Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 32290 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Jane Onyinyechukwu Obodo; Pembimbing: Mufti Wirawan; Penguji: Zulkifli Djunaidi, Widura Imam Mustopo
Abstrak:
Pengendalian jarak jauh (teleremote operation), yang merupakan engineering control untuk mengurangi tingkat kecelakaan operator Autonomous LHD di PT F, seringkali mengalami productivity loss. Hal tersebut terjadi karena tingginya tingkat kecelakaan yang mengakibatkan kerusakan alat, sehingga total downtime hours pada alat tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan operational hours-nya. Penelitian ini memberikan gambaran analisis kecelakaan Autonomous LHD tambang bawah tanah G dari sudut pandang faktor manusia, yaitu dari sisi kegagalan aktif (active failures) dan kegagalan laten (latent failures), untuk mengetahui tindakan tidak aman serta faktor-faktor yang mendasari tingginya tingkat kecelakaan alat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini dibuat berdasarkan Human Factor Analysis and Classification System in Mining Industry (HFACS-MI) dengan teknik observasi dan wawancara untuk mengumpulkan data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegagalan laten (latent failures) lebih banyak ditemukan dibandingkan dengan kegagalan aktif (active failures). Kesalahan berbasis keterampilan (skill- based errors) adalah faktor yang paling sering ditemukan pada kegagalan aktif (active failures), sedangkan faktor lingkungan, kepemimpinan, iklim organisasi, dan faktor luar menjadi faktor yang paling sering ditemukan pada kegagalan laten (latent failures).

Teleremote operation, an engineering control to reduce the accident rate of Autonomous LHD operators at PT F, often experiences productivity loss. The situation occurs due to the high accident rate that results in equipment damage, causing the total downtime hours on the equipment is higher than the operational hours. This research provides an overview of the accident analysis of the G underground mine Autonomous LHD from the human factor perspective i.e., in terms of active failures and latent failures, to determine the unsafe acts and the underlying factors of the equipment's high accident rate. The method used in this research is based on the Human Factor Analysis and Classification System in Mining Industry (HFACS-MI) with observation and interview techniques to collect data. The results show that latent failures are more frequent than active failures. Skill-based errors are the most frequently found factor in active failures, while environmental factors, inadequate leadership, organizational climate, and other factors are the most prevalent factors in latent failures.
Read More
S-11355
Depok : FKM-UI, 2023
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Cahyanti Rahmasari Mahaputri; Pembimbing: Mufti Wirawan; Penguji: Zulkifli Djunaidi, Perdana Gutomo Putra
Abstrak:
Kecelakaan kerja yang mengakibatkan hilangnya hari kerja atau Lost Time Injury (LTI) merupakan tantangan serius dalam menjaga keselamatan kerja dan efisiensi operasional perusahaan, khususnya di sektor logistik yang memiliki tingkat risiko tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penyebab kecelakaan kerja kategori LTI di Grup Perusahaan X tahun 2024 dari sudut pandang faktor manusia menggunakan pendekatan Human Factors Analysis and Classification System (HFACS) yang berdasar teori Swiss Cheese Model. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik dengan pendekatan kualitatif melalui telaah laporan investigasi kecelakaan dan wawancara kepada key person. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lubang terbesar atau faktor dengan jumlah kejadian terbanyak terhadap kasus LTI antara lain, dalam kondisi laten adalah organizational culture, planned inappropriate operations, physical environment dan tools/technology, sedangkan dalam kegagalan aktif adalah skill-based errors. Diperlukan perbaikan sistem kerja dari sisi organisasi maupun individu agar tercipta lingkungan kerja yang lebih aman dan berkelanjutan.


Workplace accidents resulting in Lost Time Injury (LTI) pose a serious challenge in maintaining occupational safety and operational efficiency, particularly in the logistics sector, which is known for its high level of risk. This study aims to analyze the causes of LTI-category workplace accidents in Group Company X in 2024 from the perspective of human factors using the Human Factors Analysis and Classification System (HFACS), which is based on the Swiss Cheese Model theory. A descriptive-analytic method with a qualitative approach was employed through the review of accident investigation reports and interviews with key persons. The findings reveal that the most significant contributing factors to LTI cases include, under latent conditions: organizational culture, planned inappropriate operations, physical environment, and tools/technology; while under active failures, the dominant factor is skill-based errors. Improvements in work systems, both at the organizational and individual levels, are necessary to create a safer and more sustainable work environment.
Read More
S-12088
Depok : FKM UI, 2025
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Erick Giearchie Muhammad; Pembimbing: Mufti Wirawan; Penguji: Zulkifli Djunaidi, Raden Ismail Haq
Abstrak:
Sebagian besar kegiatan kerja dalam logistik adalah pendistribusian barang atau bahan produksi dengan menggunakan kendaraan berupa truk yang berhubungan dengan keselamatan transportasi jalan raya. Penelitian ini memberikan gambaran analisis kecelakaan transportasi truk berdasarkan data KNKT tahun 2021–2022 dengan menggunakan desain penelitian analisis deskriptif dan mengadaptasi metode analisis kecelakaan Human Factors Analysis and Classification System (HFACS). Penelitian ini menggunakan data sekunder dalam pengumpulan data, yaitu berupa laporan investigasi kecelakaan transportasi truk berdasarkan data KNKT tahun 2021–2022. Hasil penelitian ini diketahui bahwa yang memiliki jumlah kejadian terbanyak atau lubang terbesar, yaitu dalam kegagalan aktif adalah skill-based errors, sedangkan dalam kondisi laten adalah resource management, technological environment, dan inadequate supervision.

Most work activities in logistics are the distribution of goods or production materials using vehicles in the form of trucks related to road transportation safety. This study provides an overview of the analysis of truck transportation accidents based on KNKT data for 2021–2022 using a descriptive analysis research design and adapting the Human Factors Analysis and Classification System (HFACS) accident analysis method. This study uses secondary data in data collection, namely in the form of truck transportation accidents investigation reports based on KNKT data for 2021–2022. The results of this study show that those with the highest number of incidents or the largest holes, namely in active failure are skill-based errors, while in latent conditions are resource management, technological environment, and inadequate supervision.
Read More
S-11468
Depok : FKM-UI, 2023
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Siti Khodijah; Pembimbing: Mufti Wirawan; Penguji: Zulkifli Djunaidi, Tyagita Meyril
Abstrak: Kegiatan hulu migas memiliki risiko tinggi terkait K3 dan kegiatan pemboran menjadi risiko paling tinggi. 80% penyebab kecelakaan pemboran disebabkan oleh human performance. Tahun 2020, aktivitas pemboran di PT. X menyumbang kecelakaan sebesar 3 dari 8 kecelakaan dan penyebab umum kecelakaan yang terjadi karena faktor manusia. Unsafe acts dianggap menjadi penyebab utama dalam kecelakaan pemboran di industri migas. Maka, penelitian ini membahas mengenai analisis kasus kecelakaan pemboran pada industri migas di PT.X dari sudut pandang faktor manusia. Tujuan dari penelitian ini yaitu menganalisis faktor kontribusi dari kegagalan aktif dan laten dan menganalisis kasus kecelakaan kerja dari sudut pandang faktor manusia pada aktivitas pemboran yang terjadi di PT. X tahun 2022, serta menentukan rekomendasi untuk perbaikan kedepannya dari kegiatan pengeboran di PT. X. Metode penelitian ini menggunakan deskriptif analitik dari data sekunder dan hasil wawancara. Didapatkan hasil bahwa kondisi laten yang berkontribusi terhadap kecelakaan pemboran yang terjadi di PT. X pada tahun 2022 yaitu gagal mengupdate regulasi terbaru, pengendalian yang dilakukan masih bersifat administratif, kegagalan otoritas penerbit dalam mengecek kelengkapan berkas, tidak adanya pemeriksaan berkala yang terjadwal pada peralatan, gagal memastikan serah terima sumur dilakukan secara keseluruhan, penyusunan JSA kurang baik, gagal menyampaikan bahaya dan risiko secara detail, kegagalan koordinasi di internal kontraktor, gagal mengomunikasikan bahaya dan risiko yang sudah ada di risk assessment, dan kondisi jalan yang seharusnya sempit sehingga memilih permukaan yang miring. Sedangkan kegagalan aktif yang berkontribusi yaitu gagal menginterpretasikan peralatan yang rusak dan kondisi jalan yang berbahaya, tidak melalukan pengecekan kondisi sumur ketika hujan deras, dan pelanggaran SOP. Sehingga ditemukan bahwa kondisi laten lebih banyak berkontribusi sehingga menimbulkan kegagalan aktif atau unsafe acts. Kegagalan yang paling berkontribusi pada tiap layer HGACS-OGI yaitu organizational influences (organizational process), unsafe supervision (supervision violations), preconditions for unsafe acts (environmental factors - physical environment), dan unsafe acts (errors - perceptual errors). Sintesa dari hasil analisis didapat bahwa safety value belum tertanam di PT. X. Hal ini dapat dilihat dari pelaksanaan K3 belum dilakukan secara menyeluruh di lapangan, sehingga safety belum terintegrasi di dalam kegiatan operasi. Sehingga rekomendasi yang diberikan penulis yaitu menjadikan K3 sebagai safety of work.
Read More
S-11475
Depok : FKMUI, 2022
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Andini Aisyah Putri; Pembimbing: Mufti Wirawan; Penguji: Zulkifli Djunaidi, Imam Pratama Azi
Abstrak:
Kasus kecelakaan kerja di industri semen, khususnya area packer merupakan masalah serius yang dapat berdampak pada banyak hal termasuk produktivitas, keselamatan, dan kesejahteraan pekerja. Data menunjukkan bahwa kecelakaan kerja di area Packer Industri Semen PT X Tahun 2024 mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2023 dan menjadi lokasi dengan frekuensi kecelakaan tertinggi selama 2024. Investigasi kecelakaan kerja dan tindakan perbaikan telah dilakukan oleh PT X, tetapi kecelakaan terus berulang. Hal tersebut mungkin saja karena terlewatnya analisis faktor manusia dalam proses investigasi kecelakaan. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran kontribusi faktor manusia berupa kondisi laten dan kegagalan aktif terhadap kecelakaan kerja yang terjadi di area packer PT X selama 2023-2024. Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif analitik menggunakan metode Human Factor Analysis Classification System (HFACS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi laten lebih banyak berkontribusi terhadap kecelakaan kerja di area packer PT X dibandingkan kegagalan aktif. Faktor kondisi laten yang paling berkontribusi terhadap kecelakaan kerja diantaranya organizational climate, organizational process, resource management, dan inadequate supervision. Sementara, faktor kegagalan aktif yang paling banyak berkontribusi adalah decision error. PT X perlu melakukan perbaikan kondisi laten dari level organisasi dan pengendalian kegagalan aktif atas faktor-faktor yang ditemukan berkontribusi terhadap kecelakaan kerja di area packer.


Occupational accident cases in the cement industry, especially the packer area, are a serious problem that can have an impact on many things including productivity, safety, and worker welfare. Data shows that occupational accidents in the Packer area of the PT X Cement Industry in 2024 have increased compared to 2023, making it the area with the highest accident frequency in 2024. Occupational accident investigations and corrective actions have been conducted, but accidents continue to recur. This may be due to the absence of human factor analysis during the investigation process. Therefore, this study was conducted to determine contribution of human factors specifically latent conditions and active failures to occupational accidents that occurred in the PT X packer area during 2023-2024. This study was conducted using a descriptive analytical method using the Human Factor Analysis Classification System (HFACS) method. The results of the study showed that latent conditions contributed more to occupational accidents than active failures. The latent condition factors that contributed the most to occupational accidents included organizational climate, organizational process, resource management, and inadequate supervision. Meanwhile, the active failure factor that contributed the most was decision error. PT X needs to improve latent conditions at the organizational level and implement control to mitigate active failures in the packer area.
Read More
S-12103
Depok : FKM UI, 2025
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Shabira Salma Zain; Pembimbing: Mufti Wirawan; Penguji: Zulkifli Djunaidi, Asep Zaenal Muttaqien
Abstrak:
Kebakaran merupakan salah satu jenis kecelakaan kerja yang umum terjadi di sektor manufaktur, termasuk industri semen. PT X merupakan salah satu pabrik semen yang melaporkan 21 kasus kebakaran dari tahun 2020 hingga 2024, yang mengindikasikan tren kebakaran berulang setiap tahunnya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tren kebakaran di PT X dari perspektif faktor manusia (human factors), melalui pendekatan Human Factors Analysis and Classification System (HFACS). Dengan penggunaan metode kualitatif berbasis desain deskriptif analitik, penelitian ini mengandalkan data sekunder dari laporan investigasi insiden perusahaan dan wawancara dengan pihak terkait. Analisis data dilakukan untuk menjelaskan karakteristik dan faktor penyebab yang mendasari tren kebakaran berdasarkan kerangka HFACS. Hasil penelitian menemukan bahwa kondisi laten lebih mempengaruhi tren kebakaran secara signifikan dibandingkan kegagalan aktif. Faktor penyebab utama yang teridentifikasi dari kondisi laten meliputi resource management, inadequate supervision dan crew resource management, sedangkan decision errors merupakan faktor penyebab dominan yang teridentifikasi dari kegagalan aktif.


Fire incidents are a prevalent type of work-related accident in the manufacturing sector, including the cement industry. PT X is one of the cement factories that reported 21 fire cases from 2020 to 2024, indicating a concerning trend of recurring incidents yearly. This study aims to analyze the fire trend at PT X through the lens of human factors, utilizing the Human Factors Analysis and Classification System (HFACS) approach. Employing a qualitative method with a descriptive-analytical design, the research relies on secondary data from the company's incident investigation reports and interviews with relevant stakeholders. This study performed data analysis to elucidate the characteristics and causal factors underlying the trend in fire incidents, utilizing the Human Factors Analysis and Classification System (HFACS) framework. The findings reveal that latent conditions significantly impact the fire trend more than active failures. Key causal factors identified in latent conditions include resource management, inadequate supervision, and crew resource management, while decision errors are the dominant causal factors identified in active failures.
Read More
S-12128
Depok : FKM UI, 2025
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Ali Anwar Syahrizal; Pembimbing: Zulkifli Djunaidi; Penguji: Mufti Wirawan, Mohamad Hidayat
Abstrak:
Sektor pertambangan sendiri merupakan sektor dengan berbagai macam bahaya dan risiko yang tinggi dapat mengakibatkan kecelakaan kerja. Mayoritas kecelakaan disebabkan oleh unsafe acts, oleh karena itu dalam mengurangi hal tersebut perlu dilakukan intervensi. Dalam intervensi tersebut perlu memperhatikan underlying factors yaitu, manajemen dan safety culture. Iklim keselamatan sendiri merupakan salah satu elemen penyusun dari safety culture. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui iklim keselamatan pada kontraktor RUC di tambang BG di PT F dengan besar sampel 81 orang. Hasil penelitian menunjukan nilai rata-rata profil iklim keselamatan sebesar 3,20 atau baik yang memerlukan sedikit peningkatan, kemudian dimensi dengan nilai tertinggi adalah Komitmen Keselamatan Pekerja sebesar 3,36. Lalu, semakin tinggi jabatan serta semakin lama masa kerja maka semakin tinggi nilai iklim keselamatannya dan berdasarkan lokasi kerja divisi yang terkait langusng dengan pekerjaan memiliki nilai yang lebih rendah dibandingkan dengan divisi yang tidak terlibat langsung.

The mining industry is a sector a high risk industry with various hazards which could led to work accidents. The majority of accidents are caused by unsafe acts, therefore intervention is necessary to reduce accidents. In this intervention, it’s necessary to focus on the underlying factors, especially management and safety culture. The safety climate itself is one of the elements of safety culture. The purpose of this study was to determine the safety climate of the RUC contractor in the BG mine at PT F with a sample size of 81 people. The results showed that the average score of the safety climate is 3.20 or good needed a little improvement, then the dimension with the highest score was Worker Safety Commitment with average score of 3.36. Then, the higher the position and the longer the working period is related to the higher the value of safety climate and based on the work location, the division that is directly involved to the job has a lower value compared to the division that is not directly involved.
Read More
S-11386
Depok : FKM-UI, 2023
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Aidea Arsyi Pempasa; Pembimbing: Fatma Lestari; Penguji: Laksita Ri Hastiti, Bimo Prasetyo
Abstrak:
PT X mengalami peningkatan produksi, hal ini seiring dengan peningkatan kejadian kecelakaan kerja di PT X. Dalam upaya penanganan kecelaakaan kerja, dilakukan pelaporan untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi langkah yang perlu dilakukan kedepannya. Penelitian deskriptif dengan metode kualitatif ini memiliki pendekatan study case dengan melihat pelaporan kecelakaan yang lebih dari ketentuan 2x24 jam. Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran pengetahuan, sikap, dan faktor eksternal terhadap pelaporan kecelakaan kerja. Hasil: Responden belum memiliki pengetahuan yang cukup menyelutuh mengenai kecelakan kerja, regulasi pelaporan kecelakaan kerja, alur pelaporan kecelakaan kerja, namun telah memiliki pengetahuan yang baik untuk defnisi pelaporan kecelakaan kerja dan suransi kecelakan kerja. Responden memiliki sikap cenderung untuk tidak melaporkan kecelakaan ringan meski telah menganggap pelaporan kecelakaan kerja penting. Sikap dalam pemilihan asuransi juga memiliki kecenderungan tidak memilih BPJS Ketenagakerjaan meski telah mengetahui asuransi untuk kecelakaan kerja. Faktor eksternal responden mencakup dukungan atasan dan rekan kerja cenderung positif. Responden juga mengetahui tidak adanya punishment serta PT X telah memfasilitasi keselamatan.

PT X has experienced an increase in production, which has coincided with a rise in workplace accidents. In an effort to address workplace accidents, reporting is conducted to identify and evaluate the necessary steps moving forward. This descriptive research, using a qualitative method, employs a case study approach by examining accident reports exceeding the 2x24 hour limit. The aim of this study is to provide an overview of knowledge, attitudes, and external factors influencing accident reporting. Results: Respondents lack comprehensive knowledge about workplace accidents, accident reporting regulations, and the accident reporting process, but they do possess good knowledge of the definition of accident reporting and accident insurance. Respondents tend to avoid reporting minor accidents, despite recognizing the importance of accident reporting. Their attitude towards choosing insurance also shows a tendency not to select BPJS Ketenagakerjaan, even though they are aware of workplace accident insurance. External factors for respondents include positive support from supervisors and colleagues. Respondents also recognize the absence of punishments and that PT X has facilitated safety measures.
Read More
S-11795
Depok : FKM UI, 2024
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Devy Normalita Putri; Pembimbinig: Fatma Lestari; Penguji: Dadan Erwandi, Mila Tejamaya, Wildan Ramdan Nurhuda, Aditya Tetra Firdaussyah
Abstrak: International Labour Organization (ILO), setiap tahun ada lebih dari 250 kecelakaan di tempat kerja dan lebih dari 160 juta pekerja menjadi sakit karena bahaya di tempat kerja. dan 1,2 juta pekerja meninggal akibat kecelakaan dan sakit di tempat kerja. Dampaknya pada ekonomi dunia karena hilangnya hari kerja mendekati 4% dari GDP Global. PT. X merupakan perusahaan konsorsium konstruksi migas yang salah satu aktivitas yang memiliki tingkat kecelakaan kerja tinggi di PT. X hal ini dapat dilihat dari data pendahulu kecelakaan kerja yang dimiliki PT. X pada periode Januari 2023 sampai dengan April 2023 dengan total kasus kecelakaan kerja sebanyak 40 kejadian. Dari uraian diatas maka penulis ingin melakukan penelitian mengenai faktor yang mempengaruhi kecelakaan kerja pada perusahaan konstruksi migas di PT. X Tahun 2023. Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif analitik dengan rancangan crossectional. Penelitian ini memiliki sampel berjumlah 106, penelitian dilakukan pada bulan Mei 2023 sampai dengan Juni 2023, berusia rata-rata 28 tahun dan di dominasi usia di atas 28 tahun sebanyak 94 pekerja (88,7%), jenis kelamin di dominasi pekerja laki-laki sebanyak 85 pekerja (80,2%), untuk tingkat pendidikan di dominasi pekerja berpendidikan tingkat tinggi sebanyak 85 pekerja (83%), dan masa kerja di dominasi pekerja yang bekerja di bawah 5 tahun sebanyak 91 pekerja (85.8%). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada Analisis Bivariat terdapat 4 Faktor yang mempengaruhi kecelakaan kerja yaitu Shift Kerja dengan hasil p value 0,000 < 0,05, Sosialisasi K3 dengan hasil p value 0,008 < 0,05, Pengawasan Manajemen dengan hasil nilai p value 0,032 < 0,05 dan Penggunaan APD dengan hasil p value 0,090 < 0,05. Dengan hasil Analisis Multivariat yang menunjukkan bahwa faktor yang dominan adalah faktor shift kerja. Kesimpulannya adalah faktor yang paling mendominasi dalam terjadinya kecelakaan kerja adalah shift kerja. --- International Labor Organization (ILO), every year there are more than 250 accidents in the workplace and more than 160 million workers become sick due to hazards in the workplace. and 1.2 million workers died as a result of accidents and illness at work. The impact on the world economy due to lost working days is close to 4% of Global GDP. PT. X is an oil and gas construction consortium company which is one of the activities that has a high work incident and or accident rate at PT. X, this can be seen from the work incident and accident predecessor data owned by PT. X in the period January 2023 to April 2023 with a total of 40 occupational incident and accident cases. From the description above, the authors want to conduct research on the factors that influence occupational incident and or accidents at oil and gas construction companies at PT. X Year 2023. This research uses a descriptive analytic research design with a cross-sectional design. This study has a sample of 106, the study was conducted from May 2023 to June 2023, the average age is 28 years and the predominance is over 28 years of age as many as 94 workers (88.7%), gender is dominated by male workers as many as 85 workers (80.2%), for the level of education dominated by highly educated workers as many as 85 workers (83%), and years of service dominated by workers who worked under 5 years as many as 91 workers (85.8%). The results of this study indicate that in Bivariate Analysis there are 4 factors that influence work accidents, namely Shift Work with a p-value of 0.000 <0.05, OSH Socialization with a p-value of 0.008 <0.05, Management Supervision with a p-value of 0.032 <0 .05 and use of PPE with a p value of 0.090 <0.05. With the results of Multivariate Analysis which shows that the dominant factor is the work shift factor. The conclusion is that the most dominating factor in the occurrence of work accidents is shift work.
Read More
T-6748
Depok : FKM-UI, 2023
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Wafiq Febri Erlianti Safitri; Pembimbing: Indri Hapsari Susilowati; Penguji: Fatma Lestari, Hendra, Muthia Ashifa, Ahmad Afif Mauludi
Abstrak:
Abstrak Pada tahun 2021, Ditjen Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan mencatat 7.298 kasus kecelakaan kerja dan 9% diantaranya disebabkan oleh kelelahan kerja. Dari data kasus tersebut 96% terjadi di industry pertambangan yang juga menyebabkan produktivitas pekerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko kelelahan kerja pada operator alat berat pertambangan di PT XYZ. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah penerapan rancangan cross-sectional. Studi ini melibatkan 115 pekerja yang diminta untuk mengisi kuisioner SOFI. Analisis data dilakukan menggunakan uji Chi-square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 71,3% pekerja mengalami kelelahan kerja pada tingkat ringan, sedangkan 28,7% responden mengalami kelelahan kerja pada tingkat berat. Nilai p dari hasil uji korelasi antara kelelahan kerja dengan faktor-faktor risikonya, masing-masing adalah jam kerja = 0,087, jumlah hari berurutan = 0,105, roster kerja = 0,556, shift kerja = 0,720, lama perjalanan = 0,005, usia = 0,992, riwayat penyakit kronis = 1,000, gangguan tidur = <0,001, kebiasaan tidur = <0,001, kemampuan tidur siang/istirahat = 0,047, usaha = 0,006, penghargaan = 0,152, overcommitment = 0,014, suhu = 0,482, kebisingan = 0,277, pencahayaan = 0,127. Selanjutnya disimpulkan bahwa determinan dari kelelahan kerja adalah lama perjalanan, gangguan tidur, kebiasaan tidur, kemampuan tidur siang/istirahat, usaha, dan overcommitment.

Abstract In 2021, the Directorate General of Labor Inspection recorded 7,298 cases of workplace accidents, with 9% attributed to work fatigue. Of these cases, 96% occurred in the mining industry, adversely affecting worker productivity. This study aims to identify the risk factors for work fatigue among heavy equipment operators in PT XYZ using a cross-sectional design. Involving 115 workers who completed the SOFI questionnaire, data analysis was conducted using the Chi-square test. The research findings revealed that 71.3% of workers experienced mild work fatigue, while 28.7% reported severe fatigue. Correlation tests showed varying p-values for factors such as working hours (0.087), consecutive workdays (0.105), work roster (0.556), shift work (0.720), travel duration (0.005), age (0.992), chronic illness history (1.000), sleep disturbances (<0.001), sleep habits (<0.001), nap/rest capability (0.047), effort (0.006), recognition (0.152), overcommitment (0.014), temperature (0.482), noise (0.277), and lighting (0.127). In conclusion, determinants of work fatigue include travel duration, sleep disturbances, sleep habits, nap/rest capability, effort, and overcommitment.
Read More
T-6874
Depok : FKM-UI, 2024
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive