan terjadinya kelelahan Pvalue<0,05 (OR=3,26), faktorrisiko fisik (punggung bergerak) dengan terjadinya stres kerja dengan Pvalue <0,05(OR=4,37), faktor risiko fisik (bahu/lengan) dengan terjadinya stres kerja denganPvalue <0,05 (OR=2,90), beban kerja dengan terjadinya kelelahan kerja dengan Pvalue<0,05 (OR=3,85) dan terdapat hubungan yang bermakna antara kepuasan kerja denganterjadinya kelelahan dengan Pvalue (OR=0,24).
The object of this study is nurses in RS X East Jakarta who are at risk having workrelated stress and fatigue due to their task. The purpose of this study is to identify thephysical factors, psychosocial factors and environment factor of work related stress andfatigue. Population of the study is 149 people, and the sample is 87 responded. Thedesign used in this study is cross-sectional design by conducting the observation,sharing questionnaires and do the test of Salivary Amylase Activation (SAA) withCocorometer (Nipro Cocoro), the test of time reacting with Sleep 2 Peak application ona mobile phone and environment factor (lighting) with Luxmeter. The tools used in thisstudy are Quick Exposure Checklist to assess physical factors, NIOSH Generic JobStress to assess psychosocial factors and Salivary Amylase Activation teststo assesswork related stress and fatigue among nurses. Fatigue subjective measurement usestools from Swedish Occupational Fatigue Inventory (SOFI). Physic factors (back static,back movement, shoulder/arm, wrist/hand and neck), psychosocial factors (job demand,shift work, career development, social support, role in the organization, and jobsatisfaction) and environment factor (lighting) are the independent variables of workrelated stress and fatigue which are the dependent variable in this study. The result ofthis study is female (70,1%), married (83,9%), average age 36 years old and workingperiod for 134 months (11 years). The result of this study shows that risk factor(married) has a correlation with fatigue Pvalue 0,05 (OR=4, 20), years of service hascorrelation with fatigue Pvalue0, 05 (OR=3, 26). Physic factors (back movement) havecorrelation with stress Pvalue 0,05 (OR=4, 37), Physic factors (shoulder/arm) has acorrelation with stress Pvalue 0,05 (OR=2, 90), job demand has correlation with fatiguePvalue 0,05 (OR=3, 85) psychosocial factors (job satisfaction) have correlation withfatigue Pvalue (OR=0, 24).
Read More
T-5202
Depok : FKM UI, 2018
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Alya Hanifah; Pembimbing: Baiduri Widanarko; Penguji: Abdul Kadir, Tubagus Dwika Yuantoko
Abstrak:

Stres kerja adalah respon buruk seseorang secara fisik maupun emosional, ketika kompetensi pekerja tidak mampu memenuhi tuntutan pekerjaan yang diberikan. Berdasarkan penelitian terdahulu, pekerja di industri garmen juga memiliki risiko mengalami stres kerja. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara faktor risiko psikosisal dengan kejadian stres kerja pada pekerja PT X, sebuah perusahaan garmen di Semarang, Jawa Tengah. Faktor yang diteliti antara lain faktor individu, faktor konten kerja, faktor konteks kerja, dan faktor effort-reward. Penelitian ini menggunakan pendekatan mixed method dengan desain studi the explanatory sequential. Pengumpulan data kuantitatif dilakukan dengan penyebaran kuesioner dan wawancara dilakukan untuk pengumpulan data kualitatif. Pengolahan data menggunakan uji chi-square dengan software SPSS 27.0 untuk mengetahui apakah ada hubungan yang siginifikan antara variabel independen dengan variabele dependen. Berdasarkan uji statistik, didapatkan prevalensi stres kerja sebesar 24,9% pada responden secara keseluruhan, sebesar 26,5% pada tim produksi, dan 18,2% pada tim supporting. Variabel yang berhubungan dengan stres kerja pada pekerja secara keseluruhan antara lain: lingkungan dan peralatan kerja (p= 0,004); desain tugas (p= 0,042); beban kerja (p= 0,001); jadwal kerja (p= 0,001); pengembangan karir (p= 0,001); hubungan interpersonal (p= 0,034); status pernikahan (p= 0,003); dan effort-reward (p= 0,002). Oleh karena itu, perlu dilakukan tindak lanjut berupa penerapan manajamen stres kerja dari tingkat manajemen, terutama pada faktor yang berhubungan dengan stres kerja, untuk mencegah kejadian stres kerja yang lebih besar.


Work-related stress was an bad someone physically or emotionally, when workers ability unable to meet the demands of jobs provided. Based on the research before, workers in the garment industry also have  the risk of experiencing work stress. This study attempts to analyze the relationship between the psychosocial risk factors with work stress on workers PT X, a garment company in Semarang, Central Java. The individual factors, the content of work factors, the context of work factors, and the effort-reward factors was included in this study. Mixed method were used with the explanatory sequential design study. Quantitative data collected by using questionnaire and interviews performed for qualitative data collection. Data processing uses a chi-square test with software SPSS 27.0 to analyze if there's any significant connection between independent variables and dependent variable. By statistical test, prevalence of work stress prevalence is 24.9 % on all respondents, 26.5 % on production team, and 18.2 % on supporting team. Variables associated with work stress include: environment and work equipment (p = 0.004 ); task design (p = 0,042 ); workload (p = 0.001 ); work schedule (p = 0.001 ); career development (0.001 ); interpersonal relationship (p = 0.034 ); marital status (= 0.003); and effort-reward factor (p = 0,00). Based on this research, the company needs to implemented stress management program, especially on the factors associated with work stress, to prevent more stress from happening. Keyword: work stress, psychosocial risk factor, the garment company, production team, supporting team 

Read More
S-11817
Depok : FKM UI, 2025
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive