Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 25711 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Muhamad Gozi Ataya; Pembimbing: Dewi Susanna; Penguji: Aria Kusuma, R. Budi Hartono
Abstrak: Upaya masyarakat dalam menghindari perilaku yang berisiko untuk terinfeksi COVID-19 dan mencari informasi mengenai faktor yang mempengaruhinya penting untuk menghentikan penularan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara faktor persepsi individu dan juga faktor Karakteristik Individu terhadap perilaku berisiko COVID-19 pada masyarakat di Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang dilakukan di Provinsi Jawa Barat pada tanggal 14-21 Juli 2021 dan menggunakan desain studi cross sectional, dengan total 544 responden terkumpul dengan kuesioner google form berisikan pertanyaan mengenai persepsi individu dan perilaku berisiko terkait COVID-19 yang disebarkan secara online yang disebarkan melalui sosial media (Instagram, line, telegram, dan lainnya). Data akan dianalisis secara univariat dan bivariat menggunakan software aplikasi uji statistik. Hasil penelitian menggunakan uji Chi Square menunjukan bahwa variabel persepsi kerentanan (p-value=0,001; OR=1,809; CI 95%=1,287-2,541), persepsi keparahan (p-value=0,000; OR=2,132; CI 95%=1,514-3,002), persepsi manfaat (p-value=0,000; OR=1,854; CI 95%=1,319-2,607), persepsi hambatan (p-value=0,000; OR=0,364; CI 95%=0,277-0,517) dan efikasi diri (p-value=0,001; OR=2,128; CI 95%=(1,496-3,028) memiliki hubungan yang signifikan dengan perilaku berisiko COVID-19. Sedangkan variabel jenis kelamin (p-value=0,044; OR=1,479; CI 95%=1,010-2,166) dan tingkat pendidikan (p-value=0,004; OR=0,610; CI 95%=0,434-0,858) adalah faktor karakteristik individu yang memiliki hubungan yang signifikan dengan perilaku berisiko COVID-19. Sehingga hasil penelitian menunjukan bahwa perilaku berisiko terkait COVID-19 pada masyarakat di Provinsi Jawa Barat, Indonesia memiliki hubungan yang signifikan dengan persepsi kerentanan, persepsi keparahan, persepsi manfaat, persepsi hambatan, efikasi diri, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan
The community's efforts to avoid behaviors that are at risk of being infected with COVID-19 and seek information that influence it are important to be exposed to transmission. This study aims to analyze the relationship between individual perception factors and individual characteristic factors on COVID-19 risk behavior in West Java Province. This research is a quantitative study conducted in West Java Province on July 14-21 2021 and uses a cross sectional study design, with a total of 544 respondents collected using a google form questionnaire containing questions about individual perceptions and risk behaviors related to COVID-19 distributed online. distributed through social media (Instagram, line, telegram, and others). The data will be analyzed by univariate and bivariate using statistical test application software. The results of the study using Chi Square showed that the variable perception of vulnerability (p-value = 0.001; OR = 1.809; 95% CI = 1.287-2.541), perceived severity (p-value = 0.000; OR = 2.132; 95% CI = 1.514-3.002 ), perceived benefits (p-value=0.000; OR=1.854; 95% CI=1.319-2.607), perceived barriers (p-value=0.000; OR=0.364; 95% CI=0.277-0.517) and self-efficacy (p -value=0.001; OR=2.128; 95% CI=(1.496-3.028) has a significant relationship with COVID-19 risk behavior. Meanwhile, gender (p-value=0.044; OR=1.479; 95% CI=1.010 - 2.166) and education level (p-value = 0.004; OR = 0.610; 95% CI = 0.434-0.858) are individual characteristic factors that have a significant relationship with risk behavior for COVID-19. 19. -19 in the community in West Java Province, Indonesia has a significant vulnerability, perceived severity, perceived benefits, perceived barriers, self-efficacy, gender, and level of education.
Read More
S-11087
Depok : FKM-UI, 2022
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Rusyda Ihwani Tantia Nova; Pembimbing: Dewi Susanna; Penguji: Ema Hermawati, Budi Hartono, Suwito, Sri Lenita
Abstrak: Leptospirosis adalah salah satu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Leptospira. Leptospira merupakan bakteri patogen yang dapat ditularkan dari hewan kepada manusia, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pada tahun 2015, terdapat 366 kasus leptospirosis di Indonesia. DKI Jakarta merupakan salah satu provinsi dengan jumlah kasus leptospirosis yang tinggi. Berdasarkan data yang diperoleh dari bidang penanggulangan dan pencegahan penyakit Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2016 sampai Agustus tahun 2019 terdapat 94 kasus leptospirosis yang tersebar di wilayah DKI Jakarta. Jumlah kasus terbesar terdapat di wilayah Jakarta Barat dengan total kasus sebanyak 70 kasus. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh lingkungan dan perilaku masyarakat terhadap kejadian leptospirosis di Jakarta Barat tahun 2019. Studi ini menggunakan desain penelitian kasus kontrol. Data kasus diperoleh dari surveilans Suku Dinas Kesehatan Jakarta Barat. Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 140 responden yang terdiri dari 70 responden yang menderita leptospirosis (kasus) dan 70 responden yang tidak menderita leptospirosis (kontrol) dengan perbandingan 1:1. Pada analisis bivariat diperoleh hasil bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara pengetahuan (OR=18,789), pekerjaan (OR=31,875), riwayat luka (OR=20,842), keberadaan tikus (OR=12,143), kondisi rumah (OR=5,510), kondisi selokan (OR=13,235), keberadaan genangan air (OR=7,400), sarana air bersih (OR=3,947), kondisi tempat pembuangan sampah (OR=8,800), dan riwayat rekreasi (OR=0,294) terhadap kejadian leptospirosis. Pada analisis multivariat diperoleh hasil pekerjaan, adanya riwayat luka, keberadaan genangan air, keberadaan hewan peliharaan dan riwayat rekreasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kejadian leptospirosis. Pekerjaan merupakan faktor dominan terjadinya leptospirosis di Jakarta Barat (OR 210,840:95%CI 8,685-5118,379). Oleh karena itu perlu dilakukan upaya sosialisasi tentang penyakit leptospirosis kepada pekerja yang berisiko dan melakukan upaya pengendalian tikus
Read More
T-5786
Depok : FKM UI, 2019
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Shoaib Shafqat; Pembimbing: Budi Hartono; Penguji: Laila Fitria, Fitri Kurniasari, Suhardi, Yulia Fitria Ningrum
Abstrak:
Akses terhadap air minum yang bersih dan aman merupakan aspek penting dalam kesehatan masyarakat. Namun, banyak warga di Jagakarsa, Jakarta Selatan, masih mengandalkan sumber air yang terkontaminasi akibat pencemaran, infrastruktur yang kurang memadai, dan rendahnya kesadaran masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk menilai persepsi dan kesadaran masyarakat terhadap kualitas air minum. Studi ini menggunakan desain kuantitatif potong lintang dan melibatkan 108 responden dewasa dari enam kelurahan di Jagakarsa dengan menggunakan kuesioner terstruktur. Hasil menunjukkan bahwa 55,6% responden menggunakan air tanah sebagai sumber utama air minum, dan hanya 14,8% yang menggunakan air perpipaan. Meskipun 57,4% menilai air mereka jernih, 42,6% menganggapnya tidak aman untuk diminum, dan 31,5% mencium bau yang tidak sedap. Dalam hal perlakuan air, 41,7% responden merebus air, 25% menggunakan penyaringan, dan 15,7% tidak melakukan perlakuan apa pun. Tingkat kesadaran terhadap isu-isu terkait air tergolong sedang (56,5%), namun hanya 38,9% yang pernah menerima informasi melalui kampanye publik. Uji Chi-square menunjukkan adanya hubungan signifikan antara tingkat pendidikan dengan kesadaran (p < 0,05), serta antara sumber air utama dengan perilaku perlakuan air (p < 0,05). Temuan ini mengindikasikan adanya kesenjangan antara persepsi dan kenyataan terkait keamanan air, serta pentingnya edukasi masyarakat, perbaikan perlakuan air, dan pengembangan infrastruktur untuk mendorong praktik konsumsi air minum yang aman di Jagakarsa.

Access to clean and safe drinking water is a fundamental aspect of public health. However, many residents in Jagakarsa, South Jakarta, continue to rely on contaminated water sources due to pollution, inadequate infrastructure, and limited public awareness. This study aimed to assess public perceptions and awareness regarding drinking water quality. A cross-sectional quantitative study was conducted among 108 adult residents across six subdistricts in Jagakarsa using a structured questionnaire. The results showed that 55.6% of respondents relied on groundwater, while only 14.8% used piped water. Although 57.4% perceived their water as clear, 42.6% believed it was unsafe to drink, and 31.5% reported unpleasant odors. In terms of treatment practices, 41.7% boiled their water, 25% used filtration, and 15.7% did not treat their water at all. Awareness of waterborne issues was moderate (56.5%), and only 38.9% had received information through public campaigns. Chi-square analysis revealed significant associations between education level and awareness (p < 0.05), as well as between the main water source and treatment behavior (p < 0.05). These findings highlight a gap between perception and actual water safety and underscore the importance of public education, improved treatment practices, and infrastructure development to promote safe drinking water use in Jagakarsa.

Read More
T-7341
Depok : FKM UI, 2025
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Syifa Atmatuzahra ; Pembimbing: Zakianis; Penguji: Laila Fitria, Yulia Fitria Ningrum
Abstrak:

Kualitas air minum menjadi salah satu faktor penting dalam menentukan derajat kesehatan masyarakat terutama di wilayah yang padat penduduk. Penyakit yang ditularkan melalui air merupakan masalah kesehatan global yang diperkirakan berkontribusi terhadap lebih dari 2,2 juta kematian setiap tahunnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi sebaran kualitas air minum berdasarkan wilayah, mengukur tingkat kualitas air minum, dan mengevaluasi pengaruhnya terhadap kesehatan masyarakat di Kota Depok, Jawa Barat. Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain cross-sectional. Data diperoleh dari survei lapangan yang telah dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Depok dengan wawancara terstruktur dan uji laboratorium sampel air. Data kualitas air dari 570 rumah tangga dianalisis dengan menggunakan analisis korelasi dan spasial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sekitar 97,5% sampel air rumah tangga di Depok tidak memenuhi standar kualitas air minum selama periode penelitian. Terdapat 94,1% sampel air yang digunakan untuk kegiatan minum dapat menyebabkan penyakit yang ditularkan melalui air. Faktor yang berhubungan signifikan dengan penyakit yang ditularkan melalui air adalah jenis pekerjaan (p-value = 0.003). Pemerintah daerah Kota Depok perlu melakukan pengawasan kualitas air secara berkala dan meningkatkan edukasi terkait kesadaran masyarakat mengenai pengelolaan air minum yang aman untuk mendukung derajat kesehatan masyarakat di Kota Depok.


The quality of drinking water is a critical determinant of public health, particularly in  densely populated urban areas. Waterborne diseases remain a major global health  concern and are estimated to contribute to over 2.2 million deaths annually. This study  aims to identify the distribution of drinking water quality by region, assess the level of  drinking water quality, and evaluate its impact on public health in Depok City, West Java.  The research was conducted using a quantitative approach with a cross-sectional design.  Data were obtained from field surveys previously carried out by the Depok City Health  Office through structured interviews and laboratory testing of water samples. Drinking  water quality data from 570 households were analyzed using correlation and spatial  analysis. The results showed that approximately 97.5% of household water samples in  Depok did not meet drinking water quality standards during the study period. About  94.1% of the water samples used for drinking had the potential to cause waterborne  diseases. The factor significantly associated with waterborne diseases was types of  occupation (p-value = 0.003). These results highlight the need for the local government  of Depok City to implement routine water quality monitoring and enhance public  awareness campaigns regarding safe drinking water management practices, as part of  broader efforts to improve community health outcomes.

Read More
S-11999
Depok : FKM-UI, 2025
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Aris Budianto; Pembimbing: Agustin Kusumayati, Sri Tjahjani Budi Utami; Penguji: I Made Djaja, Atang Saputra, Maman Sudirman
T-2961
Depok : FKM UI, 2008
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Leonita Agustina; Pembimbing: Ririn Arminsih; Penguji: Laila Fitria, Ema Hermawati, Suwandio, Dwinda Ramadhoni
Abstrak: Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi M. tuberculosis. Bakteri ini biasanya menyerang paru-paru, namun bakteri TB dapat menyerang setiap bagian dari tubuh seperti ginjal, tulang belakang, dan otak. Tingginya prevalensi TB paru di Indramayu (1,1%) dan rumah sehat (66,1%) yang masih di bawah standar Kementerian kesehatan merupakan landasan dari tujuan penelitian ini yaitu mengetahui pengaruh angka kuman di udara dengan kejadian TB paru dan mempertimbangkan karakteristik individu , perilaku dan kondisi lingkungan rumah di masyarakat kabupaten Indramayu. Penelitian ini menggunakan desain kasus kontrol. Jumlah sampel 50 kasus (BTA positif) dan 50 kontrol (BTA negatif) diuji menggunakan Chi Square (χ²), dan regresi logistik. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara PM2.5 OR=5,63 (CI=2,36 -13,42) dengan kejadian TB Paru. Selain itu ada 8 variabel yang menunjukkan besarnya risiko untuk terjadinya TB Paru yaitu terdapat pada variabel umur OR=1,63 (CI=0,74-3,62), riwayat kontak OR=2,25 (CI=0,91-5,54), kebiasaan merokok OR=1,78 (CI=0,75-4,25), angka kuman OR=1,67(CI=0,74-3,77), pencahayaan OR=1,99 (CI=0,82-4,83), ventilasi OR=6,68 (CI=0,77-57,69), jenis lantai OR=1,74 (CI=0,39-7,71) dan jenis dinding OR=2,55 (CI=0,62-10,49). Hasil penelitian menunjukkan responden yang tinggal di rumah dengan jumlah angka kuman tidak memenuhi syarat berisiko menderita TB paru 1,5 kali dibandingkan dengan responden yang tinggal di rumah dengan angka kuman memenuhi syarat setelah dikontrol oleh variabel PM2.5, riwayat kontak dan ventilasi Kata Kunci: Tuberkulosis, Angka kuman, Karakteristik individu, Perilaku Kondisi Lingkungan rumah Tuberculosis (TB) is an infectious disease caused by infection with M.Tuberculosis. These bacteria usually attack the lungs, but also can attack any part of the body such as the kidney, spine, and brain. Prevalence of pulmonary TB in Indramayu (1,1%) is high and healthy homes (66,1%) is still under the standards of health ministry. This research using case-control design. Number of samples 50 cases (BTA positive) and 50 control (BTA Negative). The result of this study indicate an association between PM2.5 (5,63 (2,36-13,42) with incidence pulmonary tuberculosis. There are eight variables that indicate of the risk for the occurrence of pulmonary TB that is variable age OR=1,63 (CI=0,74-3,62), history of contact OR=2,25 (CI=0,91-5,54), smoking OR=1,78 (CI=0,75-4,25), bacteria count OR=1,67(CI=0,74-3,77), lighting OR=1,99 (CI=0,82-4,83, ventilation OR=6,68 (CI=0,77-57,69), the type of floor OR=1,74 (CI=0,39-7,71) and the type of wall OR=2,55 (CI=0,62-10,49). The respondents living in the house with bacteria count that are not eligible at risk of suffering from pulmonary tuberculosis by 1.5 times compared to respondents who lived in the house with bacteria count eligible after controlled by variable PM2.5, contact history and ventilation. Key Words: Tuberculosis, Bacteria count, Individual characteristics, Behavior, Home Environment
Read More
T-4798
Depok : FKM-UI, 2017
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Rahmi Fadhillah; Pembimbing: Abdur Rahman; Penguji: Suyud Warno Utomo, Sumengen Sutomo, Melita Ferianita Fachrul, Carolina Rusdy Akib
Abstrak: Kabupaten Sukabumi merupakan salah satu bagian dari wilayah Indonesia yang memiliki keanekaragaman geologi, biologi dan budaya, yang wajib untuk dilestarikan. Salah satu cara yang dapat membantu pelestarian keanekaragaman ini adalah dengan menciptakan Geopark. Pengembangan wilayah yang dilakukan dapat mempengaruhi kualitas hidup masyarakat di wilayah geopark. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak pengembangan Geopark Ciletuh Pelabuhan Ratu terhadap kesehatan fisik, kesehatan psikologis, hubungan sosial dan aktivitas spiritual kualitas hidup masyarakat yang tinggal di wilayah geopark. Metode Public health Assessment (PHA) digunakan untuk melihat hasil awal dampak dari pengembangan lingkungan terhadap kesehatan. Penelitian ini dilakukan dengan mewawancarai 101 responden yang tinggal di wilayah geopark serta mengobservasi wilayah geopark dan juga melakukan pengujian pada 16 sampel air bersih. Hasil statistik dan hasil wawancara yang dilakukan pada penelitian ini menunjukkan perubahan lingkungan fisik yang terjadi di wilayah geopark tidak mempengaruhi kualitas hidup masyarakat yang tinggal di wilayah geopark, untuk hasil observasi terlihat adanya perubahan lingkungan yang terjadi di wilayah Geopark Ciletuh. Kesimpulannya, pengembangan wilayah geopark Ciletuh tidak berpengaruh kepada kualitas hidup masyarakat. Partisipasi masyarakat dan pemerintah sangat diperlukan dalam pengendalian pembangunan di sekitar wilayah Geopark Ciletuh dalam menjaga kelestarian lingkungan. Kata kunci: lingkungan fisik, geopark, kualitas hidup, Public Health Assessment Sukabumi regency is part of Indonesia region which has geodiversity, biodiversity and cultural diversity, which are required to be preserved. One way that can help preserve this diversity is by creating a Geopark. The development of the region can affect the quality of life of the community in the geopark. This study aims to determine the impact of the development of Geopark Ciletuh Pelabuhan Ratu on physical health, psychological health, social relations and spiritual activity of quality of life of people living in geopark areas. The Public Health Assessment (PHA) method is used to see the preliminary impact of environmental development on health. This research was conducted by interviewing 101 respondents who live in the geopark region as well as observing the geopark region and also conducted experiments on 16 water samples. The results of statistics and interview conducted in this study indicate that the physical environment changes that occur in the geopark area does not affect the quality of life of people living in the geopark area, for the observation results seen environmental changes that occur in the Geopark Ciletuh region. In conclusion, the development of Geopark Ciletuh area has no effect on the quality of life of the community. Community and government participation are essential in controlling the development around Geopark Ciletuh areas to protecting the environment. Keywords: physical environment, geopark, quality of life, public health assessment
Read More
T-4953
Depok : FKM-UI, 2017
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Andreas Billy Falian; Pembimbing: Haryoto Kusnoputranto; Penguji: Ririn Arminsih, Didik Supriyono
Abstrak: Pendahuluan: Kebisingan adalah bunyi atau suara yang tidak diinginkan sebagai suara yang tidak diinginkan yang dapat menyebabkan gangguan pendengaran dan gangguan non-pendengaran, seperti kondisi fisiologis, psikologis, dan komunikasi. Gangguan fisiologi dan psikologi dapat meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah. Dampak fisik yang mungkin terjadi dari pajanan kebisingan, adalah kram otot, pusing, mual, muntah dan peningkatan sekresi katekolamin dan kortisol, di mana akan mempengaruhi sistem saraf yang kemudian berpengaruh pada detak jantung, dan akan meningkatkan tekanan darah. Menurut WHO, hipertensi diperkirakan menyebabkan 7.5 juta kematian, sekitar 12.8% dari total semua kematian. Hipertensi merupakan masalah kesehatan dengan prevalensi yang tinggi, yaitu sebesar 25.8%, sesuai dengan data Riskesdas 2013. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat hubungan kebisingan >85 dB terhadap kejadian hipertensi.
Metode: Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Metode penelitian yang digunakan adalah kombinasi metode kuantitatif dan kualitatif, dengan desain penelitian potong lintang. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah proportionate stratified random sampling dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Pengolahan data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat dengan interval kepercayaan 95%. Dalam penelitian ini juga dilakukan tes laboratorium untuk memvalidasi dan mendapatkan data kondisi stres biologis pada pekerja melalui pengujian hormon kortisol dari air liur.
Hasil: Seluruh variabel independen memiliki faktor risiko > 1 terhadap variabel dependen. Terdapat hasil yang signifikan dari variabel independen kebisingan, lama kerja, umur, riwayat keturunan hipertensi, aktivitas fisik, penggunaan APT, indeks massa tubuh, dan kadar hormon kortisol terhadap hipertensi, melalui pengujian secara statistik dengan p value < 0.05. Sedangkan, untuk variabel perilaku merokok dan konsumsi alkohol memiliki p value > 0.05. Kebisingan sebagai variabel utama memiliki OR 19.067 melalui uji multivariat, setelah dilakukan kontrol oleh variabel perancu lama kerja, riwayat keturunan hipertensi, aktivitas fisik, penggunaan APT, dan indeks massa tubuh terhadap hipertensi.
Kesimpulan: Pekerja yang terpapar kebisingan berisiko untuk mengalami hipertensi. Pekerja yang memiliki lama kerja lebih dari lima tahun, tidak melakukan aktivitas fisik, tidak menggunakan APT, dan memiliki indeks massa tubuh yang tidak normal berisiko lebih besar untuk mengalami hipertensi.
Kata kunci: Farmasi, Hipertensi, Hormon Kortisol, Industri, Kebisingan
Read More
S-9642
Depok : FKM UI, 2018
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Bayu Rizki Sanjaya; Pembimbing: ; Penguji: Laila Fitria, Inswiarsi, Miko Hananto
Abstrak:

ABSTRAK Nama :  Bayu Rizki Sanjaya Program Studi              :  Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Judul                            :   Asosiasi Pajanan Benzene Terhadap Kadar Hemoglobin  (Studi Pada Pekerja Laki-Laki Di Industri Sepatu Informal Cibaduyut, Jawa Barat) xvi + 85 halaman, 16 tabel, 9 gambar Benzene merupakan senyawa yang berbahaya bagi kesehatan. Dampak nonkarsinogenik yang diakibatkan diantaranya anemia dan pensitopenia. Pada pajanan benzene ditingkat rendah, menunjukkan adanya perbedaan dampak hematologi. Kadar hemoglobin merupakan salah satu parameter awal yang digunakan untuk mengetahui dampak hematologi. Penelitian ini bertujuan untuk mengtahui asosiasi pajanan benzene terhadap kadar hemoglobin. hasil penelitian. Metode penelitian. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Pemilihan sampel mengggunakan cluster satu tingkat. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 71 pekerja laki-laki responden. Pengukuran benzene menggunakan metode NIOSH 1501, pemeriksaan kadar hemoglobin menggunakan automated hematlogy analyzer. Lama kerja, usia, status merokok, konsumsi alkohol dan riwayat infeksi diukur menggunakan kuesioner Hasil penelitian menunjukkan rata-rata pajanan benzene adalah 0,34 ppm dan kadar hemoglobin pekerja laki-laki adalah15,34 ± 1,14 g/dL. Berdasarkan analisis statistik, rata-rata kadar hemoglobin pajanan benzene  ≤ 0,50 ppm adalah 15.15 g/dL (95% CI : 14.80 - 15.50) dan pada pajanan benzene   0,51 – 1 ppm adalah g/dL 15.55 (95% CI : 15.19 - 15.91). Pekerja dengan lama kerja lebih dari 6 tahun memiliki kadar hemoglobin lebih rendah 0,7 g/dL (95% CI: -1.32 s.d. -0.13) dibandingkan pekerja dengan lama kerja kurang dari 6 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa pajanan benzene di bawah 1 ppm tidak ada asosiasi yang signifikan terhadap kadar hemoglobin, namun pekerja terdapat indikasi bahwa durasi pajanan yang diukur dengan lama kerja berasosiasi dengan penurunan hemoglobin. Kata kunci: benzene, hemoglobin, pekerja laki-laki


ABSTRACT Name :  Bayu Rizki Sanjaya Program of Study :  Master of Public Health Title of Thesis              :   Association of benzene exposures and hemoglobin (Study among the footware male workers in Cibaduyut West Java) xvi + 85 pages, 16 tables, 9 pictures Benzene is one of the chemical substances which can cause some health effect. Noncarcinogenics effect can caused by benzene is anemia and pancytopenia. Benzene at lower concentrations have is conflicting evidence on potential hematological effects. Hemoglobin is one of hematological paramaters of hematological effects. The purpose of this study to explain association benzene exposure and effect of hemoglobin.   Cross sectional study design was used, and 71 male workers selected by cluster random sampling. Benzene measurement used NIOSH 1501 method and hemoglobin measurement used by automated hematalogy analyzer.  Confounding factors such as work duration, age, smoking status, alcohol consumption, and history of infection measurements by questionnares.   The results showed that means of benzene exposure is 0,34 ppm and means of hemoglobin is 15,34 ± 1,14 g/dL. Statistical analysis showed that means of hemoglobin at benzene exposure ≤ 0,50 ppm is 15.15 g/dL (95% CI : 14.80 - 15.50) and means of hemoglobin at benzene exposure   0,51 - 1 ppm is 15.55 g/dL (95% CI : 15.19 - 15.91). Male-workers that work duration more than 6 yearshave decreased of hemoglobin 0,7 g/dL (95% CI: -1.32 s.d. -0.13). The conclution is benzene exposure below 1 ppm statistically not association with hemoglobin. However long-time exposure of benzene that measure with work duration statistically significant with decreased of hemoglobin. Keywords: benzene, hemoglobin, male workers

Read More
T-4759
Depok : FKM-UI, 2016
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Ni Wayan Ratih Prayudactuti; Pembimbing: Laila Fitria; Penguji: Ririn Arminsih Wulandari, Heni Mayawati
Abstrak: Sick Building Syndrome (SBS) merupakan masalah yang sering dialami oleh penghuni gedung namun penyebabnya tidak diketahui pasti. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara konsentrasi CO2 udara dalam ruang dengan kejadian SBS di gedung Rektorat Universitas Indonesia. Digunakan disain studi cross-sectional, variabel independen adalah konsentrasi CO2 dan variabel kovariat adalah konsentrasi formaldehida, suhu, kelembaban, usia, jenis kelamin, kebiasaan merokok dan riwayat alergi. Analisa statistik memberikan hasil proporsi kejadian SBS adalah 58%, dari 8 variabel yang berhubungan signifikan secara statistik adalah konsentrasi CO2 (3,02; 1,32-6,89), formaldehida (0,3; 0,14-0,76), suhu (11,2; 2,35-53,4), kelembaban (8,01; 2,96-21,68), usia (3,67; 1,45-9,01), jenis kelamin (2,87; 1,23-6,66), dan kebiasaan merokok (3,41; 1,23-9,41). Disimpulkan bahwa kelompok yang berisiko (konsentrasi CO2 > 449 ppm) 1,14 kali berpeluang untuk mengalami kejadian SBS dibandingkan pada kelompok yang tidak berisiko ((konsentrasi CO2 ≤ 449 ppm). Kata Kunci : Sick Building Syndrome, CO2, Kualitas udara dalam ruang
Read More
S-8614
Depok : FKM-UI, 2015
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive