Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 31241 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Jasrida Yunita; Pembimbing: Ratu Ayu Dewi Sartika; Kopromotor: Ratna Djuwita Hatma, Widjaja Lukito; Penguji: Sudijanto Kamso, Kusharisupeni Djokosujono, Ekowati Rahajeng, Sugeng Eko Irianto, Purwita Wijaya Laksmi
Abstrak:
Penuaan populasi manusia di dunia dianggap sebagai masalah kesehatan masyarakat karena sering diikuti penurunan fungsi tubuh yang berdampak pada risiko penyakit. Peradangan kronis yang ditandai dengan peningkatan konsentrasi High Sensitivity C- reactive protein (hs-CRP) dianggap sebagai faktor kunci yang berkontribusi terhadap penuaan. Peradangan juga erat kaitannya dengan obesitas. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis perubahan lingkar pinggang (LP) dan rasio lingkar pinggang tinggi badan (RLPTB) terhadap konsentrasi hs-CRP dari pralansia hingga lansia follow up 7 di Indonesia. Studi ini merupakan studi kohor prospektif dengan memanfaatkan data Indonesian Family Life Survey tahun 2007-2014. Populasi target adalah individu usia pralansia (53-59 tahun) yang diikuti sampai lansia (usia 60-66 tahun) dengan jumlah sample yang eligible adalah 348 sampel sesuai dengan kriteria yaitu individu dengan status tidak obesitas, baik dilihat dari nilai LP, RLPTB, dan indeks massa tubuh (IMT). Analisis Receiver Operating Characteristic dan Multiple Logistic Regression digunakan dalam analisis data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa titik potong RLPTB adalah 0,55 untuk pria dan juga untuk wanita. Kejadian obesitas sentral berdasarkan LP sebesar 18,5% dan berdasarkan RLPTB sebesar 22,3%. Proporsi konsentrasi hs-CRP berisiko setelah 7 tahun adalah 36,5%. Ada perubahan bermakna antara perubahan LP dan perubahan RLPTB dengan perubahan konsentrasi hs-CRP. Indeks RLPTB lebih kuat dalam memprediksi konsentrasi hs-CRP berisiko dibandingkan dengan indeks LP. Mempertahankan kondisi tubuh tidak obesitas sentral pada pralansia dan lansia dapat mencegah dari risiko terjadinya peradangan

Population aging presents major challenges for public health in the world of often being accompanied by a decrease in bodily functions that have an impact on the risk of disease. The aging process is characterized by an increase in the concentration of chronic inflammatory parameters, high sensitivity C-reactive protein (hs-CRP). The age-related increase of inflammatory markers may also account for obesity. This study aimed to assess the relationship of the change of waist circumference (WC) and waist-to-height ratio (WHtR) to the concentration of hs-CRP in the pre-elderly and the elderly in Indonesia, followed through 7 years. A prospective cohort study was conducted using a set of public data of the Indonesian Family Life Survey (IFLS) between 2007 to 2014. A total of 345 subjects of pre-elderly, defined as those aged between 53 to 59 years old, and elderly, aged between 60 to 66 years old, were traced at the baseline of not being obesity based on the value of WC, WHtR, and body mass index (BMI). Receiver-operating characteristic curve and multiple logistic regression analysis were employed for the analysis of data. The WHtR cut-off was 0.55 for both males and females. Central obesity was 18.5% using WC and was 22.3% using WHtR. The proportion of concentration of hs-CRP with risk over 7 years was 36.5%. The associations between central obesity indices (WC and WHtR) and the concentration of hs-CRP were observed. WHtR was found to be stronger predictor of the concentration of hs-CRP than WC. This indicated that managing central obesity among pre-elderly and elderly can help reduce the risk of inflammatory mechanism
Read More
D-419
Depok : FKM-UI, 2020
S3 - Disertasi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Feri Ahmadi; Promotor: Endang L. Achadi; Korpomotor: Ratu Ayu Dewi Sartika, Anies Irawati; Penguji: Kusharisupeni, Trihono, Abas Basuni Jahari, sowarta Kosen, Besral
D-463
Depok : FKM-UI, 2015
S3 - Disertasi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Sutanto Priyo Hastono: Promotor: Sudijanto Kamso; Kopromotor: Kusharisupeni, Rulina Suradi, Amal Chalik Sjaaf, Purwantyastuti, Kemal Nazaruddin Siregar, Minarto, Soewarta Kosen
Abstrak: Abstrak

Stunting merupakan salah satu masalah gizi yang banyak dialami anak diseluruh dunia, terutama
dialami oleh negara berkembang.). Indonesia sebagai salah satu Negara berkembang di kawasan
Asia juga mengalami masalah tersebut. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui determinan
stunting anak 1-2 tahun dan perubahan anak yang awalnya stunting menjadi tidak stunting
(tinggi badan normal) pada umur berikutnya Penelitian ini melakukan analisis data sekunder
dengan memanfaatkan ketersediaan data survei IFLS (Indonesian Family Life Survey). Populasi
dalam penelitian ini adalah anak usia balita yang ada dalam data IFLS 1993. Sampel dalam
penelitian ini adalah anak yang usia 1-2 tahun pada IFLS 1993. Analisis data dilakukan dengan
menggunakan regresi logistic.Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada 47,1 % anak 1-2 tahun
mengalami stunting dan pada usia berikutnya 8-9 tahun 31,3 % tinggi badannya dapat menjadi
normal. .Hasil analisis multivariate ternyata ada 5 variabel yang berhubungan dengan kejadian
stunting anak 1-2 tahun yaitu variabel Tinggi badan ibu, tempat tinggal, Berat lahir, kondisi
ekonomi keluarga dan kondisi kesehatan lingkungan Selanjutnya dari hasil analisis multivariate
ternyata ada 5 variabel yang berhubungan dengan perubahan anak stunting umur 1-2 tahun
menjadi anak dengan tinggi badan normal (tidak stunting) pada umur 8-9 tahun yaitu variabel
tinggi badan ibu, tinggi badan bapak, tempat tinggal, jenis kelamin dan perubahan kondisi
ekonomi keluarga menjadi lebih baik. Kementerian Kesehatan perlu merumuskan kebijakan
untuk program perbaikan gizi kronis (stunting) yang biasanya mulai terjadi selama periode seribu
hari kehidupan yaitu sejak masa janin dalam kandungan sampai usia anak 2 tahun. Intervensi gizi
difokuskan pada perbaikan status gizi sebelum kehamilan dan selama hamil, bahkan lebih baik
intervensi gizi dilakukan jauh sebelum menikah, yaitu pada usia sekolah dan usia remaja

Kata Kunci: stunting, perubahan tinggi badan normal

Read More
D-513
Depok : FKM-UI, 2013
S3 - Disertasi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Ridha Restila; Promotor: Bambang Wispriyono; Kopromotor: Ririn Arminsih Wulandari, Umar Fahmi Achmadi; Penguji: Al Asyary, Tri Yunis Miko Wahyono, Dede Anwar Musadad, Defriman Djafri, Miko Hananto
Abstrak:
Gangguan pertumbuhan tinggi badan mencerminkan terjadinya kekurangan asupan dan penyakit infeksi berulang. Anak yang tinggal di daerah aliran sungai merupakan kelompok rentan mengalami dampak buruk dari lingkungan yang tidak sehat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan bakteriologis air minum berdasarkan pemeriksaan E. coli dan identifikasi inflamasi pencernaan (Fecal myeloperoxidase) terhadap indikasi gangguan pertumbuhan tinggi badan anak usia 24 - 59 bulan yang tinggal di daerah aliran sungai. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional. Indikasi gangguan pertumbuhan tinggi badan anak berdasarkan perubahan Height-Age-Z Score selama 6 bulan. Temuan E.coli dengan level high risk dan unnsafe sebesar 47,2%. Median (min-max) Fecal Myeloperoxidase yaitu 16,95 ng/mL (0,61ng/mL - 1981 ng/mL). Prevalence Ratio FMPO terhadap indikasi gangguan pertumbuhan anak pada nilai cutoff point 52,16 ng/mL sebesar 1,22 (0,91-1,62). Air minum dengan level risiko high risk dan unsafe dapat meningkatkan risiko anak mengalami indikasi gangguan pertumbuhan sebesar 1,39 (1,05-1,85) setelah dikontrol variabel sanitasi, hygiene, inflamasi pencernaan, sosio-demografi, riwayat penyakit infeksi, dan asupan makanan.

Impaired growth reflects inadequate intake and recurrent infectious diseases. Children who live in riverside are a vulnerable group experiencing the impacts of an unhealthy environment. This study aims to determine the bacteriological relationship of drinking water based on examination of Escherichia coli (E. coli) and identification of intestinal inflammation (Fecal myeloperoxidase/FMPO) on indications of growth impairment of children aged 24 - 59 months living in watershed. This research uses a cross sectional study design. Indication of impaired growth in a child's height are based on changes in Height-Age-Z Score over 6 months. E.coli findings with high risk and unsafe levels were 47.2%. The median (min-max) of Fecal Myeloperoxidase was 16.95 ng/mL (0.61ng/mL - 1981 ng/mL). The Prevalence Ratio of FMPO for indications of growth impairment in children at the cutoff point value of 52.16 ng/mL was 1.22 (0.91-1.62). Drinking water with high risk and unsafe risk levels can increase the risk of children experiencing indications of growth impairment by 1.39 (1.05-1.85) after controlling for sanitation, hygiene, digestive inflammation, socio-demographics, history of infectious diseases and intake variables. food.
Read More
D-521
Depok : FKM-UI, 2024
S3 - Disertasi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Soenarjo Soejoso; Promotor: Sudarto Ronoatmodjo; Ko-Promotor: Ruliana Suradi, Asri C. Adisasmita; Penguji: Sudijanto Kamso, F.A. Moeloek, Kusharisupeni, Ratna Djuwita, Soewarta Kosen
D-261
Depok : FKM-UI, 2012
S3 - Disertasi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Donny Kristanto Mulyantoro; Promotor: Budi Utomo; Ko-Promotor: Endang L. Achadi; Trihono; Penguji: Kusharisupeni, Purnawan Junadi; Asri C. Adisasmita, Anies Irawati, Arum Atmawikarta, Minarto
D-284
Depok : FKM-UI, 2013
S3 - Disertasi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Nia Murniati; Promotor: Sudijanto Kamso; Kopromotor: Ratu Ayu Dewi Sartika, Purwantyastuti; Penguji: Ratna Djuwita, Ali Nina Liche Seniati, Herqutanto, Ria Maria Theresa, Fidiansjah
Abstrak:
Banyak faktor pemicu terjadinya depresi pada lansia yang sudah terdokumentasi dengan baik melalui berbagai literatur, namun belum ada kajian antar kelompok lansia perkotaan dan perdesaan di Indonesia. Kajian antar kelompok ini diperlukan agar penatalaksanaan masalah depresi pada lansia dapat lebih tepat sasaran. Peran biopsikososial dipertimbangkan sebagai kajian holistik yang saling terkait untuk memeriksa sejauh mana hubungannya dengan depresi pada lansia. Kajian dilakukan menggunakan data Indonesia Family Life Survey gelombang 4 dan 5. Hasil menunjukkan terdapat perubahan faktor biopsikososial dengan depresi lansia di perkotaan dan perdesaan Indonesia. Perubahan kondisi fisik dan kesejahteraan subyektif menjadi risiko depresi lansia di perkotaan. Sedangkan untuk lansia perdesaan, ditemukan perubahan kondisi fisik, perubahan rasa saling percaya, perubahan partisipasi masyarakat dan perubahan status marital sebagai risiko depresi lansia.

There are several well-documented factors that contribute to elderly depression, however there haven't been any research in Indonesia comparing elderly populations in urban and rural areas. In order to better effectively manage depression issues in the elderly, a research across groups is required. The role of biopsychosocial is viewed as an interrelated holistic study to determine the extent of its impact on depression in the elderly using data from the Indonesian Family Life Survey waves 4 and 5. The results show that there are differences in the risk of depression in the elderly in urban and rural Indonesia. Changes in physical condition and subjective well-being are risks of depression in urban elderly people. Meanwhile, for rural elderly, changes in physical condition, changes in mutual trust, changes in community participation and changes in marital status were found as risks for elderly depression.
Read More
D-496
Depok : FKM-UI, 2024
S3 - Disertasi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Risma Mulia; Promotor: Budi Utomo; Ko Promotor: Wendy Hartanto; Penguji: Sabarinah, Agustin Kusumayati, Kemal Nazasruddin Siregar, Omas Bulan Samosir, Augustina Situmorang, Sudibyo Alimoeso
Abstrak: Kelahiran risiko tinggi menjadi ancaman sekaligus penyumbang terbesar kematian ibu dan anak di negara berkembang termasuk Indonesia. Data global, 810 perempuan hamil dan melahirkan meninggal tiap harinya di negara berkembang. Tujuan Penelitian untuk mengetahui gambaran kelahiran risiko tinggi dan faktor-faktor yang mempengaruhi kelahiran risiko tinggi di Indonesia. Studi ini menggunakan data SDKI 2017 dengan pendekatan cross-sectional. Subyek penelitian adalah semua kelahiran terakhir dalam lima tahun sebelum survei sebesar 14.257 kelahiran. Variabel independen adalah faktor individu (pendidikan ibu dan status pekerjaan ibu), faktor suami/pasangan (diskusi tentang KB dengan suami/pasangan), faktor rumah tangga (status sosial ekonomi dan partisipasi perempuan dalam pengambilan keputusan rumah tangga), faktor lingkungan (tempat tinggal dan wilayah), faktor demografi (umur melahirkan terakhir dan paritas), dan faktor program/layanan kesehatan dan KB (metode KB yang digunakan sebelum kehamilan terakhir dan akses informasi KB dari TV, radio, majalah/koran dan internet). Variabel dependen yaitu kelahiran terlalu muda (<20 tahun), kelahiran terlalu tua (>=35 tahun), kelahiran terlalu dekat jaraknya (<24 bulan), kelahiran terlalu banyak (4+), dan kehamilan tidak diinginkan. Analisis data menggunakan regresi logistik biner. Hasil penelitian menunjukkan proporsi kelahiran terlalu muda 8,2%, kelahiran terlalu tua 18,6%, kelahiran terlalu dekat 5,3%, kelahiran terlalu banyak 11,4%, kehamilan tidak diinginkan sebesar 8,2% dan 11,3% kelahiran berisiko (4T dan KTD). Analisis multivariat diperoleh faktor paling dominan pengaruhnya terhadap kelahiran terlalu muda adalah riwayat KB (OR=4,6; 95% CI=3,9-5,5). Sementara itu, akses informasi KB dari internet (OR=2,9; 95% CI=2,6-3,4) sebagai faktor paling berpengaruh terhadap kelahiran terlalu tua. Hasil analisis diperoleh ANC 1-3 (OR=2,1; 95% CI=1,6-2,7) dan tidak ANC (OR:2,4: 95% CI:1,7-3,2) adalah faktor paling dominan pengaruhnya pada kelahiran terlalu dekat. Faktor yang paling berpengaruh terhadap kelahiran terlalu banyak adalah wilayah luar Jawa-Bali I (OR: 2,1: 95% CI: 1,8-2,4) dan luar Jawa-Bali II (OR: 3,0: 95% CI: 2,6-3,6) Paritas 4+ (OR: 72: 95% CI: 43-121) merupakan faktor yang paling dominan mempengaruhi kehamilan tidak diinginkan. Faktor yang paling dominan pengaruhnya terhadap kelahiran berisiko (4T dan KTD) adalah akses informasi KB dari internet (OR:2,8: 95% CI: 2,3-3,3). Program intervensi dengan meningkatkan pelayanan KB berkualitas dan akses metode alat/cara KB modern yang menjangkau seluruh wilayah Indonesia untuk mencegah kelahiran risiko tinggi. Meningkatkan penyebarluasan informasi KB melalui TV dan internet dan mendorong pemeriksaan ANC berkualitas bagi ibu hamil.
Read More
D-446
Depok : FKM UI, 2021
S3 - Disertasi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Lisa Trina Arlym; Promotor: Endang L. Achadi; Kopromotor: Dwiana Ocviyanti, Yekti Widodo; Penguji: Besral, Kusharisupeni, Evi Martha, Anies Irawati, Indra Supradewi
Abstrak: Berat dan panjang badan lahir mencerminkan pertumbuhan janin. ANC yang berkualitas dan frekuensi kunjungan ANC yang memadai merupakan salah satu cara untuk mendeteksi dan intervensi gangguan pertumbuhan janin. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh kepatuhan bidan dan ibu hamil dalam program ANC terhadap berat dan panjang badan lahir. Metode penelitian adalah mixed method dengan pendekatan potong lintang. Tahap kuantitatif menggunakan data sekunder dari studi kohor tumbuh kembang anak tahun 2012-2018 di Kota Bogor. Tahap kualitatif menggunakan metode wawancara mendalam. Hasil penelitian menunjukkan kepatuhan bidan melakukan standar 5T (timbang berat badan, ukur tekanan darah, ukur tinggi fundus uteri, pemeriksaan Hb dan pemberian tablet tambah darah) sebesar 76,3% pada semua kunjungan dan 72,1% sesuai program (K1-K4). Kepatuhan bidan berpengaruh terhadap panjang badan lahir (p=0,04) dengan RR 1,5 dan kepatuhan ibu hamil berpengaruh terhadap berat badan lahir (p=0,047) dengan RR 1,6. Bidan dan ibu hamil patuh menghasilkan berat badan lahir lebih berat 93,51 gram (p=0,045) dan panjang badan lahir lebih panjang 0,46 cm (p=0,007) dibandingkan salah satu saja yang patuh. Bidan dan ibu patuh menghasilkan berat badan lahir lebih berat 166,1 gram (p=0,006) dan panjang badan lahir lebih panjang 0,54 cm (p=0,064) dibandingkan keduanya tidak patuh. Sebaiknya kepatuhan tidak hanya dari pihak ibu hamil tetapi juga dari bidan
Read More
D-454
Depok : FKM-UI, 2022
S3 - Disertasi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Terry Yuliana Rahadian Pristya; Promotor: Besral; Kopromotor: Dede Anwar Musadad; Penguji: Sutanto Priyo Hastono, Tri Yunis Miko Wahyono, Tris Eryando, Atmarita, Nur Asniati Djaali
Abstrak: Komplikasi persalinan merupakan penyebab langsung kematian ibu. Berat badan lahir rendah (BBLR) terus menjadi masalah kesehatan masyarakat global. Kunjungan antenatal menjadi faktor penting terjadinya komplikasi persalinan dan BBLR. Penelitian kunjungan antenatal, komplikasi persalinan, dan BBLR banyak dilakukan dengan beragam metode statistik. Tujuan penelitian menghasilkan evidence based recommendation kepada pemegang program berdasarkan perbandingan hasil analisis tiga alternatif pilihan metode statistik tentang pengaruh kunjungan antenatal terhadap komplikasi persalinan dan BBLR. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi cross-sectional. Sumber data berasal dari Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017. Sampel penelitian sebagian wanita usia subur berusia 15-49 tahun yang melahirkan anak terakhir dalam 5 tahun terakhir sebanyak 12.035 responden. Variabel dependen: komplikasi persalinan dan BBLR, variabel independen: kunjungan antenatal, variabel potensial confounder: status ekonomi, tempat tinggal, pendidikan, status pernikahan, status merokok, jarak kelahiran, kunjungan antenatal pertama, kunjungan antenatal terakhir, petugas pemeriksa antenatal, tempat antenatal, paritas, usia ibu, dan jenis kelamin bayi. Analisis data menggunakan regresi logistik, cox, dan poisson dengan varians robust. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi komplikasi persalinan (47,40%) dan BBLR (6,56%). Kunjungan antenatal terbukti secara statistik berpengaruh terhadap komplikasi persalinan dan BBLR di Indonesia. Wanita yang melakukan kunjungan antenatal
Childbirth complications are a direct cause of maternal death. Low birth weight (LBW) continues to be a global public health problem. The antenatal care visits is an important factor in occurrence of birth complications and LBW. Research on the frequency of antenatal visits, birth complications, and LBW has been carried out using various statistical methods. The purpose of the study is to produce evidence-based recommendations for the program based on a comparison of the results of the analysis of three alternative statistical methods for Indonesia regarding the influence of the of antenatal visits on birth complications and LBW. This study is a quantitative study with a cross-sectional study design. The data comes from the 2017 Indonesian Demographic Health Survey (IDHS). The sample of this study included 12,035 respondents of women of childbearing aged 15-49 years who gave birth to their last child in the last 5 years. Dependent variables: birth complications and LBW, independent variables: frequency of antenatal care, potential confounder variables: economic status, geographic area, place of residence, education, marital status, smoking status, birth spacing, first antenatal visit, last antenatal visit, antenatal care provider, place an antenatal care, birth order, parity, maternal age, and baby’s sex. Data analysis uses logistic regression, Cox, and Poisson regression with robust variance. The results showed that the prevalence of birth complications (47.40%) and LBW (6.56%). The antenatal care visits had been statistically proven to influence childbirth complications and LBW in Indonesia. Women who had
Read More
D-518
Depok : FKM-UI, 2024
S3 - Disertasi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive