Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 34473 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Putri Risky Auliani; Pembimbing: Triyanti; Penguji: Kusharisupeni Djokosujono, Rahmawati
S-10521
Depok : FKM UI, 2020
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Dellaneira; Pembimbing: Triyanti; Penguji: Wahyu Kurnia Yusrin Putra, Yuni Zahraini
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan frekuensi konsumsi fast food pada siswa-siswi SMAN 35 Jakarta. Pada penelitian ini, frekuensi konsumsi fast food sebagai variabel dependen dan variabel independennya adalah Online Food Ordering, jenis kelamin, pengetahuan gizi dan fast food, preferensi fast food, uang jajan, perilaku emotional eating, pengaruh peer group dan pengaruh media sosial. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain crosssectional. Pengambilan data dilakukan pada bulan April 2020 kepada 164 siswa-siswi kelas 10 dan 11 SMAN 35 Jakarta yang dipilih dengan stratified random sampling. Data dikumpulkan melalui pengisian kuesioner secara daring (online). Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara univariat, bivariat menggunakan chi-square, dan multivariat dengan uji regresi logistik ganda. Hasil menunjukkan bahwa sebanyak 73,8% responden memiliki tingkat konsumsi fast food yang tinggi yaitu mengonsumsi fast food > 3 kali per minggu. Hasil juga menunjukkan bahwa kebiasaan Online Food Ordering, pengetahuan gizi dan fast food, perilaku emotional eating, pengaruh peer group dan pengaruh media sosial berhubungan dengan konsumsi fast food pada remaja. Analisis multivariat menunjukkan pengetahuan gizi dan fast food sebagai faktor dominan yang berhubungan dengan konsumsi fast food pada remaja. Peneliti menyarankan kepada pihak sekolah untuk bekerja sama dengan Puskesmas atau Suku Dinas Kesehatan untuk dapat memberikan program edukasi kepada siswa terkait perilaku makan yang sehat dan sesuai dengan pedoman gizi seimbang
Kata kunci: Fast Food, Remaja, Siswa SMA, Pengetahuan Gizi

This study aims to determine the factors associated with the frequency of consumption of fast food among students of SMAN 35 Jakarta. The dependent variable in this study is the frequency of fast food consumption and the independent variables are Online Food Ordering, gender, knowledge of nutrition and fast food, fast food preferences, pocket money, emotional eating behavior, peer group influence and the social media influence. This is a quantitative study with cross-sectional design. This study conducted in April 2020 at SMAN 35 Jakarta with a total of 164 respondents who selected with stratified random sampling method. Data were collected through filling out questionnaires online. The data obtained were then analyzed by univariate, bivariate analysis using chi-square, and multivariate analysis using multiple logistic regression tests. The results show that as many as 73,8% of the respondents had a high level of fast food consumption ie consuming fast food > 3 times per week. The results also showed that Online Food Ordering habits, knowledge of nutrition and fast food, emotional eating behavior, peer group influence and social media influence were related to adolescent fast food consumption. Multivariate analysis shows knowledge of nutrition and fast food as the dominant factors related to fast food consumption in adolescents. This study suggest the school to collaborate with Public Heath Center or Health Service Office to increase education to students regarding healthy eating behavior and in accordance with the guidelines for balanced nutrition.
Keywords: Fast Food, Adolescents, High School Student, Nutrition Knowled
Read More
S-10507
Depok : FKM UI, 2020
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Khansa Zahroosita Fatikasari; Pembimbing: Triyanti; Penguji: Achmad Syafiq, Evi Fatimah
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan konsumsi Sugar-Sweetened Beverages (SSBs) dengan beberapa faktor dan menentukan faktor yang paling dominan pada siswa SMAN 25 Jakarta. Pada penelitian ini, konsumsi Sugar-Sweetened Beverages (SSBs) merupakan variabel dependen, sedangkan pengaruh paparan media sosial, frekuensi online food ordering, konsumsi fast food, pengetahuan mengenai SSBs, screen time, pengaruh teman, uang jajan, dan jenis kelamin merupakan variabel independen. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain cross-sectional. Pengambilan data dilakukan pada bulan April 2020 kepada 226 siswa-siswi kelas 10, 11, dan 12 SMAN 25 Jakarta yang dipilih secara tidak acak. Data dikumpulkan melalui pengisian kuesioner secara daring (online). Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara univariat, bivariat menggunakan chi-square, dan multivariat dengan uji regresi logistik ganda. Hasil menunjukkan bahwa sebanyak 75,2% responden memiliki tingkat konsumsi yang tinggi yaitu mengonsumsi SSBs ≥ 3 kali per minggu. Hasil juga menunjukkan bahwa pengaruh paparan media sosial, konsumsi fast food, dan screen time berhubungan dengan konsumsi SSBs pada remaja. Analisis multivariat menunjukkan pengaruh paparan media sosial sebagai faktor dominan yang memengaruhi konsumsi SSBs pada remaja. Peneliti menyarankan kepada pihak sekolah untuk dapat menambah edukasi kepada siswanya mengenai perilaku makan yang sehat khususnya dalam pemilihan jenis minuman yang sehat. Pemerintah disarankan untuk memanfaatkan media sosial sebagai media untuk intervensi mengenai pemilihan jenis makan dan minuman yang sehat untuk remaja serta merancang regulasi untuk mencegah penyebaran konten maupun iklan mengenai SSBs agar remaja tidak terpapar oleh konten maupun iklan SSBs yang dapat memengaruhi konsumsi SSBs. Kata kunci: Sugar-sweetened beverages, remaja, siswa SMA, media sosial This study aims to determine factors associated with Sugar-Sweetened Beverages (SSBs) consumption and to determine the dominant factor among students of SMAN 25 Jakarta. The dependent variable in this study is Sugar-Sweetened Beverages (SSBs) consumption, and the independent variables are frequency of online food ordering, fast food consumption, knowledge about SSBs, screen time, peer influence, pocket money, and sex. Thisis a quantitative study with cross-sectional design. This study conducted in April 2020 at SMAN 25 Jakarta with a total of 226 respondents who were not selected randomly from the first grade until third grade. Data were collected through filling out online questionnaires. The data obtained were then analyzed by univariate, bivariate analysis using chi-square, and multivariate analysis using multiple logistic regression. The results show that 75,2% of the respondents had a high level of SSB consumption ie consuming SSBs ≥ 3 times per week. The results also show the influence of social media exposure, fast food consumption, and screen time related to the consumption of SSBs in adolescents. Multivariate analysis shows the influence of social media exposure as a dominant factor influencing SSB consumption among adolescents. This study suggests to the school to be able to increase education to students about healthy eating behavior, especially in choosing healthier drinks. The government is advised to use social media as a medium for interventions regarding the selection of healthy foods and drinks for adolescents and to design regulations to prevent the distribution of content and advertisements regarding SSBs so that adolescents are not exposed to SSB content or advertisements that can affect SSB consumption. Keywords: Sugar-sweetened beverages, adolescents, high school students, social media
Read More
S-10515
Depok : FKM-UI, 2020
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Risma Furi Nurnafiah; Pembimbing: Triyanti; Penguji: Asih Setiarini, Rahmawati
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kebiasaan sarapan dan faktor lainnyayang berhubungan dengan gizi lebih pada siswa-siswi di SMAN 39 Jakarta. Penelitian inimerupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross-sectional. Penelitian inimenggunakan data penelitian sekunder yang dilakukan di SMAN 39 Jakarta pada tahun2019 dengan jumlah sampel sebanyak 130 responden. Pada penelitian ini, gizi lebihsebagai variabel dependen sedangkan kebiasaan sarapan, asupan energi, karbohidrat,protein, lemak, aktivitas fisik, dan jenis kelamin sebagai variabel independen. Data yangdigunakan berupa hasil pengisian kuesioner, wawancara 24h-food recall, pengukuranberat badan dan tinggi badan yang dianalisis dengan uji chi-square. Hasil penelitianmenunjukkan sebanyak 26,9% siswa mengalami gizi lebih. Hasil analisis bivariatmenunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kebiasaan sarapan, asupanprotein, asupan lemak dan jenis kelamin dengan gizi lebih namun terdapat kecenderungansebanyak 31% tidak selalu sarapan, 29% asupan protein lebih, 27% asupan lemak lebihdan 29,4% berjenis kelamin laki-laki mengalami gizi lebih. Untuk mencegah maupunmenangani siswa-siswi yang mengalami gizi lebih disarankan bagi sekolah dan DinasKesehatan mengembangkan program edukasi mengenai gizi seimbang.
Kata kunci:Gizi Lebih, Kebiasaan Sarapan, Remaja, Siswa SMA.
Read More
S-10522
Depok : FKM UI, 2020
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Pradita Sendy Zulhita; Pembimbing: Trini Sudiarti; Penguji: Triyanti, Dewi Damayanti
S-8391
Depok : FKM UI, 2014
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Septi Lidya Sari; Pembimbing: Diah Mulyawati Utari; Penguji: Trini Sudiarti, Pardi Supardi
Abstrak: Sugar-sweetened beverages (SSBs) merupakan jenis minuman padat kalori dan tinggikandungan gula tambahan namun rendah nilai zat gizi. Apabila dikonsumsi secaraberlebihan dapat meningkatkan kejadian obesitas dan penyakit tidak menular lainnyapada remaja. Tujuan penelitian ini, yaitu untuk mengetahui prevalensi konsumsi SSBskemasan dan diketahuinya perbedaan proposi tingkat konsumsi SSBs kemasanberdasarkan karakteristik individu, penggunaan label pangan, aktivitas fisik, dan faktorlingkungan. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional dengan karakteristikresponden yaitu siswa/I SMA Budhi Warman 2 Jakarta kelas X dan XI sebanyak 185siswa pada April 2020. Pengumpulan data dilakukan melalui pengisian kuesioner onlineberupa google form secara mandiri. Data yang diperoleh akan dianalisis secara univariatdan bivariat (chi-square). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 64,9% siswaSMA Budhi Warman 2 Jakarta mengonsumsi SSBs kemasan tingkat tinggi (≥ 2x/hari).Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa terdapat perbedaan proporsi yang signifikanantara jenis kelamin, pengetahuan SSBs, kemampuan membaca label informasi nilai gizi,ketersediaan SSBs kemasan di rumah, konsumsi SSBs kemasan ibu, dan pengaruh temansebaya dengan tingkat konsumsi SSBs kemasan. Peneliti menyarankan agar siswa lebihselektif dalam memilih jenis minuman kemasan dan mempelajari serta memahami labelinformasi nilai gizi. Pihak sekolah disarankan untuk memberikan edukasi mengenaikonsumsi SSBs kemasan, label pangan terutama label informasi nilai gizi, dan giziseimbang. Masyarakat disarankan untuk memperhatikan persediaan SSBs kemasan dirumah dan menjadi panutan bagi anak dalam menerapkan perilaku konsumsi minumanyang lebih sehat.Kata kunci:Label informasi nilai gizi, Minuman berpemanis kemasan, Remaja.
Read More
S-10525
Depok : FKM-UI, 2020
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Nadhira Winindya Sari; Pembimbing: Kusharisupeni Djokosujono; Penguji: Diah Mulyawati Utari, Neni Rohayati
Abstrak: ugar-sweetened beverages (SSBs) merupakan minuman yang diberi tambahan gula sederhana yang menambah kandungan energi karena padat kalori dan tinggi gula, namun memiliki sedikit kandungan zat gizi lain sehingga dapat meningkatkan risiko kejadian gizi lebih. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan konsumsi SSBs dengan berbagai faktor dan mengetahui faktor dominan konsumsi SSBs pada siswa SMAN 47 Jakarta tahun 2022. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional pada bulan Maret-April 2022 dengan jumlah responden sebanyak 120 orang. Data yang diambil adalah data primer dengan pengisian kuesioner. Data yang diperoleh selanjutnya akan dianalisis secara univariat, bivariat (uji chi-square), dan multivariat (uji regresi logistik ganda). Hasil analisis univariat menunjukkan 90% responden mengonsumsi SSBs tingkat tinggi. Hasil bivariat menunjukkan bahwa uang saku, paparan iklan dan media, serta ketersediaan SSBs di rumah memiliki hubungan yang signifikan terhadap konsumsi SSBs. Analisis multivariat menunjukkan bahwa faktor dominan yang berhubungan dengan konsumsi SSBs adalah ketersediaan SSBs di rumah. Pihak sekolah disarankan untuk memberikan edukasi gizi terkait dampak konsumsi SSBs berlebih, menyediakan tempat pengisian ulang air mineral, dan mengimbau orang tua siswa untuk menyediakan makanan sehat di rumah. Pemerintah disarankan untuk memanfaatkan media sosial sebagai media intervensi, membatasi iklan minuman yang kurang sehat, dan menerapkan kebijakan pengenaan cukai SSBs
Sugar-sweetened beverages (SSBs) are drinks that are added with simple sugar which can increase the energy content because they are calorie-dense and high in sugar, but low in other nutrients. Excessive consumption of SSBs can cause nutritional problems such as increasing the risk of overweight and obesity. This study aims to determine the relationship between SSBs consumption and various factors, also determine the dominant factor of SSBs consumption among students of SMAN 47 Jakarta in 2022. This study used a cross sectional study design conducted in March-April 2022 with 120 respondents. The data taken is primary data using the questionnaires. The data obtained will then be analyzed by univariate, bivariate (chi-square test), and multivariate (multiple logistic regression). Based on the results of univariate analysis, it was found that 90% of respondents consumed high levels of SSBs. Bivariate results show that pocket money, advertising and media exposure, and the availability of SSBs at home have a significant relationship to SSBs consumption. Multivariate analysis showed that the dominant factor associated with SSBs consumption were availability of SSBs at home. The school is advised to provide nutrition education especially the impact of excessive consumption of SSBs, provide mineral water refills, and encourage parents to provide healthy food at home. The government is advised to use social media as a medium for intervention, limit advertising of unhealthy drinks, and implement a policy of imposing excise tax on SSBs
Read More
S-10937
Depok : FKMUI, 2022
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Melvin Junior Tanner; Pembimbing: Triyanti; Penguji: Wahyu Kurnia Yusrin Putra, Yuni Zahraini
Abstrak: Penelitian dengan menggunakan data sekunder ini bertujuan untuk mengetahui hubunganantara variabel independen yang terdiri atas jenis kelamin, status gizi berdasarkan IndeksMassa Tubuh menurut Umur (IMT/U), kebiasaan sarapan, aktivitas fisik, dan asupan gizi(energi, karbohidrat, protein, lemak) terhadap variabel dependen persen lemak tubuh(PLT) pada remaja. Desain studi yang digunakan adalah cross-sectional denganmelibatkan 131 siswa-siswi SMAN 39 Jakarta Tahun 2019. Hasil menunjukkan 53,4%responden memiliki PLT berlebih dengan rata-rata PLT perempuan 28,59±5,02% yangtergolong berlebih dan rata-rata PLT laki-laki 20,8±5,94% tergolong tidak berlebih.Terdapat hubungan yang bermakna (p-value <0,05) pada jenis kelamin dan IMT/Udengan PLT pada remaja, sedangkan tidak terdapat hubungan yang bermakna (p-value>0,05) pada kebiasaan sarapan, aktivitas fisik, dan asupan gizi (energi, karbohidrat,protein, dan lemak) dengan PLT pada remaja. IMT/U merupakan faktor dominan yangberhubungan dengan PLT pada remaja. Peneliti menyarankan untuk mengupayakan IMTdan PLT berada di keadaan normal dengan dilakukan monitoring penimbangan beratbadan dan tinggi badan secara rutin, mengadakan kegiatan olahraga satu kali dalamseminggu, mewajibkan siswa-siswi untuk mengikuti ekstrakulikuler olahraga, danmemberikan edukasi terkait pola makan dan olahraga sebagai pencegahan obesitas.Penelitian selanjutnya diperlukan untuk mengetahui pengaruh kualitas dan kuantitasasupan gizi makro terhadap persen lemak tubuh.
Kata kunci:IMT/U, obesitas, persen lemak tubuh, siswa SMA.
Read More
S-10518
Depok : FKM UI, 2020
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Lola Annisya; Pembimbing: Wahyu Kurnia Yusrin Putra; Penguji: Anna Fitriani, Diah Mulyawati Utari
Abstrak: Kebugaran merupakan kemampuan seseorang untuk melakukan aktivitas fisik sehari-hari tanpa merasakan kelelahan yang berlebihan. Kebugaran dapat dinilai dari Nilai VO2max yaitu tingkat maksimum dimana oksigen dapat dimanfaatkan oleh tubuh selama aktivitas maksimal. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui beberapa faktor yang berhubungan dengan nilai VO2max (kebugaran) yang diukur menggunakan Queen?s College Step Test. Desain studi penelitian ini adalah cross sectional yang dilakukan pada 156 siswa laki-laki kelas X, XI, dan XII di SMAN 7 Mataram. Variabel dependen dari penelitian ini yaitu nilai VO2max dan variabel independen terdiri dari status gizi (IMT), aktivitas fisik, frekuensi asupan gizi makro, konsumsi sumber kafein, kualitas tidur, tingkat stress, perilaku merokok, dan COVID-19. Status kebugaran didapatkan melalui klasifikasi nilai VO2max yang selanjutnya dibagi menjadi kategori tidak bugar dan bugar, status gizi diukur menggunakan antropometri, aktivitas fisik diukur menggunakan International Physical Activity Questionnaire (IPAQ), frekuensi asupan gizi makro diukur menggunakan Food Frequenty Questionnaire (FFQ), konsumsi sumber kafein diukur menggunakan kuesioner, kualitas tidur diukur menggunakan Pittsburg Sleep Quality Index (PSQI), tingkat stres diukur menggunakan Perceived Stress Scale (PSS), dan perilaku merokok serta COVID-19 diukur menggunakan kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 34,6% siswa yang tidak bugar. Hasil analisis menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara kebugaran berdasarkan nilai VO2max dengan IMT (p-value = 0,012), dan perilaku merokok (p-value = 0,037). Peneliti menyarankan agar siswa tetap mempertahankan kebugaran dengan meningkatkan aktivitas fisik terutama untuk menjaga kesehatan selama pandemi.
Physical fitness is a person's ability to carry out daily physical activities without feeling fatigue. Physical fitness can be assessed from the VO2max value, which is the maximum level of oxygen can be utilized by the body during maximum activity. The purpose of this study was to determine several factors related to the value of VO2max (fitness) which was measured using the Queen?s College Step Test. The study design of this research was cross sectional which was conducted on 156 male students in grades X, XI, and XII of SMAN 7 Mataram. The dependent variable of this study is VO2max value and the independent variables consist of nutritional status (BMI), physical activity, frequency of macronutrient intake, caffeine source consumption, sleep quality, stress level, smoking behavior, and COVID-19. The status was obtained through the classification of VO2max values which were further categorized into unfit and fit categories, nutritional status measured using anthropometry, physical activity measured using the International Physical Activity Questionnaire (IPAQ), frequency of macronutrient intake measured using the Food Frequency Questionnaire (FFQ), caffeine source consumption. measured using a questionnaire, sleep quality using the Pittsburg Sleep Quality Index (PSQI), stress levels measured using the Perceived Stress Scale (PSS), and smoking and COVID-19 behavior measured using a questionnaire. The results showed that there were 34.6% of students who were not fit. The results of the analysis showed that there was a significant relationship between fitness based on VO2max value and BMI (p-value = 0.012), and smoking behavior (p-value = 0.037). Researchers suggest that they maintain fitness by increasing physical activity, especially to maintain health during the pandemic.
Read More
S-11108
Depok : FKM-UI, 2022
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Debora Karyoko; Pembimbing: Nurul Dina Rahmawati; Penguji: Wahyu Kurnia Yusrin Putra, Teguh Jati Prasetyo
Abstrak:
Indonesia merupakan negara ketiga dengan konsumsi Sugar-Sweetened Beverages (SSBs) tertinggi di Asia Tenggara di tahun 2022, dengan jumlah konsumsi sebanyak 20,23 liter per orang setiap tahunnya dan 61,3% masyarakat Indonesia mengonsumsi lebih dari 1 kali per hari menurut Riskesdas pada tahun 2018. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pola dan tingkat konsumsi SSBs dengan berbagai faktor pada siswa/i SMA Negeri 68 Jakarta tahun 2024. Penelitian ini merupakan desain studi cross-sectional yang dilakukan pada bulan April-Mei 2024 dengan jumlah responden sebanyak 134 orang. Data yang diambil merupakan data primer dengan pengisian kuesioner serta wawancara untuk pengisian food recall 24 hours dan Semi Quantitative Food Frequency Questionnaire (SQ-FFQ). Setelahnya, data yang diperoleh dianalisis secara univariat dan bivariat (uji chi-square). Dari pengujian univariat, diperoleh hasil 12,69% responden termasuk dalam kategori konsumsi SSBs yang tinggi. Analisis bivariat menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara ketersediaan SSBs di rumah (p-value = <0,001; OR = 20,000) dan pengaruh teman sebaya (p-value = 0,018; OR = 4,588) dengan konsumsi SSBs pada remaja di SMA Negeri 68 Jakarta tahun 2024. Setelah mengetahui hasil penelitian, diharapkan siswa/i SMA Negeri 68 Jakarta mengetahui kondisi tingkat konsumsi SSBs dari siswa/i dapat menyebarkan kesadaran akan pentingnya membatasi konsumsi minuman berpemanis kepada keluarga maupun lingkungan terdekat. Pihak keluarga disarankan untuk dapat membatasi ketersediaan minuman berpemanis di rumah dan memberikan contoh dalam membatasi konsumsi minuman berpemanis dengan membaca kandungan gizi yang tertulis pada label gizi sebelum membeli, serta mempelajari lebih lanjut dampak dan fakta-fakta terbaru mengenai minuman berpemanis.

Indonesia is the third highest country in Southeast Asia for Sugar-Sweetened Beverages (SSBs) consumption in 2022, with a consumption rate of 20.23 liters per person per year, and 61.3% of Indonesians consume SSBs more than once a day, according to Riskesdas in 2018. This study aims to describe the patterns and levels of SSB consumption along with various factors among students of SMA Negeri 68 Jakarta in 2024. This research utilizes a cross-sectional study design conducted in April-May 2024, with a total of 134 respondents. The data collected is primary data obtained through questionnaires and interviews for 24-hour food recall and the Semi Quantitative Food Frequency Questionnaire (SQ-FFQ). The data obtained were analyzed by univariate and bivariate analysis (using the chi-square test). From the univariate analysis, it was found that 11.94% of respondents fall into the high SSB consumption category. Bivariate analysis shows a significant relationship between the availability of SSBs at home (p-value < 0.001; OR = 20,000) and peer influence (p-value = 0,018; OR = 4,588) with SSB consumption among adolescents at SMA Negeri 68 Jakarta in 2024. After understanding the research results, it is expected that the students of SMA Negeri 68 Jakarta will be aware of their SSB consumption levels and can spread awareness about the importance of limiting sweetened beverage consumption to their families and close environment. Families are advised to limit the availability of sweetened beverages at home and set an example in limiting sweetened beverage consumption by reading nutritional content on labels before purchasing, as well as further studying the impacts and latest facts about sweetened beverages.
Read More
S-11630
Depok : FKM-UI, 2024
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive