Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 43484 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Danastri Widoningtyas; Pembimbing: Krisnawati Bantas; Penguji: Ratna Djuwita, Rofingatul Mubasyiroh
S-10407
Depok : FKM UI, 2020
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Galuh Areta Trustha; Pembimbing: Yovsyah; Penguji: Trisari Anggondowati, Dyah Armi Riana
Abstrak:
Sindrom metabolik atau sindrom X merupakan kondisi yang berpotensi meningkatkan risiko seseorang mengalami penyakit tidak menular. Berdasarkan data Riskesdas 2013, prevalensi sindrom metabolik di Indonesia mencapai 39% dan lebih banyak terjadi pada wanita. Gaya hidup berpotensi mempengaruhi terjadinya sindrom metabolik. Namun, penelitian terdahulu tentang hubungan gaya hidup yang meliputi aktivitas fisik, pola makan dan merokok terhadap sindrom metabolik menunjukkan hasil yang beragam. Selain itu, belum ada penelitian tentang sindrom metabolik spesifik pada populasi wanita di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan gaya hidup dengan kejadian sindrom metabolik pada wanita usia ≥15 tahun di Indonesia. Desain studi yang digunakan adalah cross-sectional dengan sumber data dari Riskesdas 2018. Hasil penelitian menunjukkan prevalensi sindrom metabolik pada wanita usia ≥15 tahun di Indonesia sebesar 37,6%. Umur berhubungan signifikan dengan kejadian sindrom metabolik pada wanita (PR=1,711; 95% CI=1,640-1,785; nilai P=0,001). Dalam penelitian ini, aktivitas fisik, merokok, konsumsi makanan manis, minuman manis, makanan berlemak, soft drink, buah, dan sayur tidak terbukti berhubungan secara statistik dengan sindrom metabolik. Karena tingginya prevalensi sindrom metabolik pada wanita di Indonesia, perlu untuk meningkatkan program skrining, seperti pengukuran lingkar perut, tekanan darah, dan gula darah secara rutin. Selain itu, perlu untuk menerapkan gaya hidup sehat bagi wanita untuk mencegah terjadinya sindrom metabolik.

Metabolic syndrome or syndrome X is a condition that can increase a person's risk of developing non-communicable diseases. Based on Riskesdas 2013 data, the prevalence of metabolic syndrome in Indonesia reaches 39% and is more prevalent in women. Lifestyle has the potential to influence the incidence of metabolic syndrome. However, previous research on the relationship between lifestyle including physical activity, diet and smoking on metabolic syndrome has shown mixed results. In addition, there has been no research on specific metabolic syndrome in women in Indonesia. This study aims to determine the relationship between lifestyle and the incidence of metabolic syndrome in women aged ≥15 years in Indonesia. The study design used was cross-sectional with data sources from Riskesdas 2018. The results showed that the prevalence of metabolic syndrome in women aged ≥15 years in Indonesia was 37.6%. Age is significantly associated with the incidence of metabolic syndrome in women (PR=1.711; 95% CI=1.640-1.785; P=0.001). In this study, physical activity, smoking, consumption of sweet foods, sweet drinks, fatty foods, soft drinks, fruit and vegetables were not statistically proven to be associated with metabolic syndrome. Due to the high prevalence of metabolic syndrome among women in Indonesia, it is necessary to improve screening programs, such as routine measurements of abdominal circumference, blood pressure and blood sugar. In addition, it is necessary to adopt a healthy lifestyle for women to prevent metabolic syndrome.
Read More
S-11240
Depok : FKM-UI, 2023
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Mutia Nafisah Zahra; Pembimbing: Helda; Penguji: Tri Yunis Miko Wahyono, Telly Purnamasari Agus
Abstrak: Prevalensi diabetes melitus (DM) di Indonesia mengalami peningkatan baik berdasarkan diagnosis dokter ataupun pemeriksaan kadar glukosa darah. Selain itu, DM menyumbang tingkat kematian yang tinggi, morbiditas di semua kelompok umur, serta memberikan pembebanan pada biaya kesehatan. Asma merupakan penyakit pernapasan kronis yang menjadi faktor risiko potensial DM mengalami peningkatan jumlah penderita, penyebab morbiditas orang dewasa, peningkatan angka kematian serta tingginya beban kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan asma dengan kejadian DM tipe 2 pada penduduk usia ≥ 15 tahun di Indonesia. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional dengan sumber data sekunder Riskesdas 2018. Terdapat 23.119 sampel yang sesuai dengan kriteria studi. Proporsi kejadian DM tipe 2 sebesar 14,8% dan proporsi kejadian asma sebesar 3,1%. Proporsi DM tipe 2 lebih besar pada penderita asma (16,7%) dibanding dengan bukan penderita asma (14,7%). Jenis kelamin, perilaku merokok, konsumsi alkohol, dan kadar trigliserida memiliki efek modifikasi dengan asma terhadap hubungannya dengan DM tipe 2. Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa asma tetap tidak berhubungan signifikan dengan kejadian DM tipe 2 setelah dikontrol semua variabel kovariat (PR=1,138; 95% CI: 0,94-1,36; p=0,162). Penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk studi mendatang dalam menganalisis hubungan kedua penyakit ini lebih lanjut
Read More
S-10899
Depok : FKMUI, 2022
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Intan Permatasari; Pembimbing: Rizka Maulida; Penguji: Lhuri Dwianti Rahmartani, Diah Satyani Saminarsih
Abstrak:
Latar Belakang: Penelitian ini menganalisis hubungan pola konsumsi dan gaya hidup dengan kejadian DM tipe 2 pada penduduk usia ≥25 tahun di Indonesia, mengingat tren peningkatan kasus dari 6,9% pada 2013 menjadi 8,5% pada 2018. Metode: Penelitian ini menggunakan data Riset Dasar Kesehatan (Riskesdas) 2018 menggunakan desain studi cross sectional. Sampel penelitian adalah penduduk usia ≥ 25 tahun dari data Riskesdas tahun 2018 yang berjumlah 26.850 responden. Analisis data menggunakan analisis univariat dengan distribusi frekuensi, analisis bivariat dengan uji chi-square, dan analisis multivariat dengan menggunakan regresi logistik ganda. Variabel dependennya adalah diabetes melitus tipe 2 dan variabel independennya adalah pola konsumsi dan gaya hidup (konsumsi makanan manis, konsumsi minuman manis, konsumsi minuman berkarbonisasi, konsumsi minuman berenergi, konsumsi makanan olahan berpengawet, konsumsi makanan instan, konsumsi sayur dan buah, aktivitas fisik, perilaku merokok, konsumsi minuman beralkohol). Hasil: Hasil penelitian menemukan bahwa terdapat hubungan antara faktor pola konsumsi dan gaya hidup, antara lain konsumsi makanan manis (AOR: 1,24; 95%: CI: 1,13-1,37), konsumsi minuman manis (AOR: 1,64; 95% CI: 1,47-1,82), konsumsi makanan instan (AOR: 1,20; 95% CI: 1,11-1,29), dan perilaku merokok (AOR: 1,68; 95% CI: 1,54-1,83). Selain itu, pada variabel aktivitas fisik memiliki efek protektif dengan kejadian DM tipe 2 (AOR: 0,76; 95% CI: 0,70-0,83). Kesimpulan: Konsumsi makanan manis, konsumsi minuman manis, konsumsi makanan instan, aktivitas fisik, dan perilaku merokok berasosiasi dengan kejadian diabetes melitus tipe 2 pada penduduk ≥25 tahun di Indonesia. Demikian, perlu adanya kebijakan mengenai pembatasan konsumsi makanan dan minuman manis, makanan instan, serta pengendalian perilaku merokok.

Background: This study analyzed the association of consumption patterns and lifestyle with the incidence of type 2 DM in Indonesia's population aged ≥25 given the increasing trend of cases from 6.9% in 2013 to 8.5% in 2018. Methods: Using a cross-sectional study design, this study used data from Riset Dasar Kesehatan (Riskesdas) 2018. The study sample was the population aged ≥25 years from the Riskesdas 2018 data totaling 26,850 respondents. Data analysis included univariate analysis with frequency distribution, bivariate analysis with chi-square test, and multivariate analysis using multiple logistic regression. The dependent variable was type 2 diabetes mellitus, and the independent variables were consumption patterns and lifestyle (consumption of sweet foods, sweet drinks, carbonized drinks, energy drinks, preserved processed foods, instant foods, vegetables and fruits, physical activity, smoking behavior, and alcoholic beverages). Results: The results found associations between consumption patterns and lifestyle factors, including sweet foods (AOR: 1.24; 95% CI: 1.13-1.37), sweet drinks (AOR: 1.64; 95% CI: 1.82), instant foods (AOR: 1.20; 95% CI: 1.11-1.29), and smoking behavior (AOR: 1.68; 95% CI: 1.54-1.83). Additionally, physical activity had a protective effect against type 2 DM (AOR: 0.76; 95% CI: 0.70-0.83). Conclusion: Sugary food and drink consumption, instant food consumption, physical activity, and smoking behavior are associated with the incidence of type 2 diabetes mellitus in the population aged ≥25 years in Indonesia. Therefore, policies are needed to restrict the consumption of sugary foods and drinks, instant foods, and to control smoking behavior
Read More
S-11797
Depok : FKM UI, 2024
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Baiq Diken Safitri; Pembimbing: Krisnawati Bantas; Penguji: Yovsyah, Felly Philipus Senewe
S-10305
Depok : FKM UI, 2020
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Geby Hasanah Jorgy; Pembimbing: Ratna Djuwita; Penguji: Yovsyah, Punto Dewo
Abstrak: Diabetes melitus adalah penyakit metabolisme yang merupakan suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang karena adanya peningkatan kadar glukosa darah di atas nilai normal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian Diabetes Melitus Tipe 2 pada wanita dewasa di daerah perkotaan di Indonesia tahun 2013. Penelitian ini menggunakan data sekunder Riskesdas 2013 dengan desain studi cross sectional. Sampel adalah wanita dewasa di daerah perkotaan yang tidak hamil dan memiliki kelengkapan data sebanyak 122.880 responden.
 
 
Hasil penelitian menunjukkan prevalensi DM berdasarkan diagnosis dan gejala sebesar 2.2 % dan menemukan bahwa prevalensi DM tertinggi berada pada faktor risiko, seperti umur ≥ 45 tahun (5.2%), pendidikan rendah (3.1%), tidak bekerja (2.3%), status cerai (3.6%), aktfitas cukup (2.2%), mantan perokok (4%), jarang makan manis (3.8%) dan berlemak (2.3%), obesitas (2.9%), obesitas sentral (2.9%), dan hipertensi (7.6%). Faktor risiko DM yang memiliki hubungan paling dominan adalah umur ≥ 45 tahun (POR : 9.24; 95 % CI 7.69-11.1), status cerai (POR : 5.95; 95 % CI 4.85-7.30), dan hipertensi (POR : 5.10; 95 % CI 4.70-5.54). Untuk itu, perlu diadakan sosialisasi untuk program deteksi dini faktor risiko DM, serta perlunya kesadaran diri untuk cek gula darah secara teratur untuk wanita dewasa di daerah perkotaan.
 

 
Diabetes mellitus is a metabolic disease which is a collection of symptoms that occur due to an increase in blood sugar levels above normal. This study aims to determine the risk factors assosiated with type 2 diabetes mellitus in adult women in urban areas. This study used a data from Riskesdas 2013 and using cross sectional as design study. Samples were adult women above 18 living in urban areas who are nor pregnant and has complete data.
 
 
Result shows the prevalence of DM that based on diagnosis and symptoms is 2.2 % and the risk factors with highest prevalence of diabetes are age ≥ 45 (5.2%), low educated (3.1%), umemployed (2.3%), divorced (3.6%), enough activity (2.2%), former smokers (4%), rarely eat sweets (3.8%) and fatty foods (2.3%), obese (2.9%), central obese (2.9%), and hypertension (7.6%). The risk factors that highly associated are age ≥ 45 (POR : 9.24; 95 % CI 7.69-11.1), divorce (POR : 5.95; 95 % CI 4.85-7.30), and hypertension (POR : 5.10; 95 % CI 4.70-5.54). Therefor, screening for DM and self-awareness to check the blood sugar level are s strongly recommended among adult women in urban areas.
Read More
S-8806
Depok : FKM-UI, 2015
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Szafira Nurul Qolbi; Pembimbing: Asri C. Adisasmita; Penguji: Syahrizal Syarif, Telly Purnamasari Agus
Abstrak: Penelitian ini bertujuan unttuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian stroke yang terdiagnosis dokter pada penduduk usia ≥ 15 tahun di Provinsi Jawa Timur. Desain studi penelitian ini adalah cross-sectional dengan analisis bivariat dan stratifikasi. Data penelitian ini menggunakan data sekunder dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi stroke pada penduduk usia ≥ 15 tahun di Provinsi Jawa Timur pada tahun 2018 yaitu sebesar 1%.
Read More
S-10626
Depok : FKM UI, 2021
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Fazria Ayuandina Arianingrum; Pembimbing: Yosyah; Penguji: Syahrizal, Fristika Mildya
Abstrak: Tujuan: Menganalisis faktor sosiodemografi dan faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian DM tipe 2 di DKI Jakarta tahun 2020 berdasarkan data SIPTM Kemenkes RI. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi cross-sectional. Analisis yang digunakan yaitu analisis univariat dan analisis bivariat menggunakan uji chi-square. Variabel independen terdiri dari faktor sosiodemografi (usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan) dan faktor risiko PTM (riwayat DM keluarga, hipertensi, perilaku merokok, aktivitas fisik, obesitas sentral, konsumsi sayur dan buah, dan obesitas berdasarkan IMT) sedangkan diabetes melitus tipe 2 merupakan variabel dependen.
Read More
S-10654
Depok : FKM-UI, 2021
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Retia Rismawati; Pembimbing: Yovsyah; Penguji: Tri Yunis Miko Wahyono, Esti Widiastuti
Abstrak: Latar belakang: Diabetes melitus tipe 2 merupakan penyakit yang menjadi masalah kesehatan masyarakat tidak hanya di Indonesia, namun juga di dunia karena prevalensinya yang terus meningkat. Hipertensi yang juga merupakan faktor risiko diabetes melitus tipe 2 memiliki prevalensi yang sangat tinggi di Indonesia. Tidak hanya itu, prevalensi kedua penyakit tersebut meningkat seiring bertambahnya usia, dimulai dari usia ≥40 tahun. ujuan: Untuk mengetahui hubungan hipertensi dengan kejadian diabetes melitus tipe 2 pada populasi berusia ≥40 tahun di Indonesia. Metode: Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain studi cross sectional. Sumber data yang digunakan berasal dari hasil Riskesdas 2018. Terdapat sebanyak 15.026 partisipan berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi penelitian. Hasil: Prevalensi diabetes melitus tipe 2 dan hipertensi pada populasi berusia ≥40 tahun di Indonesia masing-masing sebesar 21,3% dan 51,8%. Terdapat hubungan yang signifikan secara statistik antara hipertensi dengan diabetes melitus tipe 2 pada populasi berusia ≥40 tahun di Indonesia. fek gabungan antara hipertensi dengan obesitas sentral memiliki risiko sebesar 2,07 kali lebih besar terhadap kejadian diabetes melitus tipe 2 setelah dikontrol oleh jenis kelamin dan obesitas. Kesimpulan: Terdapat hubungan antara hipertensi dengan kejadian diabetes melitus tipe 2 pada populasi berusia ≥40 tahun di Indonesia. Risiko diabetes melitus tipe 2 yang lebih tinggi terjadi pada orang yang mengalami hipertensi dan obesitas sentral. Saran: Perlu dilakukan deteksi dini diabetes melitus tipe 2 dan hipertensi sedini mungkin, terutama bagi penduduk yang berusia ≥40 tahun dan mengalami obesitas sentral
Read More
S-10936
Depok : FKMUI, 2022
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Gabriella Sarah Deandra Tanod; Pembimbing: Yovsyah; Penguji: Tri Yunis Miko Wahyono, Yoan Hotnida Naomi
Abstrak:
Latar Belakang: Diabetes melitus tipe 2 (DM tipe 2) merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan global dan terus menunjukkan tren peningkatan prevalensi, termasuk di Indonesia. Berdasarkan Riskesdas 2018, prevalensi diabetes di Provinsi DKI Jakarta mencapai 3,4%, lebih tinggi dibandingkan angka nasional sebesar 2,0%. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian DM tipe 2 pada penduduk usia ≥15 tahun di Provinsi DKI Jakarta berdasarkan data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023. Metode: Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan menganalisis hubungan antara variabel faktor sosiodemografis (usia dan jenis kelamin), faktor biologis (obesitas dan hipertensi) serta faktor perilaku (merokok, konsumsi makanan manis, konsumsi minuman manis, konsumsi alkohol, konsumsi buah, dan konsumsi sayur) terhadap kejadian DM tipe 2. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan prevalensi DM tipe 2 sebesar 16.7% (62 dari 371 kasus). Analisis menunjukkan bahwa kelompok usia ≥55 tahun (POR 0.240; 95% CI: 0.131-0.438), jenis kelamin laki-laki (POR 0.456; 95% CI: 0.259-0.803), perilaku merokok (POR 3.513; 95% CI: 1.997-6.181), konsumsi makanan manis (POR 3.477; 95% CI: 1.983–6.098), dan konsumsi minuman manis (POR 2.909; 95% CI: 1.667–5.076) memiliki hubungan signifikan secara statistik terhadap kejadian DM tipe 2. Sementara itu, obesitas, hipertensi, konsumsi alkohol, konsumsi buah, dan konsumsi sayur tidak memiliki hubungan yang signifikan. Kesimpulan: Faktor sosiodemografi dan perilaku memiliki hubungan yang bermakna dengan diabetes melitus tipe 2. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan untuk membuat program pencegahan dan pengendalian diabetes melitus tipe 2 sehingga dapat menurunkan prevalensi diabetes melitus tipe 2 di Provinsi DKI Jakarta.

Background: Type 2 Diabetes Mellitus (T2DM) is one of the non-communicable diseases that has become a global health concern and continues to show an increasing trend in prevalence, including in Indonesia. According to the 2018 Basic Health Research (Riskesdas), the prevalence of diabetes in DKI Jakarta Province reached 3.4%, which is higher than the national average of 2.0%. Objective: This study aims to identify the factors associated with the occurrence of T2DM among individuals aged ≥15 years in DKI Jakarta Province based on the 2023 Indonesian Health Survey (Survei Kesehatan Indonesia/SKI). Methods: This study employed a cross-sectional design to analyze the association between T2DM and several factors, including sociodemographic factors (age and sex), biological factors (obesity and hypertension), and behavioral factors (smoking, consumption of sweet foods, sweet drinks, alcohol, fruits, and vegetables). Results: The study found a T2DM prevalence of 16.7% (62 out of 371 cases). The analysis showed that individuals aged ≥55 years (POR 0.240; 95% CI: 0.131–0.438), male sex (POR 0.456; 95% CI: 0.259–0.803), smoking behavior (POR 3.513; 95% CI: 1.997–6.181), consumption of sweet foods (POR 3.477; 95% CI: 1.983–6.098), and sweet drinks (POR 2.909; 95% CI: 1.667–5.076) were statistically significantly associated with the occurrence of T2DM. In contrast, obesity, hypertension, alcohol consumption, fruit consumption, and vegetable consumption were not significantly associated. Conclusion: Sociodemographic and behavioral factors are significantly associated with type 2 diabetes mellitus. This study is expected to contribute to the development of prevention and control programs for type 2 diabetes mellitus, with the goal of reducing its prevalence in DKI Jakarta Province.
Read More
S-12148
Depok : FKM-UI, 2025
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive