Ditemukan 25711 dokumen yang sesuai dengan query :: Simpan CSV
The community's efforts to avoid behaviors that are at risk of being infected with COVID-19 and seek information that influence it are important to be exposed to transmission. This study aims to analyze the relationship between individual perception factors and individual characteristic factors on COVID-19 risk behavior in West Java Province. This research is a quantitative study conducted in West Java Province on July 14-21 2021 and uses a cross sectional study design, with a total of 544 respondents collected using a google form questionnaire containing questions about individual perceptions and risk behaviors related to COVID-19 distributed online. distributed through social media (Instagram, line, telegram, and others). The data will be analyzed by univariate and bivariate using statistical test application software. The results of the study using Chi Square showed that the variable perception of vulnerability (p-value = 0.001; OR = 1.809; 95% CI = 1.287-2.541), perceived severity (p-value = 0.000; OR = 2.132; 95% CI = 1.514-3.002 ), perceived benefits (p-value=0.000; OR=1.854; 95% CI=1.319-2.607), perceived barriers (p-value=0.000; OR=0.364; 95% CI=0.277-0.517) and self-efficacy (p -value=0.001; OR=2.128; 95% CI=(1.496-3.028) has a significant relationship with COVID-19 risk behavior. Meanwhile, gender (p-value=0.044; OR=1.479; 95% CI=1.010 - 2.166) and education level (p-value = 0.004; OR = 0.610; 95% CI = 0.434-0.858) are individual characteristic factors that have a significant relationship with risk behavior for COVID-19. 19. -19 in the community in West Java Province, Indonesia has a significant vulnerability, perceived severity, perceived benefits, perceived barriers, self-efficacy, gender, and level of education.
Kualitas air minum menjadi salah satu faktor penting dalam menentukan derajat kesehatan masyarakat terutama di wilayah yang padat penduduk. Penyakit yang ditularkan melalui air merupakan masalah kesehatan global yang diperkirakan berkontribusi terhadap lebih dari 2,2 juta kematian setiap tahunnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi sebaran kualitas air minum berdasarkan wilayah, mengukur tingkat kualitas air minum, dan mengevaluasi pengaruhnya terhadap kesehatan masyarakat di Kota Depok, Jawa Barat. Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain cross-sectional. Data diperoleh dari survei lapangan yang telah dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Depok dengan wawancara terstruktur dan uji laboratorium sampel air. Data kualitas air dari 570 rumah tangga dianalisis dengan menggunakan analisis korelasi dan spasial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sekitar 97,5% sampel air rumah tangga di Depok tidak memenuhi standar kualitas air minum selama periode penelitian. Terdapat 94,1% sampel air yang digunakan untuk kegiatan minum dapat menyebabkan penyakit yang ditularkan melalui air. Faktor yang berhubungan signifikan dengan penyakit yang ditularkan melalui air adalah jenis pekerjaan (p-value = 0.003). Pemerintah daerah Kota Depok perlu melakukan pengawasan kualitas air secara berkala dan meningkatkan edukasi terkait kesadaran masyarakat mengenai pengelolaan air minum yang aman untuk mendukung derajat kesehatan masyarakat di Kota Depok.
The quality of drinking water is a critical determinant of public health, particularly in densely populated urban areas. Waterborne diseases remain a major global health concern and are estimated to contribute to over 2.2 million deaths annually. This study aims to identify the distribution of drinking water quality by region, assess the level of drinking water quality, and evaluate its impact on public health in Depok City, West Java. The research was conducted using a quantitative approach with a cross-sectional design. Data were obtained from field surveys previously carried out by the Depok City Health Office through structured interviews and laboratory testing of water samples. Drinking water quality data from 570 households were analyzed using correlation and spatial analysis. The results showed that approximately 97.5% of household water samples in Depok did not meet drinking water quality standards during the study period. About 94.1% of the water samples used for drinking had the potential to cause waterborne diseases. The factor significantly associated with waterborne diseases was types of occupation (p-value = 0.003). These results highlight the need for the local government of Depok City to implement routine water quality monitoring and enhance public awareness campaigns regarding safe drinking water management practices, as part of broader efforts to improve community health outcomes.
Metode: Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Metode penelitian yang digunakan adalah kombinasi metode kuantitatif dan kualitatif, dengan desain penelitian potong lintang. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah proportionate stratified random sampling dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Pengolahan data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat dengan interval kepercayaan 95%. Dalam penelitian ini juga dilakukan tes laboratorium untuk memvalidasi dan mendapatkan data kondisi stres biologis pada pekerja melalui pengujian hormon kortisol dari air liur.
Hasil: Seluruh variabel independen memiliki faktor risiko > 1 terhadap variabel dependen. Terdapat hasil yang signifikan dari variabel independen kebisingan, lama kerja, umur, riwayat keturunan hipertensi, aktivitas fisik, penggunaan APT, indeks massa tubuh, dan kadar hormon kortisol terhadap hipertensi, melalui pengujian secara statistik dengan p value < 0.05. Sedangkan, untuk variabel perilaku merokok dan konsumsi alkohol memiliki p value > 0.05. Kebisingan sebagai variabel utama memiliki OR 19.067 melalui uji multivariat, setelah dilakukan kontrol oleh variabel perancu lama kerja, riwayat keturunan hipertensi, aktivitas fisik, penggunaan APT, dan indeks massa tubuh terhadap hipertensi.
Kesimpulan: Pekerja yang terpapar kebisingan berisiko untuk mengalami hipertensi. Pekerja yang memiliki lama kerja lebih dari lima tahun, tidak melakukan aktivitas fisik, tidak menggunakan APT, dan memiliki indeks massa tubuh yang tidak normal berisiko lebih besar untuk mengalami hipertensi.
Kata kunci: Farmasi, Hipertensi, Hormon Kortisol, Industri, Kebisingan
ABSTRAK Nama : Bayu Rizki Sanjaya Program Studi : Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Judul : Asosiasi Pajanan Benzene Terhadap Kadar Hemoglobin (Studi Pada Pekerja Laki-Laki Di Industri Sepatu Informal Cibaduyut, Jawa Barat) xvi + 85 halaman, 16 tabel, 9 gambar Benzene merupakan senyawa yang berbahaya bagi kesehatan. Dampak nonkarsinogenik yang diakibatkan diantaranya anemia dan pensitopenia. Pada pajanan benzene ditingkat rendah, menunjukkan adanya perbedaan dampak hematologi. Kadar hemoglobin merupakan salah satu parameter awal yang digunakan untuk mengetahui dampak hematologi. Penelitian ini bertujuan untuk mengtahui asosiasi pajanan benzene terhadap kadar hemoglobin. hasil penelitian. Metode penelitian. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Pemilihan sampel mengggunakan cluster satu tingkat. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 71 pekerja laki-laki responden. Pengukuran benzene menggunakan metode NIOSH 1501, pemeriksaan kadar hemoglobin menggunakan automated hematlogy analyzer. Lama kerja, usia, status merokok, konsumsi alkohol dan riwayat infeksi diukur menggunakan kuesioner Hasil penelitian menunjukkan rata-rata pajanan benzene adalah 0,34 ppm dan kadar hemoglobin pekerja laki-laki adalah15,34 ± 1,14 g/dL. Berdasarkan analisis statistik, rata-rata kadar hemoglobin pajanan benzene ≤ 0,50 ppm adalah 15.15 g/dL (95% CI : 14.80 - 15.50) dan pada pajanan benzene 0,51 – 1 ppm adalah g/dL 15.55 (95% CI : 15.19 - 15.91). Pekerja dengan lama kerja lebih dari 6 tahun memiliki kadar hemoglobin lebih rendah 0,7 g/dL (95% CI: -1.32 s.d. -0.13) dibandingkan pekerja dengan lama kerja kurang dari 6 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa pajanan benzene di bawah 1 ppm tidak ada asosiasi yang signifikan terhadap kadar hemoglobin, namun pekerja terdapat indikasi bahwa durasi pajanan yang diukur dengan lama kerja berasosiasi dengan penurunan hemoglobin. Kata kunci: benzene, hemoglobin, pekerja laki-laki
ABSTRACT Name : Bayu Rizki Sanjaya Program of Study : Master of Public Health Title of Thesis : Association of benzene exposures and hemoglobin (Study among the footware male workers in Cibaduyut West Java) xvi + 85 pages, 16 tables, 9 pictures Benzene is one of the chemical substances which can cause some health effect. Noncarcinogenics effect can caused by benzene is anemia and pancytopenia. Benzene at lower concentrations have is conflicting evidence on potential hematological effects. Hemoglobin is one of hematological paramaters of hematological effects. The purpose of this study to explain association benzene exposure and effect of hemoglobin. Cross sectional study design was used, and 71 male workers selected by cluster random sampling. Benzene measurement used NIOSH 1501 method and hemoglobin measurement used by automated hematalogy analyzer. Confounding factors such as work duration, age, smoking status, alcohol consumption, and history of infection measurements by questionnares. The results showed that means of benzene exposure is 0,34 ppm and means of hemoglobin is 15,34 ± 1,14 g/dL. Statistical analysis showed that means of hemoglobin at benzene exposure ≤ 0,50 ppm is 15.15 g/dL (95% CI : 14.80 - 15.50) and means of hemoglobin at benzene exposure 0,51 - 1 ppm is 15.55 g/dL (95% CI : 15.19 - 15.91). Male-workers that work duration more than 6 yearshave decreased of hemoglobin 0,7 g/dL (95% CI: -1.32 s.d. -0.13). The conclution is benzene exposure below 1 ppm statistically not association with hemoglobin. However long-time exposure of benzene that measure with work duration statistically significant with decreased of hemoglobin. Keywords: benzene, hemoglobin, male workers
