Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 33821 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Hamas Musyaddad Abdul Aziz; Pembimbing: Zulkifli Djunaidi; Penguji: Mufti Wirawan, Indri Hapsari Susilowati, Yan Fuadi, M. Hadi Rachman
Abstrak: Secara global, industri pertambangan telah lama dianggap sebagai salah satu industri paling berbahaya dengan risiko kesehatan dan keselamatan yang besar bagi para pekerjanya. Frekuensi kejadian kecelakaan kerja dapat di cegah dengan perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di tempat kerja sekaligus perilaku perilaku tenaga kerja pada khususnya dan masyarakat pada umumnya, yang mulai menyadari pentingnya penerapan norma K3 di tempat kerja. Kematangan tingkat budaya keselamatan (safety maturity level) sangat penting untuk pencegahan perilaku tidak aman, terutama berbagai sector industry dengan tingkat cedera dan kematian yang tinggi. Konsep ini bertujuan untuk membantu organisasi dalam menetapkan tingkat kematangan budaya keselamatan mereka saat ini dan mengidentifikasi tindakan yang diperlukan untuk meningkatkan budaya keselamatan mereka, sehingga diketahui dimensi dan aspek budaya keselamatan yang perlu diperbaiki . Tujuan dari penelitian ini mendesain instrumen pengukuran budaya yang sesuai dengan kondisi di lingkungan PT. XYZ dengan 10 variabel penelitian commitment & support, Leadership, policy & strategy, engagement & involvement, value, safety cost, competency & training, information & communication dan safety performance, melakukan pengukuran budaya keselamatan pada PT. XYZ berdasarkan model tingkatan kematangan budaya keselamatan, dan melihat hubungan antar dimensi budaya keselamatan . Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah mix methode, kuantitatif dan studi literature untuk memilih dimensi budaya keselamatan yang dijadikan variable penelitian dengan jumlah sampel penelitian 123 orang. Hasil penelitian dianalisis menggunakan Structural Equation Modelling (SEM) . Hasil penelitian menunjukan penilaian terhadap safety maturity level dengan 10 (sepuluh) dimensi budaya keselamatan di PT.XYZ berada pada poin 3.56 (Compliant to Proactive), terdapat 9 (sembilan) hipotesis yang dapat diterima, terdapat hubungan yang bermakna antara Leadership (L) dengan Policy & Strategy (PS), dimensi Policy & Strategy (PS) dengan Safety Cost (SC), dimensi Commitment & Support (CS) dengan Process (P), dimensi Leadership (L) dengan Engagement & Involvement (EI), dimensi Safety Cost (SC) dengan Competency & Training (CT), dimensi Process (P) dengan Information & Communication (IC), dimensi Engagement & Involvement (EI) dengan Value (V), dimensi Competency & Training (CT) dengan Safety Performance (SP), Value (V) dengan Safety Performance (SP) dan 1 hipotesis yang tidak diterima, tidak terdapat hubungan yang bermakna antara dimensi Information & Communication (IC) dengan Safety Performance (SP).
Globally, the mining industry has long been considered one of the most dangerous industries with great health and safety risks to its workers. The frequency of work accidents can be prevented by planning, implementing and monitoring Occupational Safety and Health (K3) in the workplace as well as the behavior of workers in particular and the community in general, who are starting to realize the importance of implementing OSH norms in the workplace. Maturity level of safety culture (safety maturity level) is very important for the prevention of unsafe behavior, especially various industrial sectors with high rates of injury and death. This concept aims to assist organizations in determining the maturity level of their current safety culture and identify the actions needed to improve their safety culture, so that the dimensions and aspects of safety culture need to be improved . The purpose of this study is to design a cultural measurement instrument that is appropriate to the conditions in the PT. XYZ with 10 research variables commitment & support, Leadership, policy & strategy, engagement & involvement, value, safety cost, competency & training, information & communication and safety performance, measured safety culture at PT. XYZ is based on a safety culture maturity level model, and looks at the relationship between safety culture dimensions. The method used in this study is a mix method, quantitative and literature study to select the dimensions of safety culture which are used as research variables with research sample of 123 people. The results were analyzed using Structural Equation Modeling (SEM). The results of the study show that the assessment of the safety maturity level with 10 (ten) dimensions of safety culture at PT. XYZ is at point 3.56 (Compliant to Proactive), there are 9 (nine) hypotheses that can be accepted, there is a significant relationship between Leadership (L) and Policy & Strategy (PS), Policy & Strategy (PS) dimension with Safety Cost (SC), Commitment & Support (CS) dimension with Process (P), Leadership dimension (L) with Engagement & Involvement (EI), Safety Cost dimension (SC) with Competency & Training (CT), Process dimension (P) with Information & Communication (IC), Engagement & Involvement (EI) dimension with Value (V), Competency & Training (CT) dimension with Safety Performance (SP) , Value (V) with Safety Performance (SP) and 1 hypothesis which is not accepted, there is no significant relationship between Information & Communication (IC) and Safety Performance (SP) dimensions.
Read More
T-6466
Depok : FKM-UI, 2022
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Andhika Stevianingrum; Pembimbing: Dadan Erwandi; Penguji: Fatma Lestari, Chandra Satrya, Astrid Wina Lestari, Siti Rahmatia Pratiwi
Abstrak: Tesis ini membahas terkait gambaran tingkat kematangan budaya keselamatan dan kesehatan kerja (Safety Culture Maturity Level) serta kinerja keselamatan di PT. X, sebuah perusahaan jasa pertambangan batubara. Penelitian dilakukan dengan pendekatan semi-kuantitatif dengan desain studi cross-sectional pada pekerja di jobsite A,B,C,D pada bulan April - Juni 2022. Variabel kematangan budaya K3 nantinya dilihat keterkaitannya terhadap kinerja keselamatan di PT.X. Hasil penelitian menunjukkan hasil tingkat kematangan budaya keselamatan di PT X pada level Proaktif dengan kinerja keselamatan berdasarkan tingkat kejadian kecelakaan yang dinilai baik, sehingga disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kematangan budaya keselamatan dengan kinerja keselamatan di PT.X
Read More
T-6395
Depok : FKM-UI, 2022
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Atta Rizky Suharto; Pembimbing: Fatma Lestari; Penguji: Dadan Erwandi, Zulkifli Djunaidi, Estu Subagyo, Wenny Ipmawan
Abstrak: Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di perusahaan dapat diukur dengan berapa banyak kecelakaan yang terjadi setiap tahun dan banyak profesional telah mengembangkan indikator utama sebagai budaya keselamatan untuk mencegahnya. Perusahaan yang bergerak di bidang migas juga memiliki potensi risiko kebakaran, ledakan, pencemaran lingkungan dan kecelakaan kerja lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran yang komprehensif tentang penerapan budaya keselamatan di tempat kerja, khususnya perusahaan pengolahan minyak dan gas bumi dan akan digunakan sebagai perilaku keselamatan untuk mencapai target yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Studi penelitian melibatkan 356 pekerja di kantor dan lapangan PT XYZ melalui survei online yang menanyakan item demografis dan dimensi iklim keselamatan. Analisis statistik dilakukan dengan uji T sampel independen yang membandingkan item iklim keselamatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa iklim keselamatan dalam dimensi organsisasi, pekerjaan dan individu memperolah nilai masing-masing 4,23, 3,98 dan 4,36. Dilihat dari faktor keselamatannya, Personal Priorities and Need for Safety (PPNS) secara umum memiliki persepsi skor tertinggi di antara yang lainnya, sedangkan lingkungan kerja adalah yang paling rendah. Rata-rata perbandingan menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara iklim keselamatan berdasarkan lokasi kerja dan pendidikan. Sedangkan variabel posisi manajemen menunjukkan perbedaan rata-rata yang meliputi komitmen manajemen, komunikasi, lingkungan yang mendukung, keterlibatan, prioritas pribadi dan kebutuhan akan keselamatan, dan lingkungan kerja. Selain itu, terdapat tiga kategori temuan paling sering dari PEKA (Safety Observation) yaitu peralatan dan perlengkapan sekitar 61,29%, kondisi lingkungan 25,32%, dan Alat Pelindung Diri 5,34%. Dari hasil pengukuran Tingkat Kematengan Budaya K3 pada PT XYZ terlihat bahwa PT XYZ berada pada level kalkulatif dengan nilai 3,04. Ditinjau dari Level jabatannya yaitu manajemen 3,1 dan pekerja level bawah 2,98
The implementation of Occupational Health and Safety (OHS) in the company can be measured with how many accidents happened each year and many professionals have developed leading indicators as safety culture to prevent these. The company focused on oil and gas sector has also potential risk to fires, explosions, environmental poollution and other work accidents. This study aims to provide comprehensive overview of safety culture implementation in the workplace, in particular oil and gas refining company and will be utilized as safety behaviour to achieve target set by the company. The research study included 356 workers in both office and field through online survey asking for demographic items and safety climate dimensions. The statistical analysis was performed with independent-samples T test comparing safety climate items. The study resulted the safety climate in the dimensions of the organization, work and individual earned values of 4.23, 3.98 and 4.36, respectively. Based on the safety factor, Personal Priorities and Need for Safety (PPNS) in general having highest score perception among others, while work environment has lowest score. The mean comparison showed there was no significant among safety climates based on work location and education. Meanwhile the variable of management position indicated mean difference including management commitment, communication, supportive environment, involvement, personal priorities and need for safety, and work environment. In addition, Three categories of common finding from Safety Observation (PEKA): equipment and supplies around 61.29%, environmental conditions 25.32%, and Personal Protective Equipment 5.34%. From the measurement results of the Safety Culture Maturity Level at PT XYZ, it can be seen that PT XYZ is at a calculative level with a value of 3.04. In terms of position level: upper management 3.1 and lower management 2.98.
Read More
T-6213
Depok : FKM-UI, 2021
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Clara Nisa Fanegi; Pembimbing: Hendra; Penguji: Abdul Kadir, Mufti Wirawan, Izzatu Milla, Tubagus Dwika Yuantoko
Abstrak:
Industri manufaktur kimia merupakan salah satu sektor industri yang memiliki potensi bahaya tinggi dan kompleksitas proses kerja yang menuntut implementasi sistem keselamatan kerja yang kuat. Salah satu aspek yang perlu dikaji secara mendalam adalah tingkat kematangan budaya keselamatan (safety culture maturity) yang dimiliki oleh perusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat kematangan budaya keselamatan di PT. XYZ serta mengidentifikasi perbedaan persepsi dan keterlibatan karyawan. Pengukuran dilakukan dengan instrument kuesioner yang terdiri dari berbagai dimensi dan elemen budaya keselamatan, serta didukung dengan data wawancara , diskusi kelompok dan tinjauan dokumen. Berdasarkan hasil analisis, diperoleh bahwa tingkat kematangan budaya keselamatan PT. XYZ berada pada level 3 atau Calculative. Hasil ini menunjukkan bahwa Perusahaan telah memiliki sistem K3 yang terstruktur dan terdokumentasi, namun nilai – nilai keselamatan belum sepenuhnya diinternalisasi dalam perilaku kerja sehari – hari. Selain itu, ditemukan adanya perbedaan persepsi antar jabatan dan unit kerja, di mana keterlibatan pekerja lapangan dalam evaluasi dan pembelajaran keselamatan masih terbatas. Beberapa hal yang perlu ditingkatkan antara lain efektivitas komunikasi keselamatan, partisipasi pekerja dalam analisis insiden kecelakaan, serta konsistensi pelaksanaan tindak lanjut dari temuan dan evaluasi risiko. 
The chemical manufacturing industry is one of the industrial sectors with high hazard potential and complex work processes, requiring the implementation of a strong occupational safety system. One critical aspect that must be explored in depth is the level of safety culture maturity within a company. This study aims to analyze the maturity level of safety culture at PT. XYZ and identify the differences in perception and engagement among employees. The assessment was conducted using a questionnaire instrument consisting of various safety culture dimensions and elements, supported by data from interviews, focus group discussions, and document reviews. Based on the analysis results, the overall safety culture maturity level at PT. XYZ was found to be at level 3 or Calculative. This indicates that while the company has a structured and well-documented safety management system, safety values have not yet been fully internalized into daily work behaviors. In addition, the study found significant differences in perceptions across job levels and departments, where workers in operational roles had limited involvement in safety evaluation and organizational learning. Areas that require improvement include safety communication effectiveness, employee participation in incident analysis, and consistency in follow-up actions from findings and risk evaluations.
Read More
B-2546
Depok : FKM UI, 2025
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Meddy Harjanto; Pembimbing: Zulkifli Djunaidi; Penguji: Fatma Lestari, Dadan Erwandi, Kevin Gerhana Angga, Nur Hudha
Abstrak: Seiring dengan perkembangan jaman sebagaimana kegiatan di industry Minyak dan Gas (Migas) yang memiliki risiko tinggi sehingga diperlukan pengelolaan operasi yang sangat baik, tertata dan terencana dengan matang. Hal ini berkaitan dengan kecelakaan yang diakibatkan oleh prilaku tidak aman (un-safe act) sebagai penyebab dominan. Oleh karena itu, dilakukan penelitian tentang analisis budaya keselamatan dengan mengukur Safety Climate Level (SCL) dan Safety Culture Maturity Level (SCML), sebagai upaya peningkatan buadaya keselamatan untuk mengurangi kecelakaan. Populasi pada penelitian ini berjumlah 2.568 pekerja, kemudian pengambilan data dilakukan dengan menggunakan metode penyebaran keusioner dan Focus Group Discussion (FGD) untuk di Site A dengan jumlah 245 pekerja. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui skor SCL 7,82 (>7,5 ref. Norma SCL) dimana safety climate sudah tercermin dengan baik pada individu dan kelompok. Sedangkan safety culture sudah berada pada level 4 (proactive) dengan skor SCML 4,17 dari total skor 5. Hal ini menunjukkan peran pekerja dalam program K3 telah meningkat dimana pendekatan bottom-up perlu ditingkatkan dengan menyerap dan menindaklanjuti spirasi dan masukkan dari pekerja.
Read More
T-5655
Depok : FKM UI, 2019
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Marina Kartikawati; Pembimbing: Zulkifli Djunaidi; Penguji: Dadan Erwandi, Ridwan Zahdi Syaaf, Wawan Irawan, L. Kukuh Prabowo
Abstrak: Latar Belakang : Budaya keselamatan tidak hanya berpengaruh kepada produktivitas namun juga persaingan antar usaha yang sejenis. Konsep budaya keselamatan merupakan sebuah konsep baru di sektor konstruksi yang memiliki karakteristik tenggang waktu penyelesaian yang sempit serta tingginya angka pergantian pekerja. PT. MK. Departemen Gedung memenangkan tender atas Proyek Renovasi Stadion Utama Gelora Bung Karno dengan jangka waktu proyek selama 14 bulan (Choudhry et al. 2007) (Cooper 2002). Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kematangan budaya di PT. MK pada proyek Renovasi Stadion Utama Gelora Bung Karno (SU-GBK). Metode : Metode pengambilan data secara kualitatif (FGD, observasi dan wawancara mendalam) dan diolah dengan metode kuantitatif untuk kemudian dilakukan analisis secara mendalam(indepth analysis) pada bulan Mei-Juli 2017. Sampel dalam penelitian ini dipilih dengan stratified random sampling yang ditentukan berdasarkan representasi di dalam populasi. Hasil : PT. MK Proyek Renovasi SU-GBK menitik beratkan perhatian kepada perencanaan sistem, namun persepsi dalam implementasi dan evaluasi sistem manajemen keselamatan masih memiliki nilai yang rendah. Manajemen dalam proyek telah menyadari pentingnya manusia dalam sebuah pekerjaan. Manusia / pekerja adalah aset penting bagi perusahaan. Namun hal ini belum dirasakan oleh sebagian besar pekerja karena nilai yang tinggi terdapat pada level manajemen dan pengawas. Kesadaran akan keselamatan yang dibangun oleh para pemimpin proyek (manajemen dan pengawas) masih dalam tahapan awal namun keselamatan kerja belum tercermin dalam keseharian / daily activities di proyek ini karena masih dalam tahapan menata organisasi. Kesimpulan : Tingkat kematangan budaya keselamatan di PT. MK Proyek Renovasi Stadion Utama Gelora Bung Karno (SU-GBK) dapat dikategorikan ke dalam tingkat kalkulatif dengan rata-rata nilai adalah 3,19. Sistem manajemen keselamatan berjalan didasarkan data yang ada dengan kendali penuh pada manajemen tanpa partisipasi aktif dari pekerja. Organisasi dengan level kalkulatif merupakan organisasi yang belum siap dalam menjalankan budaya keselamatan. Kata Kunci : Budaya Keselamatan, Konstruksi, Keselamatan Kerja.
Read More
T-4947
Depok : FKM-UI, 2017
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Frandy Sinatra Surbakti; Pembimbing: Fatma Lestari; Penguji: Dadan Erwandi, Benyamin Argubie, Muhammad Ginanjar Noor
Abstrak: Penelitian tesis ini menganalisis iklim K3 pada PT.XYZ yang merupakan perusahaan eksplorasi dan produksi minyak bumi dan gas alam. Data perusahaan menunjukkan terjadi 16 kasus recordable injury (RI) pada tahun 2019, 9 kasus RI pada tahun 2020 dan 2 kasus RI sampai dengan 31 Agustus 2021 yang disebabkan oleh kurangnya kesadaran, kewaspadaan serta kelalaian. Survei iklim budaya K3 pada PT. XYZ dilakukan untuk mendapatkan potret terkini, menganalisis kelemahan dan memberikan rekomendasi perbaikan untuk meminimalisir angka kecelakaan kerja. Studi cross sectional dengan pendekatan kuantitatif serta metode penelitian Iklim K3 dipergunakan dengan menyebar survei kuisioner melalui Google Form dengan pemilihan sampel bersifat proporsional cluster random sampling yang melibatkan 322 responden. Hasil survei menunjukkan nilai rata-rata iklim K3 perusahaan adalah 4.12 pada skala 1-5 dengan nilai rata-rata pada masing-masing variabel >3.75 menunjukkan bahwa pekerja mempersepsikan bahwa nilai keselamatan sudah terinternalisasi dengan optimal baiik sebagai individu, kelompok dan organisasi. Fokus perbaikan pada variabel kelompok yang memiliki 2 subvariabel dibawah nilai rata-rata. Terdapat perbedaan signifikan pada kelompok status pekerja (Supportive Environment p-value 0.048, Involvement p-value 0.001) dan kelompok lokasi kerja (Management Commitment p-value 0.018).
This thesis research analyzes the OHS climate at PT. XYZ, an oil and natural gas exploration and production company. Company data shows that there were 16 recordable injury (RI) cases in 2019, 9 RI cases in 2020 and 2 RI cases up to 31 August 2021 which were caused by lack of awareness, vigilance and complacency. OHS climate survey at PT. XYZ is carried out to get the latest OHS climate portrait, analyze weaknesses and provide recommendations for improvement to decrease the accidents. A cross-sectional study with a quantitative approach and research methods on OHS Climate was used by distributing questionnaires survey via Google Form and sample selection by proportional cluster random sampling involving 322 respondents. The survey results show that the average value of the company's OHS climate is 4.12 on a scale of 1-5 and average value for each variable >3.75 indicating that workers perceive that safety values have been optimally internalized as individuals, groups and organizations. The focus of improvement is on group variables which have 2 sub-variables below the average value. There was a significant difference in worker status group (Supportive Environment p-value 0.048, Involvement p-value 0.001) and work location group (Management Commitment p-value 0.018).
Read More
T-6313
Depok : FKM-UI, 2022
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Rijal Noor Al-Ghiffari; Pembimbing: Dadan Erwandi; Penguji: Abdul Kadir, Robiana Modjo, Agung Surya Irawan; Djunafar Eric
Abstrak: Budaya keselamatan (safety culture) didefinisikan sebagai kumpulan karakteristik dan sikap dalam organisasi dan individu yang menetapkan bahwa, sebagai prioritas utama, isu keselamatan terjamin menjadi perhatian karena signifikansinya. Sedangkan performa keselamatan merupakan capaian keselamatan yang didefinisikan berdasarkan target (tujuan terencana pada periode waktu tertentu) dan indikator (parameter berdasarkan data yang digunakan untuk memonitor dan menialai) performa keselamatan. PT. XYZ merupakan salah satu perusahaan manufaktur yang menaruh perhatian terhadap budaya keselamatan dengan risiko kerja dari aktivitas produksi minuman. Catatan performa keselamatan PT. XYZ dalam 5 tahun terkahir menunjukkan masih adanya kecelakaan kerja kategori lost time injury (LTI) dan medical treatment injury (MTI). Catatan penilaian bahaya dan risiko ditempat kerja juga menunjukkan 80% bahaya dan risiko berkaitan dengan faktor perilaku manusia. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk menilai hubungan budaya keselamatan dan performa keselamatan. Penelitian dilakukan di 8 pabrik PT. XYZ yang tersebar diseluruh Indonesia dengan responden 321 karyawan di bagian manufaktur. Penelitian dilakukan pada bulan Maret – Juni 2022 dengan menggunakan kuesioner yang didukung dengan wawancara, obeservasi lapangan, dan data perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan skor persepsi budaya keselamatan PT. XYZ adalah 3,83 dan termasuk dalam kategori baik. Dimensi yang dipersepsikan dengan skor tertinggi ialah sistem keselamatan dan dimensi dengan skor terendah ialah tekanan pekerjaan. Perhitungan statistik menunjukkan tidak adanya hubungan antara budaya keselamatan dan performa keselamatan di PT. XYZ. Penelitian selanjutnya diharapkan mampu memerikan gambaran budaya bukan hanya pada konteks iklin keselamatan, melainkan juga konteks budaya keselamatan organisasi yang komprehensif
Safety culture is the assembly of characteristics and attitudes in organizations and individuals which establishes that, as an overriding priority, protection and safety issues receive the attention warranted by their significance. Meanwhile, safety performance is a safety achievement that is defined based on targets (planned goals for a certain period of time) and indicators (parameters based on data used to monitor and assess) safety performance. PT. XYZ is one of the manufacturing companies that pays attention to safety culture with occupational risks from beverage production activities. PT. XYZ in the last 5 years shows that there are still occupational accidents in the lost time injury (LTI) and medical treatment injury (MTI) categories. The hazard and risk assessment records in the workplace also show that 80% of hazards and risks are related to human factors. Therefore, this study was conducted to assess the relationship between safety culture and safety performance. The research was conducted in 8 factories of PT. XYZ spread throughout Indonesia with 321 employees in the manufacturing sector as respondents. The research was conducted in March – June 2022 using a questionnaire supported by interviews, field observations, and company data. The results showed that the score of the perception of the safety culture of PT. XYZ is 3.83 and is in the good category. The dimension perceived with the highest score is the safety management system and the dimension with the lowest score is work pressure. Statistical calculations show that there is no relationship between safety culture and safety performance at PT. XYZ. Future research is expected to be able to provide a cultural picture not only in the context of safety climate, but also in the context of a comprehensive organizational safety culture
Read More
T-6835
Depok : FKM-UI, 2023
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Frik Mick Febby; Pembimbing: Zulkifli Junaidi; Penguji: Fatma Lestari, Chandra Satrya, Bambang Sisharyono, Anggia Fatmawati
Abstrak: Keselamatan proses adalah sebuah disiplin yang bertujuan untuk mengelola integritas sistem operasi dan peralatan proses bahan berbahaya. Pada industri proses, integritas peralatan proses merupakan perhatian utama, kegagalan peralatan proses merupakan kontribusi pada dasar masalah sejumlah besar kecelakaan / insiden terjadi di fasilitas proses. Pengelolahan integritas peralatan dari fasilitas proses dilakukan dengan memastikan kecukupan dan kehandalan dari lapisan proteksi (layer of protection). Penentuan kecukupan peralatan lapisan proteksi dilakukan dengan menghitung SIL (Safety Integrity Level) dari suatu fungsi instrumentasi. Terdapat dua metode yang paling banyak digunakan pada industri minyak dan gas untuk penentuan SIL adalah metode Risk Graph dan LOPA (Layer Of Protection Analysis). Analisa dari kedua metode Risk Graph dan LOPA dilakukan untuk memahami dan mengetahui faktor-faktor apa saja yang perlu dipertimbangkan dalam penentuan SIL dengan kedua metode tersebut. Penelitian dilakukan dengan melakukan analisa data primer melalui pelaksanaan workshop dan analisa data sekunder dengan mengulas beberapa jurnal terkait. Hasil dari penelitian adalah pemaparan kelebihan dan limitasi dari kedua metode dan pengembangan metode Risk Graph serta penggabungan dengan beberapa metode penentuan target SIL semi kuantitatif dan kuantitatif lainnya sebagai penyaring awal.

Process safety is a dicipline that framework for managing the integrity of operating system and processes handling hazardous substances. In the process industry, asset integrity is a major concern. Failure of eqiupment are observed as fundamental contributory issues in the large number of accidents in the process facilities. Asset integrity management in the process industry is carried out by ensuring the adequacy and relibility of the protection layer. Determination of the protection layer equipment adequation is done by calculating SIL (Safety Integrity Level) of a safety instrumented function. Two widely used methods in the Oil & Gas industry for SIL determination are Risk Graphs and Layer of Protection Analysis (LOPA). Analysis both Risk Graph and LOPA methods is performed to understand what factors should be considered in SIL determination study with both methods. The research was conducted by conducting analyze of primary data through SIL study workshop and secondary data by reviewing several related internation journals. The results of this research are the explanation of the advantages and limitations of both methods and the modification of the Risk Graph method and combination to other SIL determination methods (semi quantitative and quantitative) as the initial screening. 
Read More
T-4900
Depok : FKM UI, 2017
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Ambi Pradiptha; Pembimbing: Fatma Lestari, Dadan Erwandi; Penguji: Mila Tejamaya, I Gusti Suarnaya Sidemen, Teguh Cahyono
Abstrak: Gas klorin merupakan bahan kimia yang berbahaya karena sifatnya yang beracun dankorosif. Klorin juga termasuk ke dalam Extremely Hazardous Substances (EHS) ataubahan yang berbahaya sekali karena gas klorin dapat menimbulkan kematian (EPA,1990). Penelitian ini membahas tentang analisis risiko kebocoran gas pada fasilitastangki penyimpanan klorin di PT XYZ dengan mengasumsikan adanya korosi padavalve dan fusible plug tangki klorin. Dianalisa menggunakan pendekatan ComputationalFluid Dynamics 3 dimensi yang diproses dengan meggunakan perangkat lunak FLACS.Desain penelitian menggunakan analisis risiko secara kualitatif dengan desain deskriptifdan menggunakan FTA untuk menentukan skenario kebocoran dengan menggunakandata sekunder. Dari hasil penelitian diketahui bahwa sebaran kebocoran gas klorin yangdihasilkan dari pemodelan berpotensi menyebar tidak hanya didalam area PT XYZnamun juga sampai ke pemukiman penduduk dengan tingkat konsentrasi yangbervariasi mulai dari angka tertinggi 300 ppmv sampai 10 ppmv. PT XYZ disarankanuntuk selalu melakukan pengecekan berkala pada fasilitas tangki klorin, melakukanpelatihan tanggap darurat kebocoran klorin dan audit berkala sebagai bentuk upayapencegahan kebocoran klorin.Kata kunci: Kebocoran klorin, FLACS, Sebaran gas klorin, FTA.
Read More
T-5227
Depok : FKM-UI, 2018
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive