Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 34402 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Septy Zahrawi Kirana; Pembimbing: Ascobat Gani; Penguji: Ede Surya Darmawan, Ni Made Diah PLD
Abstrak:
Posyandu merupakan sebuah upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat (UKBM) yang didirikan sebagai bagian dari strategi pelayanan kesehatan primer yang bertujuan untuk memajukan kesehatan ibu dan anak di Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah untuk meneliti faktor-faktor yang berhubungan dengan keaktifan Posyandu aktif di Jakarta Barat tahun 2022, yaitu faktor kader (pendidikan dan insentif), faktor Puskesmas (pendampingan tenaga kesehatan dan pembinaan), faktor masyarakat (pekerjaan ibu dan partisipasi masyarakat) dan faktor pemangku kepentingan (aparat kelurahan dan kelompok sosial). Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental dengan purposive case study di Kecamatan terpilih dan menggunakan data kualitatif yang diperoleh dari focus group discussion (FGD) dan wawancara mendalam serta telaah dokumen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara faktor kader, faktor pekerjaan ibu, pembinaan aparat kelurahan dengan keaktifan Posyandu dan terdapat hubungan antara faktor Puskesmas, faktor partisipasi masyarakat, dukungan kelompok sosial dengan keaktifan Posyandu. Keaktifan Posyandu berdasarkan data Komdat Kemenkes belum menggambarkan kondisi riil di lapangan, terutama terkait jumlah kader. Pelaksanaan Posyandu di Jakarta Barat mendapat dukungan dari Bidan Praktek Mandiri dan kerjasama dengan kader kesehatan lain seperti kader Dasawisma dan kader Jumantik.

Posyandu (integrated health post) is one of community based primary health care with its goal to improve maternal dan child health in Indonesia. The purpose of this reasearch is to examine factors related to Posyandu’s activity in Jakarta Barat in 2022 including cadre (education dan incentive), Puskesmas (health workers assistance and coaching), community (targeted mother’s employment and community participation), and stakeholder (local government and group’s support). This research is a non experimental research with purposive case study design using qualitative data collected by focus group discussion, in-depth interview and document review. This study showed that cadre’s factor, mother’s employment and local goverments are not related to Posyandu’s activity, whereas Puskesmas, community participation and group’s support are related to Posyandu’s activity in Jakarta Barat in 2022. Posyandu’s activity data based on Komdat Ministry of Health is not representing the actual condition of Posyandu’s activity mainly in cadre’s criteria. Posyandu in Jakarta Barat has been supported by independent midwives and other health cadres.
Read More
T-6698
Depok : FKM-UI, 2023
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Khaula Karima; Pembimbing: Adang Bachtiar; Penguji: Puput Oktamianti, Purnawan Junadi, Nana Mulyana, Sulistyo
Abstrak:
Ketepatan waktu merupakan kinerja utama dari sistem surveilans. Pencegahan dan pengendalian TBC memerlukan pelaporan yang lengkap dan tepat waktu agar dapat dilakukan investigasi kontak dan pengobatan. Pada penelitian ini ketepatan waktu pelaporan digambarkan dengan interval tanggal register pasien TBC saat menjadi terduga TBC dengan tanggal input pelaporan TBC di SITB dengan batas waktu 7 hari. Berbagai penelitian menunjukkan sejumlah faktor yang berhubungan dengan ketepatan waktu pelaporan, seperti jenis fasilitas kesehatan, kepemilikan fasilitas kesehatan, karakteristik pasien, dan beberapa faktor lainnya yang digambarkan oleh Donabedian (1988) sebagai faktor input, proses, dan output. Penelitian ini adalah penelitian cross-sectional dengan pendekatan mixed method sequential design diawali analisis kuantitatif data SITB di Provinsi Jawa Barat tahun 2021 dan 2022 dengan uji chi square dan uji regresi logistik ganda, dilanjutkan dengan penelitian kualitatif. Proporsi laporan TBC tepat waktu di Jawa Barat meningkat dari 46,7% (2021) menjadi 56,7% (2022). Hasil uji chi square menunjukkan waktu register pasien TBC, jenis faskes yang melapor, kepemilikan faskes yang melapor, riwayat penyakit TBC pasien, jenis kasus TBC, volume kasus di kabupaten/kota, status kerja sama faskes dengan BPJS Kesehatan, usia, dan jenis kelamin pasien berhubungan dengan ketepatan waktu pelaporan TBC di 2021 dan 2022. Setelah dikontrol variabel lainnya, analisis multivariat menyimpulkan jenis faskes merupakan faktor yang paling berhubungan dengan ketepatan waktu pelaporan TBC di Jawa Barat. Odss tertinggi pada lapas rutan (2021=10,6 CI : 6,9-16,4; dan 2022=5,4 CI=3,8-7,6) dengan rentang confident interval yang cukup besar, dan BP4/BBKPM/BKPM (2021=3,4 CI:3,1-3,5 dan 2022=4,6 CI: 3,2-3,9) dibandingkan dengan Puskesmas. Hasil penelitian kualitatif menjelaskan keterkaitan kompetensi petugas, kebijakan, infrastruktur, persepsi manfaat, dan persepsi penggunaan sistem informasi dengan ketepatan waktu pelaporan TBC. Dengan demikian, intervensi untuk meningkatkan kualitas data TBC memperhatikan jenis fasilitas kesehatan, mendorong kebijakan yang meningkatkan keterlibatan fasilitas pelayanan kesehatan swasta, mengoptimalkan mekanisme umpan balik pelaporan TBC, serta memperkuat sistem informasi elektronik TBC yang mendukung output operasional penggunanya di faskes sangat penting.

Timeliness of report is one of the key metrics in surveillance system. Prevention and control of Tuberculosis requires complete and timely reporting so that contact investigations and treatment can be carried out immediately. In this study, the timeliness of reporting is described by the interval between the date of registration of a TB patient when as suspected TB and the date of input registration input into TB Information system (SITB). The categorization of timely report determined by 7 days of interval, which is also referred to by the Ministry of Health in the Zero Reporting intervention. Various studies show factors related to the timeliness of reporting, i.e., type of health facility, type of provider, patient characteristics, and other factors described by Donabedian (1988) as input, process and output factors. This study using mixed method sequential design with quantitative research using SITB data continued with qualitative research. The chi square test to analyze qualitative data continued with logistic regression. The proportion of timely TB reports in West Java increased from 46.7% to 56.7%. The chi-square test shows registration time for TB patients, type of reporting health service facility, type of provider, TB patient treatment history, type of TB case, TB case volume in the districts, cooperation status with BPJS Kesehatan, patient age, and patient gender is related to the timeliness of TB reporting in 2021 and 2022. After controlling other variables, the multivariate analysis concluded that the type of health facility is the most related factor to the timeliness of TB reporting in West Java in 2021 and 2022. The highest odds were in prisons (2021=10.6 CI: 6.9-16.4; and 2022=5.4 CI=3.8-7.6) with a large confidence interval range, and BP4/BBKPM/ BKPM (2021=3.4 CI:3.1-3.5 and 2022=4.6 CI: 3.2-3.9) compared to Puskesmas. The results of qualitative research explain the relationship between officer competency, policy, infrastructure, perceived of benefits, and perceived of information systems usefulness with the timeliness of TB reporting. Thus, interventions to improve the quality of TB data by looking at the type of health facility, encouraging policies that increase the involvement of private provider, optimizing the feedback mechanism for TB reporting, and strengthening the electronic TB information system that supports the operational output of its users in health facilities are imperative.
 
Read More
T-6964
Depok : FKM UI, 2024
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Muhammad Farras Hadyan; Pembimbing: Mardiati Nadjib; Penguji: Pujiyanto, Helen Andriani, Ahmad Jamaluddin, Tri Moedji Hartiningsih
Abstrak:
Latar Belakang: Pelayanan rekam medis (RM) khususnya pasien rawat inap merupakan salah satu aspek penilaian mutu yang tercermin dalam kualitas dokumen RM yang dilakukan oleh petugas pengisi RM serta pengelolaannya di bagian unit rekam medis (URM). Berdasarkan standar pelayanan minimal di rumah sakit, terdapat empat indikator sasaran mutu RM yaitu kelengkapan isi, keakuratan isi, ketepatan waktu pengembalian, dan pemenuhan persyaratan hukum. Hasil evaluasi bulanan URM RS Muhammadiyah Taman Puring (RSMTP), menunjukkan persentase kelengkapan resume medis pada Bulan November 2021 yang masih rendah (32,10%). Selain itu, pelaksanaan rekapitulasi data dan analisis isi RM baru saja dilaksanakan sehingga belum adanya proses evaluasi kelengkapan RM secara komperhensif.
Tujuan: Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan mutu rekam medis pasien rawat inap di RSMTP Jakarta Selatan. Metode: Penelitian ini menggunakan studi deskriptif observasional dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif yang menggunakan analisis sistem input-process-output. Subjek penelitian ini adalah kasubid penunjang medis, kepala unit RM, kepala ruang rawat inap, petugas RM, dokter, perawat pelaksana, dan petugas admisi, sedangkan objek penelitian adalah berkas RM rawat inap pada Bulan Mei 2022 sebanyak 103 sampel.
Hasil: Komponen output berupa persentase RM rawat inap bermutu baik sebesar 33% yang terdiri dari kelengkapan isi sebesar 34%, ketepatan waktu pengembalian sebesar 100%, dan pemenuhan persyaratan hukum sebesar 69,9%. Kendala pada komponen input antara lain ketersediaan petugas RM yang sesuai kompetensi masih belum mencukupi, belum tersedianya pelatihan pengisian RM, sosialisasi kebijakan kepada profesional pemberi asuhan (PPA) yang masih bersifat segmented, perakitan formulir yang belum konsisten, dan belum tersedianya SOP pengisian RM sebelumnya yang dibutuhkan sebagai acuan PPA dalam melakukan pengisian RM, kebijakan reward dan punishment belum resmi diberlakukan, anggaran dana untuk pelatihan PPA terkait pengisian RM masih belum tersedia, tidak tersedianya insentif untuk PPA dan petugas RM, dan beberapa sarana prasarana di URM kurang memadai. Selain itu, dari segi process terdapat beberapa kendala dari proses pendaftaran yang mengakibatkan pengisian identitas pasien menjadi tidak lengkap. Pelaksanaan pengisian RM yang kurang baik dikarenakan SOP yang masih belum tersedia dan peran PPA dalam mengisi dokumen RM yang belum baik. Proses pengembalian RM sudah dilakukan secara cukup disiplin dalam waktu 1x24 jam. Kegiatan analisis isi dan pemanfaatannya belum dilaksanakan secara berkala, serta pemantauan dan evaluasi pengisian RM yang belum berjalan dengan baik. Belum terbentuknya komite rekam medis sehingga peran audit rekam medis belum berjalan dengan baik. Kesimpulan: Masih rendahnya mutu RM rawat inap di RSMTP berhubungan dengan beberapa faktor yang masih belum terpenuhi dari faktor SDM sendiri maupun faktor-faktor lainnya yang masih mengalami beberapa kendala, serta beberapa proses terkait mutu rekam medis belum berjalan dengan baik. Saran: Perlu adanya pembuatan beberapa kebijakan seperti pengadaan insentif dan kebijakan reward dan punishment. Selain itu, beberapa aspek lain perlu diperhatikan yaitu anggaran untuk pelatihan, pembentukan panitia RM, sosialisasi SOP secara menyeluruh, pemanfaatan analisis isi sebagai acuan evaluasi mutu RM dan kinerja PPA, serta peran PPA dalam memberikan fokus kepada beberapa item rekam medis sehingga seluruh indikator mutu dapat tercapai.
Background: Medical record (MR) service, especially for inpatients, is one aspect of quality assessment which is reflected in the quality of MR documents carried out by RM filling officers and their management in the medical record unit (MRU). Based on minimum service standards in hospitals, there are four indicators of MR quality targets, namely completeness of contents, accuracy of contents, timeliness of returns, and compliance with legal requirements. The results of the monthly MRU evaluation of the Muhammadiyah Taman Puring Hospital (RSMTP), show the percentage of completeness medical resumes on November 2021 which is still low (32.10%). In addition, the implementation of data recapitulation and analysis of the contents of the MR has just been carried out so that there is no comprehensive evaluation process for the completeness of the MR. Objective: To determine the factors related to the quality of medical records of inpatients at RSMTP South Jakarta. Methods: This study uses a descriptive observational study with a qualitative and quantitative approach that requires an input-process-output system analysis. The subjects of this study were the sub-division of medical support, the head of the MR unit, the head of the inpatient room, the MR officer, doctors, nurses, and admissions officers, while the object of the study was the inpatient MR files in May 2022 as many as 103 samples. Results: The output component in the form of the percentage of good quality inpatient MR is 33% consisting of completeness of contents (34%), timeliness of return (100%), and compliance with legal requirements (69.9%). Constraints on the input component include the availability of competent MR officers who are still not sufficient, the unavailability of MR filling training, policy socialization to professional care providers (PCP) which is still segmented, inconsistent form assembly, and the unavailability of the previous RM filling SOP that needed as a reference for PCP in filling out MRs, reward and punishment policies have not been officially implemented, budget funds for PCP training related to filling MRs are still not available, incentives are not available for PCP and MR officers, and some infrastructure facilities at MRU are inadequate. In addition, in terms of the process, there were several obstacles in the registration process which resulted in incomplete filling of the patient's identity. The implementation of filling out the MR is below standard because the SOP is still not available and the role of the PCP in filling out the MR document still not showing their best effort. The MR refund process has been carried out in a fairly disciplined manner within 1x24 hours. Content analysis and utilization activities have not been carried out on a regular basis, as well as monitoring and evaluation of MR filling that has not been going well. The medical record committee has not yet been formed so that the role of the medical record audit has not gone well. Conclusion: The low quality of inpatient MR at RSMTP is related to several factors that have not been fulfilled, from the human resources factor itself and other factors who are still experiencing some problems, as well as several processes related to the quality of medical records that have not gone well. Suggestion: It is necessary to make several policies such as the provision of incentives and reward and punishment policies. In addition, several other aspects need to be considered, such as the budget for training, the formation of an MR committee, comprehensive socialization of SOPs, the use of content analysis as a reference for evaluating MR quality and PCP performance, and the role of PCP in providing focus to several medical record items so that all quality indicators can be achieved.
Read More
T-6488
Depok : FKM-UI, 2022
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Zunelda; Pembbimbing: Hasbullah Thabrany; Penguji: Sandi Iljanto, Vetty Yulianty Permanasari, Resty Kiantini, Budi Hartono
Abstrak: Abstrak

Kegiatan posyandu bertujuan memantau pertumbuhan balita dengan indikator pencapaian adalah cakupan penimbangan balita (D/S). Pencapaian D/S tahun 2011 di Kota Padang terendah pada Puskesmas Nanggalo 42,7% dan tertinggi pada Puskesmas Ambacang 96,7%. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan faktor kader dan sarana posyandu dengan cakupan penimbangan di posyandu dua puskesmas Kota Padang tahun 2012. Desain penelitian adalah cross sectional.

Hasil penelitian rata ? rata D/S tahun 2012 puskesmas 66,01 % dengan proporsi cakupan tinggi 52,4 %. Pendidikan, lama kerja, pengetahuan, pelatihan, persepsi, jumlah kader dan sarana posyandu berhubungan bermakna dengan cakupan penimbangan balita. Perlu pelatihan kader, penambahan jumlah kader dan sarana posyandu.


Posyandu activities aimed at monitoring the growth of underfive children with indicators of achievement is the scope of child's weight (D/ S). Achievement of D / S of Padang in 2011, Nanggalo 42.7% and Ambacang 96.7%. Research purposes to determine the correlation between the cadres and the facilities posyandu to coverage of weighing in posyandu Padang City in 2012. The study design was cross-sectional.

The results the average D/ S in 2012 66,01% and propostion hight coverage of weighing 52,4 %. Education, Length of work, knowledge, training, perception, number of cadres and facilities posyandu significantly associated with coverage of weighting underfive children. Need training of cadres and increasing the number of cadres and facility.

Read More
T-3914
Depok : FKM-UI, 2013
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Syarifah Almira Dova; Pembimbing: Adang Bachtiar; Penguji: Ede Surya Darmawan, Bambang Setiaji, Jenal Mutakin
Abstrak:
Kabupaten Pandeglang masih menjadi penyumbang prevalensi stunting yang tinggi di Provinsi Banten dengan angka 29,4% pada tahun 2022. Puskesmas Pagadungan dan Puskesmas Cikupa yang merupakan lokasi penelitian memiliki prevalensi stunting sebesar 1.9% dan Puskesmas Cikupa 0,9%. Posyandu merupakan sarana penting di dalam masyarakat. Keberhasilan Posyandu sangat dipengaruhi oleh kinerja kader dalam menjalankan tugas nya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kinerja Kader Posyandu dalam Pemantauan Kesehatan Balita di Puskesmas Pagadungan dan Puskesmas Cikupa Kabupaten Pandeglang Tahun 2023. Jenis penelitian menggunakan desain kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Populasi nya yaitu kader puskesmas Pagadungan dan Puskesmas Cikupa. Sampel penelitian sebanyak 150 responden, terdiri dari 75 responden kader Puskesmas Pagadungan dan 75 responden kader Puskesmas Cikupa yang diambil menggunakan teknik purposive sampling dengan kriteria inklusi dan ekslusi. Alat pengumpulan data berupa kuesioner online menggunakan google form. Analisis data menggunakan univariat, bivariat menggunakan kai kuadrat dan multivariat dengan regresi logistik ganda. Hasil penelitian menunjukan bahwa kinerja kader posyandu dalam pemantauan kesehatan balita 56,7% berkategori baik, dimana kinerja kader Puskesmas cikupa memiliki skor lebih tinggi daripada kader puskesmas pagadungan (58,7% versus 54,7 %). Analisis bivariat menunjukkan bahwa pendidikan, pengetahuan, pelatihan, supervisi, motivasi dan sikap Kader berpengaruh signifikan terhadap kinerja kader posyandu. Analisis multivariat menunjukkan bahwa variabel imbalan merupakan variabel yang paling dominan dengan nilai p=0,000 dan OR =13,94. Peneliti menyarankan agar pihak Puskesmas tetap mengadakan supervisi dan pelatihan secara rutin, berkala dan menyeluruh. Perlu penguatan koordinasi lintas sektor khususnya dengan perangkat desa. Selain itu untuk lebih memotivasi kader dalam bekerja perlu diberikan pengakuan dan penghargaan, misalnya berupa sertifikat kader.

Pandeglang District still a contributor to the high prevalence of stunting in Banten Province with a rate of 29.4% in 2022. The Pagadungan Health Center and Cikupa Health Center which are research locations have a stunting prevalence of 1.9% and the Cikupa Health Center contributes 0.9%. Posyandu is an important facility in the community to support the government's efforts to improve the health status. The success of Posyandu greatly influenced by the performance of cadres in carrying out their duties. The purpose of this study was to determine the Factors Related the Performance of Posyandu Cadres in Monitoring Toddler Health at the Pandeglang District in 2023. This research uses a quantitative design with cross-sectional approach. The population is Pagadungan and Cikupa health center cadres. The research sample consisted of 150 respondents, consisting of 75 respondents from Pagadungan Health Center cadres and 75 respondents from Cikupa Health Center cadres who were taken using a purposive sampling technique with inclusion and exclusion criteria. The data collection tool in this research is online questionnaire using the Google form. Data analysis used univariate, bivariate (kai kuadrat) and multivariate with multiple logistic regression. The results showed that the performance of posyandu cadres in monitoring toddler health was 56.7% in the good category, the performance of Cikupa Health Center cadres had a higher score than Pagadungan health center cadres (58.7% versus 54.7%). Bivariate analysis shows that education, knowledge, training, supervision, motivation and attitude of cadres have a significant effect on performance of posyandu cadres in monitoring toddler health. Multivariate analysis shows that the reward variable is the most dominant variable affecting the performance of cadres in monitoring the health of toddlers with p = 0.000 and OR = 13.94. Researchers suggest that the Community Health Center continues to conduct regular, periodic and thorough supervision and training. It is necessary to strengthen coordination across sectors. In addition to motivating cadres to work, it is necessary to give recognition and rewards, for example in the form of a cadre certificate.
Read More
T-6686
Depok : FKM-UI, 2023
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Wahyu Liansyah; Pembimbing: Puput Oktamianti; Penguji: Kurnia Sari, Zulaiha
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi pemanfaatan pos pembinaan terpadu lanjut usia di wilayah kerja Puskesmas Beji Kecamatan Beji tahun 2014. Menggunakan metode deskriptif studi cross sectional dengan jumlah sampel 66 orang. Analisa data menggunakan Uji kai-kuadrat. Hasil penelitian didapatkan pemanfaatan pos pembinaan terpadu lanjut usia di wilayah kerja puskesmas Beji sebesar 47,0% dengan faktor-faktor yang berhubungan adalah pekerjaan (p = 0,01), pendapatan (p=0,01), dukungan keluarga (p=0,01), dukungan petugas puskesmas (p =0,02) dan faktor kebutuhan (p=0,00). Untuk meningkatkan pemanfaatan pos pembinaan terpadu maka perlu dilakukan pengelolaan manajemen program lansia dengan lebih terencana, sosialisasi kepada masyarakat tentang fungsi, tujuan dan manfaat program posbindu lansia, pengadaan sarana penunjang, pelatihan kader dan kerja sama lintas sektor.
 

This study aims to determine the factors that influence the utilization of integrated postal development elderly in the region of the sub-district public health centers in 2014 Beji. Using descriptive cross-sectional study with a sample of 66 people. Data analysis using the chi-square test. Utilization of research results in the get older postal of integrated development in the region of 47.0% to the factors associated are: employment (0,01), family support (p=0,01), health care workers (p = 0,02) and factors support the need (p = 0,00). To increase the utilization of integrated postal coaching is necessary for the management of the elderly with more planned programs, outreach to the community about the functions, objectives and programs utilizationpostal development elderly, procurement support, training cadres and intersectoral collaboration.
Read More
S-8301
Depok : FKM-UI, 2014
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Yayuk Sri Rahayu; Pembimbing: Adang Bachtiar; Penguji: Agustin Kusumayati, Sunuhardo E.P, Eni Gustina
Abstrak:

Derajat kesehatan masyarakat merupakan salah satu indikator kesejahteraan suatu bangsa. Upaya yang dilakukan di bidang kesehatan adalah dengan meningkatkan umur harapan hidup, dengan cara menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Dibanding negara- negara ASEAN, AKI dan AKB di Indonesia masih tinggi, demikian juga kondisi AKI dan AKB di Jawa Barat, termasuk di Kabupaten Karawang. Pelayanan antenatal merupakan salah satu intervensi kesehatan yang paling efektif untuk pencegahan kesakitan dan kematian ibu. Kematian ibu dapat dicegah bila komplikasi dan keadaan resiko tinggi kehamilan dapat dideteksi sejak dini melalui pemeriksaan antenatal sedini mungkin. Hasil kegiatan yang dilakukan oleh bidan di desa Kabupaten Karawang dalam pelayanan antenatal (cakupan ANC K1 dan K4), menunjukkan adanya kesenjangan yang tinggi. Hal ini merupakan indikator bahwa kinerja bidan di desa masih belum baik. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan, pengalaman, tempat tinggal, motivasi, kelengkapan alat, supervisi dan klasifikasi desa dengan kinerja bidan di desa dalam pelayanan antenatal. Penelitian  ini menggunakan rancangan cross sectional, dengan populasi semua bidan di desa sebanyak 305 responden. Sampel penelitian semua populasi, yang berhasil didata sebanyak 289 responden. Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Maret-April 2008, di Kabupaten Karawang, dengan wawancara dan menggunakan kuesioner. Analisis univariat dengan membuat distribusi frekuensi masing-masing variabel, analisis bivariat dengan uji kai kuadrat dan analisis multivariat dengan uji regresi logistik ganda dengan kriteria kemaknaan p<0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi bidan di desa yang mempunyai kinerja kurang (49,8%), sedikit lebih rendah dibanding  bidan di desa yang mempunyai kinerja baik (50,2%). Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa variabel pengetahuan tentang umur kehamilan dan fokus supervisi berhubungan signifikan dengan kinerja bidan di desa. Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa variabel fokus supervisi berhubungan signifikan dengan kinerja bidan di desa. Bidan di desa dengan fokus supervisi kurang akan berpeluang mempunyai kinerja kurang 1,7 kali lebih besar dibanding bidan di desa dengan fokus supervisi baik. Berdasarkan hasil penelitian, penulis merekomendasikan saran sebagai berikut: Bagi Puskesmas dan Dinas Kesehatan perlu meningkatkan supervisi dengan cara membuat jadwal supervisi, cek list, kemudian didiskusikan, sampai terbentuk formulasi tentang  masalah yang ada, menentukan penyebab masalah, prioritas dan membuat langkah- langkah perbaikan, membuat komitmen bersama untuk perbaikan, melakukan pelatihan bagi petugas supervisi, kemudian melakukan uji coba, menilai hasil yang dicapai dan menentukan tindak lanjut berikutnya. Bagi bidan di desa perlu memahami kembali tentang tujuan, wewenang, tugas pokok dan fungsi sebagai bidan di desa, meningkatkan kerjasama, lebih proaktif dan meningkatkan soft skill. Bagi masyarakat perlu kerjasama dan partisipasinya dalam pelayanan antenatal. Bagi peneliti lain perlu dilakukan penelitian tentang fokus supervisi untuk meningkatkan kinerja bidan di desa dalam pelayanan antenatal dengan wawancara independen dan tentang kinerja bidan di desa secara komprehensif. Daftar bacaan : 49 (1980-2008) Kata kunci : Kinerja, Bidan di Desa, Pelayanan Antenatal, Cross Sectional


ABSTRACT The level of public health is one of the indicators related to the wealth of society. One of the efforts being done in the health subject is to increase the age life expectancy by reducing the maternal mortality rate (MMR) and neonatal mortality rate (NMR). Comparing to the other ASEAN countries, Indonesia’s MMR and NMR are still high, and so does for of West Java’s MMR and NMR, including Karawang regency. Antenatal care is one of the most effective health intervention in preventing the maternal morbidity and mortality. Maternal mortality can be prevented, if complication and high risk conditions are detected early by antenatal care. Activity result of village midwives on antenatal care in Karawang regency (including ANC K1 dan K4) shows high discrepancy; which indicates that village midwives performances is not yet good. The research objective is to find out the link between knowledge, experience, residence, motivation, full-equipments, supervision and village classification with village midwives’ performances in the antenatal care. This research of cross sectional program, uses a population of all the village midwives which are 305 respondents. The sample is using all of the population, 289 are successfully recorded as data. The data collection is started from March until April 2008, in Karawang regency, through interview and questionnaire forms. Univariate analysis by making frequency distribution of such variable, bivariate analysis by chi square test and multivariate analysis by multiregression logistic test with p value<0,05. The research result shows that the proportion of the village midwives with low performance (49,8%) is almost the same as the village midwives with good performance (50,2%). The bivariate analysis shows variable knowledge of the age of pregnancy and supervision focus has significant relationship with the village midwives’ performance. The village midwives with less supervision focus have an opportunity to perform less by 1.7 times greater than the village midwives with good supervision focus. According to research results, writer recommends advises as the following: For the Public Health Center and Official Health needs an improvement on supervision by making supervision schedule, check list and continued with discussions, in order to find the formulation of the existing problem, the cause of the problem, priorities and developing solving steps, making commitment together to improve, conducting training for supervision officers, then conducting testing which evaluate the result and decide the next steps. For the village midwives, they need to understand the objectives, authority, the main function and responsibilities as village midwives, to improve teamwork, be more proactive and to improve soft skill. For the surrounding society, its teamwork and participation are importantly needed in the antenatal care. For other researchers, it is needed to carry on further researches about supervision focus to improve the village midwives performance in the antenatal care with independent interview and about comprehensive of the village midwives performance. References : 49 (1980-2008) Key words : Performance, The Village Midwives, Antenatal Care, Cross Sectional

 

Read More
T-2880
Depok : FKM-UI, 2008
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Dwi Wigati Ratna Sari; Pembimbing: Mieke Savitri; Penguji: Vetty Yulianty Permanasari, Adhi Dharmawan Tato, Hamidah
Abstrak: Masuknya Penyakit Tidak Menular sebagai salah satu target dalam SustainableDevelopment Goals (SDGs) 2030,mengisyaratkan bahwa PTM secara global telahmendapatkan perhatian khusus yang menjadi prioritas nasional. Salah satu cara dalamprogram pengendalian PTM adalah melalui kegiatan Pos Pembinaan Terpadu(Posbindu) PTM. Puskesmas Kecamatan Setiabudi dalam menjalankan skrining melaluiPosbindu PTM menerapkan Permenkes No.43 tanu 2016 tentang standar pelayananminimal bidang kesehatan yaitu setiap warga usia 15-59 tahun mendapatkan skriningsesuai standar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yangberhubungan dengan pemanfaatan Posbindu PTM di wilayah kerja PuskesmasKecamatan Setiabudi Tahun 2018. Desain penelitian ini adalah cross sectional denganpendekatan kuantitatif. Populasi penelitian ini yaitu warga usia 15-59 tahun dengansampel 145 orang. Analisis data penelitian ini menggunakan uji Chi Square dan ujiRegresi Logistik Sederhana. Hasil penelitian adalah warga yang memanfaatkanPosbindu PTM sebanyak 57,9%. Variabel yang berhubungan dengan pemanfaatanPosbindu PTM adalah jenis kelamin (p=0,026) OR=2,856, pekerjaan (p=0,024)OR=2,382, pengetahuan (p=0,010) OR=2,553, akses ke Posbindu PTM (p=0,013)OR=2,748, ketersediaan sarana Posbindu PTM (p=0,012) OR=2,567, dukungankeluarga (p=0,037) OR=2,153, dukungan petugas kesehatan (p=0,004) OR=2,825,dukungan kader (p=0,000) OR=6,970, kebutuhan akan Posbindu PTM (p=0,035)OR=2,397. Variabel yang paling dominan adalah dukungan kader OR= 4,680 (95% CI2,2-10,8). Kesimpulan penelitian ini adalah dukungan kader menjadi faktor yang palingdominan dalam pemanfaatan Posbindu PTM.

The introduction of Non-Communicable Diseases as one of the targets inSustainable Development Goals (SDGs) 2030, suggests that PTM globally has gainedspecial attention which is a national priority. One of the ways in PTM control programis through Posbindu PTM. Public Health Center Setiabudi in running screening throughPosbindu PTM apply Permenkes No.43 in 2016 about minimum service standard ofhealth field that every citizen age 15-59 year get standard screening. This study is aimedat determining the factors associated with the utilization of Posbindu PTM in theworking area of Setiabudi Pubic Health Center in 2018. The design of study is crosssectional with quantitative approach. The population of this study is citizens age 15-59years with the samples are 145 people. The data analysis are Chi Square test and SimpleLogistic Regression test. Result of the study is the people who utilize active PosbinduPTM is 57,9%. Variables related to the utilization of Posbindu PTM that gender (P =0.010) OR = 2,382, knowledge (p = 0,010) OR = 2,553, access to Posbindu PTM (p =0,013) OR = 2,784, family support (P = 0,037) OR = 2,153, the support of healthworkers (p = 0,004) OR = 2,825, cadre support (p = 0,000) OR = 6,970, needs willPosbindu PTM (p = 0.035) OR = 2,397. The most dominant variable is cadre supportOR = 4,680 (95% CI 2,2-10,8). The conclusion is cadre support become the mostdominant factor in the utilization of Posbindu PTM.
Read More
T-5266
Depok : FKM UI, 2018
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Ratna Widuri; Pembimbing: Wachyu Sulistiadi; Penguji: Dumilah Ayuningtyas, John Marbun, Asep Zaenal Mustofa
Abstrak: Dalam era desentralisasi diharapkan puskesmas mampu meningkatkan ketanggapan pelayanan kesehatan. Survei pada awal tahun 2009, menunjukkan bahwa kepuasan pasien pelayanan kesehatan di Puskesmas Gambir masih rendah, meskipun sudah menerapkan ISO 9001 : 2000. Sehingga perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan ketanggapan pelayanan kesehatan rawat jalan di Puskesmas Gambir.
 
Metode penelitiaan yang digunakan adalah kuantitaf dengan pendekatan cross sectional. Sampelnya 324 pasien rawat jalan yang memenuhi kriteria inklusi. Alat pengumpulan data adalah kuesioner. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa ketanggapan pelayanan kesehatan rawat jalan di Puskesmas Gambir masih rendah dan faktor yang berhubungan adalah usia dan pendidikan.
 

In decentralization era primary health care should improve the responsiveness of health services. Survey in initial 2009 shows that the satisfied of patient to health services at Gambir primary health care still at low level, eventhough it had applied ISO 9001-2000. So that need to be surveyed to identify the factors that?s related to the responsiveness of ambulatory health service at Gambir primary health care.
 
This Survey applied quantitative's method with cross sectional theory. Using sample of 324 patients of Gambir health center that had passed the inclution criteria. The devive of data collect is quisioner. From the result of this survey, it's resulted that the responsiveness of ambulatory health services at Gambir primary health care is still at low level and the causes of it are the age and education factors.
Read More
T-3208
Depok : FKM-UI, 2010
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Arlan Yulfar; Pembimbing: Anwar Hassan, Besral
T-1608
Depok : FKM UI, 2003
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive