Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 27019 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Nurfanida Librianty; Promotor: Bambang Wispriyono; Kopromotor: Haryoto Kusnoputranto, Anna Rozaliyani, Penguji: Faisal Yunus, Besral, Arief Budi Witarto
Abstrak: Pandemi Coronavirus diseases 2019 (COVID-19) membuat krisis kesehatan global. Pajanan lama PM, NO2, CO, O3 berefek negatif terhadap pasien COVID-19. Beberapa penelitian menunjukkan hubungan signifikan kerentanan genetik terhadap efek polutan udara terhadap penyakit, seperti pasien COVID-19 dengan polimorfisme ACE rs4646994 atau ACE2 rs2285666 dapat memiliki derajat lebih berat. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh pajanan PM2,5, NO2, O3, kondisi iklim, polimorfisme ACE rs4646994 dan ACE2 rs2285666, usia, IMT, serta komorbid hipertensi, penyakit jantung, asma dan DM terhadap derajat COVID-19. Data lingkungan didapatkan dari BMKG dan subjek berdomisili radius < 3 km dari Stasiun Metereologi Kemayoran dengan membagi menjadi kelompok pasien derajat asimtomatik-ringan dan sedang-berat. Pemeriksaan polimorfisme diambil dari sampel swab bukal. Data dilakukan analisis regresi logistik. Hasil penelitian ini mendapatkan pasien COVID-19 dengan polimorfisme ACE2 rs2285666 genotip AA akan berisiko 9,128 kali mengalami derajat lebih berat. Polimorfisme ACE rs4646994, pajanan PM2,5, NO2 serta komorbid tidak berhubungan signifikan dengan derajat COVID-19. Pajanan O3, temperatur rendah, kelembaban rata-rata tinggi, sedikit sinar matahari, dan IMT tinggi secara signifikan memperberat COVID-19 pada analisis bivariat. Penelitian ini menyimpulkan polimorfisme ACE2 rs2285666 genotip AA merupakan faktor risiko memberatnya derajat COVID-19. Pajanan O3, IMT, temperatur minimum, temperatur rata-rata, kelembaban rata-rata dan lama penyinaran matahari dapat berperan terhadap derajat COVID-19.
Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) pandemic created a global health crisis. Prolonged exposure to PM, NO2, CO, O3 has a negative effect on COVID-19 patients. Several studies have shown a significant relationship between genetic susceptibility to the effects of air pollutants on disease, such as COVID-19 patients with ACE rs4646994 or ACE2 rs2285666 polymorphisms can have a more severe degree. The aim of this study was to analyze the effect of exposure to PM2.5, NO2, O3, weather conditions, ACE rs4646994 and ACE2 rs2285666 polymorphisms, age, BMI, and comorbidities (hypertension, heart disease, asthma, and DM) on the degree of COVID-19. Environmental data were obtained from the BMKG and the subjects were domiciled within a radius of <3 km from the Kemayoran Meteorological Station by dividing the patients into asymptomatic-mild and moderate-severe groups. Polymorphism examination was taken from a buccal swab sample. Logistic regression was used to analyze the data. The results of this study found that COVID-19 patients with the polymorphism ACE2 rs2285666 genotype AA would be 9.128 times more at risk of experiencing a more severe degree. Polymorphism ACE rs4646994, exposure to PM2.5, NO2 and comorbidities were not significantly related to the degree of COVID-19. O3 exposure, low temperature, high average humidity, fewer durations of sunlight, and high BMI significantly aggravate COVID-19 in bivariate analysis. This study concluded that the polymorphism ACE2 rs2285666 genotype AA is a risk factor for the severity of COVID-19. Exposure to O3, BMI, minimum temperature, average temperature, average humidity, and duration of sunlight can play a role in the degree of COVID-19.
Read More
D-473
Depok : FKM UI, 2023
S3 - Disertasi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Nurusysyarifah Aliyyah; Promotor: Haryoto Kusnoputranto; Kopromotor: Bambang Wispriyono, Laila Fitria; Penguji: Mondastri Korib Sudaryo, Umar Fahmi Achmadi, Mukono; Syafruddin
Abstrak:

Hipertensi merupakan salah satu kondisi medis yang cukup serius karena dapat meningkatkan risiko penyakit jantung, otak, ginjal dan penyakit lainnya. Wilayah di DKI Jakarta dengan prevalensi hipertensi tertinggi berdasarkan diagnosis dokter yaitu Kota Jakarta Pusat sebesar 12,16%. Partikulat meter organik dan komponen partikulat meter dapat memicu proinflammatory effects pada paru-paru karena kemampuannya mengakibatkan stress oksidatif. Penelitian ini bertujuan untuk menyusun model pengaruh pajanan PM2,5 di udara ambien terhadap kejadian hipertensi melalui stress oksidatif dan sitokin inflamasi pada penduduk di Jakarta Pusat. Penelitian dilakukan pada penduduk dewasa (18-65 tahun) di Kota Jakarta Pusat dengan disain studi hybrid cross sectional ecology. Pengumpulan data secara cluster random sampling dengan analisis data dilakukan melalui pemodelan regresi logistik multilevel dan cox regresi proporsional hazard.
Hasil analisis menunjukkan terdapat asosiasi antara PM2,5 di udara ambien dengan biomarker stress oksidatif (IOR PM2,5: 2,185173-2,185176) dan dengan biomarker sitokin inflamasi (IOR PM2,5: 1,21-1,91). Pemodelan multivariat dengan cox regresi proporsional hazard menunjukkan bahwa variabel umur dan indeks massa tubuh merupakan confounder hubungan antara stress oksidatif dengan hipertensi dan antara sitokin inflamasi dengan hipertensi dengan nilai Rasio Prevalens adjusted (95% CI) masing-masing sebesar 1,19 (0,69-2,03) dan 0,99 (0,58-1,72). Dapat disimpulkan bahwa variabel konsentrasi PM2,5 di udara ambien memiliki peran terhadap terjadinya hipertensi, stress oksidatif dan sitokin inflamasi pada penduduk di Jakarta Pusat.


Hypertension is a serious medical condition that can increase the risk of heart, brain, kidney and other diseases. The area in DKI Jakarta with the highest prevalence of hypertension based on doctor diagnosis is Central Jakarta city about 12.16%. Organic particulate matters and particulate matter components can trigger proinflammatory efects in the lung due to their ability to cause oxidative stress. This study aims to develop a model of the Influence of PM2,5 Exposure in Ambient Air on Hypertension Occurrence through Oxidative Stress and Inflammatory Cytokines among residents in Central Jakarta. The study was conducted among adult residents (age 18-65 years) in Central Jakarta with hybrid cross sectional study design. Data collected using cluster random sampling with data analysis carried out through multilevel logistic regression modeling and cox proportional hazard regression. Results show there is an association between PM2.5 in ambient air with oxidative stress biomarkers (IOR PM2.5: 2.185173-2.185176) and with inflammatory cytokine biomarkers (IOR PM2.5: 1.21-1.91). Multivariate modeling with Cox regression proportional hazard shows that age and body mass index are confounders of the relationship between oxidative stress with hypertension and between inflammatory cytokines with hypertension with an adjusted prevalence ratio (95% CI) value of 1.19 (0.69-2.03) and 0.99 (0.58-1.72). It can conclude that concentration of PM2.5 in ambient air has a role on hypertension, oxidative stress and inflammatory cytokine among residents in Central Jakarta.

