Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 40245 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Nadhilah Zhafirah; Pembimbing: Dewi Susanna; Penguji: I Made Djaja, Ardhiantie
Abstrak: Permasalahan kebersihan menjadi salah satu masalah yang sulit untuk diatasi di Desa Sedari, khususnya sanitasi pada rumah tangga. Karena sanitasi rumah yang buruk adalah mencerminkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) yang buruk juga. Jika kualitas sanitasi buruk maka akan meningkatkan risiko terjadinya penularan penyakit, salah satunya adalah gangguan pernapasan. Penelitian ini dilakukan dengan desain crosssectional dengan system proportionate stratified random sampling pada 90 sampel di 6 dusun. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa 5 poin PHBS yang diteliti (perilaku merokok orang tua, status gizi dan imunisasi dasar, ASI eksklusif, mencuci tangan, mengonsumsi sayur dan buah), didapatkan bahwa hanya imunisasi dasar yang memiliki hubungan bermakna dengan kejadian gangguan pernapasan pada balita di Desa Sedari (p = 0,013), sedangkan dari faktor lingkungannya (Kepadatan hunian, pencahayaan dan ventilasi rumah), yang memiliki hubungan bermakna adalah kepadatan hunian (p = 0,002). Dari hasil uji regresi logistik, didapatkan bahwa kepadatan hunian (OR = 7,858) dan Imunisasi dasar (OR = 2,685) adalah faktor risiko yang paling dominan terhadap gangguan pernapasan pada balita di Desa Sedari. Sebaiknya dilakukan intervensi mengenai pentingnya pemberian imunisasi dasar dan sosialisasi mengenai kegiatan pemberian imunisasi, serta melakukan perluasan ventilasi rumah dan mengurangi penumpukan orang pada satu ruangan.
Kata Kunci: Gangguan Pernapasan, PHBS, Balita

Hygiene issues are one of the most difficult issues to solve in Desa Sedari, especially sanitation on households. Poor home sanitation is a reflection of how Healthy and Clean Living on Household (PHBS) implementation on their life. If the quality of sanitation is poor, then it will affect and increase the risk of disease transmission, one of which is respiratory distress especially in toddlers. This study was conducted using a cross-sectional design with proportionate stratified random sampling with 90 samples to take on 6 hamlets. The results of this study conclude that 5 indicators of Healthy and Clean Lifestyle (parental smoking behavior, nutritional status and basic immunization, exclusive breastfeeding, hand washing behavior, healthy eating), resulting with only basic immunization had significant association with respiratory distress in toddler in Deas Sedari (p = 0,013), while from the environmental factors (density of occupancy, lighting and house ventilation), the only one that has a significant relationship is the density of occupancy (p = 0,002). From the result of the logistic regression test was found that the density of occupancy (OR = 7,858) and basic immunization (OR = 2,685) is the most dominant risk factors for respiratory distress in toddlers in Desa Sedari. Intervention must be held due to promoting the importance of basic immunization and to socialize the vaccine administration among mothers and pregnant woman, as well as expansion of house ventilation and reduce the accumulation of people in one room.
Key Words: Respiratory distress, Healthy and Clean Lifestyle, Toddlers
Read More
S-9653
Depok : FKM UI, 2018
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Shafira Raudhati Putri; Pembimbing: Dewi Susanna; Penguji: Ema Hermawati, Sukanda
Abstrak: Kondisi sanitasi dasar yang buruk akan meningkatkan risiko terjangkit penyakit menular seperti diare. Diare merupakan salah satu penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Hal ini disebabkan karena masih tingginya angka kesakitan dan kematian yang disebabkan oleh diare terutama oleh bayi dan balita Penelitian ini merupakan penelitian dengan desain studi cross sectional yang bertujuan untuk melihat hubungan antara kondisi sanitasi dasar dan air minum dengan kejadian diare di Desa Sedari, Kecamatan Cibuaya, Kabupaten Karawang, Jawa Barat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari ke 6 variabel kondisi santasi dasar (sumber air bersih, kepemilikan jamban, kondisi jamban, sarana pengelolaan air limbah, ketersediaan tempat sampah, pengelolaan sampah) dan 2 variabel air minum (pengolahan dan kualitas air minum) tidak ada yang memiliki hubungan bermakna dengan kejadian diare dengan p-value > 0,05. Dari hasil uji regresi logistik dapat dilihat bahwa variabel kondisi jamban yang buruk merupakan variabel yang dominan terhadap kejadian diare karena memiliki nilai OR = 0,315 dan p-value 0,122 yang lebih tinggi dari variabel lainnya. Langkah yang perlu dilakukan diantaranya adalah dengan mengadakan sosialisasi terhadap masyarakat Desa Sedari terkait pentingnya menjaga kebersihan lingkungan dengan tidak membuang sampah di sembarang tempat dan memberikan edukasi terkait kondisi sanitasi yang baik agar dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di Desa Sedari agar memperbaiki kondisi sanitasi yang sudah tidak layak. Sedangkan untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk menambah variabel penelitian dan melakukan uji laboratorium terhadap kualitas air dan tanah oleh masyarakat Desa Sedari.
Kata Kunci: Air Minum, Diare, Sanitasi Dasar

Poor sanitary conditions will increase the risk of contracting infectious diseases such as diarrhea. Diarrhea is one of the most common health problems in Indonesia. This is due to the high rate of morbidity and mortality caused by diarrhea, especially by infants and toddlers. This study is a cross-sectional study with the occurrence of diarrhea in Desa Sedari, Kecamatan Cibuaya, Kabupaten Karawang, West Java.
The results show that the basic condition of variables (clean water sources, latrine ownership, latrine conditions, wastewater management facilities, garbage availability, waste management) and 2 variables of drinking water (processing and drinking water quality) none have significant relationship with diarrhea occurrence with p-value> 0,05. From the regression test result it can be accepted that the poor condition of latrine condition is the dominant variable to the occurrence of diarrhea because it has the value OR = 0.315 and p-value 0.122 which is higher than the other variables. Steps that need to be done is to hold socialization to the community. disposing of garbage in any place and providing education related to good condition in order to improve health in Desa Sedari to improve sanitation condition which is not feasible For further research to improve the variable and conduct analysis on air and land quality by the people of Desa Sedari.
Key words: Drinking Water, Diarrhea, Basic Sanitation
Read More
S-9815
Depok : FKM UI, 2018
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Fajaria Nurcandra; Pembimbing: Dewi Susanna; Penguji: Ririn Arminsih Wulandari, Didik Supriyono
Abstrak: Diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang cukup seriusdi Kabupaten Karawang. Angka kejadian diare di wilayah ini termasuk tinggi dalam beberapa tahun terakhir. Pada tahun 2012, kasus diare di Kabupaten Karawang pada tahun 2012 sebanyak 75.892 kasus. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor risiko diare di DesaSedari, Kecamatan Cibuaya, Kabupaten Karawang. Disain penelitian adalah kasuskontrol. Kasus merupakan ibu dari anak usia di bawah 12 tahun yang menderitadiare selama sebulan terakhir dan kontrol merupakan ibu dari anak usia di bawah12 tahun di Desa Sedari yang tidak menderita diare selama sebulan terakhir.Jumlah sampel kasus yaitu 29 responden dan kontrol 116 responden. Data yang digunakan merupakan data sekunder dari kegiatan assessment Program DesaBinaan CSR Pertamina dan FKM UI. Variabel pada penelitian ini ialah jumlah anggota keluarga, umur ibu, pendidikan ibu, sarana air bersih, jamban, dan pengelolaan sampah keluarga. Hasil analisis bivariat menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara pendidikan ibu dengan kejadian diare (nilai p<0,1) danOdds Ratio1,435 (CI 95% 0,248-2,980) untuk kategori tidak sekolah / tidak lulusSD serta Odds Ratio 0,552 (CI 95% 0,102-2,980) untuk kategori lulus SD / lulus SMP. Kesimpulan dari penelitian ini adalah faktor risiko yang paling dominan adalah pendidikan ibu.
Kata kunci : diare, kasus kontrol, anak-anak, faktor risiko
Diarrhea is still a public health problem that is serious enough inKarawang district. The incidence of diarrhea in this region is high in recent years.In 2012 , cases of diarrhea in Karawangdistrict in 2012 as many as 75 892 cases.This study aims to analyze the risk factors for diarrhea in Sedari Village ,District Cibuaya , Karawangdistrict . The design was a case-control study . Thecase is a mother of a child under 12 years of age suffering from diarrhea for thepast month and control the mother of children aged under 12 years in the villageof Sedari that does not suffer from diarrhea during the past month . The number ofsample cases are 29 respondents and controls are 116 respondents . The data usedare secondary data from assessment activities CSR Pertamina Village ProgramPatronage and FKM UI . Variable in this study is the number of family members ,maternal age , maternal education , clean water , latrines , and waste managementfamily. The results of the bivariate analysis showed a significant associationbetween maternal education with incidence of diarrhea ( p < 0.1 ) and Odds Ratio1.435 ( 95% CI 0.248 to 2.980 ) for the category of no school / no pass elementaryand Odds Ratio 0.552 ( 95 % CI 0.102 to 2.980 ) for the category of graduatingelementary / junior high school graduation. The conclusion of this study is themost dominant risk factor is maternal education.
Keywords : diarrhea, case-control, children, risk factors
Read More
S-8106
Depok : FKM UI, 2014
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Rafiah Maharani; Pemb. Laila Fitria, Ririn Arminsih Wulandari; Penguji: Ema Hermawati, Rina Hasriana, Didik Supriyono
Abstrak:

ABSTRAK Gangguan pernapasan merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering terjadi pada bayi/balita. Pembakaran batu kapur yang terletak di Desa Tamansari Kabupaten Karawang gangguan pernapasan masih menempati urutan teratas dari data 10 besar penyakit yang diderita oleh bayi/balita. Partikel debu dari proses pembakaran batu kapur merupakan salah satu pencemar terhadap udara lingkungan yang mempengaruhi konsentrasi PM10 dalam rumah yang berdampak buruk pada masalah gangguan pernapasan penghuni rumah termasuk bayi dan balita yang sangat rentan terhadap bahan pencemar. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa hubungan antara konsentrasi PM10 dalam rumah dengan gangguan pernapasan pada bayi dan balita. Penelitian ini menggunakan rancangan studi crosssectional dengan besar sampel 130 bayi/balita. Data PM10 dan variabel lainnya dikumpulkan melalui pengukuran, interview dan observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang berhubungan bermakna dengan gangguan pernapasan pada bayi/balita adalah PM10 dalam rumah (4,92; 2,25-10,74), ventilasi (2,62; 1,18-5,79), jenis dinding (2,33; 1,10-4,95), kelembaban (2,35; 1,10-5,04), suhu (2,44; 1,15-5,18), asap rokok (5,40; 1,74-16,75), dan pendidikan ibu (2,86; 1,16-7,07) dengan kejadian gangguan pernapasan. Disimpulkan bahwa Kelompok yang berisiko ( konsentrasi PM10 > 70 μg/m3) 13,42 kali berpeluang untuk mengalami gangguan pernapasan dibandingkan pada kelompok yang tidak berisiko (konsentrasi PM10 ≤ 70 μg/m3).


 

ABSTRACT Respiratory disease is a health problem that often occur on infants/young children. Limestone combustion located around the village of Tamansari, Karawang District and respiratory disease still tops the list of 10 diseases suffered by infants/young children. Dust particles from the process of limestone combustion is one of the environmental air pollutants that affect indoor PM10 concentration. This can adversely affect the respiratory disease inside the household, including infants/young children who are vulnerable to pollutants. The purpose of this study was to analyze the relationship between the indoor PM10 concentration and respiratory diseases in infants/young children. Study design was cross-sectional, conducted on 130 infants/young children. PM10 and data of other variables collected through measurement, interviews and observation. The results showed that the variables significantly associated with respiratory diseases in infants/young children are indoor PM10 (4.92; 2.25-10.74), ventilation (2.62; 1.18-5.79), type of wall (2.33; 1.10-4.95), humidity (2.35; 1.10-5.04), temperature (2.44; 1.15-5.18), smoking family members (5.40 ; 1.74-16.75), maternal education (2.86; 1.16-7.07) with the occurrence of respiratory disease. Risk analysis shows that at-risk group (PM10 concentrations>70 μg/m3) are 13,42 times have the risk experiencing respiratory disorders than the non-risk group (PM10 concentrations ≤ 70 μg/m3).

Read More
T-3859
Depok : FKM UI, 2013
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Ajat Jatnika; Pembimbing: Ririn Arminsih Wulandari; Penguji: Laila Fitria, Agus Mahmudin
S-5144
Depok : FKM UI, 2007
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Alamsyah; Pembimbing: I Made Djaya; Penguji: Ririn Aminsih Wulandari, Anwar Hasan, Ismoyowati, Suprapto
Abstrak:

Diare merupakan salah satu prioritas program pemberantasan penyakit menular di Indonesia. Dimana angka kesakitan diare pada semua golongan umur masih tinggi yaitu 280 per 1000 penduduk, episode diare pada balita 1,5 kali per tahun, sedangkan angka kematian balita karena diare 2,5 per 1000 balita yang merupakan penyebab kematian nomor 2 pada balita. Penelitian ini dilakukan di 4 Kecamatan (Bangkinang Barat, Bangkinang, Kampar dan Tambang) Kabupaten Kampar, dengan alasan masih tingginya kejadian diare, dimana pada tahun 2001 terdapat 1.200 balita (53,38%) menderita diare dari keseluruhan balita yang menderita diare pada 13 Kecamatan di Kabupaten Kampar. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan perilaku hidup bersih keluarga dan balita, faktor keluarga ibu balita serta faktor sanitasi lingkungan dengan kejadian diare pada balita, unit analisanya adalah keluarga yang mempunyai anak umur lebih dari 1 tahun sampai dengan kurang dari 5 tahun (balita). Adapun desain penelitiannya adalah " Kasus Kontrol " dengan jumlah sampel kelompok kasus sebanyak 137 responden dan kontrol juga sebanyak 137 responden. Dari 19 sub hipotesis yang diajukan, ternyata hanya 10 sub hipotesis yang terbukti berhubungan secara bermakna dengan kejadian diare pada balita, sedangkan faktor yang paling dominan berhubungan dengan kejadian diare pada balita adalah tempat pembuangan sampah yang tidak baik dengan risiko (OR) sebesar 3,27. Hasil analisis model akhir dengan interaksi menunjukkan bahwa faktor yang secara bersama-sama berhubungan dengan kejadian diare pada balita adalah interaksi kebiasaan balita menghisap jari tangan/mainan dengan tempat pembuangan sampah yang tidak baik, pendapatan keluarga rendah dan pengetahuan kesehatan rendah dengan risiko (OR) masing-masing sebesar 3,56 , 2,08, dan 1,82. Kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Kampar disarankan perlu adanya penyuluhan yang lebih menekankan pada aspek kesehatan lingkungan, kebersihan perorangan dan penyakit diare itu sendiri dengan model dan bahasa yang lebih mudah dipahami dan dimengerti. untuk menarik partisipasi masyarakat dalam hal pembuangan sampah yang baik dan benar perlu adanya bantuan stimulan tempat pembuangan sampah yang memenuhi syarat sesuai dengan kondisi daerah setempat. Diarrhea is one of priority program to eliminate disease contaminate in Indonesia. Wherever the number of diarrhea disease is high, 280 per 1000 population, diarrhea episode for children under five years old 1,5 diarrhea per year and then the number of disease cause of diarrhea is 2,5 per 1000 children under five years old which the two number of souse for them.


 

This research have done in four sub district (Bangkinang Barat, Bangkinang, Kampar and Tambang) Kampar regency, the reason is diarrhea disease still high, wherever in year 200I has 1.200 children under five years old (53,38%) diarrhea disease from at all the area is 13 sub district in Kampar regency. In general the purpose of this research is to know how far the relationship sanitation of life family, family mother of children under five years old and sanitation environment with diarrhea to children under five years old, unit of analysis is family have children under five years old. The design of research is "Case Control" whit sample the case is 137 respondents and the control is 137 respondents. From 19 sub hypothesis, just I0 sub hypothesis have correlation, it means that diarrhea disease to children under five years old, however the dominant factor is throw rubbish place is not good with odds ratio (OR) is 3,27. The last of technique analysis with interaction that are together to relationship diarrhea disease to children under five years old is finger calculate or toy with rubbish throw place is not good, family in come is low too with odds ratio (OR) they are 3,56 , 2,08 and 1,82. It is necessary that Dinas Kesehatan Kabupaten Kampar give explanation focusing on environmental health, personal hygiene and diarrhea with simpler language so that it will be easier to be understood. To attract the society's attention on appropriate disposal waste a stimulant which is qualified is needed.

Read More
T-1316
Depok : FKM UI, 2002
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Nanda Labado; Pembimbing: Ririn Arminsih Wulandari; Penguji: Bambang Wispriyono, Budi Hartono, Lora Agustina, Yulia Fitria Ningrum
Abstrak: ISPA merupakan salah satu penyakit penyebab kematian pada anak-anak di dunia khususnya Negara berkembang seperti di Indonesia. Faktor penyebab ISPA adalah kondisi lingkungan rumah serta PHBS yang buruk. Tingginya insiden ISPA di Kabupaten Gorontalo khususnya balita dan belum tercapainya target RPJMN rumah sehat di Provinsi Gorontalo melatarbelakangi dilakukannya penelitian terkait kondisi lingkungan rumah dan perilaku dengan Kejadian ISPA pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas Tilango. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan faktor-faktor terkait kondisi lingkungan dan perilaku yang berhubungan dengan kejadian ISPA di kecamatan Tilango. Penelitian ini menggunakan desain studi Cross sectional dengan analisis multivariate Binary Regresi logistic model prediksi. Populasi pada penelitian ini adalah anak balita usia 0-59 bulan yang berkunjung ke Puskesmas Tilango. Pemilihan sampel penelitian ini dilakukan secara acak berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi yang ditetapkan. Jumlah sampel dalam penelitian ini yaitu 92 responden. Hasil penelitian ini ditemukan bahwa yang paling dominan secara signifikan terhadap Kejadian ISPA pada balita di Kecamatan Tilango yaitu Pendapatan (OR=13,9, 95% CI 3,395-57,668), Pendidikan (OR=11,3, 95%CI 2,498-51.650), Status Imunisasi (OR=9,8, 95%CI 1,019-95.346), Luas Ventilasi (OR= 8,9, 95%CI= 2,204-35,956), Kebiasaan Buka Jendela (OR=0,05, 95%CI 0,007-0,447). kesimpulan pada penelitian ini adalah banyak faktor yang dapat mempengaruhi kejadian ISPA pada balita yaitu karakteristik balita, karakteristik orangtua, perilaku dan lingkungan rumah
Read More
T-6425
Depok : FKM-UI, 2022
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Astrid Citra Padmita; Pembimbing: Ririn Arminsih Wulandari; Penguji: Laila Fitria, Didik Supriyono
Abstrak: Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan penyebab utama penyakitakut di seluruh dunia. Di Indonesia, prevalensi ISPA paling tinggi terjadi pada kelompok balita. Kabupaten Bogor merupakan salah satu wilayah di Jawa barat dengan kasus ISPA yang tinggi. RW1 Desa Ciampea, Kecamatan Ciampea,Kabupaten Bogor merupakan lokasi pemukiman sekaligus lokasi industripengolahan batu kapur. Keberadaan industri pengolahan batu kapur di sekitar areapemukiman merupakan sumber pencemaran udara yang dapat berpengaruhterhadap kesehatan masyarakat. Di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Ciampea,ISPA merupakan penyakit dengan jumlah kasus terbanyak pada tahun 2012.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara faktor-faktorlingkungan (PM10 udara ambien, jarak rumah ke pabrik pengolahan batu kapur, suhu dan kelembaban udara rumah, ventilasi rumah, kepadatan hunian rumah, adaatau tidak anggota keluarga serumah yang terkena ISPA, ada atau tidak anggotakeluarga serumah yang merokok, penggunaan obat anti nyamuk, jenis bahanbakar memasak, dan letak dapur) dengan kejadian ISPA pada balita di RW1 Desa Ciampea, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor tahun 2013.

Penelitian ini menggunakan desain studi cross-sectional dengan menggunakan data primer yangmana jumlah sampel sebanyak 106 orang balita. Hasil analisis bivariat diperoleh bahwa faktor lingkungan yang memilikihubungan bermakna dengan kejadian ISPA pada balita adalah PM10 udara ambien(7,40; 2,02-27,10) dan kepadatan hunian rumah (3,39; 1,39-8,32). Adapun karakteristik individu balita yang memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian ISPA pada balita berdasarkan hasil uji statistik dengan analisis bivariatadalah jenis kelamin (2,61; 1,08-6,34). Faktor yang paling dominan hubungannyadengan kejadian ISPA pada balita adalah PM10 udara ambien (9,62; 2,39-38,71). Kerjasama lintas sektoral diperlukan untuk menurunkan angka kejadian ISPA.

Kata kunci: Faktor-faktor lingkungan, infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), balita
Read More
S-8164
Depok : FKM UI, 2014
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Ii Sumarni; Pembimbing: Dewi Susanna, Zakianis; Penguji: Laila Fitria, Endah Kusumowardani, Casuli
T-3934
Depok : FKM UI, 2013
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Risdiyanti Arsyil Fitria Salsabilla Pradani; Pembimbing: Ema Hermawati; Penguji: Ririn Arminsih Wulandari, Hidayani Fazriah
Abstrak:
Penelitian ini menggunakan data primer menggunakan kuesioner dan form ceklis inspeksi sanitasi dengan desain penelitian Cross Sectional. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 205 siswa, kemudian ditambah 10% menjadi sebanyak 226 siswa. Hasil penelitian didapatkan bahwa umur tidak ada hubungan dengan kejadian diare sedangkan jenis kelamin ada hubungan dengan kejadian diare (OR 0,082), ada hubungan pengetahuan dengan kejadian diare (OR 0,263), ada hubungan antara kamar mandi/WC/jamban (OR 0,068), sarana penyediaan air bersih (OR 0,001), sarana pembuangan sampah (OR 0,096) dengan kejadian diare, sedangkan pada air minum tidak ada hubungan dengan kejadian diare, ada hubungan antara kebiasaan mencuci tangan dengan kejadian diare (OR 0,039), sedangkan tidak ada hubungan pada kebiasaan membeli jajanan, perilaku membuang sampah, perilaku penggunaan jamban, dan kebiasaan memotong atau membersihkan kuku dengan kejadian diare. Pada hasil form ceklis inspeksi sanitasi lingkungan sekolah, didapatkan skor 81.8% yang artinya memenuhi syarat atau baik.

This study used primary data using a questionnaire and sanitary inspection checklist form with cross sectional research design. The number of samples used in this study were 205 students, then added 10% to 226 students. The research results found that age had no relationship with the incidence of diarrhea, gender had a relationship with the incidence of diarrhea (OR 0,082), there was a relationship between knowledge and the incidence of diarrhea (OR 0,263), there was a relationship between bathrooms/WC/latrine (OR 0,068), clean water supply facilities (OR 0,001), waste disposal facilities (OR 0,096) with incidents diarrhea, whereas in drinking water there is no relationship with the incidence of diarrhea. In clean and healthy living behavior, it was found that there was a relationship between the habit of washing hands and the incidence of diarrhea (OR 0,039), while there was no relationship between the habit of buying snacks, the behavior of throwing garbage, the behavior of using the latrine, and the habit of cutting or cleaning nails with the incidence of diarrhea. On the results of the school environmental sanitation inspection checklist form, a score of 81.8% was obtained, which means that it met the requirements or was good.
Read More
S-11210
Depok : FKM-UI, 2023
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive