Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 39013 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Inggit Meliana Anggarini; Pembimbing: Ronnie Rivany
S-3617
Depok : FKM-UI, 2004
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Fikria Nur Ramadani; Pembimbing: Jaslis Ilyas; Penguji: Anhari Achadi, Adang Bachtiar, Ika Lastyaningrum, Eriati
Abstrak:
Di Indonesia, kontrasepsi diatur dan diselenggarakan dalam program Keluarga berencana yang bertujuan untuk menciptakan keluarga yang berkualitas dan tercapai kesejahteraan masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perpindahan penggunaan alat kontrasepsi modern ke tradisional pada wanita berstatus kawin di Indonesia berdasarkan data SDKI 2017. Metode pengambilan datanya adalah cross sectional dan dianalisis dengan model regresi logistik. Gambaran jenis kontrasepsi modern yang digunakan adalah metode kontrasepsi jangka pendek, sedangkan alasan responden melakukan perpindahan karena alasan efek samping, permasalahan akses dan ketersediaan, serta tidak adanya dukungan dari suami. Hasil bivariat menyatakan bahwa faktor predisposisi (umur, tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan,Sosio ekonomi , dan keinginan memiliki anak), faktor penguat (pengambil keputusan, kunjungan dan penyuluhan KB, dan keterpaparan media) serta faktor pemungkin yaitu kualitas pelayanan mempunyai hubungan yang signifikan dengan perpindahan kontrasepsi modern. Berdasarkan analisis multivariat, variabel tingkat pendidikan merupakan variabel yang paling kuat mempengaruhi perpindahan kontrasepsi modern dibandingkan variabel lainnya. Program KB perlu lebih berfokus kepada faktor demografi klien dengan memberikan pelayanan dan penyuluhan yang luas dan berkualitas sehingga tujuan program KB dapat tersampaikan dengan efektif dan tepat sasaran

Contraception is an effort to prevent pregnancy. This effort can be temporary or permanent by means of certain methods, tools and medicines. In Indonesia, contraception is regulated and implemented in the family planning program which aims to create quality families and achieve community welfare. This study aims to analyze the factors that influence the shift in the use of modern to traditional contraceptives among currently married women in Indonesia based on the 2017 IDHS data. The data collection method is cross sectional and analyzed with a logistic regression model. The description of the type of modern contraception used is the short-term contraceptive method, while the reasons for the respondents moving were due to side effects, problems of access and availability, and the absence of support from their husbands. The bivariate results state that predisposing factors (age, education level, level of knowledge, socioeconomics, and desire to have children), reinforcing factors (decision makers, family planning visits and counseling, and media exposure) and enabling factors, namely service quality have a significant relationship with displacement. modern contraception. Based on mutivariate analysis, the variable level of education is the variable that has the strongest influence on the transfer of modern contraception compared to other variables. Family planning programs need to focus more on client demographic factors by providing broad and quality service and counseling so that the objectives of the family planning program can be delivered effectively and on target.

Read More
T-5932
Depok : FKM-UI, 2020
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Surendra; Pembimbing: Mieke Savitri, Pujiyanto
T-1861
Depok : FKM UI, 2004
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Nurullita; Pembimbing: Ascobat Gani, Anwar Hasan
T-1719
Depok : FKM UI, 2003
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Rara Adril; Pembimbing: Jaslis Ilyas; Penguji: Helen Andriani, Masyitoh, Herlina Nasution, Darmayenti
Abstrak:
Triase dilakukan untuk menentukan prioritas penanganan pasien secara tepat berdasarkan tindakan perawatan yang tersedia. Namun, meningkatnya jumlah kunjungan pasien ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) secara global maupun di Indonesia menyebabkan kepadatan layanan dan memperpanjang waktu tunggu pasien untuk mendapatkan penanganan. Hal ini menuntut tanggung jawab dokter dan perawat dalam pengambilan keputusan triase yang cepat dan akurat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pengambilan keputusan triase oleh dokter dan perawat di IGD RSUD Prof. H. Muhammad Yamin, SH dan RSUD Padang Pariaman. Metode yang digunakan adalah kuantitatif dengan pendekatan cross-sectional. Data dianalisis menggunakan uji chi-square dan regresi logistik ganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara faktor pengetahuan terhadap pengambilan keputusan triase. Tidak ditemukan hubungan signifikan antara faktor pengalaman kerja, pelatihan, keterampilan, kerjasama tim, ketersediaan instrumen, usia, jenis kelamin, status pernikahan, latar belakang pendidikan, dan status kepegawaian terhadap pengambilan keputusan triase. Pengetahuan merupakan faktor dominan setelah dikontrol oleh variabel lain. Oleh karena itu, pelatihan triase yang terjadwal, berbasis bukti, dan didukung evaluasi berkelanjutan serta anggaran khusus penting untuk meningkatkan kepercayaan diri tenaga medis dalam pengambilan keputusan triase di IGD.

Triage is carried out to determine the appropriate prioritization of patient management based on the available treatment options. However, the increasing number of patient visits to Emergency Departments both globally and in Indonesia has resulted in overcrowding and longer patient waiting times. This situation demands greater responsibility from doctors and nurses to make accurate and timely triage decisions. This study aims to identify the factors related to doctors and nurses in triage decision making at the Emergency Departments of Prof. H. Muhammad Yamin SH Regional General Hospital and Padang Pariaman Regional General Hospital. The research used a quantitative method with a cross sectional approach. Data were analyzed using the chi square test and multiple logistic regression. The results showed a significant relationship between knowledge and triage decision making. No significant relationship was found for work experience, training, skills, teamwork, availability of instruments, age, gender, marital status, educational background, and employment status. Knowledge was identified as the dominant factor after controlling for other variables. Therefore, scheduled and evidence based triage training supported by continuous evaluation and dedicated budget allocation is essential to improve the confidence and competence of medical personnel in making triage decisions in the Emergency Department.
Read More
T-7274
Depok : FKM-UI, 2025
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Ridason; Pembimbing: Sandi Iljanto, Luknis Sabri
T-1858
Depok : FKM UI, 2004
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Zainuddin Noor; Pembimbing: Adi Sasongko, Sutanto Priyo Hastono
T-1843
Depok : FKM UI, 2004
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Reny Setiowati; Pembimbing: Dumilah Ayuningtyas; Penguji: Anhari Achadi, Puput Oktamianti, Didin Aliyudin, Upi Meikawati
Abstrak: Indonesia menempati urutan kesembilan dari dua puluh tujuh negara yangmemiliki beban MDR (Multi Drug Resistan) TB (Tuberkulosis) di dunia.Kegagalan konversi pada pasien TB paru merupakan salah satu penyebabterjadinya resisten OAT (Obat Anti Tuberkulosis). Pasien TB paru BTA (BasilTahan Asam) positif kategori I yang mengalami kegagalan konversi di puskesmaswilayah Kota Serang tahun 2014 sebanyak 49 pasien dari 602 pasien TB yangdiobati. Penelitian ini bertujuan mengetahui faktor-faktor yang berhubungandengan kegagalan konversi pasien TB paru BTA positif kategori I denganmenggunakan studi cross sectional. Uji statistik yang digunakan adalah regresilogistik terhadap 168 orang pasien TB paru BTA positif kategori I tahun 2014.Hasil penelitian diperoleh bahwa pasien TB paru BTA positif kategori I yangmengalami kegagalan konversi sebanyak 28%. Ada hubungan antara tingkatpendapatan, pengetahuan tentang TB, sikap pasien terhadap pengalaman terkaitTB, jarak dan akses ke puskesmas, kondisi lingkungan tempat tinggal, informasikesehatan dari petugas TB dan efek samping obat terhadap kegagalan konversipasien TB paru BTA positif kategori I. Faktor yang paling dominan berhubunganadalah informasi kesehatan dari petugas TB (nilai p value = 0,002, OR 33,217,95% CI 3,600-306,497). Disimpulkan bahwa peran petugas kesehatan sangatberpengaruh terhadap keberhasilan pengobatan pasien TB paru. Diperlukankomitmen petugas dalam menjalankan fungsi kesehatan masyarakat di antaranyameningkatkan kemampuan petugas dalam memberikan informasi kesehatan sertamenjalin kerjasama dengan pasien dan keluarganya untuk terus memberikanpendampingan dan pemberian motivasi selama pengobatan sehingga mencegahterjadinya kegagalan konversi yang dapat berpengaruh terhadap keberhasilanpengobatan.Kata kunci: TB, kegagalan konversi, BTA positif, kategori I.
Read More
T-4591
Depok : FKM-UI, 2016
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Khaula Karima; Pembimbing: Adang Bachtiar; Penguji: Puput Oktamianti, Purnawan Junadi, Nana Mulyana, Sulistyo
Abstrak:
Ketepatan waktu merupakan kinerja utama dari sistem surveilans. Pencegahan dan pengendalian TBC memerlukan pelaporan yang lengkap dan tepat waktu agar dapat dilakukan investigasi kontak dan pengobatan. Pada penelitian ini ketepatan waktu pelaporan digambarkan dengan interval tanggal register pasien TBC saat menjadi terduga TBC dengan tanggal input pelaporan TBC di SITB dengan batas waktu 7 hari. Berbagai penelitian menunjukkan sejumlah faktor yang berhubungan dengan ketepatan waktu pelaporan, seperti jenis fasilitas kesehatan, kepemilikan fasilitas kesehatan, karakteristik pasien, dan beberapa faktor lainnya yang digambarkan oleh Donabedian (1988) sebagai faktor input, proses, dan output. Penelitian ini adalah penelitian cross-sectional dengan pendekatan mixed method sequential design diawali analisis kuantitatif data SITB di Provinsi Jawa Barat tahun 2021 dan 2022 dengan uji chi square dan uji regresi logistik ganda, dilanjutkan dengan penelitian kualitatif. Proporsi laporan TBC tepat waktu di Jawa Barat meningkat dari 46,7% (2021) menjadi 56,7% (2022). Hasil uji chi square menunjukkan waktu register pasien TBC, jenis faskes yang melapor, kepemilikan faskes yang melapor, riwayat penyakit TBC pasien, jenis kasus TBC, volume kasus di kabupaten/kota, status kerja sama faskes dengan BPJS Kesehatan, usia, dan jenis kelamin pasien berhubungan dengan ketepatan waktu pelaporan TBC di 2021 dan 2022. Setelah dikontrol variabel lainnya, analisis multivariat menyimpulkan jenis faskes merupakan faktor yang paling berhubungan dengan ketepatan waktu pelaporan TBC di Jawa Barat. Odss tertinggi pada lapas rutan (2021=10,6 CI : 6,9-16,4; dan 2022=5,4 CI=3,8-7,6) dengan rentang confident interval yang cukup besar, dan BP4/BBKPM/BKPM (2021=3,4 CI:3,1-3,5 dan 2022=4,6 CI: 3,2-3,9) dibandingkan dengan Puskesmas. Hasil penelitian kualitatif menjelaskan keterkaitan kompetensi petugas, kebijakan, infrastruktur, persepsi manfaat, dan persepsi penggunaan sistem informasi dengan ketepatan waktu pelaporan TBC. Dengan demikian, intervensi untuk meningkatkan kualitas data TBC memperhatikan jenis fasilitas kesehatan, mendorong kebijakan yang meningkatkan keterlibatan fasilitas pelayanan kesehatan swasta, mengoptimalkan mekanisme umpan balik pelaporan TBC, serta memperkuat sistem informasi elektronik TBC yang mendukung output operasional penggunanya di faskes sangat penting.

Timeliness of report is one of the key metrics in surveillance system. Prevention and control of Tuberculosis requires complete and timely reporting so that contact investigations and treatment can be carried out immediately. In this study, the timeliness of reporting is described by the interval between the date of registration of a TB patient when as suspected TB and the date of input registration input into TB Information system (SITB). The categorization of timely report determined by 7 days of interval, which is also referred to by the Ministry of Health in the Zero Reporting intervention. Various studies show factors related to the timeliness of reporting, i.e., type of health facility, type of provider, patient characteristics, and other factors described by Donabedian (1988) as input, process and output factors. This study using mixed method sequential design with quantitative research using SITB data continued with qualitative research. The chi square test to analyze qualitative data continued with logistic regression. The proportion of timely TB reports in West Java increased from 46.7% to 56.7%. The chi-square test shows registration time for TB patients, type of reporting health service facility, type of provider, TB patient treatment history, type of TB case, TB case volume in the districts, cooperation status with BPJS Kesehatan, patient age, and patient gender is related to the timeliness of TB reporting in 2021 and 2022. After controlling other variables, the multivariate analysis concluded that the type of health facility is the most related factor to the timeliness of TB reporting in West Java in 2021 and 2022. The highest odds were in prisons (2021=10.6 CI: 6.9-16.4; and 2022=5.4 CI=3.8-7.6) with a large confidence interval range, and BP4/BBKPM/ BKPM (2021=3.4 CI:3.1-3.5 and 2022=4.6 CI: 3.2-3.9) compared to Puskesmas. The results of qualitative research explain the relationship between officer competency, policy, infrastructure, perceived of benefits, and perceived of information systems usefulness with the timeliness of TB reporting. Thus, interventions to improve the quality of TB data by looking at the type of health facility, encouraging policies that increase the involvement of private provider, optimizing the feedback mechanism for TB reporting, and strengthening the electronic TB information system that supports the operational output of its users in health facilities are imperative.
 
Read More
T-6964
Depok : FKM UI, 2024
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Evita Diniawati; Pembimbing: Adik Wibowo; Penguji: Anhari Achadi, Puput Oktamianti, Ina Rosalina
Abstrak: Peningkatan derajat kesehatan masyarakat dapat diwujudkan melalui pelayanan konvensional dantradisional. Pelayanan kesehatan tradisional mengusung paradigma sehat yang menitikberatkan pada sisisehat, komplementer dari pelayanan kesehatan konvensional dan upaya promotif preventif. Puskesmasmerupakan fasilitas pelayanan kesehatan yang mengutamakan promotif dan preventif untukmeningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Indikator puskesmas yang menyelenggarakan kesehatantradisional apabila memenuhi salah satu kriteria: mempunyai tenaga terlatih kesehatan tradisional, melaksanakan pembinaan, dan melaksanakan asuhan mandiri kesehatan tradisional. Provinsi Jawa Baratmempunyai jumlah puskesmas menyelenggarakan kesehatan tradisional lebih sedikit dibandingkandengan provinsi lain di pulau Jawa. Kabupaten Bogor sebagai kabupaten terpadat di Jawa Barat sudahmempunyai bidan/perawat terlatih akupresur di Puskesmas Ciawi, Puskesmas Caringin, dan PuskesmasCiomas. Tujuan penelitian ini yaitu untuk menggali informasi implementasi kesehatan tradisional diPuskesmas Ciawi, Puskesmas Caringin, dan Puskemas Ciomas. Penelitian ini merupakan penelitiankualitatif dengan metode telaah dokumen, pengamatan, dan wawancara mendalam. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa tidak dilaksanakan pelayanan akupresur di ketiga puskesmas karena dipengaruhioleh beban kerja tenaga kesehatan, pembinaan kesehatan tradisional dapat ditingkatkan melaluiinventarisasi data kesehatan tradisional, identifikasi pelayanan kesehatan tradisional di wilayah kerjanya,dan pembinaan kepada penyehat tradisional. Ketiga puskesmas karena tidak mempunyai tenaga terlatihasuhan mandiri namun dapat dilaksanakan pemberdayaan masyarakat dengan TOGA dan sosialiasasiakupresur untuk keluhan ringan.
Kata kunci: Implementasi, kesehatan tradisional, puskesmas
Increasing public health status can be manifested through conventional and traditional medicines.Traditional medicines carry a health paradigm that focuses on the healthy, complementary side ofconventional medicine and preventive promotive efforts. Puskesmas is a health service facility thatprioritizes promotive and preventive to improve community health status. Puskesmas can be saidimplementing traditional health if they meet one of the criteria: have traditional medicine-trained staff,carry out coaching, and perform self-care traditional medicine. West Java Province has a smaller numberof health centers providing traditional health compared to other provinces in Java. Kabupaten Bogor(District of Bogor) as the most densely populated in the West Java Province has its midwives and nursesAnalisis implementasi..., Evita Diniawati, FKM UI, 2018ixUniversitas Indonesiacertified in acupressure in these Puskesmas: Ciawi, Caringin, and Ciomas. This study aims to discoverinformation of how traditional health program being implemented in Puskesmas Ciawi, PuskesmasCaringin, and Puskesmas Ciomas. This qualitative study uses following methods: document review,observation, and in-depth interview. The study reveals there were no acupressure services in those threepuskesmas because the health workers were kept occupied by other workload, traditional health guidancecould be improved through an inventory of traditional health data, identification of traditional healthservices in their working areas, and guidance to traditional health professionals. The three puskesmas didnot implement self-care traditional medicine because they do not have trained independent care staff butcan be implemented by community empowerment with TOGA and acupressure socialization for minorcomplaints.
Key words: implementation, integration, traditiona l medicine, primary health care
Read More
T-5334
Depok : FKM UI, 2018
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive