Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 40622 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Bima Uramanda; Pembimbing: PNurhayati A Prihartono, Yovsyah; Penguji: Yoan Hotnida Naomi
Abstrak: Salah satu cara untuk mendeteksi secara dini adanya gangguan faal paru adalah dengan cara mengukur arus puncak ekspirasi (APE) menggunakan peak flow meter. Salah satu faktor resiko yang menyebabkan penurunan nilai APE adalah merokok. Merokok dapat menyebabkan terjadinya bronkokontriksi pada saluran pernapasan. Selain merokok, faktor lain yang berperan dalam menurunkan risiko terjadinya penurunan kapasitas fungsi paru adalah kurangnya aktivitas fisik. Oleh karena itu penelitian untuk melihat efek gabungan merokok dan aktifitas fisik terhadap penurunan nilai APE diperlukan untuk mengkonfirmasi besar asosiasi keduanya dengan mempertimbangkan faktorfaktor contributory (potential confounder) yang juga berhubungan terhadap penurunan nilai APE. Penelitian ini menggunakan disain cross-sectional. Sebanyak 8.823 responden pria 18- 74 tahun menjadi sampel pada penelitian ini. Data diperoleh dari Indonesian family life survey 5(IFLS) dan dianalisis menggunakan uji Cox regresi. Penurunan nilai arus puncak ekspirasi lebih besar pada orang yang tidak merokok dan aktifitas fisik kurang,yaitu sebesar 1,26 kali serta perokok yang memiliki aktivitas fisik kurang sebesar 1,20 kali dibanding orang yang tidak merokok dan memiliki aktivitas fisik cukup. Sedangkan pada orang yang merokok dan memiliki aktivitas fisik cukup beresiko 0,84 kali protektif dibandingkan dengan orang yang tidak merokok dan memiliki aktivitas fisik cukup dengan kata lain aktivitas fisik lebih berperan dibanding kebiasaan merokok. Pada orang yang memiliki kebiasaan merokok sebaiknya juga melakukan aktifitas fisik secara rutin agar resiko untuk terjadinya penurunan nilai arus puncak ekspirasi menjadi lebih kecil
Read More
T-5582
Depok : FKM-UI, 2019
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Aprizal Satria Hanafi; Pembimbing: Nurhayati A. Prihartono, Helda; Penguji: Yovsyah; Julianty Pradono, Woro Riyadina
Abstrak: ABSTRAK Hubungan obesitas dan merokok terhadap kejadian hipertensi sudah banyak diketahui namun masih jarang dilakukan penelitian untuk melihat efek gabungan obesitas dan merokok dalam menyebabkan hipertensi derajat 1. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi efek gabungan obesitas dan merokok dalam menyebabkan hipertensi derajat 1. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional menggunakan data Indonesian Family Life Survey-5 (IFLS-5) tahun 2014. Sampel yang dianalisis pada penelitian ini berjumlah 13.487 setelah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Analisis multivariat menggunakan uji cox regresi digunakan untuk mengetahui besar risiko obesitas dan merokok dalam menyebabkan hipertensi derajat 1. Hasil penelitian didapatkan prevalensi hipertensi derajat 1 sebesar 23,50%. Analisis multivariat menunjukkan bahwa orang yang obesitas dan merokok memiliki risiko 2,86 kali untuk mengalami hipertensi derajat 1 (PR=2,86), orang obesitas dan tidak merokok memiliki risiko 1,64 kali untuk mengalami hipertensi derajat 1 (PR=1,64), orang tidak obesitas dan merokok memiliki risiko 1,32 kali untuk mengalami hipertensi derajat 1 (PR=1,32). Risiko untuk mengalami hipertensi derajat 1 meningkat 48% akibat interaksi obesitas dan merokok. Perlu adanya adanya skrining lebih ketat untuk mencegah hipertensi terutama pada orang obesitas dan merokok pada umur ≥18 tahun misalnya dengan pengkuran tekanan darah secara rutin di rumah. Selain itu perlu adanya peningkatan kualitas pelaksanaan Posbindu PTM dari pemerintah untuk pemantauan faktor risiko serta deteksi dini PTM. Kata kunci: Efek gabungan, obesitas, merokok, hipertensi derajat 1, Indonesia ABSTRACT The relationship of obesity and cigarette smoking to the incidence of hypertension was well known, but study is still rare to see the joint effects of obesity and smoking in causing hypertension grade 1. This study aimed to evaluate the joint effect of obesity and cigarette smoking on causing hypertension grade 1. This study used a crosssectional design using data from Indonesian Family Life Survey-5 (IFLS-5) in 2014. The samples analyzed in this study amounted to 13,487 after fulfilling the inclusion and exclusion criteria. Multivariate analysis using the cox regression test was use to determine the risk of obesity and smoking in causing hypertension grade 1. The results showed that the prevalence of hypertension grade 1 is 23.50%. Multivariate analysis showed that people who were obese and smoking had a risk of 2.86 times for having hypertension grade 1 (PR = 2.86), obese and non-smoking people have a risk of 1.64 times to have hypertension grade 1 (PR = 1.64), people who were not obese and smoking have a risk of 1.32 times for having hypertension grade 1 (PR = 1.32). The risk of developing hypertension grade 1 increased by 48% due to the interaction of obesity and smoking. There needs to be more rigorous screening to prevent hypertension, especially in obese and smoking people at age ≥18 years, for example by measuring blood pressure regularly at home. In addition, there is a need to improve the quality of the implementation of NCDs Integrated Development Post (Posbindu) from the government for risk factor monitoring and early detection of NCDs. Key words: Joint effect, obesity, smoking, hypertension grade 1, Indonesia
Read More
T-5474
Depok : FKM-UI, 2019
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Ba'da Febriani; Pembimbing: Trisari Anggondowati; Penguji: Sudarto Ronoatmodjo, Misti
Abstrak:

Diabetes melitus (DM) masih menjadi tantangan bagi negara berkembang termasuk Indonesia. International Diabetes Federation (IDF) memproyeksikan angka DM di Indonesia akan meningkat 150%, menjadi 28,6 juta jiwa pada tahun 2045. WHO merekomendasikan kelompok berisiko untuk melakukan kombinasi dari konsumsi buah dan sayur ≥5 porsi/hari serta melakukan aktivitas fisik cukup untuk hasil optimal dalam menurunkan risiko DM. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara efek gabungan konsumsi buah-sayur dan aktivitas fisik dengan DM pada penduduk dewasa usia 18-64 tahun di Indonesia tahun 2023. Desain studi cross sectional dari data sekunder Survei Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2023 dengan total sampel 23.821 orang dewasa berusia 18-64 tahun di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi DM pada orang dewasa sebesar 15,2%. Analisis multivariat dengan uji logistic regression menunjukkan asosiasi yang tidak signifikan antara konsumsi buah-sayur <3 porsi/hari dan aktivitas fisik kurang dibandingkan dengan penduduk dewasa yang mengonsumsi buah-sayur ≥5 porsi/hari dan aktivitas fisik cukup (RRCorrected 1,2; 95%CI 1,08-1,52 p value 0,607), artinya penduduk dewasa yang mengonsumsi buah-sayur <3 porsi/hari dan memiliki aktivitas fisik rendah memiliki tren peningkatan risiko DM sebesar 1,2 kali lebih tinggi dibandingkan orang dewasa yang mengonsumsi buah-sayur ≥5 porsi/hari dan aktivitas fisik cukup setelah dikontrol variabel usia, jenis kelamin, hipertensi dan obesitas sentral, meskipun tidak signifikan secara statistik. Optimalisasi upaya pencegahan DM dengan meningkatkan intake buah-sayur agar memenuhi rekomendasi ≥5 porsi/hari dapat dilakukan penduduk dewasa usia 18-64 tahun yang disertai dengan meningkatkan kegiatan aktivitas fisik baik sedang maupun berat serta meningkatkan kegiatan olah raga bersama baik di sekolah, kampus, kantor maupun di rumah. 


Diabetes mellitus (DM) remains a significant challenge for developing countries, including Indonesia. The International Diabetes Federation (IDF) projects that the number of DM cases in Indonesia will increase by 150%, reaching 28,6 million by 2045. The World Health Organization (WHO) recommends that high-risk groups adopt a combination of consuming ≥5 servings of fruits and vegetables per day and engaging in sufficient physical activity for optimal results in reducing DM risk. This study aims to examine the association between the combined effects of fruit and vegetable consumption and physical activity on DM among adults aged 18–64 years in Indonesia in 2023. The study used a cross-sectional design with secondary data from the 2023 Indonesian Health Survey (SKI), involving a total sample of 23,821 adults aged 18–64 in Indonesia. The findings revealed that the prevalence of DM among adults was 15,2%. Multivariate analysis using logistic regression showed a non-significant association between consuming <3 servings of fruits and vegetables per day with insufficient physical activity compared to adults who consumed ≥5 servings per day and engaged in adequate physical activity (RRcorrected 1,2; 95% CI 1,08–1,52, p-value 0,607). This suggests that adults with low fruit and vegetable intake (<3 servings/day) and low physical activity had a trend of a 1,2 times higher risk of DM compared to those who met the recommended intake (≥5 servings/day) and had sufficient physical activity, after controlling for age, sex, hypertension, and central obesity—though the result was not statistically significant. To optimize DM prevention efforts, adults aged 18–64 should increase their fruit and vegetable intake to meet the recommended ≥5 servings per day, alongside increasing moderate to vigorous physical activity and promoting group exercise activities in schools, universities, workplaces, and at home.

Read More
T-7322
Depok : FKM UI, 2025
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Ahmad Aswal Liambo; Pembimbing: Soedarto Ronoatmodjo; Penguji: Helda, Yovsyah, Soewarta Kosen, Eulis Wulantari
Abstrak: Hipertensi merupakan salah satu penyebab kematian dini pada masyarakat, WHOmelaporkan hampir satu milyar orang di dunia menderita hipertensi dan diprediksimeningkat menjadi 1,5 milyar pada tahun 2025 nanti. Kurang aktivitas fisik merupakansalah satu faktor risiko hipertensi yang dapat dimodifikasi dengan usaha dan biaya yangtidak terlalu besar. Pada tahun 2013, prevalensi hipertensi pada penduduk dewasa diIndonesia sebesar 25,8% dan proporsi kurang aktivitas fisik sebesar 26,1%. Tujuanpenelitian ini adalah mengetahui prevalensi hipertensi, proporsi kurang aktivitas fisik danhubungan aktivitas fisik dengan hipertensi pada penduduk dewasa di Indonesiaberdasarkan data IFLS 5 tahun 2014. Desain yang digunakan adalah cross sectional,populasi penelitian yakni seluruh penduduk dewasa (≥18 tahun) yang menjadi respondenIFLS 5 tahun 2014 dengan sampel sebanyak 26.043 responden. Kriteria hipertensimenggunakan pedoman JNC-7 (140/90 mmHg), penilaian aktivitas fisik berdasarkankebiasaan melakukan kegiatan fisik minimal selama 10 menit dalam seminggu, terdiridari aktif dan kurang aktif. Uji statistik pada analisis bivariat dan multivariatmenggunakan cox regression. Hasil analisis menunjukkan prevalensi hipertensi sebesar24,09%, proporsi kurang aktivitas fisik sebesar 35,68%, serta terdapat hubungan yangsignifikan antara aktivitas fisik dengan hipertensi (P value 0,000). Penduduk yang kurangaktivitas fisik berisiko 1,15 kali mengalami hipertensi dibandingkan penduduk yangmemiliki aktivitas fisik aktif (PR: 1,15; 95% CI: 1,09-1,21). Disarankan kepadamasyarakat untuk melakukan kegiatan fisik ringan berupa jalan kaki minimal selama 30menit setiap harinya dan kepada Dinas Kesehatan untuk berinovasi dalam memberikanedukasi kepada masyarakat terkait pentingnya aktivitas fisik dengan menggunakan sosialmedia (Facebook, Twitter, Instagram dan lainnya).
Kata kunci :Hipertensi, aktivitas fisik, cross sectional, cox regression, IFLS 5.
Hypertension is the leading causes for prematur death worldwide. Globally, WHOreported about nearly one billion people living with hypertension and it is estimated thatthis number will escalate to more than 1,5 billion by the year 2025. Insufficient physicalactivity is one of the modifiable risk factors for hypertension, which is not required greateffort and cost. In 2013, the prevalence of hypertension among Indonesian adults was25,8% and the proportion of insufficient physical activity was 26,1%. This study aims toknow the prevalence of hypertension, the proportion of insufficient physical activity andalso its relationship among the Indonesian adults based on IFLS 5 data in 2014. A cross-sectional study was conducted among 26.043 respondents in IFLS 5 aged 18 years andabove. The JNC-7 guidelines used to defined hypertension (if systolic blood pressure≥140 mmHg and/or diastolic ≥90 mmHg), whereas physical activity measured by thehabit of performing physical activity for at least 10 minutes a week. Statistical test onbivariate and multivariate analysis using cox regression. The prevalence of hypertensionwas 24,09% and the proportion of insufficient physical activity was 35,68%. Statisticaltest shown there was a significant relationship between physical activity and hypertension(P value 0,000), people with insufficient physical activity at risk 1,15 times havinghypertension than those with active physical activity (PR: 1,15; 95 % CI: 1,09-1,21).Adults should do at least 30 minutes walking everyday, province/district health officeneeds to use social media such as Facebook, Instagram, Twitter, etc, in order to promotingthe benefit of physical activity.
Keywords :Hypertension, physical activity, cross sectional, cox regression, IFLS 5.
Read More
T-5133
Depok : FKM UI, 2018
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Alana Arumsari Pramono; Pembimbing: Ratna Djuwita; Penguji: Sudarto Ronoatmodjo, Woro Riyadina
Abstrak: Latar belakang: Penyakit jantung koroner merupakan salah satu penyakit tidak menular. Faktor risiko penyakit jantung koroner antara lain hipertensi, merokok, kolesterol tinggi, obesitas, dan rendahnya konsumsi buah dan sayuran. Menurut data Riskesdas pada tahun 2013, prevalensi penyakit jantung koroner dengan diagnosa dokter adalah sebesar 0,5%. Sedangkan pada tahun 2018 prevalensi penyakit jantung koroner dengan diagnosa dokter adalah sebesar 1,5%. Maka terjadi peningkatan oleh responden yang menderita penyakit jantung koroner. Penyakit jantung koroner disebabkan oleh penumpukan plak di dinding arteri yang memasok darah ke jantung dan bagian tubuh lainnya. Plak tersebut terdiri dari deposit kolesterol dan zat lain di arteri. Penumpukan plak menyebabkan bagian dalam arteri menyempit dari waktu ke waktu, yang sebagian atau seluruhnya dapat menghalangi aliran darah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan efek gabungan hipertensi dan obesitas dengan kejadian penyakit jantung koroner Metode: Pada analisis ini menggunakan analisis univariat untuk mengetahui proporsi dari varibel penelitian, analisis bivariat untuk mengetahui adanya hubungan pada variabel, analisis stratifikasi untuk mengetahui adanya confounding dan efek modifikasi. Analisis multivariat untuk mengetahui model akhir. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Hasil: didapatkan variabel penyakit jantung koroner 1,44%, hipertensi dan obesitas 9,77%, hipertensi dan tidak obesitas 9,64%, tidak hipertensi dan obesitas 22,04%, tidak hipertensi dan tidak obesitas 58,55%. Dan hubungan hipertensi dan obesitas terhadap penyakit jantung koroner setelah dikontrol oleh variabel usia dan jenis kelamin. Kesimpulan: Hubungan dari efek gabungan hipertensi dan obesitas dengan kejadian penyakit jantung koroner setelah dilakukan kontrol oleh variabel usia dan jenis kelamin
Background: Coronary heart disease is a non-communicable disease. Risk faktors for coronary heart disease include hypertension, smoking, high cholesterol, obesity, and low consumption of fruits and vegetables. According to Riskesdas data in 2013, the prevalence of coronary heart disease with a doctor's diagnosis was 0.5%. Meanwhile, in 2018 the prevalence of coronary heart disease with a doctor's diagnosis was 1.5%. Then there is an increase in respondents who suffer from coronary heart disease. Coronary heart disease is caused by the buildup of plaque on the walls of the arteries that supply blood to the heart and other parts of the body. The plaque consists of deposits of cholesterol and other substances in the arteries. Plaque buildup causes the inside of the arteries to narrow over time, which can partially or completely block blood flow. The purpose of this study was to determine the relationship between the combined effect of hypertension and obesity with the incidence of coronary heart disease Methods: This analysis uses univariate analysis to determine the proportion of research variables, bivariate analysis to determine the relationship between variables, stratification analysis to determine the presence of confounding and modification effects. Multivariate analysis to determine the final model. This study used a cross sectional design. Results: found coronary heart disease variables 1.44%, hypertension and obesity 9.77%, hypertension and not obesity 9.64%, not hypertension and obesity 22.04%, not hypertension and not obesity 58.55%. And the relationship of hypertension and obesity to coronary heart disease after being controlled by age and sex variables. Conclusion: The relationship of the combined effect of hypertension and obesity with the incidence of coronary heart disease after being controlled by age and sex variables
Read More
T-6129
Depok : FKM-UI, 2021
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Hariani Rafitha; Pembimbing: Ratna Djuwita; Penguji: Sudarto Ronoatmodjo, Ahmad Syafiq, Feri Ahmadi, Tiska Yumeida
Abstrak: Obesitas menjadi salah satu masalah kesehatan yang penting dan cepat berkembang di negara maju maupun berkembang. Obesitas pada remaja menjadi penting untuk diperhatikan karena 80% remaja yang mengalami obesitas akan memiliki peluang mengalami obesitas saat dewasa. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara efek gabungan pola makan fast food dan aktivitas fisik dengan obesitas remaja pada Pelajar SMP dan SMA di Indonesia Tahun 2015. Desain studi Cross-sectional dari data sekunder Global School Based Student Health Survey Indonesia 2015 dengan total sampel 9932 pelajar SMP dan SMA di Indonesia.
Hasil penelitian menunjukkan proporsi obesitas pada pelajar SMP dan SMA sebesar 14,67%. Sedangkan proporsi obesitas pada remaja dengan pola makan fast food sering dan aktivitas fisik rendah adalah 20,54%, proporsi ini lebih tinggi dari pada proporsi obesitas pada remaja dengan pola makan fast food jarang dan aktivitas fisik cukup yaitu 9%. Analisis multivariat dengan uji cox regression menunjukkan hubungan yang signifikan antara pola makan fast food dan aktivitas fisik dengan obesitas.
Kebiasaan mengkonsumsi fast food sering dan pola aktivitas fisik rendah secara bersama meningkatkan risiko obesitas dibandingkan dengan remaja yang jarang mengkonsumsi fast food dan memiliki aktivitas fisik cukup pada remaja SMP dan SMA di Indonesia tahun 2015 (PR 2,165 CI 95% 1,657-2,826), artinya remaja yang sering mengkonsumsi fast food dan memiliki aktivitas fisik rendah memiliki risiko untuk kejadian obesitas sebesar 2 kali dibandingkan remaja yang jarang mengkonsumsi fast food dan memiliki aktivitas fisik yang cukup setelah dikontrol variabel wilayah tempat tinggal, variabel konsumsi buah, konsumsi sayur dan variabel konsumsi soft drinks.
Peningkatan pencegahan obesitas berbasis program sekolah dapat dilakukan pada remaja SMP dan SMA di Indonesia dengan kegiatan mendukung perubahan perilaku (seperti penyuluhan pola makan dan aktivitas fisik yang baik), dan perbaikan lingkungan sekolah yang menunjang gaya hidup sehat (seperti penyediaan kantin yang bergizi, penyediaan fasilitas untuk olah raga yang memadai, serta meningkatkan fasilitas ekstrakurikuler di sekolah)
Read More
T-6052
Depok : FKM-UI, 2021
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Atikah Salsabila; Pembimbing: Sudarto Ronoatmodjo; Penguji: Tri Yunis Miko Wahyono, Soewarta Kosen, Meilina Farikha
Abstrak:
Tuberkulosis Paru merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, dengan insidens yang meningkat. Merokok diketahui menjadi faktor risiko signifikan dalam perkembangan TB Paru. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara status merokok dengan kejadian TB Paru pada laki-laki usia > 18 tahun di Indonesia menggunakan data Survei Kesehatan Indonesia tahun 2023. Desain penelitian ini adalah cross-sectional dengan pendekatan analisis multivariat untuk mengontrol variabel kovariat seperti usia, pendidikan, pekerjaan, status ekonomi, status gizi, tempat tinggal, dan diabetes mellitus. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan signifikan antara status merokok dan TB paru, individu yang merokok memiliki hubungan protektif terhadap TB dibandingkan yang tidak merokok dengan POR sebesar 0,68 (95% CI: 0,58–0,75). Konsumsi rokok 1–11 batang per hari memiliki POR sebesar 0,92 (95% CI: 0,76–1,12), sedangkan konsumsi lebih dari 11 batang per hari memiliki POR sebesar 0,70 (95% CI: 0,53–0,93). Penelitian ini menunjukkan bahwa laki-laki yang merokok selama 1–25 tahun memiliki POR sebesar 0,49 (95% CI: 0,39–0,61) dengan p-value = 0,000. Pada perokok dengan durasi lebih dari 25 tahun, hubungan tidak signifikan secara statistik (p-value = 0,593) dengan POR sebesar 1,07 (95% CI: 0,82–1,40), yang menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna dalam peluang kejadian TB Paru dibandingkan yang tidak merokok. Analisis menunjukkan hubungan tidak biasa antara merokok dan TB paru, berbeda dari literatur yang umumnya melaporkan peningkatan risiko pada perokok. Hasil ini dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti populasi, kualitas data, dan bias informasi, sehingga perlu kehati-hatian dalam interpretasi. Merokok tetap diketahui meningkatkan risiko dan memperburuk progresi TB. 

Pulmonary tuberculosis (TB) remains a public health concern in Indonesia, with an increasing incidence rate. Smoking is recognized as a significant risk factor in the development of pulmonary TB. This study aimed to analyze the relationship between smoking status and the incidence of pulmonary TB among males aged >18 years in Indonesia, using data from the 2023 Indonesian Health Survey. The study employed a cross-sectional design with multivariate analysis to control for covariates such as age, education, occupation, socioeconomic status, nutritional status, residence, and diabetes mellitus. The findings revealed a significant association between smoking status and pulmonary TB. Smokers exhibited a protective relationship against TB compared to non-smokers, with an Adjusted Prevalence Odds Ratio (POR) of 0.68 (95% CI: 0.58–0.75). Smoking 1–11 cigarettes per day had a POR of 0.92 (95% CI: 0.76–1.12), while smoking more than 11 cigarettes per day showed a POR of 0.70 (95% CI: 0.53–0.93). The study also found that males who had smoked for 1–25 years had a POR of 0.49 (95% CI: 0.39–0.61) with a p-value of 0.000. However, for smokers with a duration of more than 25 years, the association was not statistically significant (p-value = 0.593), with a POR of 1.07 (95% CI: 0.82–1.40), indicating no meaningful difference in the likelihood of developing pulmonary TB compared to non-smokers.The analysis revealed an unusual relationship between smoking and pulmonary TB, differing from existing literature, which generally reports an increased risk among smokers. These findings may be influenced by factors such as the study population, data quality, and information bias, warranting caution in interpretation. Despite this, smoking remains a known factor that increases the risk and worsens the progression of TB.
Read More
T-7169
Depok : FKM UI, 2025
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Riska Desti Ayu; Pembimbing: Nurhayati Adnan; Penguji: Yovsyah, Muhammad Sugeng Hidayat, Misti
Abstrak:
enyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan salah satu penyebab kematian secara global dengan angka mortalitas hampir 17,5 juta setiap tahunnya. Merokok menyumbang 33% dan Hipertensi menyumbang 31% dari semua kematian akibat cardiovascular disease. Merokok dan Hipertensi merupakan faktor risiko utama PJK yang menjadi masalah serius yang perlu ditangani di Indonesia maupun dunia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui besar risiko merokok dan hipertensi dengan kejadian penyakit jantung koroner di Indonesia. Penelitian menggunakan desain kohort retrospektif. Data yang digunakan yaitu data sekunder Indonesian Family Life Survey (Data IFLS-4 dan IFLS-5 tahun 2007-2014) dengan total sampel 19.486 responden penduduk yang berusia ≥18 tahun. Analisis data dengan cox regression dan besar risiko dinyatakan dalam risk ratio (RR) dengan confidence interval (CI) 95%. Data analisis menggunakan software pengolah data. Hasil analisis multivariat setelah di kontrol berdasarkan jenis kelamin dan riwayat DM didapatkan bahwa merokok secara individual tidak berhubungan dengan PJK di Indonesia tahun 2007-2014 dengan nilai (RR 1,08 ; 95% CI = 0,70-1,67). Hipertensi secara individual meningkatkan risiko PJK (RR 1,19 ; 95% CI = 0,92-1,53). Merokok dan hipertensi secara bersama meningkatkan risiko PJK dibandingkan dengan orang yang tidak merokok dan tidak mempunyai hipertensi di Indonesia tahun 2007-2014 (RR 1,66 ; 95% CI = 1,11-2,48) artinya responden yang merokok dan hipertensi berisiko mengalami PJK 1,66 kali (95% CI; 1,11-2,48) dibandingkan dengan orang yang tidak merokok dan tidak hipertensi.

Coronary Heart Disease (CHD) is one of the leading causes of death globally with a mortality rate of nearly 17.5 million annually. Smoking accounts for 33% and hypertension accounts for 31% of all deaths from cardiovascular disease. Smoking and hypertension are major risk factors for CHD, which are a serious problem that needs to be addressed in Indonesia and the world. The purpose of this study was to determine the greater risk of smoking and hypertension with the incidence of coronary heart disease in Indonesia. The study used a retrospective cohort design. The data used are secondary data from the Indonesian Family Life Survey (IFLS-4 and IFLS-5 data for 2007-2014) with a total sample of 19,486 population respondents aged ≥18 years. Data analysis with cox regression and the amount of risk is expressed in risk ratio (RR) with a confidence interval (CI) of 95%. Data analysis using data processing software. The results of multivariate analysis after being controlled by sex and DM history showed that smoking individually was not related to CHD in Indonesia in 2007-2014 with a value (RR 1.08; 95% CI = 0.70- 1.67). Hypertension individually increases CHD risk (RR 1.19; 95% CI = 0.92-1.53). Smoking and hypertension together increase the risk of CHD compared to people who don't smoke and don't have hypertension in Indonesia in 2007-2014 (RR 1.66; 95% CI = 1.11-2.48) meaning that respondents who smoke and hypertension are at risk of experiencing CHD 1.66 times (95% CI; 1.11-2.48) compared to nonsmokers and those without hypertension.

Read More
T-5958
Depok : FKM-UI, 2020
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Anggi Purwaningsih; Pembimbing: Yovsyah; Penguji: Renti Mahkota, Tiur Febrina Pohan
Abstrak: Tren infeksi HIV di Indonesia memperlihatkan adanya peningkatan jumlah infeksi baru terutama di kalangan LSL. Tingginya laju epidemi HIV dapat ditekan dengan menerapkan perilaku seks aman yaitu dengan menggunakan kondom. Efektivitas kondom mencapai 95% jika digunakan secara konsisten. UNAIDS (2016) menyebutkan bahwa penggunaan kondom secara konsisten terbukti sulit dicapai di semua populasi. Penggunaan kondom pada kalangan LSL secara global tidak mengalami peningkatan dalam beberapa tahun terakhir. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku penggunaan kondom pada LSL dilihat berdasarkan teori perilaku Green (faktor predisposisi, pemungkin, dan penguat). Desain studi yang digunakan adalah cross sectional dengan sumber data sekunder dari hasil STBP tahun 2018. Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat menggunakan uji chi square. Total jumlah sampel penelitian adalah 3.399 LSL. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku penggunaan kondom adalah umur, pendidikan, pekerjaan, persepsi risiko tertular HIV/AIDS, pengetahuan tentang HIV/AIDS, ketersediaan kondom, akses sumber informasi, program pencegahan HIV/AIDS, dan program tes HIV. Oleh karena itu perlu dilakukan pengembangan intervensi HIV/AIDS berbasis internet, memperkuat kerjasama dengan OMS dan tokoh yang dekat dengan LSL (mami/mucikari, komunitas LSL), dan mengembangkan model layanan kesehatan ramah LSL.
HIV infection trends in Indonesia show an increasing number of new infections, especially among MSM. The high rate of the HIV epidemic can be suppressed by implementing safe sex behaviors, especially by using condoms. The effectiveness of condoms reaches 95% if used consistently. UNAIDS (2016) stated that the use of condoms consistently was difficult to achieve in all populations. Condom use among MSM globally has not increased in recent years. This study aims to determine the factors associated with condom use behavior among MSM based on Green's behavioral theory (predisposing, enabling, and reinforcing factors). This cross-sectional study was conducted among 3.399 MSM selected from IBBS 2018. Univariate and bivariate (chi square) analyses were performed to identify factors associated with condom use behavior. The results showed that the factors associated with condom use behavior were age, education, occupation, perceived risk of contracting HIV/AIDS, knowledge about HIV/AIDS, condom availability, access to information sources, HIV/AIDS prevention programs, and HIV testing programs. Therefore, it is necessary to develop internet-based HIV/AIDS interventions, strengthen collaboration with CSOs and figures close to MSM (mothers/pimps, MSM communities), and develop MSM-friendly health service models
Read More
S-11120
Depok : FKM-UI, 2022
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Sa`idah; Pembimbing: Nasrin Kodim; Penguji: Krisnawati Bantas, Julianty Pradono, Eka Ginanjar
T-4482
Depok : FKM UI, 2015
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive