Ditemukan 36819 dokumen yang sesuai dengan query :: Simpan CSV
Annisa Melianriza; Pembimbing: Dewi Susanna; Penguji: Laila Fitria, Yoerdi Agusmal Saputra, Yulia Fitria Ningrum
Abstrak:
Read More
Kehadiran Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah di suatu wilayah dapat menimbulkan risiko kesehatan bagi penduduk sekitar. Manajemen yang tidak baik dapat mengakibatkan pencemaran air, udara, dan tanah oleh tumpukan sampah. Pencemaran ini berpotensi menyebabkan penyakit berbasis lingkungan seperti ISPA, Diare, DBD, dan masalah kulit. Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan antara kondisi lingkungan permukiman, personal hygiene, dengan kejadian penyakit berbasis lingkungan di sekitar TPA Sungai Andok Padang Panjang. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan cross-sectional dengan data primer dari wawancara dan observasi. Analisis yang digunakan yaitu bivariat dengan Chi Square dan analisis multivariat dengan Binary Regresi logistic model prediksi. Sampel sebanyak 103 responden dipilih melalui metode convenience sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa beberapa variabel lingkungan permukiman seperti luas ventilasi, penerangan alami, kelembaban rumah, dan kebersihan rumah berhubungan signifikan dengan kejadian penyakit berbasis lingkungan (p<0,05). Variabel personal hygiene seperti kebersihan kulit dan kebersihan tangan juga memiliki hubungan signifikan dengan penyakit tersebut (p<0,05). Umur, lama bermukim, kelembaban rumah, dan kebersihan kulit diidentifikasi sebagai variabel yang paling dominan berhubungan kejadian penyakit berbasis lingkungan di masyarakat sekitar TPA Sungai Andok. Kesimpulan Penelitian ini menemukan hubungan signifikan faktor lingkungan permukiman dan personal hygiene dengan penyakit berbasis lingkungan di sekitar TPA Sungai Andok. Umur, lama bermukim, kelembaban rumah, dan kebersihan kulit menjadi variabel paling dominan. Temuan ini dapat membantu pengembangan kebijakan kesehatan masyarakat dan program intervensi untuk mengurangi prevalensi penyakit berbasis lingkungan.
The presence of a landfill (Tempat Pembuangan Akhir or TPA) in a certain area can pose health risks tothe surrounding population. Poor management can result in water, air, and soil pollution from waste piles. This pollution has the potential to cause Environmentally Based Diseases such as Acute Respiratory Infections (ISPA), Diarrhea, Dengue Fever (DBD), and skin problems. This research aims to analyze the relationship between settlement environmental conditions, personal hygiene, and the occurrence of Environmentally Based Diseases around TPA Sungai Andok in Padang Panjang. The research methodology uses a cross-sectional approach with primary data obtained from interviews and observations. The analysis includes bivariate Chi Square and multivariate analysis using Binary Logistic Regression model prediction. A sample of 103 respondents was selected through Convenience sampling. The research results indicate that several settlement environmental variables such as ventilation area, natural lighting, house humidity, and house cleanliness are significantly associated with the occurrence of Environmentally Based Diseases (p<0.05). Personal hygiene variables such as skin cleanliness and hand hygiene also show a significant association with these diseases (p<0.05). Age, length of residence, house humidity, and skin cleanliness are identified as the most dominant variables associated with the occurrence of Environmentally Based Diseases in the community around TPA Sungai Andok. The conclusion of this research identifies a significant relationship between environmental factors in settlements and personal hygiene with environmentally based diseases around the TPA Sungai Andok area. Age, length of residence, humidity in the house, and skin hygiene emerge as the most dominant variables. These findings can contribute to the development of public health policies and intervention programs to reduce the prevalence of environmentally based diseases.
T-6871
Depok : FKM-UI, 2024
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Zihan Kamila Maharani; Pembimbing: Laila Fitria; Penguji: Budi Hartono, Indry Octavia
Abstrak:
Read More
Penyakit berbasis lingkungan seperti ISPA, diare, dan infeksi kulit masih banyak ditemukan di lingkungan dengan sanitasi buruk dan kebersihan diri yang rendah, termasuk di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara personal hygiene, kondisi sanitasi lingkungan, dan kepadatan hunian dengan kejadian penyakit berbasis lingkungan pada warga binaan LPKA Kelas II Jakarta. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain cross-sectional. Sampel berjumlah 31 orang dan diambil dengan teknik total sampling. Data dikumpulkan melalui kuesioner dan observasi, serta dianalisis menggunakan uji chi-square. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan signifikan antara lama masa tinggal dengan kejadian penyakit berbasis lingkungan, diare, dan ISPA (p≤0,05). Disarankan adanya peningkatan edukasi terkait kebersihan diri dan perbaikan sanitasi lingkungan di LPKA guna menurunkan risiko penyakit.
Environmental-based diseases are often found in environments with poor sanitation and low personal hygiene, including in Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA). This study aims to examine the relationship between personal hygiene, environmental sanitation conditions, and housing density with the incidence of environmentally based diseases among the residents of LPKA Kelas II Jakarta. This research employed a quantitative approach with a cross-sectional design. The sample consisted of 31 participants selected using a total sampling technique. Data were collected through questionnaires and observation, and analyzed using the chi-square test. The results showed a significant relationship between length of stay and the incidence of environmentally based diseases, including diarrhea and acute respiratory infections (p≤0.05). It is recommended to enhance education on personal hygiene and improve environmental sanitation in LPKA to reduce disease risk.
S-11916
Depok : FKM UI, 2025
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Yaneva Azahra Rahmatunisa; Pembimbing: Ema Hermawati; Penguji: Fitri Kurniasari, Fahmi Hermawan
Abstrak:
Read More
Petugas tempat pengolahan sampah berbasis reuse, reduce, dan recycle (TPS 3R) merupakan kelompok pekerja yang berisiko tinggi mengalami penyakit akibat kerja seperti diare karena sering berkontak langsung dengan sampah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara karakteristik individu, personal hygiene, dan kondisi lingkungan terhadap kejadian diare pada petugas TPS 3R di Provinsi DKI Jakarta. Desain penelitian yang digunakan adalah potong lintang (cross-sectional) dengan pendekatan kuantitatif dan melibatkan 62 responden dari 12 lokasi TPS 3R. Data dikumpulkan melalui kuesioner dan observasi, lalu dianalisis menggunakan uji chi-square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masa kerja (p=0,033; OR=5,077; 95% CI: 1,138–22,650), penggunaan alat pelindung diri (APD) (p=0,004; OR=0,150; 95% CI: 0,042–0,541), dan keberadaan vektor penular penyakit (p=0,038; OR=3,600; 95% CI: 1,075–12,059) memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian diare. Sementara itu, variabel usia, jenis kelamin, pendidikan terakhir, serta beberapa indikator personal hygiene dan kondisi lingkungan tidak menunjukkan hubungan yang signifikan. Temuan ini menunjukkan bahwa penguatan perilaku penggunaan APD dan pengendalian vektor menjadi langkah penting dalam upaya pencegahan diare pada petugas TPS 3R.
Waste management facility based on reuse, reduce, and recycle principles or tempat pengolahan sampah reuse, reduce, and recylce (TPS 3R) workers are a high-risk occupational group for work-related diseases such as diarrhea due to frequent direct contact with waste. This study aims to examine the relationship between individual characteristics, personal hygiene, and environmental conditions with the incidence of diarrhea among TPS 3R workers in DKI Jakarta Province. A cross-sectional quantitative design was employed involving 62 respondents from 12 TPS 3R sites. Data were collected through questionnaires and observations and analyzed using chi-square tests. The results showed significant associations between diarrhea incidence and work duration (p=0.033; OR=5.077; 95% CI: 1.138–22.650), use of personal protective equipment (PPE) (p=0.004; OR=0.150; 95% CI: 0.042–0.541), and the presence of disease vectors (p=0.038; OR=3.600; 95% CI: 1.075–12.059). Meanwhile, variables such as age, gender, education level, and several indicators of personal hygiene and environmental conditions showed no significant associations. These findings highlight the importance of promoting protective equipment usage and vector control as key measures to prevent diarrhea among TPS 3R workers.
Waste management facility based on reuse, reduce, and recycle principles or tempat pengolahan sampah reuse, reduce, and recylce (TPS 3R) workers are a high-risk occupational group for work-related diseases such as diarrhea due to frequent direct contact with waste. This study aims to examine the relationship between individual characteristics, personal hygiene, and environmental conditions with the incidence of diarrhea among TPS 3R workers in DKI Jakarta Province. A cross-sectional quantitative design was employed involving 62 respondents from 12 TPS 3R sites. Data were collected through questionnaires and observations and analyzed using chi-square tests. The results showed significant associations between diarrhea incidence and work duration (p=0.033; OR=5.077; 95% CI: 1.138–22.650), use of personal protective equipment (PPE) (p=0.004; OR=0.150; 95% CI: 0.042–0.541), and the presence of disease vectors (p=0.038; OR=3.600; 95% CI: 1.075–12.059). Meanwhile, variables such as age, gender, education level, and several indicators of personal hygiene and environmental conditions showed no significant associations. These findings highlight the importance of promoting protective equipment usage and vector control as key measures to prevent diarrhea among TPS 3R workers.
S-12120
Depok : FKM-UI, 2025
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Prima Gita Pradapaningrum; Pembimbing: Haryoto Kusnoputranto; Penguji: Dewi Susanna, Margareta Maria Sintorini Moerdjoko
Abstrak:
Read More
Tengkes (stunting) merupakan salah satu permasalahan gizi kurang pada balita yang ada di Indonesia. Pengelolaan sampah yang belum maksimal di TPA dapat menimbulkan pencemaran sanitasi lingkungan yang menjadi faktor penyebab tidak langsung tengkes (stunting) dan perilaku hidup bersih yang kurang. TPA Cipeucang menjadi satu-satunya TPA untuk wilayah Tangerang Selatan dengan 2 kelurahan yang berada dekat dengan TPA mengalami kenaikan kasus tengkes (stunting) pada tahun 2021-2022. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan sanitasi dasar rumah sehat dan personal higiene rumah tangga dengan kejadian tengkes tengkes (stunting) pada balita di pemukiman sekitar TPA Cipeucang Kota Tangerang Selatan. Jenis penelitian ini adalah analitik observasional melalui pendekatan cross sectional. Populasi penelitian adalah seluruh balita yang ada di pemukiman sekitar TPA meliputi 2 Kelurahan dengan 4 RT dan 2 RW. Sampel penelitian berjumlah 86 dengan menggunakan teknik total dan purposive sampling. Penelitian dilaksanakan bulan April hingga Juni 2023. Analisis data menggunakan univariat, bivariat (uji Chi Square) dan multivariat (uji regresi logistik). Hasil penelitian menunjukan bahwa ada hubungan antara sarana air minum dengan tengkes (stunting) (p=0,05, POR=1,89) dan menjadi faktor dominan penyebab tengkes (stunting) (p=0,054). Sedangkan sarana air bersih (p=0,374, POR=1,44), sarana jamban (p=0,613, POR=1,22), sarana pembuangan air limbah (p=1,000, POR=1,54), kebersihan kulit (p=1,000, POR=1,24) serta kebersihan kuku dan tangan (p=0,625, POR=1,22) tidak berhubungan dengan tengkes (stunting) namun berpotensi menjadi risiko tengkes (stunting). Sarana pengelolaan sampah padat rumah tangga (p=0,310) tidak ada hubungan dengan tengkes (stunting) dan bukan merupakan faktor risiko. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah sarana sanitasi dasar air minum memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian tengkes (stunting) dan menjadi faktor dominan yang mempengaruhi kejadian tengkes (stunting) pada balita di pemukiman sekitar TPA Cipeucang Kota Tangerang Selatan Tahun 2023.
Stunting is one of malnutrition problems towards toddlers in Indonesia. Environmental sanitation has an important role against stunting. Waste management that has not been maximized at landfill can cause environmental sanitation pollution and lack of healthy hygiene behavior. Cipeucang Landfill is the only landfill for South Tangerang City with 2 sub-districts that are close to the landfill and have an increase stunting case in 2021-2022. This study aims to determine the relationship between basic healthy home sanitation and household personal hygiene with stunting case towards toddlers in settlements around Cipeucang Landfill, Tangerang Selatan City. This type of research is observational analytic through a cross sectional approach. The study population was all toddlers in settlements around Cipeucang Landfill with 2 Sub-Districts (4 RTs and 2 RWs). The research sample was 86 using a total and purposive sampling technique. The research was conducted from April to June 2023. Data analysis used univariate, bivariate (Chi Square test) and multivariate (logistic regression test). The results showed that there was relation between drinking water facilities and stunting (p=0.05, POR=1.89) and became a dominant factor causing stunting (p=0.054). While clean water facilities (p=0.374, POR=1.44), latrines (p=0.613, POR=1.22), waste water disposal facilities (p=1.000, POR=1.54), skin hygiene (p=1.000, POR=1.24) and hand and nail hygiene (p=0.625, POR=1.22) were not related to stunting but were potentially a risk of stunting. Household solid waste management facilities (p=0.310) have no relation with stunting and is not a risk factor. The conclusion in this study is basic sanitation facility for drinking water has a significant relationship with stunting case and is the dominant factor influencing stunting case towards toddlers in the settlements around TPA Cipeucang, South Tangerang City, 2023.
T-6751
Depok : FKM-UI, 2023
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Ghina Labibah; Pembimbing: Bambang Wispriyono; Penguji: Dewi Susanna, Hidayani Fazriah
Abstrak:
Latar Belakang : Skabies merupakan penyakit menular yang diakibatkan oleh tungau Sarcoptes scabiei varietas homonis. Penularan skabies dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung. Penyakit skabies sering terjadi pada lingkungan yang berpenghuni padat salah satunya adalah pondok pesantren yang memiliki asrama untuk tempat tinggal santrinya. Kejadian skabies selain mengganggu kesehatan santri namun akan berdampak kepada performa santri untuk menjalankan kegiatan sehari-hari. Berdasarkan hal tersebut, perlu dilakukan penelitian untuk menganalisis hubungan antara faktor lingkungan dan personal hygiene dengan kejadian skabies pada santri di pesantren. Tujuan : Mengetahui hubungan faktor lingkungan dan personal hygiene dengan kejadian skabies pada santri di pesantren X di Kota Bogor pada Tahun 2022. Metode : Studi cross sectional yang dilakukan pada 1 pesantren di Kota Bogor. 84 orang santri dipilih dengan random sampling untuk menjadi responden penelitian. Penelitian dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan pengambilan data lingkungan secara langsung. Dara yang telah diperoleh akan dilakukan uji statistik univariat dan bivariat. Hasil : Sebanyak 65 orang (77,4%) mengalami skabies, dan 19 orang (22,6%) tidak mengalami skabies. Tidak ada hubungan yang signifikan antara faktor lingkungan yaitu suhu dan kelembaban dengan kejadian. Sedangkan faktor personal hygiene seperti kebersihan tangan, kebersihan kuku, kebersihan kulit, kebersihan handuk dan kebersihan pakaian memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian skabies. Kata Kunci : Skabies, Sarcoptes scabiei varietas homonis, Pesantren, Lingkungan, Personal Hygiene
Background : Scabies is an infectious disease caused by the mite Sarcoptes scabiei homonis variety. Transmission of scabies can occur directly or indirectly. Scabies disease often occurs in densely inhabited environments, one of which is Islamic boarding schools which have dormitories for students to live in. The incidence of scabies in addition to disturbing the health of students but will have an impact on the performance of students to carry out daily activities. Based on this, it is necessary to conduct research to analyze the relationship between environmental factors and personal hygiene with the incidence of scabies in students in Islamic boarding schools. Objective: To determine the relationship between environmental factors and personal hygiene with the incidence of scabies in students at Islamic boarding school X in Bogor City in 2022. Methods: Cross sectional study conducted at 1 Islamic boarding school in Bogor City. 84 students were selected by random sampling to become research respondents. The research was conducted using a questionnaire and direct environmental data collection. The data that has been obtained will be subjected to univariate and bivariate statistical tests. Results: As many as 65 people (77.4%) had scabies, and 19 people (22.6%) did not have scabies. There is no significant relationship between environmental factors, namely temperature and humidity with the incidence. Meanwhile, personal hygiene factors such as hand hygiene, nail hygiene, skin hygiene, towel cleanliness and clothing hygiene have a significant relationship with the incidence of scabies. Keywords : Scabies, Sarcoptes scabiei homonis variety, Islamic boarding school, Environment, Personal Hygiene
Read More
Background : Scabies is an infectious disease caused by the mite Sarcoptes scabiei homonis variety. Transmission of scabies can occur directly or indirectly. Scabies disease often occurs in densely inhabited environments, one of which is Islamic boarding schools which have dormitories for students to live in. The incidence of scabies in addition to disturbing the health of students but will have an impact on the performance of students to carry out daily activities. Based on this, it is necessary to conduct research to analyze the relationship between environmental factors and personal hygiene with the incidence of scabies in students in Islamic boarding schools. Objective: To determine the relationship between environmental factors and personal hygiene with the incidence of scabies in students at Islamic boarding school X in Bogor City in 2022. Methods: Cross sectional study conducted at 1 Islamic boarding school in Bogor City. 84 students were selected by random sampling to become research respondents. The research was conducted using a questionnaire and direct environmental data collection. The data that has been obtained will be subjected to univariate and bivariate statistical tests. Results: As many as 65 people (77.4%) had scabies, and 19 people (22.6%) did not have scabies. There is no significant relationship between environmental factors, namely temperature and humidity with the incidence. Meanwhile, personal hygiene factors such as hand hygiene, nail hygiene, skin hygiene, towel cleanliness and clothing hygiene have a significant relationship with the incidence of scabies. Keywords : Scabies, Sarcoptes scabiei homonis variety, Islamic boarding school, Environment, Personal Hygiene
S-10967
Depok : FKMUI, 2022
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Ani Widiastuti; Pembimbing: Dewi Susanna; Penguji: Ririn Arminsih, Didik Surpiyono
S-8223
Depok : FKM UI, 2014
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Syifa Aulia Hudriah; Pembimbing: Ririn Arminsih Wulandari; Penguji: Ema Hermawati, Yulia Fitria Ningrum
Abstrak:
Read More
Skabies adalah penyakit menular yang disebabkan oleh tungau Sarcoptes scabiei var. hominis. Penyakit ini dapat menular baik melalui kontak langsung maupun tidak langsung. Skabies masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, terutama pada individu yang hidup dalam kelompok, seperti di pondok pesantren. Penularan skabies dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan Personal Hygiene. Selain mengganggu kesehatan santri, skabies juga dapat memengaruhi aktivitas mereka sehari-hari. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor lingkungan dan Personal Hygiene yang berhubungan dengan kejadian skabies di Pondok Pesantren X, Kota Bogor pada tahun 2024. Desain penelitian ini adalah studi cross-sectional dengan sampel sebanyak 90 orang yang dipilih secara acak. Data dikumpulkan melalui wawancara menggunakan kuesioner dan pengukuran lingkungan, serta dianalisis menggunakan uji chi-square dan regresi logistik faktor prediksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 47 orang menderita skabies dan 43 orang tidak mengalami skabies. Faktor Personal Hygiene yang memiliki hubungan signifikan dengan kejadian skabies antara lain kebersihan tangan (OR 4,67; 1,85-11,75), kebersihan kuku (OR 3,60; 1,50-8,64), kebersihan pakaian (OR 4,96; 1,82-13,53), kebersihan handuk (OR 4,03; 1,57-10,32), dan kebersihan tempat tidur (OR 31,27; 9,11-107,25). Sedangkan faktor lingkungan seperti suhu dan kelembapan tidak menunjukkan hubungan signifikan dengan kejadian skabies. Variabel yang paling berpengaruh terhadap kejadian skabies pada santri adalah kebersihan tempat tidur (OR 90,72; 14,83-554,9), kebersihan tangan (OR 6,64; 0,93-47,48), dan kebersihan pakaian (OR 4,31; 0,63-29,34).
Scabies is an infectious disease caused by the mite Sarcoptes scabiei var. hominis. This disease can be transmitted either through direct or indirect contact. Scabies is still a public health problem in Indonesia, especially in individuals who live in groups, such as in Pondok Pesantren. Scabies transmission is influenced by environmental factors and personal hygiene. Apart from disrupting the health of students, scabies can also affect their daily activities. This study aims to analyze environmental factors and personal hygiene that are associated with the incidence of scabies at Pondok Pesantren Data was collected through interviews using questionnaires and environmental measurements, and analyzed using the chi-square test and logistic regression of predictive factors. The results showed that 47 people suffered from scabies and 43 people did not. Personal hygiene factors that have a significant relationship with the incidence of scabies include hand hygiene (OR 4.67; 1.85-11.75), nail hygiene (OR 3.60; 1.50-8.64), clothing hygiene (OR 4.96; 1.82-13.53), towel hygiene (OR 4.03; 1.57-10.32), and bed hygiene (OR 31.27; 9.11-107.25). Meanwhile, environmental factors such as temperature and humidity do not show a significant relationship with the incidence of scabies. The variables that most influence the incidence of scabies in students are bed hygiene (OR 90.72; 14.83-554.9), hand hygiene (OR 6.64; 0.93-47.48), and clothing hygiene (OR 4.31; 0.63-29.34).
S-11859
Depok : FKM UI, 2025
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Rafie Lucky Baskoro; Pembimbing: Laila Fitria; Penguji: Ririn Arminsih Wulandari, Indry Octavia Trisnawati
Abstrak:
Read More
Skabies adalah penyakit kulit menular akibat infestasi Sarcoptes scabiei yang umum ditemukan di lingkungan padat dengan sanitasi rendah, termasuk fasilitas tertutup seperti Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara personal hygiene dan faktor lingkungan dengan kejadian skabies pada warga binaan di LPKA Kelas II Jakarta. Penelitian menggunakan desain kuantitatif potong lintang (cross-sectional) dengan pendekatan observasional analitik. Data dikumpulkan melalui wawancara menggunakan kuesioner, observasi langsung, dan pemeriksaan oleh dokter. Sampel berjumlah 31 responden dari total populasi warga binaan, dipilih dengan teknik total sampling. Analisis data dilakukan secara univariat, bivariat dengan uji Chi-square. Hasil menunjukkan bahwa 61,3% responden mengalami skabies dalam 6 bulan terakhir. Meskipun sebagian besar responden memiliki kebersihan personal yang kurang baik dan tinggal di kamar dengan suhu dan kelembapan tidak ideal, tidak ditemukan hubungan yang signifikan secara statistik antara seluruh variabel personal hygiene dan faktor lingkungan dengan kejadian skabies (p > 0,05). Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara personal hygiene maupun faktor lingkungan dengan kejadian skabies, kemungkinan disebabkan oleh homogenitas perilaku, ukuran sampel terbatas, serta pengaruh faktor lain di luar variabel yang diteliti. Penelitian selanjutnya disarankan melibatkan lebih banyak variabel lingkungan dan ukuran sampel yang lebih besar.
Scabies is a contagious skin disease caused by Sarcoptes scabiei infestation, commonly found in densely populated environments with poor sanitation, including closed institutions such as correctional facilities for juveniles. This study aimed to analyze the relationship between personal hygiene and environmental health factors with the incidence of scabies among inmates at the Special Child Development Institution (LPKA) Class II Jakarta. A cross-sectional analytic observational design was used with a quantitative approach. Data were collected through structured questionnaires, direct observation, and medical examinations. The study involved 31 respondents selected through total sampling from the inmate population. Data were analyzed using univariate, bivariate using chi-square analyses. Results showed that 61.3% of respondents experienced scabies in the past six months. Although most respondents exhibited poor personal hygiene and lived in rooms with suboptimal temperature and humidity, no statistically significant relationship was found between any personal hygiene or environmental variables and scabies incidence (p > 0.05). The study concludes that there is no significant association between personal hygiene or environmental factors and scabies occurrence. This may be attributed to sample homogeneity, limited sample size, and unmeasured external factors. Further research is recommended to include broader environmental variables and larger sample sizes to explore this relationship more comprehensively.S-12025
Depok : FKM UI, 2025
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Memet Ermawan; Pembimbing: Budi Haryanto; Penguji: Dewi Susanna, Bety Setyorini
S-5569
Depok : FKM UI, 2008
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Aisyah Kharisma Khan Pamrih; Pembimbing: Budi Hartono; Penguji: Bambang Wispriyono, Mutmainah Indriyati
Abstrak:
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh yang menyebabkan anak terlalu pendek untuk umurnya sebagai akibat dari kerkurangan gizi kronis. Stunting dapat diidentifikasi dengan menilai panjang atau tinggi badan anak sesuai umurnya dimana balita dikatakan stunting jika hasil penilaian tersebut memiliki Z score <-2 standar deviasi. Pada tahun 2023 prevalensi stunting Kota Depok mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya. Stunting dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya higiene dan sanitasi masyarakat. Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) merupakan program pemerintah yang bertujuan untuk meningkatkan higiene dan sanitasi masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara STBM dengan kejadian stunting di Kota Depok pada tahunn 2023. Penelitian ini menggunakan desain studi ekologi dengan unit analisis 63 kelurahan di Kota Depok menggunakan data sekunder dari Dinas Kesehatan Kota Depok. Analisis data dilakukan baik secara statistik menggunakan uji korelasi dan spasial menggunakan metode overlay. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara capaian pilar 5 STBM Pengelolaan Limbah Cair Rumah Tangga dengan kejadian stunting di Kota Depok tahun 2023. Sementara, keempat pilar STBM lainnya tidak menunjukkan adanya hubungan dengan kejadian stunting di Kota Depok tahun 2023.
Stunting is a condition of failure to thrive that causes a child to be too short for his/her age as a result of chronic malnutrition. Stunting can be identified by assessing the length or height of a child according to his/her age where a child is said to be stunted if the assessment results have a Z score <-2 standard deviations. In 2023, the prevalence of stunting in Depok City increased from the previous year. Stunting is influenced by several factors, one of which is community hygiene and sanitation. Community-Led Total Sanitation (CLTS) is a government program that aims to improve community hygiene and sanitation. This study aims to analyze the relationship between STBM and the incidence of stunting in Depok City in 2023. This study used ecological study design with an analysis unit of 63 sub-districts in Depok City using secondary data from the Depok City Health Office. Data analysis was carried out both statistically using correlation tests and spatially using the overlay method. The results of this study showed that there was a significant relationship between the achievement of pillar 5 CLTS Household Liquid Waste Management and the incidence of stunting in Depok City in 2023. Meanwhile, the other four CLTS pillars did not show any relationship with the incidence of stunting in Depok City in 2023.
Read More
Stunting is a condition of failure to thrive that causes a child to be too short for his/her age as a result of chronic malnutrition. Stunting can be identified by assessing the length or height of a child according to his/her age where a child is said to be stunted if the assessment results have a Z score <-2 standard deviations. In 2023, the prevalence of stunting in Depok City increased from the previous year. Stunting is influenced by several factors, one of which is community hygiene and sanitation. Community-Led Total Sanitation (CLTS) is a government program that aims to improve community hygiene and sanitation. This study aims to analyze the relationship between STBM and the incidence of stunting in Depok City in 2023. This study used ecological study design with an analysis unit of 63 sub-districts in Depok City using secondary data from the Depok City Health Office. Data analysis was carried out both statistically using correlation tests and spatially using the overlay method. The results of this study showed that there was a significant relationship between the achievement of pillar 5 CLTS Household Liquid Waste Management and the incidence of stunting in Depok City in 2023. Meanwhile, the other four CLTS pillars did not show any relationship with the incidence of stunting in Depok City in 2023.
S-11920
Depok : FKM UI, 2025
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