Read More
D-519
Depok : FKM-UI, 2024
S3 - Disertasi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Satria Pratama; Promotor: Haryoto Kusnoputranto; Kopromotor: Bambang Wispriyono, Faisal Yunus; Penguji: Fatma Lestari, Besral, Elisna Syahruddin, Inswiyasri, Sonny Warouw
D-338
Depok : FKM-UI, 2016
S3 - Disertasi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Corie Indria Prasasti; Promotor: R. Budi Haryanto; Kopromotor: Laila Fitria, Ratna Djuwita; Penguji: Fatma Lestari, Indang Trihandini, Soedjajadi Keman, Herawati Sudoyo, Juliana Jalaludin
Abstrak:
Latar Belakang: Kualitas lingkungan dalam rumah yang buruk dapat menyebabkan gangguan saluran pernafasan. Faktor lingkungan memainkan peran utama dalam kelangsungan hidup dan reproduksi HDM sedangkan faktor risiko genetik juga berperan penting dalam perkembangan penyakit alergi pernapasan selain faktor lingkungan. Rumusan Masalah: Pajanan lingkungan yang meliputi House Dust Mite (HDM), Volatile Organic Compounds (VOCs), Particulate Matter (PM) telah dikaitkan dengan rinitis alergi, etapi hasilnya tidak konsisten. Polimorfisme gen IL-4 pada beberapa studi menunjukkan korelasi terhadap peningkatan risiko rinitis alergi walaupun masih menjadi perdebatan. Tujuan: Menganalisis Tungau Debu Rumah, TVOCs, PM2.5 terhadap Gejala Rinitis Alergi dan Gambaran Polimorfisme Gen IL-4 Pada Anak Dengan Rinitis Alergi Di Kota Surabaya. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasi dengan pendekatan cross sectional, sampel diambil dengan menggunakan metode random sampling. Sampel penelitian adalah anak-anak usia 13-14 tahun pada populasi yang tinggal di rumah yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Variabel yang akan diteliti adalah Tungau Debu Rumah, TVOCs, PM2.5, suhu, kelembaban, kecepatan aliran udara, sumber pencemar dalam rumah, karakteristik (usia, jenis kelamin, riwayat penyakit, status gizi, status merokok keluarga), gejala rinitis alergi, dan polimorfisme gen IL-4. Data kuantitatif dan kualitatif hasil observasi, wawancara mendalam dan pengukuran disajikan dalam bentuk narasi, bagan, dan tabel. Data diolah menggunakan regresi logistik berganda melalui software SPSS. Hasil: Tungau Debu Rumah dalam rumah memiliki hubungan (p=0,026) dengan gejala rinitis alergi pada anak. Sedangkan TVOCs dan PM2,5 tidak memiliki hubungan dengan gejala rinitis alergi. Polimorfisme Gen IL-4 (rs2243250) tidak memiliki hubungan dengan gejala rinitis alergi pada anak yang tinggal di rumah dengan tungau debu rumah, sedangkan Polimorfisme Gen IL-4 (rs2227284) menunjukkan adanya perbedaan proporsi terhadap gejala rinitis alergi pada anak yang tinggal di rumah tanpa tungau debu rumah (p = 0,043). Genotipe GT pada rs2227284 merupakan faktor risiko gejala rinitis alergi pada anak yang tinggal di rumah tanpa tungau debu rumah (p = 0,022; OR = 4,560; 95%CI = 1,250-16,634). Kesimpulan: Anak yang tinggal pada rumah dengan tungau debu rumah berisiko 2,6 kali lebih tinggi untuk mengalami gejala rinitis. Pedoman penyehatan udara dalam ruang yang aplikatif disertai edukasi terkait penggunaan bahan sumber pencemar udara dalam ruangan yang aman dan sehat sebagai upaya preventif dan promotif sangat diperlukan

Background: Poor household environment quality can lead to respiratory tract disorders. Environmental factors play a major role in the survival and reproduction of HDM while genetic risk factors also play an important role in the development of respiratory allergic diseases in addition to environmental factors. Problem Formulation: Environmental exposures including House Dust Mite (HDM), Volatile Organic Compounds (VOCs), Particulate Matter (PM) have been linked to allergic rhinitis, but the results are inconsistent. The polymorphism of the IL-4 gene in some studies showed a correlation to an increased risk of allergic rhinitis although it is still a matter of debate. Purpose: To analyze House Dust Mites, TVOCs, PM2.5 on Allergic Rhinitis Symptoms and IL-4 Gene Polymorphism in Children With Allergic Rhinitis in the City of Surabaya. Method: This study is an observational study with a cross sectional approach, samples are taken using the random sampling method. The study sample was children who has ages 13-14 years old and live at home that met the inclusion and exclusion criteria. The variables to be studied are House Dust Mites, TVOCs, PM2,5, temperature, humidity, air flow speed, sources of pollutants in the home, characteristics (age, sex, disease history, nutritional status, family smoking status), symptoms of allergic rhinitis, and IL-4 gene polymorphism. Quantitative and qualitative data from observations, indepth interviews and measurements are presented in the form of narratives, charts, and tables. Data is processed using logistic regression through SPSS software. Results: House Dust Mites in the house were associated (p=0.026) with symptoms of allergic rhinitis in children. While TVOCs and PM2.5 have no association with the symptoms of allergic rhinitis. IL-4 Gene Polymorphism (rs2243250) had no association with allergic rhinitis symptoms in children living in homes with house dust mites, while IL-4 Gene Polymorphism (rs2227284) showed a difference in proportion to the symptoms of allergic rhinitis in children living in homes without house dust mites (p = 0.043). GT genotype at rs2227284 is a risk factor for symptoms of allergic rhinitis in children living in homes without house dust mites (p = 0.022; OR = 4,560; 95%CI = 1,250-16,634). Conclusion: Children living in homes with house dust mites are at 2.6 times higher risk of developing symptoms of rhinitis. Applicative indoor air health guidelines accompanied by education related to the use of safe and healthy indoor air pollutants as preventive and promotional efforts are needed.
Read More
D-493
Depok : FKM-UI, 2023
S3 - Disertasi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Hasnawati Amqam; Promotor: Umar Fahmi Achmadi; Kopromotor: Budi Haryanto, Irawan Yusuf; Penguji: Kusharisupeni Djokosujono, Imam Subekti, Asep Nugraha Ardiwinata, Indang Trihandini, Dewi Susanna
Abstrak: ABSTRAK
 
 
Penggunaan jangka panjang insektisida klorpirifos (CPF) akan menimbulkan efek
 
pada Thyroid Stimulating Hormone (TSH) dan hormon-hormon tiroid
 
(triidiotironin/T3 dan tirotoksin/T4). Studi ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
 
insektisida CPF terhadap kadar TSH dan hormon-hormon tiroid pada petani sayur
 
dari tinjauan aspek genetik populasi. Studi ini dilakukan dengan desain potong
 
lintang. Terdapat 273 petani sayur yang menjadi subjek, yang diambil pada tiga
 
populasi suku, yaitu Jawa, Sunda, dan Makassar. Terdapat variasi genetik
 
paraoxonase 1 (PON1) pada ketiga populasi dan alel Q banyak ditemukan pada
 
semua populasi. PON1 dapat menjadi prediktor terjadinya gangguan pada kadar
 
hormon-hormon tiroid dan TSH. TCP sebagai metabolit CPF merupakan biomarker
 
kemampuan metabolisme individu terhadap CPF. Pada masyarakat petani yang
 
terpajan klorpirifos, TCP urin yang tidak terdeteksi berperan dalam terjadinya kadar
 
FT3 rendah dan kadar TCP urin yang rendah berperan dalam terjadinya kadar FT4
 
tertil rendah dan kadar TSH tinggi. Efek CPF terhadap ketiga hormon ini diduga
 
terjadi melalui mekanisme terganggunya sistem neurotransmitter dan proses
 
deyodinasi pada perifer dan hati.
 

 
ABSTRACT
 
 
Long-term use of chlorpyrifos (CPF) insecticide will affects Stimulating Thyroid
 
Hormone (TSH) and thyroid hormones (triidiotironin/T3 and tirotoksin/ T4). This
 
study aimed to assess the effect of insecticide CPF on levels of TSH and thyroid
 
hormones of the vegetable farmers as the reviews of population genetic aspects. This
 
study was conducted with a cross-sectional design. There were 273 vegetable farmers
 
as subjects, taken in three population, namely Java, Sunda, and Makassar. There was
 
genetic variation of paraoxonase 1 (PON1) in a population of in the three populations
 
and Q alleles found in all populations. PON1 may be a predictor of causing
 
interference to the levels of thyroid hormones and TSH. TCP as CPF metabolite was
 
a biomarker of individual metabolic capabilities toward CPF. In exposed CPF
 
farming communities, undetected TCP urine played a role in occurrence of low FT3
 
levels while low levels of TCP urine play a role for lower tertile FT4 level and high
 
TSH level. CPF effect to the hormones possiblyoccured through the mechanism of
 
disruption of neurotransmitter system and deiodinase process in peripheral and liver
Read More
D-348
Depok : FKM-UI, 2025
S3 - Disertasi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Mery Ramadani; Promotor: Budi Utomo; Kopromotor: Endang Laksminingsih Achadi, Hartono Gunardi; Penguji: Anhari Achadi, Faisal Yunus, Besral, Bambang Wispriyono, Soewarta Kosen, Abas Basuni Jahari,
Abstrak: Rokok merupakan masalah global dan menjadi ancaman serius bagi kesehatan ibu hamil dan janin. Studi kohor prospektif ini, dilakukan untuk menilai pengaruh pajanan pasif asap rokok ibu hamil terhadap gangguan pertumbuhan janin. Melibatkan 128 ibu hamil trimester 3, hamil janin tunggal, tidak memiliki riwayat penyakit kronis, bukan perokok aktif, bukan mantan perokok, dan bersedia terlibat dalam penelitian. Penilaian pajanan asap rokok ibu berdasarkan pemeriksaan nikotin darah tali pusat (cut off ≥1ng/ml). Pengukuran menggunakan nikotin plasma adalah metode yang paling akurat karena dapat mengukur kondisi sebenarnya dan membantu mengurangi misklasifikasi. Gangguan pertumbuhan janin dinilai dengan pengukuran berat lahir, panjang lahir, lingkar kepala, dan berat plasenta. Pengukuran dilakukan segera setelah lahir untuk menjamin ketepatan pengukuran. Analisis uji beda dua mean digunakan untuk mengetahui perbedaan rata rata ukuran gangguan pertumbuhan janin antara kelompok ibu terpajan asap rokok dan tidak terpajan asap rokok. Analisis regresi linier untuk melihat pengaruh pajanan asap rokok terhadap berat lahir, panjang lahir, lingkar kepala dan berat plasenta dengan memperhatikan variabel pengganggu seperti penambahan berat badan ibu selama hamil, BMI ibu, paritas ibu, usia dan kadar hemoglobin ibu. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata kadar nikotin tali pusat sebesar 1,3±2,5 ng/ml. Berat lahir dan berat plasenta bayi dari ibu yang mendapat pajanan asap rokok lebih rendah dibandingkan ibu yang tidak mendapat pajanan asap rokok. Pajanan asap rokok secara signifikan mengurangi berat lahir bayi sebesar 205,6 gram (pvalue = 0,005) dan berat plasenta sebesar 51 gram (p value=0,010).
 

This cohort study examined the effect of secondhand smoke exposure in pregnant women on fetal growth restriction. The study recruited 128 pregnant women in the third trimester pregnancy, single pregnancy, no chronic illness, non-active smokers, non-exsmokers, and who were willing to participate in the study. Pregnant women with the secondhand smoke exposure referred to those with the umbilical cord blood nicotine level of 1ng/ml or higher. Fetal growth disorder was assessed according to the newborn weight, length, head circumference, and palcental weight measured immediately after birth. The independent t-test analysis was used to determine the difference in average size of fetal growth between two groups of pregnant women: exposed and the notexposed to the secondhand smoke. A multiple linear regression analysis was employed to find out the effect of secondhand smoke exposure on birth weight, length, head circumference, and palcental weight controlling for the birth size confounders including weight gain during pregnancy, body mass index, parity, maternal age, and maternal hemoglobin. The study found that mean of nicotine in umbilical cord blood was 1.3±2.5 ng/ml, the birth weight and the placental weight of infants were lower among mothers who exposed than among mothers who did not expose to the secondhand smoke. Exposed to the secondhand smoke reduced the birth weight by 205.6 grams (p value = 0.005) and placental weight by 51 grams (p value=0.010).
Read More
D-395
Depok : FKM-UI, 2019
S3 - Disertasi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Aryo Wibowo Hendra Putro; Promotor: Fatma Lestari; Kopromotor: Robiana Modjo; Penguji: Dadan Erwandi, L. Meily Widjaja, Waluyo, Audist Subekti, Alfajri Ismail; Suparni, Herlina J. EL-Matury
Abstrak:
Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) merupakan fasilitas penjualan Bahan Bakar Minyak (BBM) ke masyarakat yang memiliki potensi bahaya dan berisiko tinggi terjadi kecelakaan. Selama tahun 2017-2018 telah terjadi 120 kecelakaan SPBU di Indonesia. Dua faktor utama yang berkontribusi terhadap kecelakaan, yaitu faktor manusia dan faktor organisasi. Tujuan dari penelitian ini menghasilkan instrumen pengukuran iklim keselamatan dan perilaku keselamatan konsumen SPBU serta model perilaku konsumen dan iklim keselamatan di SPBU yang memiliki nilai kebaruan dan orisinalitas. Tahap pertama dalam penelitian adalah penyusunan parameter ukur perilaku selamat dengan menggunakan referensi studi literatur. Pengukuran perilaku selamat dilakukan dengan mengumpulkan data dari pekerja SPBU di seluruh Indonesia dan masyarakat konsumen SPBU di wilayah Jawa Barat melalui kuesioner daring. Hasil pengumpulan data dianalisis secara kuantitatif menggunakan PLS-SEM. Hasil analisis penelitian menunjukkan bahwa variabel iklim keselamatan SPBU yang memiliki pengaruh signifikan terhadap kepatuhan dan partisipasi keselamatan pekerja, yaitu komitmen manajemen dan pemberdayaan keselamatan melalui mediasi variabel komunikasi keselamatan, aturan dan prosedur keselamatan, serta pelatihan keselamatan. Pada model perilaku selamat konsumen SPBU, Komunikasi operator, rambu keselamatan, media promosi, dan regulasi pemerintah secara signifikan mempengaruhi perilaku selamat konsumen melalui mediasi variabel norma, sikap, persepsi ancaman, serta persepsi benefit & barrier. Penelitian ini memiliki nilai manfaat yang tinggi karena menghasilkan 27 butir rekomendasi untuk pemerintah, badan usaha niaga migas, dan pengelola SPBU. Selain itu hasil penelitian ini dapat dikembangkan pada 6 topik penelitian lanjutan.

Fuel Stations are facilities for selling fuel to the public which has a potential hazard and a high risk of accidents. During 2017-2018 there were 120 gas station accidents in Indonesia. Two main factors contribute to accidents, namely human factors and organizational factors. The purpose of this research is to produce an instrument for measuring safety climate and consumer safety behavior at petrol stations as well as a model for consumer behavior and safety climate at gas stations, which are novel and original. The first stage of the research was the preparation of parameters for measuring safe behavior using references to literature studies. Measurement of safe behavior is carried out by collecting data from gas station workers throughout Indonesia and gas station consumers in West Jawa Province through online questionnaires. The results of data collection were analyzed quantitatively using PLS-SEM. The results of the research analysis show that the variables of gas station safety climate that significantly influence safety compliance and participation are namely management commitment and management empowerment, with safety communication, safety rules and procedures, and safety training as mediators. In the gas station consumer safety behavior model, operator communication, safety signs, promotion media, and government regulation significantly influence consumer safety behavior with norms, attitudes, perceived threat, and perceived benefit & barrier as mediators. This research has great value with 27 recommendations for the government, the oil and gas enterprise with downstream permit, and fuel station owners. This study results can also be expanded to more 6 new research topics.
Read More
D-499
Depok : FKM-UI, 2024
S3 - Disertasi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Alwi Alhabsyi; Promotor: Hasbullah Thabrany; Ko-promotor: Azrul Azwar, Adang Bachtiar
Abstrak: ABSTRAK
 
 
Di Indonesia pembayaran kapitasi kepada fasilitas kesehatan primer (Puskemas dan DP) telah dilakukan oleh PT . Askes sejak tahun 1991. Rumah Sakit swasta seperti Metropolitan Medical Centre (MMC) pada tahun 2000 telah menjalin kontrak kapitasi dengan jumlah cakupan 2.000 orang dan besaran kapitasinya adalah Rp l75.000,- per kapita per bulan. Tahun 2004 MMC bersedia dikontrak kapitasi dengan jumlah cakupan minimal 3.000 orang dan besaran kapitasinya Rp 350.000,- per orang per bulan (Ima, 2004).
 
 
Dalam program Askeskin, PT Askes membayar Puskemas secara kapitasi dengan besaran Rp 1.000,- per kapita per bulan. Program Askeskin ini dipantau secara ketat oleh berbagai pihak, terrnasuk oleh Departemen Kesehatan sendiri dengan membentuk unit ?safe guarding?. Salah satu sasaran pemantauannya adalah pembayaran kapitasi dan dampaknya terhadap deman pelayanan kesehatan (dengan 15% perlunya peserta berobat ke PKM) dan kepuasan peserta minimal 70%.
 
 
Mengingat di masa mendatang pembayaran kapitasi akan semakin bergeser dari Puskesmas ke DP, karena Puskesmas akan difokuskan untuk melaksanakan fungsi Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) maka kajian pembayaran kapitasi terhadap deman pelayanan kesehatan dan kepuasan pasien perlu dilakukan lebih intensif. Kajian ini merupakan maaukan bagi ?evidence based policy? dalam pembayaran kapitasi yang menguntungkan semua pihak, yaitu fasilitas kesehatan (DP), pembayar iuran, regulator (Pemerintah), Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJ S) dan masyarakat.
 
 
Berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, maka penelitian tentang ?Pengaruh Pembayaran Kapitasi Tehadap Deman Pelayanan Dokter dan Kepuasan Pasien? ini dilakukan. Penelitian ini sangat penting bagi Indonesia, karena Lndonesia harus segera melaksanakan Jaminan Kesehatan (JK) sebagai salah satu komponen program prioritas yang diamanatkan UU nomor 40 taun 2004 tentang SJSN.
 
 
Rumusan Masalah
 
Indonesia diharapkan akan menerapkan pembayaran kapitasi secara lebih luas sebagai suatu cara pengendalian biaya kesehatan dalam sistem jaminan kesehatan. Namun, berbagai studi menunjukkan efek pembayaran kapitasi terhadap deman dan kepuasan pasien masih kontroversial. Sebagian peneliti menunjukkan bukti bahwa pembayaran kapitasi dapat menurunkan deman/utilisasi dan dengan pelayanan yang kurang memuaskan. Sebagian peneliti lain mendapatkan bahwa pembayaran kapitasi tidak menurunkan kepuasan pasien, sebagai indikator kualitas. Salah terap pembayaran kapitasi di Indonesia dapat mengakibatkan tidak-berfungsinya sistem jaminan kesehatan dengan baik.
 
 
Tujuan Penelitian
 
1. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan (konfirmasi) tentang pengaruh pembayaran kapitasi kepada dokter terhadap deman pelayanan kesehatan yang disediakan dokter dan efek pembayaran kapilasi terhadap tingkat kepuasan pasien atas pelayanan dokter yang dibayar secara kapitasi.
 
2. Menemukan faktor-faktor yang merupakan confounding pengaruh kapitasi terhadap deman pelayanan kesehatan oleh DP dan tingkat kepuasan karyawan.
 
 
Pertanyaan Penelitian
 
Berdasarkan rumusan permasalahan, dan pertanyaan penelitian ini adalah sebagai berikut:
 
1. Apakah pembayaran kapitasi berpengaruh terhadap deman pelayanan dokter?
 
2 Apakah pembayaran kapitasi berpengaruh terhadap kepuasan pasien?
 
 
Manfaat Penelitian
 
Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat dalam tiga aspek, yaitu untuk sumbangan ilmu pengetahuan, unmk peneliti, dan untuk implikasi praktis.
 
 
Sumbangan Ilmu Pengetahuan/Teoritis:
 
1. Sebagai masukan dalam pengembangan ilmu kesehatan masyarakat, khususnya ekonomi kesehatan yang berkaitan pembayaran kepada dokter primer.
 
2. Memberikan informasi tetang hal-hal yang perlu diteliti lebih lanjut tentang pembayaran kapitasi.
 
 
Untuk Peneliti:
 
Sebagai pengalaman berharga dalam melaksanakan penelitian secara sistematis.
 
 
Implikasi Praktis:
 
1. Apabila terbukti bahwa pcmbayaran kapitasi kepada DP berpengaruh terhadap deman pelayanan kesehatan dan kepuasan pasien maka informasi ini dapat dimanfaatkan oleh para penentu kebijakan untuk menetapkan kebijakan pembayaran kapitasi kepada DP.
 
2. Informasi penelitian ini dapat dipergunakan oleh masyarakat dan pimpinan perusahaan agar ikut serta sebagai peserta program asuransi kesehatan yang menerapkan pembayaran kapitasi kepada DP sehingga biaya kesehatan karyawan dapat terkendali.
 
3. Sebagai masukan bagi penyelenggara asuransi/jaminan kesehatan agar menerapkan pembayaran kapitasi yang berdampak positif bagi semua pelaku jaminan/asuransi kesehatan.
 
 
Ruang Lingkup Dan Keterbatasan Penelitian
 
Penelitian ini dibatasi pada pelayanan kesehatan primer yang diberikan oleh DP yang dikontrak oleh PT Askes untuk keluarga karyawan sebagai peserta komersial PT Askes dimana DP dibayar secara kapitasi dan keluarga karyawan non peserta PT Askes yang membayar DP secara FFS. Khusus untuk keluarga karyawan pasien peserta sukarela PT Askes dibatasi pada produk-produk yang paling banyak diminati yang ditandai dengan besarnya jumlah peserta yang berpartisipasi, yaitu "silver", Keterbatasan dana penelitian dan mitra peneliti merupakan pertimbangan utama mengapa penelitian ini dilakukan di DKI Jakarta (Jakarta Selatan dan Jakarta Timur) dan Propinsi Banten (Kabupaten dan Kota Tangerang). Penelitian ini menggunakan metode kohort selama 6 bulan dengan pengukuran variabel tiga bulan sekali. Namun pengukuran kepuasan konsumen pasien dilakukan pada akhir penelitian.
Read More
D-206
Depok : FKM-UI, 2007
S3 - Disertasi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Ardhi Arsala Rahmani; Promotor: Dewi Susanna; Kopromotor: Tris Eryando; Penguji: Besral, Ririn Arminsih Wulandari, R. Azizah, Suwito, Ermi Ndoen
Abstrak:
Latar belakang: Malaria merupakan penyakit yang disebabkan oleh parasit Plasmodium dan ditularkan melalui vektor nyamuk Anopheles. Kedua organisme tersebut merupakan makhluk hidup dengan daya tahan hidup dan kapasitas yang dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya, termasuk iklim. Oleh karena itu, berubahnya iklim akibat pemanasan global telah diasosiasikan dengan distribusi malaria global. Tujuan: Penelitian ini mengeksplorasi seberapa jauh hubungan antara faktor iklim dan kejadian malaria di kota dan kabupaten di Indonesia selama periode 2000-2020 untuk menginformasikan kebijakan pengendalian malaria yang berketahanan iklim. Metode: Dengan membangun variabel laten atau konstruk iklim yang terdiri dari indikator meteorologi yaitu suhu, curah hujan, kecepatan angin, dan kelembapan relatif yang didapatkan dari data NASA Langley Research Center (LaRC), serta menggabungkan variabel perancu sosiodemografis (pengeluaran rumah tangga, IPM, tingkat urbanisasi) dan geografis (Normalized Difference Vegetation Index, dan topografi), studi ini menawarkan analisis komprehensif tentang asosiasi mereka terhadap kejadian malaria (dari data Malaria Atlas Project dan Kementerian Kesehatan) melalui Structural Equation Modeling (SEM). Hasil: Temuan penelitian menunjukkan asosiasi antara iklim dan malaria. Kendati demikian, analisis Structural Equation Modeling (SEM) yang digunakan penelitian ini menunjukkan bahwa bobot faktor untuk iklim relatif kecil dan menunjukkan bahwa hubungannya tidak substansial dibandingkan dengan variabel lain. Analisis tambahan yang berfokus pada peristiwa cuaca ekstrem, yang diidentifikasi oleh nilai ekstrem indikator iklim, menunjukkan bahwa peristiwa tersebut secara signifikan mempengaruhi kasus malaria. Kesimpulan: Hal ini menekankan pentingnya mempertimbangkan cuaca ekstrem dalam perancangan dan pelaksanaan program pengendalian dan eliminasi malaria. Penelitian ini menyimpulkan bahwa meskipun kondisi iklim umum memiliki efek langsung yang terbatas pada kejadian malaria, peristiwa cuaca ekstrem memainkan peran penting.

Background: Malaria is a diseases caused by the parasite Plasmodium and spread by a vector, the Anopheles mosquito. The two independent organisms capacity to infect and survival are independently affected by their environmental surroundings, including climate. Therefore, the global warming induced climatic change have previously been associated with the changing global distribution of malaria. Aims: This research explores the extent of the relationship between climatic factors and malaria incidence in cities and regencies in Indonesia over the period 2000-2020 to inform malaria control policies that are climate-resilient. Methods: By constructing a climate construct as latent variable consisting of meteorological indicators such as temperature, precipitation, wind speed, and relative humidity from the NASA Langley Research Center (LaRC), and incorporating sociodemographic confounders (household expenditure, HDI, urbanization rate) and geographic confounders (Normalized Difference Vegetation Index and topography), this study offers a comprehensive analysis of their association with malaria cases (using data from the Malaria Atlas Project and Ministry of Health) through Structural Equation Modeling (SEM). Results: The study findings show an association between climate and malaria, with maximum and average climate constructs showing a negative association with malaria incidence, while minimum climate constructs show a positive association. That being said, the Structural Equation Modeling (SEM) analysis used in this research indicates that the factor loadings for climate are relatively small, indicating that the relationship is not substantial compared to other variables. Additional analysis focusing on extreme weather events, identified by extreme values of climate indicators, shows that these events significantly affect malaria cases. Conclusion: This underscores the importance of considering extreme weather in the design and implementation of malaria control and elimination programs.This research concludes that while general climatic conditions have limited direct effects on malaria incidence, extreme weather events play an important role.
Read More
D-525
Depok : FKM-UI, 2024
S3 - Disertasi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Esty Eka Wahyu Pratiwi; Pembimbing: Meiwita Budiharsana; Penguji: Martya Rahmaniati Makful, Mugia Bayu Rahardja
S-10086
Depok : FKM UI, 2019
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive