Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 32899 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Sofia Rizki Aulia; Pembimbing: Laila Fitria; Penguji: Bambang Wispriyono, Adi Rusmiati
S-10279
Depok : FKM UI, 2020
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Basuki Kartono; Pembimbing: Rachmadi Purwana, I Made Djaja; Penguji: Ririn Arminsih Wulandari, Hendri Hendriyan
Abstrak:

Dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2006 telah terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) difteri di Kabupaten Tasikmalaya pada kelompok umur 1 ? 15 tahun sebanyak 55 anak (15 kasus meninggal, AR = 0,45% dan CFR = 31,91%). Pada Januari 2007 juga telah terjadi KLB difteri di Kabupaten Garut pada kelompok umur kasus 2 ? 14 tahun sebanyak 17 anak (2 kasus meningal, CFR = 11,76%, AR = 1,5%). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan lingkungan rumah dengan kejadian difteri pada Kejadian Luar Biasa (KLB) difteri tersebut. Penelitian menggunakan desain kasus kontrol. Kasus berasal dari 15 desa lokasi KLB difteri sebanyak 72 anak dan kontrol berasal dari 1 desa terpilih secara random yang bukan dari kecamatan lokasi KLB difteri sebanyak 72 anak. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara dengan ibu anak pada kelompok kasus maupun kelompok kontrol menggunakan kuesioner untuk mendapatkan data lingkungan rumah, sumber penularan, status imunisasi dan pengetahuan ibu. Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa variabel yang berhubungan bermakna dengan kejadian difteri adalah kepadatan hunian ruang tidur, kelembaban dalam rumah, jenis lantai rumah, sumber penularan, status imunisasi dan pengetahuan ibu. Disimpulkan bahwa lingkungan rumah, pengetahuan ibu dan sumber penularan bukanlah faktor utama yang mempengaruhi terjadinya difteri, sedangkan yang paling dominan dalam mempengaruhi kejadian difteri adalah status imunisasi, yaitu risiko terjadinya difteri pada anak dengan status imunisasi DPT/DT yang tidak lengkap 46,403 kali lebih besar dibandingkan dengan anak dengan status imunisasi yang lengkap. Untuk itu cakupan program imunisasi hendaknya makin ditingkatkan sehingga semua anak terlindungi oleh imunisasi difteri.


 

Since 2005 up to 2006 diphtheria out break had occur in Tasimalaya District among 1 ? 15 year old children. Total cases are 55 children with cases died with the Case Fatality Rate (CFR) 31.91%. Further on, January 2007 the same out break occur in Garut District, with 17 cases and 2 cases died (CFR 11.76%). Research objective is to identify the correlation of housing environmental condition with the diphtheria out break. Design study was case control study. The amount of 72 cases had taken from the 15 villages on the out break areas and the same amount (72) non cases taken from the village out of the out break areas. Data were collected through interviewed with structure questioner with the mother as the respondent. Data collected were housing environment, the source of infection, immunization status, and mother knowledge concerning the diphtheria. Research conclude that factors involved in diphtheria out break are housing member room density, housing humidity, quality of the floor, the source of the infection, immunization status of the children, and mother knowledge about the disease. The importance factors for the diphtheria out break are immunization status, with the OR of 46.403 greater of non immunization children compare with those had immunization. Therefore immunization program should be further intensified in order to give fully diphtheria protection for the hole children population in those areas.

Read More
T-2606
Depok : FKM-UI, 2007
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Danang Susanto; Pembimbing: Haryoto Kusnoputranto; Penguji: Budi Hartono, Nur Afiyah
Abstrak: ABSTRAK
 
 
Demam Chikungunya disebabkan oleh infeksi virus yang ditularkan melalui
 
gigitan nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus. Penelitian ini bertujuan
 
untuk mengetahui faktor lingkungan dan perilaku yang mempengaruhi terjadinya
 
Kejadian Luar Biasa (KLB) demam Chikungunya di RW 03 Kelurahan
 
Bojongsari Baru, Kecamatan Bojongsari, Kota Depok pada bulan Maret-Mei
 
2011. Desain studi yang digunakan adalah kasus kontrol dengan jumlah kasus dan
 
kontrol masing-masing sebanyak 40 responden. Teknik pengambilan sampel
 
menggunakan Simple Random Sampling. Hasil penelitian dengan uji chi square
 
(CI=95%) mendapatkan hasil tidak terdapat variabel penelitian yang memiliki
 
hubungan bermakna. Disarankan kepada pemerintah Kota Depok untuk
 
meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat dilingkungan sekitar
 
rumah melalui program yang intensif.
 

 
ABSTRACT
 
 
Chikungunya fever is caused by a viral infection occurs through the bite of the
 
mosquito Aedes Aegypti and Aedes Albopictus. This study aims to determine the
 
environmental and behavioral factors that influence the occurrence of
 
Chikungunya outbreak at RW 03 Bojongsari Baru, Bojongsari Sub-district, Depok
 
in March-May 2011. Research design is case control study. The number of case
 
group and control group is 40 patient. The sampling technique using Simple
 
Random Sampling. The results by chi square test (CI=95%) showing there is no
 
variables involved. Recommended to the government of Depok City to improve
 
hygiene behavior and healthy in the neighborhood through intensive programs.
Read More
S-6574
Depok : FKM-UI, 2011
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Dewi Susanna
PP-134
Depok : FKM-UI, 2021
Pidato Pengukuhan Guru Besar   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Yosi Purnama Sari; Pembimbing: Zakianis; Penguji: Budi Hartono, Desy Mery Dorsanti
Abstrak: Pada tahun 2018, KLB diare di DKI Jakarta sebanyak 124 kasus yang tersebar di beberapa Kecamatan. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran dan menganalisis secara statistik faktor lingkungan, permukiman kumuh dan bantaran sungai, kepadatan penduduk dengan kasus KLB diare di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2018. Desain penelitian yang digunakan yakni studi ekologi dengan menggunakan data sekunder yang berasal dari data Potensi Desa Tahun 2018 dan data Kependudukan yang berasal dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi DKI Jakarta dan menampilkan hasil dengan analisis spasial, meliputi variabel-variabel kasus KLB diare, pembuangan sampah, tempat pembuangan sampah sementara (TPS), jamban keluarga, tempat pembuangan akhir tinja, pembuangan limbah cair, sumber air bersih, sumber air minum, permukiman kumuh, permukiman bantaran sungai, dan kepadatan penduduk. Hasil penelitian ini ditemukan hubungan signifikan antara permukiman kumuh dengan kasus KLB diare tahun 2018 di DKI Jakarta. Secara spasial mengindikasikan adanya hubungan antara keberadaan TPS, sumber air minum, permukiman kumuh, permukiman bantaran sungai dan kepadatan penduduk dengan kejadian KLB diare. Kesimpulan dari penelitian ini yakni kondisi sanitasi secara umum di DKI Jakarta memiliki kondisi yang lebih baik dari angka nasional, namun tingkat kepadatan peduduk di DKI Jakarta melebihi tingkat kepadatan nasional. Daerah tingkat kerawanan terjadi KLB diare yang tinggi terdapat pada 5 kecamatan. Upaya pencegahan peningkatan jumlah kasus KLB diare yang memiliki hubungan dengan sanitasi lingkungan sebaiknya dilakukan kerjasama dengan lintas sektor guna memenuhi cakupan sarana sumber air minum, pengelolaan tinja, pengelolaan limbah cair, relokasi permukiman, dan persebaran penduduk. Kata kunci: KLB diare, sanitasi, permukiman kumuh, kepadatan penduduk In 2018, outbreaks of diarrhea in DKI Jakarta were 124 cases spread across several districts. This research aims to provide an overview and statistically analyze environmental factors, slums and riverbanks, population density with the case of diarrhea outbreaks in DKI Jakarta in 2018. The design of the study uses an ecological study using secondary data from Potensi Desa 2018 data and Population data and presented the result with spatial analysis, including case variables Outbreaks of diarrhea, waste management, temporary landfills (TPS), family latrines, fecal landfills, disposal waste water, clean water, drinking water, slums, riverbank settlements, and population density. The results from this research found a significant association between slums and diarrhea outbreaks in 2018 in DKI Jakarta. Spatially indicate a relationship between the existence of temporary landfills, drinking water sources, slums, riverbank settlements and population density with the occurrence of diarrhea outbreaks. The conclusion from this research is that sanitation conditions in DKI Jakarta have better conditions than the national rate, but the population density in DKI Jakarta exceeds the national density level. Areas with high levels of vulnerability occur outbreaks of diarrhea that are high in 5 districts. To prevent the increasing number of cases of diarrhea outbreaks associated with environmental sanitation should be cooperation across the sector to meet the scope of drinking water, family latrines, disposal wastewater, settlement relocation, and population distribution. Keywords: diarrhea outbreak, sanitation, slums, population density
Read More
S-10499
Depok : FKM-UI, 2020
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Septia Rini Rizki; Pembimbing: Ema Hermawati; Penguji: Ririn Arminsih Wulandari, Budi Hartono, Didik Supriyono, Yulia Fitri Ningrum
Abstrak:
Kota Depok merupakan salah satu kota di Provinsi Jawa Barat yang tercatat memiliki kasus diare tertinggi, dimana salah satu kecamatan dengan kasus diare terbanyak adalah Kecamatan Tapos dengan jumlah 1.274 kasus. Beberapa faktor risiko penyakit diare adalah mengkonsumsi air atau makanan yang terkontaminasi tinja, serta perilaku higiene ibu dan sanitasi rumah tangga yang buruk. Kontaminasi tinja dalam makanan atau air minum dapat dilihat dari jumlah kandungan bakteri Escherichia coli. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara keberadaan Escherichia coli dalam air minum, perilaku higiene ibu dan sanitasi rumah tangga dengan kejadian diare pada balita di Kecamatan Tapos. Penelitian merupakan studi cross sectional dengan total 100 responden yang terbagi di 7 kelurahan (Tapos, Cilangkap, Cimpaeun, Sukamaju Baru, Jatijajar, Sukatani, dan Leuwinanggung) dan diambil dengan metode simple random sampling. Sampel air minum rumah tangga diuji dengan metode MPN (Most Probable Number) di Laboratorium FKM UI. Sementara data perilaku higiene ibu dan sanitasi rumah tangga didapatkan dengan metode wawancara dan observasi langsung ke rumah responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 29% balita mengalami diare dan 93% air minum tidak memenuhi syarat. Hasil uji statistik didapatkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu mengenai diare (p = 0,045; OR = 3; CI: 1,13- 7,95) dan kebiasaan cuci tangan (p = 0,017; OR = 3,7; CI: 1,36-10,18) dengan kejadian diare pada balita di Kecamatan Tapos. Sementara pengetahuan ibu mengenai higiene (p = 0,072; OR = 8,07; CI: 0,8-81,16), kebiasaan gunting kuku (p = 0,781; OR = 1,3; CI: 0,48-3,51), kebiasaan menutup hidangan makanan (p = 0,626; OR = 1,6; CI: 0,26-10,61), dan kebiasaan memasak dan menyimpan air minum (p = 0,548; OR = 1,5; CI: 0,51-4,87) tidak memiliki hubungan dengan kejadian diare pada balita. Kesimpulan dari penelitian ini adalah kebiasaan cuci tangan merupakan faktor risiko dan menjadi faktor yang paling dominan dalam mempengaruhi kejadian diare pada balita di Kecamatan Tapos

Depok is one of the cities that has the highest diarrhea cases, where is the districts with the most diarrhea cases is Tapos District with 1,274 cases. Some risk factors for diarrheal disease are consuming water contaminated with feces, maternal hygiene behavior, and poor household sanitation. Fecal contamination in drinking water can be seen from the amount of Escherichia coli bacteria. The purpose of this study was to determine the relationship between Escherichia coli in drinking water, maternal hygiene behavior, and household sanitation with the incidence of diarrhea in infants in Tapos District. The study was a cross sectional with a total of 100 respondents divided into 7 villages (Tapos, Cilangkap, Cimpaeun, Sukamaju Baru, Jatijajar, Sukatani, and Leuwinanggung). Household drinking water samples were tested by the MPN (Most Probable Number) method at the Laboratory of Public Health Faculty University of Indonesia. While data on maternal hygiene behavior and household sanitation  were obtained by interview and direct observation to the respondent's house. The results showed that 29% of children under five experienced diarrhea and 93% of drinking water did not meet the requirements. Statistical test results found that there is a relationship between maternal knowledge about diarrhea (p = 0,045; OR = 3 CI: 1,13-7,95) and hand washing habits (p = 0,017; OR = 3,7 CI: 1,36-10,18) with the incidence of diarrhea in infants in Tapos District. While there was no relationship between maternal knowledge about hygiene, the habit of nail clip, the habit of closing food, and the habit of cooking and storing drinking water with the incidence of diarrhea in toddlers in Tapos District.

Read More
T-5898
Depok : FKM-UI, 2020
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Desy Safitri; Pembimbing: Haryoto K; Penguji: Suyud Warno Utomo, Inswiasari
Abstrak: Pneumonia pada balita masih merupakan masalah kesehatan utama baik di dunia maupun di Indonesia. Di Indonesia, Pneumonia merupakan penyebab kematian nomor dua pada bayi dan anak balita. Kecamatan Cakung merupakan salah satu daerah yang memiliki kasus pneumonia pada balita yang cukup banyak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian pneumonia pada balita di wilayah Puskesmas Kecamatan Cakung. Penelitian ini menggunakan desain studi case control. Populasi penelitian adalah balita usia 12-59 bulan yang berada di Wilayah Puskesmas Kecamatan Cakung. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara paparan asap rokok dalam rumah (OR=4,67; 1,19-18,33); tingkat konsumsi rokok (OR=2,77; 1,12-6,86), pencahayaan alami dalam rumah (OR=5,16; 1,94-13,70); pengetahuan ibu (OR=3,85; 1,12-13,25), status gizi (OR=9,14; 1,90-43,89), riwayat imunisasi (OR=3,85; 1,12-13,25) dan riwayat ASI ekslusif (OR=3,11; 1,24-7,78) terhadap kejadian pneumonia pada balita di wilayah Puskesmas Kecamatan Cakung. Faktor yang diprediksi paling dominan mempengaruhi kejadian pneumonia adalah status gizi (OR=5,607; 1,082-29,058).

Kata Kunci: Pneumonia, Balita, Fakto Risiko

Pneumonia in children under five is still major public health problem in the world or in Indonesia. In Indonesia, Pneumonia is the number two cause of death in infants and children under five. Cakung sub-district is one of the areas that have quite a lot cases of pneumonia in children under five. This study aimed to determine the risk factors associated with the incidence of pneumonia in children under five in the region of Cakung sub-district health center. This study uses a case control study design. The population in this study are all of children aged 12 month until 59 months who lived in the region of Cakung sub-district health center. The results of this study indicate that there was a significant correlation between exposure to secondhand smoke in the home (OR = 4.67; 1.19 to 18.33); the number of ciggarates smoked per day (OR=2,77; 1,12-6,86), lighting in the home (OR = 5.16; 1.94 to 13.70), knowledge of mothers (OR = 3.85; 1.12 to 13.25), nutritional status (OR = 9.14; 1.90 to 43.89), immunization history (OR = 3.85; 1.12 to 13 , 25) and a history of exclusive breastfeeding (OR = 3.11; 1.24 to 7.78) with the incidence of pneumonia among children under five in the region of Cakung sub-district health center. The variable that predicted the most dominant cause of pneumonia is the nutritional status (OR = 5.607; 1.082 to 29.058).

Keywords: Pneumonia, Children under five, Risk factors
Read More
S-8655
Depok : FKM UI, 2015
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Rabiatul Adawiah; Pembimbing: Dewi Susanna; Penguji: Bambang Wispriyono, Zakianis, Yulia Fitria Ningrum, Aria Kusuma
Abstrak:

Penyakit diare menjadi salah satu gangguan gastrointestinal yang sering terjadi pada anak usia balita dan menjadi penyebab utama morbiditas dan mortalitas. Provinsi Papua Pegunungan memiliki capaian sanitasi rendah dan prevalensi diare balita tertinggi di Indonesia pada tahun 2023. Faktor lingkungan dan faktor ibu merupakan faktor yang saling berkaitan dengan kejadian diare pada anak balita. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis faktor risiko kejadian diare pada anak balita di Provinsi Papua Pegunungan. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dan sumber data diperoleh dari Survei Kesehatan Indonesia tahun 2023 dengan jumlah sampel yang dianalisis sebesar 266 anak usia 0-59 bulan di Provinsi Papua Pegunungan. Analisis data dilakukan secara univariat, bivariat menggunakan uji Chi-Square dan multivariat menggunakan regresi logistik model determinan. Hasil menunjukkan ada hubungan antara sumber air minum, akses sanitasi, jenis lantai dan pendidikan ibu dengan kejadian diare pada anak balita. Pendidikan ibu rendah merupakan faktor paling dominan berpengaruh terhadap kejadian diare. Anak balita yang berasal dari ibu dengan pendidikan rendah akan berisiko 2,832 kali lebih besar untuk mengalami diare dibandingkan anak balita yang berasal dari ibu dengan pendidikan tinggi. Diperlukan kerjasama dari pemerintah dan masyarakat dalam peningkatan akses pendidikan yang merata disetiap wilayah serta kolaborasi penyelenggara kesehatan untuk meningkatkan pendidikan kesehatan melalui promosi kesehatan terpadu terkait perilaku hidup bersih dan sehat dalam lingkungan rumah tangga.


Diarrhea is one of the most common gastrointestinal disorders in children under five years of age and is a major cause of morbidity and mortality. Papua Pegunungan Province has the lowest sanitation achievement and the highest prevalence of under five years of diarrhea in Indonesia by 2023. Environmental factors and maternal factors are interrelated with the incidence of diarrhea in children under five years. The purpose of this study was to analyze the risk factors for the incidence of diarrhea in children under five years in Papua Pegunungan Province. This study used a cross sectional design and the data source from the Indonesian Health Survey in 2023 with a total sample of  266 children aged 0-59 months in Papua Pegunungan Province. Data were analyzed univariate, bivariate with Chi- Square test and multivariate with logistic regression of determinant models. Results showed an association between drinking water source, sanitation access, floor type and mother's education with the incidence of diarrhea in children under five. Low maternal education is the most dominant factor affecting the incidence of diarrhea. Children under five who come from mothers with low education will be at risk 2,832 times greater to experience diarrhea than children under five who come from mothers with high education. Cooperation is needed from the government and the community to increasing access to education that is evenly distributed in each region and collaboration of health providers to improve health education through integrated health promotion related to clean and healthy living behaviors in the household environment.

 

Read More
T-7240
Depok : FKM-UI, 2025
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Grace Hana Rapar; Pembimbing: Ema Hermawati; Penguji: R. Budi Haryanto, Rosiana
Abstrak:

Asma merupakan salah satu penyakit pernapasan kronis yang dapat menyerang semua kelompok usia. Prevalensi penyakit asma terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2019, tercatat sebanyak 262 juta penduduk dunia menderita penyakit asma dan sebanyak 461.000 kematian akibat asma. Pada tingkat nasional, prevalensi penyakit asma mencapai 2,4% pada tahun 2018. Tana Toraja merupakan salah satu kabupaten/kota yang termasuk dalam 10 kabupaten/kota di Indonesia dengan prevalensi asma tertinggi secara nasional (9,5%). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara faktor risiko lingkungan rumah dengan kejadian asma di Kabupaten Tana Toraja. Variabel independen yang diteliti dalam penelitian ini adalah pajanan asap rokok, asap kayu bakar, dan asap obat bakar nyamuk, keberadaan hewan peliharaan, tikus, kecoa, karpet lantai, polen, dan jamur, serta riwayat asma keluarga. Penelitian ini dilakukan menggunakan desain penelitian case control. Sebanyak 148 masyarakat Tana Toraja terpilih dan bersedia mengikuti penelitian. Data penelitian diperoleh melalui pengisian kuesioner online dan wawancara via telepon. Data kemudian dianalisis secara univariat, bivariat, dan multivariat menggunakan software IBM SPSS Statistics 22. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pajanan asap kayu bakar (OR = 2,39; 95% CI = 1,13-5,04) dan riwayat asma keluarga (OR = 6,04; 95% CI = 2,26-16,11) merupakan faktor risiko penyakit asma dan memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian asma. Sedangkan pajanan asap rokok (OR = 1,57; 95% CI = 0,79-3,14), obat bakar nyamuk (OR = 0,56; 95% CI = 0,17-1,80) keberadaan anjing (OR = 1,03; 95% CI = 0,39-2,73), kucing (OR = 0,69; 95% CI = 0,35-1,40), burung (OR = 0,94; 95%CI = 0,31-2,88), tikus (OR = 1,19; 95% CI = 0,60-2,39), kecoa (OR = 0,86; 95% CI = 0,41-1,79), karpet lantai (OR = 0,88; 95% CI = 0,44-1,75), polen (OR = 1,87; 95% CI = 0,91-3,87), dan jamur (OR = 0,61; 95% CI = 0,27-1,39) tidak memiliki hubungan bermakna dengan kejadian asma secara statistik. Berdasarkan hasil analisis multivariat diketahui bahwa riwayat asma keluarga merupakan faktor risiko yang paling berpengaruh terhadap kejadian asma di Tana Toraja (p = 0,000).


 

Asthma is a chronic respiratory disease that can affect all age groups. The prevalence of asthma continues to increase from year to year. In 2019, there were 262 million people worldwide suffering from asthma and as many as 461,000 deaths from asthma. At the national level, the prevalence of asthma reached 2.4% in 2018. Tana Toraja is one of the 10 districts/cities in Indonesia with the highest prevalence of asthma nationally (9,5%). This study aims to determine the relationship between risk factors in the home environment and the incidence of asthma in Tana Toraja Regency. The independent variables examined in this study were exposed to cigarette smoke, firewood smoke, and mosquito coils, the presence of pets, rats, cockroaches, floor carpets, pollen, and mold, and a family history of asthma. This research was conducted using a case-control tool research design. A total of 148 people from Tana Toraja were selected and agreed to participate in the research. The research data was obtained by filling out online questionnaires and telephone interviews. Data were then analyzed univariately, bivariate, and multivariate IBM SPSS Statistics 22 software. The results showed that exposure to firewood smoke (OR = 2,39; 95% CI = 1,13-5,04) and a family history of asthma (OR = 6,04; 95% CI = 2,26-16,11) is a risk factor for asthma and a significant relationship with the incidence of asthma. While exposure to cigarette smoke (OR = 1,57; 95% CI = 0,79-3,14), mosquito coils (OR = 0,56; 95% CI = 0,17-1,80) the presence of dogs (OR = 1,03; 95%CI = 0,39-2,73), cats (OR = 0,69; 95%CI = 0,35-1,40), birds (OR = 0,94; 95%CI = 0,31-2,88), mice (OR = 1,19; 95%CI = 0,60-2,39), cockroaches (OR = 0,86; 95%CI = 0,41-1,79 ), floor carpet (OR = 0,88; 95%CI = 0,44-1,75), pollen (OR = 1,87; 95%CI = 0,91-3,87), and mold (OR = 0,61; 95% CI = 0,27-1,39) did not have a statistically significant relationship with the incidence of asthma. Based on the results of a multivariate analysis it is known that a family history of asthma is the most important risk factor for the incidence of asthma in Tana Toraja (p = 0,000).

Read More
S-11217
Depok : FKM-UI, 2023
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Airadiba Hadad; Pembimbing: Ririn Arminsih; Penguji: Budi Hartono, Yulia Fitria Ningrum
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proporsi diare pada balita di DKI Jakarta dan mengetahui hubungan sumber air minum, pengolahan air minum, fasilitas sanitasi, fasilitas cuci tangan, suplementasi vitamin A, dan pendidikan ibu sebagai faktor risiko terhadap kejadian diare pada balita. Desain penelitian menggunakan desain studi potong lintang dengan menggunakan data sekunder dari SDKI 2017. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh balita usia 0-59 bulan yang tercatat dalam data Provinsi DKI Jakarta sebagai bagian dari sampel SDKI 2017. Dari 695 sampel balita hidup, didapatkan 370 sampel yang memenuhi kriteria. Analisis yang dilakukan adalah analisis univariat dan bivariat.
Read More
S-10584
Depok : FKM UI, 2021
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive