Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 37916 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Asdawati; Pembimbing: Adang Bachtiar; Penguji: Dumilah Ayuningtyas, Puput Oktamianti, Wahidin, Rusman Taufik
Abstrak: Program KKBPK BKKBN mengalami penurunan pencapaian target kinerja pasca desentralisasi tahun 2004 yang mana PKB/PLKB saat itu sebagai ujung tombak program di lini lapangan juga termasuk SDM yang diserahakan ke Pemerintah Daerah sebagai pengelola dan pendayaguna khususnya di OPD KB namun dengan adanya UUD No. 23 Tahun 2014 maka PKB/PLKB kemudian dialihkelolakan kembali ke BKKBN dengan pendayagunaannya tetap pada OPD KB di daerah dengan harapan agar dapat menyukseskan kembali Program KKBPK Faktor yang mempengaruhi kinerja PKB/PLKB adalah fokus staf dan manajemen proses dan yang paling dominan berpengaruh adalah fokus staf. Saran: Memaksimalkan upaya perbaikan dan peningkatan kinerja PKB/PLKB melalui pemenuhan dan pemerataan SDM, pendidikan dan pelatihan, penambahan dana dan kelengkapan fasilitas, keterlibatan dan keharmonisan hubungan staf serta sasaran kerja juga monitoring dan evaluasi rutin
Population, Family Planning and Family Development Program of National Family Planning Coordination Board showed decrease performance since decentralization in 2004 which family planning counselor/family planning filed officer at that time as the frontline of program also included that over to The Regional Government for Regional Device Organizationas as organizer and user. Then, with UU number 23 Year 2014, family planning counselor/family planning filed officer reorganized by National Family Planning Coordination Board and the Regional Organizationas of Family Planning as user hopefully the family pamily program will success as before Factors affecting of performance of family planning counselors are staff focus and process management and the most dominant is staff focus. Recommendation: Maximize efforts to improve the performance of family planning counselors through recruitment and distribution of human resources, education and training, additional funds and facilities, involvement and harmony of staff and targets relations also regular monitoring and evaluation
Read More
T-6021
Depok : FKM-UI, 2020
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Ahmad Zaedani Noor; Pembimbing: Anwar Hasan, Dian Ayubi; Penguji: Agustin Kusumayanti, Rustian, Lucia B. Siregar
Abstrak:

Pengelolaan obat di puskesmas akan berjalan balk jika petugas pengelola obat dapat melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan atau pedoman pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan. Petugas pengelola obat harus mempunyai kemampuan dalam perencanaan, permintaan, penetima.an, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian penggunaan, pelayanan serta pencatatan dan pelaporan. Berdasarkan studi pendahuluan diketahui masih kurangnya tenaga kefarmasian yang bekerja sebagai pengelola obat puskesmas di Kabupaten Aceh Singkil. Disamping belum optimalnya kinerja petugas petugas pengelola obat puskesmas. Penetitian ini dilakukan untuk memperoleh informasi bagaimana gambaran kinerja petugas pengelola obat puskesmas di Kabupaten Aceh Singkil. Disamping itu dilihat faktor-faktor yang melatarbelakangi kinerja petugas berdasarkan variabel masa kerja, pendidikan, pengetahuan, motivasi, sarana, beban kerja, pelatihan, supervisi, dan imbalan di Kabupaten Aceh Singkil. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang dilakukan dengan wawancara mendalam, observasi dan telaah dokumen yang mengacu pada Daftar Tilik Jaminan Mutu Pelayanan Kefarmasian terhadap petugas pengelola obat puskesmas di Kabupaten Aceh Singkil. Pengolahan data dibuat dalam bentuk matriks yang diperoleh dari transkrip wawancam mendalam, sedangkan analisis data dilakukan terhadap isi dengan metakukan eksplorasi sesuai dengan teori. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gambaran kinerja petugas pengelola obat puskesmas di kabupaten Aceh Singkil masih rendah. Secara umum petugas pengelola obat puskesmas kurang memahami tentang kegiatan pengelolaan obat di puskesmas yang terdiri dari permintaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pencatatan dan pelaporan obat. Petugas bekerja belum didasarkan kepada standar pengelolaan obat. Saran yang diajukan adalah agar Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Singkil membuat Standard Operation Procedure (SOP) tentang pengelolaan obat di puskesmas dan mensosialisasikannya kepada petugas pengelola obat di puskesmas. Melaksanakan pelatihan tentang pengelolaan obat dan pelatihan tentang obat lainnya. Pelatih.an yang dilaksanakan harus dirancang dengan baik sehingga dapat memberikan manfaat bagi petugas. Selain itu melakukan supervisi secara terencana dengan menggunakan panduan pedoman supervisi pengelolaan obat, minimal tip bulan sekali untuk memantau lkinerja petugas pengelola obat di puskesmas.


Medicine ,management at Community Health Center will be running good if medicine management officer can implement their duties based on provision or management guidance of public medicine and health support. Medicine management officer must have an ability on planning, request, acceptance, depository, distribution, usage operation, service and also recording and reporting. From the first study was known that there was still lack of pharmacy officer which worked on medicine management at Community Health Center in Aceh Singkil district. Besides, officer performance did not optimal yet. This study has been done to get information how describe of officer performance of medicine management at Community Health Center in Aceh district. Besides, knowing factors related to officer performance based on work period, education, knowledge, motivation, facilities, work load, training, supervision, and reward in Aceh Singkil district. This study used a qualitative method which has been done with in-depth interview, observation and document study which referred to a guarantee point list of pharmacy service quality to officer performance of medicine management at Community Health Center in Aceh Singkil district. Data were processed by using in the form of matrix which was obtained from in-depth interview transcript, while data analysis was done to content by doing exploration based on theory. Study result indicate describing officer performance of medicine management at Community Health Center Community Health Center in Aceh Singldl district was still low. In general, officer of medicine management at Community Health Center is less comprehend about medicine management activity at Community Health Center including of request, acceptance, depository, distribution, reporting and recording of medicine. Officer works has not been based medicine management standard yet. Health District Office in Aceh Singkil district should make a Standard Operating Procedure (SOP) concerning medicine management at Community Health Center and socializing it to medicine management officer at Community Health Center. Training of medicine management and training of other medicine. Training which is done must be planned well so it can give benefit for officer. Besides doing supervision by planning using a supervision guidance on medicine management, minimally once of three months for looking officer performance of medicine management at Community Health Center.

Read More
T-2850
Depok : FKM-UI, 2008
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Sesri; Pembimbing: Sutanto Priyo Hastono; Penguji: Dian Ayubi, Anwar Hasan, Rustam Effendi, Lucia B. Siregar
Abstrak:

Berdasarkan Survey Dasar Kependudukan Indonesia (SDKI) Pada tahun 2002- 2003 AKI sebesar 307 per 100.000 kelahiran hidup, Hal ini menunjukan AKI di Indonesia masih tinggi salah satu penyebabnya adalah komplikasi dan resiko tinggi kehamilan yang dapat dicegah melalui pemantauan antenatal dengan pemeriksaan kehamilan serta memberikan pelayanan rujukan bagi kasus resiko tinggi yang dapat menekan angka kematian sampai 80%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tentang kinerja petugas KIA puskesmas pembantu dalam pelayanan Antenatal dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja petugas KIA tersebut, serta faktor yang paling dominan berhubungan dengan kinerja petugas KIA puskesmas pembantu. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Agam dengan rancangan penelitian cross Sectional. Sampel penelitian adalah semua petugas KIA puskesmas pemhantu yang ada di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Agam yang berjumlah 115 orang. Pengolahan dan analisis data dilakukan secara bivariat dan multivariat Analisis bivariat menggunakan uji Chi-Square untuk melihat hubungan variabel independen dengan variabel dependen dan analisis multivariat menggunakan uji regresi logistik untuk melihat faktor yang paling dominan. Hasil penelitian menunjukan 55.7% kinerja petugas KIA puskesmas pembantu di Kabupaten Agana kurang dan 44.3% mempunyai kinerja baik, dan hasil analisis menunjukkan terdapat hubungan bermakna antara status perkawinan, motivasi dengan kinerja serta analisis multivariat menunjukan bahwa status perkawinan merupakan faktor yang paling dominan berhubungan dengan kinerja. Penelitian ini menyarankan agar dinas kesehatan Kabupaten Agam dan puskesmas dalam memberikan pembinaan kepada petugas KIA puskesmas pembantu dengan kinerja kurang khususnya tentang memeriksa glukosa urine atas indikasi, memeriksa urine untuk test protein atas indikasi, mengukur suhu, menganjurkan ibu buang air kecil sebelum memeriksa kehamilan, mencuci tangan sebelum memeriksa kehamilan.


Indonesian Health Demogaphy Base Survey (SDKI) in 2002-2003 showed that Maternal Mortality Rate (AKI) was 307 per 100.000 life birth. This indicated that AKI in Indonesia is still high compared to The National target, due to complication and high risk pregnancy that are preventable through proper antenatal monitoring and earlier pregnancy cheek up and delivering referal care for high risk case in order to repress mortality rate until 80%. This research is aimed to describe KIA’s officer job performance at assistant community health center in performing antenatal care and to explore factors related to KlA'S officer job performance, and the most dominant motor related to KIA oiiicer job performance at servant community health center. This research was conducted in Agam District region with cross sectional's design. The sample were all KIA’s oticer of servant community health center in Agam District Health office region with l 15 omcers. Data were analyzed in univariat, bivariat, and multivariate way. The bivariate analysis used chi square test to explore the correlation between independent and dependent variable and multivariate analysis used logistic regression test to explore the most dominant factor. The result show that 55,7% KIA oiiicer job performance is improper and 44,3% is good, and the analysis showed that there are significant correlation between marital status and job performance and between motivation and job performance. The multivariate analysis showed that marital status was the most dominant factor related to job performance. This research suggests Agam District health o&ice and community health center to develop a training for KIA otlicers of cervant community health center with improper job performance, particularly about testing urine glucose on indication, checking urine for protein test on indication, measuring tempemtme, washing hand before checks pregnancy.

Read More
T-2864
Depok : FKM-UI, 2008
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Rida Wurjati; Pembimbing: Rita Damayanti, Sabarinah Prasetyo; Penguji: Dian Ayubi, Purwadi, Nina Permani
Abstrak:

Puskesmas pada hakekatnya mempunyai tugas pokok menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar yang bermutu, terjangkau oleh masyarakat dan sebagai motor pembangunan kesehatan di daerah kerjanya, sedangkan pelayanan yang dilakukan secara garis besar terdiri dari pelayanan medik dan pelayanan kefarmasian. Pelayanan kefarmasian merupakan pelayanan penunjang untuk membantu mencapai penyediaan obat yang bermutu, tersedia dalam jumlah yang cukup, mudah didapat dengan harga yang terjangkau. Obat merupakan komponen esensial dari suatu pelayanan kesehatan, sehingga persepsi masyarakat tentang hasil dari pelayanan kesehatan adalah diterimanya obat setelah berkunjung ke sarana pelayanan kesehatan. Ada tiga faktor utama yang mempengaruhi perilaku yaitu faktor individu, psikologis dan organisasi antara lain meliputi pengetahuan, sikap, nilai dan persepsi , umur, jenis kelamin, ketrampilan, ketersediaan sumber daya. pedoman sarana dan prasarana, serta pengalaman kerja.. Oleh karena itu dalam penelitian ini ingin melihat gambaran kinerja petugas pengelola obat puskesmas di Kota Bekasi Tahun 2004 dan hubungan antara variabel bebas (independent) meliputi jenis kelamin, umur, masa kerja, pendidikan, pengetahuan, pelatihan, motivasi, supervisi, imbalan, fasilitas dan beban kerja dengan variabel terikat (dependen) yaitu kinerja petugas pengelola obat puskesmas. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan didukung pendekatan kualitatif dengan rancangan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua petugas pengelola obat puskesmas di Kota Bekasi. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh petugas pengelola obat puskesmas di Kota Bekasi yang merupakan total sample sebesar 31 orang. Pengumpulan data kuantitatif dilakukan dengan cara memperoleh data primer yaitu pengamatan menggunakan kuesioner. Data kualitatif dilakukan menggunakan wawancara. Pengolahan data dengan menggunakan perangkat lunak pengolah data dan rekapitulasi hasil wawancara. Semua responden mempunyai kinerja yang berada pada kelompok sedang dan baik. Lebih dari dua pertiga responden mempunyai skor yang berada pada kelompok sedang, dengan nilai mean 28,52 dan median 29,00 dari skala 0 sampai dengan 38, maka dapat disimpulkan bahwa pengelola obat puskesmas di Kota Bekasi mempunyai kinerja yang cuk-up baik. Terdapat hubungan yang bermakna antara faktor internal (pendidikan) dengan kinerja pengelola obat puskesmas di Kota Bekasi. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara faktor eksternal (supervisi, imbalan, fasilitas dan beban kerja) dengan kinerja pengelola obat puskesmas di Kota Bekasi. Untuk meningkatkan kinerja petugas pengelola obat puskesmas disarankan agar pemerintah kota Bekasi mengalokasikan tenaga farmasis sebagai tenaga pengelola obat nimal 1(satu) orang asisten apoteker untuk satu puskesmas.


Truthfully, the health center has main task to provide a quality primary health care and to be a health development motor in its working area. The main service of health center consists of medical and pharmacy services. Pharmacy service is a supporting service to attempt a quality and adequate quantity of drugs supply, as well as affordable. Drugs are the essential component in health care. So, the perception of community about the output of health care is drugs received soon after visiting the health care facilities. There are three major factors affected the behavior: individual, psychological, and organizational factors that consist of knowledge, attitude, value, perception, age, sex, skill, resources availability, guidelines, facilities, and working experience. For that reason, the study was conducted to assess the working performance of pharmacy officers at health centers in the City of Bekasi in 2004. It was also conducted to assess the relation between independent variables consisted of age, sex, period of working span, education, skill, training, motivation, supervision, compensation, facilities, and working load, and dependent variable that consisted of the working performance of pharmacy officers. This study used quantitative and qualitative approach with cross sectional design. The population of this study was all pharmacy officers at health centers in the City of Bekasi. The sample of this study was total sampling that comprised of all pharmacy officers at health centers in the City of Bekasi as many as 31 respondents. Quantitative collecting was conducted by obtaining primary data that is interviewing respondents using questionnaire. While qualitative data was obtained by conducting in-depth interview. In this study, data processing used a software and recapitulation of interview result. All respondents had the working performance that lain between a fair group and a good group. More than two third of respondents had score in a fair group with mean 28.52 and median 29 out of scale between 0 and 38. The result above showed that pharmacy officers at health centers in the City of Bekasi had good working performance. Statistically, the result of this study showed that there was significant relation between internal factor (education) and working performance of pharmacy officers at health centers in the City of Bekasi. Meanwhile, there was no relation between external factors (supervision, compensation, facilities, and working load) and the working performance of pharmacy officers at health centers in the City of Bekasi. In order to increase the working performance of pharmacy officers at health centers, it was recommended that the local government should allocate the pharmacist as pharmacy officer at least one pharmacy assistant in each health center.

Read More
T-2250
Depok : FKM-UI, 2006
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Firdaus; Pembimbing: Sutanto Priyo Hastono; Penguji: Dian Ayubi, Hafizurrachman, Ernawati, Hakimi
Abstrak: Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) merupakan pendekatan yang menyeluruh, sistematis dan teringrasi antara semua program pelayanan kesehatan bagi bayi dan balita, mencakup pelayanan promotif, pelayanan preventif, dan pelayanan kuratif yang untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas manajemen program maupun manajemen kasus yang mengacu pada kualitas tata laksana kasus sehingga angka kematian bayi dan balita dapat diturunkan. Tujuan penelitian ini untuk memperoleh gambaran tingkat kepatuhan petugas terhadap prosedur MTBS dan faktor ? faktor yang mempengaruhinya di Kabupaten Nagan Raya. Penelitian ini dengan pendekatan kuantitatif menggunakan desain cross secsional dengan jumlah sampel 97 petugas pelaksana MTBS dan 291 pengamatan terhadap pelaksanaan prosedur MTBS di puskesmas dan puskesmas pembantu di Kabupaten Nagan Raya. Pengumpulan data dengan pengamatan langsung saat petugas melayani balita sakit dengan menggunakan daftar tilik dan wawancara dengan petugas MTBS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan cut off point kepatuhan 80 % , rata-rata tingkat kepatuhan petugas adalah 74,96 % dengan kepatuhan tertinggi 96,9 % dan terendah 22,7 %. Hasil uji statistik secara multivariat didapatkan faktor yang berhubungan dengan kepatuhan adalah beban kerja, sarana prasarana, dan komitmen pimpinan terhadap program MTBS. Sedangkan faktor pendidikan menjadi variabel konfonding dalam penelitian ini. Faktor yang paling dominan berpengaruh terhadap kepatuhan adalah faktor komitmen pimpinan, dimana diperoleh nilai OR 8,684, artinya petugas puskesmas dengan komitmen pimpinan yang baik akan berpeluang patuh 8,7 kali lebih besar dibandingkan dengan petugas yang komitmen pimpinannya rendah terhadap program MTBS setelah dikontrol oleh variabel beban kerja, sarana prasarana dan pendidikan. Bagi Dinas Kesehatan dan Puskesmas di Kabupaten Nagan Raya perlu meningkatkan komitmennya terhadap program MTBS dan mendistribusikan tanggung jawab yang proporsional bagi semua staf sesuai dengan prinsip ? prinsip manajemen mutu terpadu (Total Quality Manajemen) dan selalu melakukan perbaikan kinerja secara terus menerus dalam menerapkan prosedur MTBS dengan menggunakan siklus PDCA (Plan - Do - Check - Act).
Read More
T-2982
Depok : FKM-UI, 2008
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Lusiana Pinem; Pembimbing: Sabarinah B Prasetyo; Penguji: Agustin Kusumayati, Evi Martha, HRSA Soemadipradja, Astuti Arifin
Abstrak:

Penggunaan obat yang rasional sebagai bagian integral dari pembangunan kesehatan nasional, memberikan dampak positif terhadap optimalisasi penggunaan dana, pengurangan resiko efek samping dan resintensi, peningkatan ketersediaan obat serta peningkatan mutu pelayanan kesehatan berarti menggunakan obat yang menurut nalar memang telah dibuktikan aman serta bennanfaat beradasarkan bukti ilmiah terkini dan terpercaya (evidence based medicin) dan pengobatan yang didasarkan pada rekomendasi yang diberlkan oteh krinisi senior atau pada penga1aman sendiri harus sudah di tinggalkan. Masalah penggunaan ohat yang tidak rasionai di sarana pelayanan keseharan terutama puskesmas disebabkan oleh banyak faktor diantaranya adalah keterbatasan pengetahuan petugas kesehatan mengenai bukti bukti ilmiah terkini keyakinan., kebiasaan dan peritaku petugas sendiri serta sistim dan suana pelayanan yang tidak memadai, dan dari kelemahan kelemahan regulasi yang ada. Untuk mengatasi permasa1ahan penggunaan obat yang tidak rasional perlu dilakukan upaya-upaya diantaranya adalah meJakukan pengobatan sesuai dengan pedoman pengobatan. Penclitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat kepatuhan dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kebutuhan petugarnenerapkan pedoman pengobatan dasar dalam penggunn obat rasional di Puskesmas Kabupaten Purwakarta tahun 2007. menggunakan pengabungan metoda kuantitatif dan kualitatif dengan desain Hasil Penelitian secara kuantitatif menunjukkan bahwa penggunaan obat pada tiga penyakit yaitu ISPA non pneumonia, diare akut non spesifik dan mialgia masih be1um nsional terutama penggunaan antibiotika. Penggunaan antibiotik pada kasus ISPA non pneumonia (30%)ka.sus diare akut non spesifik(l6%) dan penggunaan jarum suntik pada kasus mialgia (3%). Responden dengan latar belakang pendidikan paramedis: lebih banyak mmuJis resep berisi antibiotik yang tidak rasional pada penyakit ISPA non pneumonia (41%).. sedangkan pada ka.sus diare akut non spesifik jumlahnya sama antara medis dan paramedis(15%). Dari basil analisis bivariat ha.nya variabel pcngetahuan yang secara bermakna (p>0 05) yang berlmbungan dengan kepatuhan petugas menerapkan pedornan pengobatan dalam penggunaan obat rasional dengan p vah1c adalah O.Ol5. Hasil penelitian secara kualitatif menunjukan bahwa selain faktor pengetahuan, faktor lain juga berpengaruh secara tidak langsung terutama ketersediaan buku pedoman pengobatan saran yang di berikan dari pemeliti ini adalah agar pimpinan instantsi membuat aturan yang jelas tentang kewenangan batasan-batasan dan kewajiban, yang harus di laksanakan jika ada pelimpahan kewenangan kepafa tenaga medis sesuai dengan fungsinya dan perlu di beri perhatian terutama bagu tenaga medis agar fungsi asuhan keperawatan dan kebidanan di Puskesmas lebih di tingkatkan dalam upaya peningkatan kesehatan (promotif) dan pencegahan (preventif).


Rational medication using as integral part of national health development give positive impact toward finance ex.pcndirure optimally. decreasing side effect rlsk and resistanceincreasing medicine availabi!ity and incressing health service quality. Rational medication using is one of the steps to obtain optimal service. Those eftbrts conducted by implementing concept of essential rned;cine using that means using the most needed medicine with the most benefit. Rational medication using means using medicine that logicaHy proved save and beneficial based on recent science evidence and This research purpose to recognice compliance level and related factors with rational medication in Puskesmas at Purwakarta in year 2007t using affiliation of quantitative anJ qualitative method with cross sectional design and total samples of [ 11 medic employees in puskesmas at Purwakarta. Dependent variables in this research are medic employees behavior of implementing medication regulation in puskesma.<; dilined by three factors, which are predisposing factors. including work length. education, knowledge, attitude. perception and motivation; enabling factors. including medicine availabHityavailability of medication regulation book and trdining;and reinforcing factors is supervision. Quantitative research result shows that medicine using in three diseasewhich are ISPA non pneumonia, non specific acute diarrhea and myalgia stiiJ irrational eapccially antibiotic. Antibiotic using in ISPA non pneumonia is 30% and non specific acute diarrhea is 16%. Hypoden11ic needle in myalgia cases is 3%. Respondent with paramedic educa.tion background is more till prescription with irrational antibiotic in JSPA non pneumonia (41%), in the same for non specific acute Uiarrheacases between paramedic and medic (15%). From bivariate analysis only knowfedge variable was significantly (p>O.OS) related with employees compliance in impiementing medication regulation of rotional medicine using with p value 0.0015. Qualitative research result shows that besides knowledge factors, other factor also affecting indirectly especially availability of medication regulation book Suggestion from this is instution chief make authority abudent to paamedie with function and aeed attcntion expocially paramedic so that auring care function and midwifery in Puskesmas in order to promote health and preventive.

Read More
T-2662
Depok : FKM-UI, 2007
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Irmi Taty; Pembimbing: Syahrizal Syarif, Anwar Hasan; Penguji: Yvonne Magdalena Indrawani, Kodrat Pramudho, Eman Sumarna
T-2123
Depok : FKM UI, 2005
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Hairani; Pembimbing: Agustin Kusumayanti; Penguji: Sabarinah Prasetyo, Dumilah Ayuningtyas, Beben Saiful Bahri, Muhammad Zaini Jauhari
Abstrak: Karyawan adalah salah satu sumberdaya paling penting dalam upaya mencapai keberhasilan dan tujuan dalam sebuah organisasi. Salah satu faktor penting agar tercapai hasil kerja yang optimal dari seorang karyawan yaitu dengan terpenuhinya kepuasan kerja. Sumberdaya manusia yang baik memiliki kualitas yang mampu mempengaruhi kinerja.Namun sebagus apapun rencana-rencana dan pengawasan dalam sebuah organisasi, jika sumber daya manusianya kurang berminat dan tidak bahagia dalam melakukan pekerjaannya maka suatu organisasi tidak akan mencapai hasil seperti yang seharusnya bisa di capai Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kepuasan kerja dan karakteristik individu terhadap kinerja karyawan di Puskesmas Selong. Jenis penelitian ini adalah deskriptif menggunakan pendekatan rancangan studi cross sectional dengan metode campuran yaitu mengkombinasikan antara metode kuantitatif dan kualitatif. Tidak ada pengaruh kepuasan kerja secara simultan terhadap kinerja pada karyawan di puskesmas selong, uji statistic menunjukkan p=1,000>0,05. Dari lima indicator variabel kepuasan kerja hanya dua indicator yang berpengaruh terhadap kinerja karyawan yaitu kepuasan terhadap imbalan dengan nilai p=0,018<0,05 dan kepuasan terhadap supervisi atasan dengan nilai p=0,029<0,05. Karakteristik individu karyawan yang berpengaruh terhadap kinerja adalah karakteristik pendidikan, hal ini sesuai hasil uji statistic dimana p= 0,047<0,05. Dengan demikian manajemen Puskesmas Selong perlu memberikan pemahaman kepada karyawan mengenai penentuan pembayaran imbalan, melakukan pendekatan dan komunikasi yang lebih efektif dalam upaya perbaikan system pengawasan dan memberikan feedback terhadap hasil kerja karyawan sehingga karyawan dapat mengetahui kekurangan atau kelebihannya. Dengan komunikasi yang lebih intens dengan karyawan melalui pertemuan rutin antara pimpinan dan karyawan akan terjalin komunikasi yang baik sehngga meningkatkan kualitas kerja karyawan.
Employees are one of the most important resources in achieving success and goals in an organization. One of the important factors in order to achieve optimal work results from an employee is the fulfillment of job satisfaction. Good human resources have qualities that can affect performance. However, no matter how good the plans and supervision are in an organization, if the human resources are less interested and unhappy in doing their work then an organization will not achieve the results it should be able to achieve. The purpose of this study was to determine the effect of job satisfaction and individual characteristics on employee performance at Puskesmas Selong. This type of research is descriptive using a cross-sectional study design approach with mixed methods, namely combining quantitative and qualitative methods. There is no effect of job satisfaction simultaneously on the performance of employees at Puskesmas Selong, it can be seen from the p value = 1,000> 0.05. Of the five indicators of job satisfaction variables, only two indicators have an effect on employee performance, namely satisfaction with rewards with a value of p = 0.018 <0.05, and satisfaction with superior supervision with a value of p = 0.029 <0.05. Individual characteristics of employees that affect performance are educational characteristics, it can be seen from the p value = 0,047<0,05. Thus the management of Puskesmas Selong needs to provide an understanding to employees regarding the determination of payment of compensation, approach and communicate more effectively in efforts to improve the supervision system, and provide feedback on the work of employees so that employees can find out their weaknesses or strengths. With more intense communication with employees through regular meetings between leaders and employees, good communication will be established so as to improve the quality of employee work
Read More
T-6086
Depok : FKM-UI, 2020
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Satfitri Rahayu; Pembimbing: Dian Ayubi; Penguji: Besral, Wachyu Sulistiadi, Sudono, Ali Noerdin
Abstrak: Abstrak

Tesis ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi minat pemanfaatan kembali pelayanan kesehatan gigi dan mulut di UPTD Puskesmas Kecamatan Pontianak Tenggara tahun 2013. Penelitian ini merupakan penelitian analitik secara kuantitatif dengan desain cross sectional. Sampel terdiri dari 112 ibu rumah tangga yang berdomisili di wilayah UPTD Puskesmas Kecamatan Pontianak Tenggara.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi minat pemanfaatan kembali pelayanan kesehatan gigi dan mulut UPTD Puskesmas Kecamatan Pontianak Tenggara adalah pengetahuan (OR=7.821) dan kepuasan (OR= 3.122), sedangkan sikap, aksesibilitas, dan jenis pembiayaan tidak menunjukkan hubungan yang bermakna terhadap minat pemanfaatan kembali pelayanan kesehatan gigi dan mulut di UPTD Puskesmas Kecamatan Pontianak Tenggara.


This thesis aims to determine the factors that influence the intention of returning oral health services at UPTD Puskesmas Kecamatan Pontianak Tenggara in 2013. This research is quantitative analytic cross sectional design. The sample consisted of 112 housewives who live in the area UPTD Puskesmas Kecamatan Pontianak Tenggara. The results showed that the factors that affect the intention of returning oral health care UPTD Puskesmas Kecamatan Pontianak Tenggara is knowledge (OR = 7,821) and satisfaction (OR = 3.122), whereas the attitude, accessibility, and type of financing did not show a significant relationship to the intention of returning of oral health services at UPTD Puskesmas Kecamatan Pontianak Tenggara.

Read More
T-3808
Depok : FKM-UI, 2013
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive