Ditemukan 42837 dokumen yang sesuai dengan query :: Simpan CSV
Afra Nabilla Pramudiffa; Pembimbing: Masyitoh; Penguji: Ede Surya Darmawan, Triyanto
Abstrak:
Read More
Angka pembelanjaan kesehatan dunia cenderung mengalami peningkatan, terlebih setelah pandemi COVID-19. Data dari National Health Account (NHA) menunjukkan kenaikan angka belanja kesehatan di Indonesia sebesar 64% dari tahun 2019 hingga 2021 yang sebagian besar dibebankan kepada dana pemerintah dan pembayaran tunai oleh pasien. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk mengatasi keterbatasan kemampuan pendanaan kesehatan negara adalah mendorong peran swasta melalui Public Private Partnership (PPP) yang dapat dilakukan dalam bentuk tanggung jawab sosial atau Corporate Social Responsibility (CSR). CSR juga menjadi komitmen perusahaan dalam melaksanakan tanggung jawab terhadap sosial dan lingkungannya (TJSL) yang tertuang dalam UU Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui keberhasilan dan mengevaluasi program CSR PT Astra International Tbk. Penelitian dilakukan dengan rancangan desain studi kasus melalui pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data melalui wawancara mendalam untuk mendapatkan data primer dan telaah dokumen untuk mendapatkan data sekunder. Penelitian menggunakan metode Health Impact Assessment (HIA) berdasarkan tahapan HIA, yaitu screening, scoping, assessment, recommendation dan reporting, serta monitoring dan evaluation. Hasil penelitian menunjukkan target yang menjadi dasar penyusunan program belum optimal, kurangnya perhatian stakeholder terhadap isu kesehatan, penerapan prinsip partisipatif HIA melalui pre-activity assessment dan kemitraan, analisis dampak kesehatan melalui social mapping dan need assessment, penyusunan rekomendasi berdasarkan konsep dan dampak program dari umpan balik, dan monev berjenjang setiap bulan. Rekomendasi dari hasil penelitian yaitu membuat roadmap CSR beserta target dan KPI-nya, menggunakan preliminary checklist, melibatkan perguruan tinggi/organisasi profesi untuk monev, membuat profiling dan diagram kausal hasil analisis dampak, metode context, input, process, dan product (CIPP) untuk evaluasi program, memetakan peran mitra Kemenkes RI, dan mengembangkan sertifikasi mitra Kemenkes RI sebagai bentuk apresiasi dari pemerintah.
Global health expenditure has tended to increase, especially after the COVID-19 pandemic. Data from the National Health Account (NHA) shows a 64% increase in health spending in Indonesia from 2019 to 2021, with the majority being funded by the government and out-of-pocket payments by patients. One of the government's efforts to address the country's limited health funding capacity is to encourage private sector involvement through Public Private Partnerships (PPP), which can be implemented in the form of Corporate Social Responsibility (CSR). CSR also represents a company's commitment to fulfilling its social and environmental responsibilities (TJSL) as regulated by Law Number 40 of 2007 on Limited Liability Companies. This study was conducted to assess the success and evaluate the CSR program of PT Astra International Tbk. The research was designed as a case study using a qualitative approach. Data collection techniques included in-depth interviews to obtain primary data and document reviews to obtain secondary data. The study employed the Health Impact Assessment (HIA) method based on the stages of HIA, which include screening, scoping, assessment, recommendation and reporting, as well as monitoring and evaluation. The results showed that the targets forming the basis of the program's design were not optimal, there was a lack of stakeholder attention to health issues, the principle of participatory HIA was applied through pre-activity assessment and partnerships, health impact analysis was conducted through social mapping and need assessment, recommendations were formulated based on feedback and program impact, and tiered monthly monitoring and evaluation were conducted. Recommendations from the study include creating a CSR roadmap with targets and KPIs, using a preliminary checklist, involving universities/professional organizations in monitoring and evaluation, creating profiles and causal diagrams from impact analysis, using the context, input, process, and product (CIPP) method for program evaluation, mapping the roles of partners with the Indonesian Ministry of Health, and developing certification for partners as a form of government recognition.
S-11590
Depok : FKM-UI, 2024
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Fazryani Mazita Torano; Pembimbing: Surya Ede Darmawan; Penguji: Vetty Yulianti Permanasari, Wayu Sulistiadi, Didik Supriyono, Yana Supiana
Abstrak:
Kota Serang telah menjalankan program Sanitasi Total BerbasisMasyarakat (STBM) sejak tahun 2012. Namun masih ditemukan perilaku BuangAir Besar Sembarangan (BABS) dan akses masyarakat terhadap penggunaanjamban masih cederung sama dengan sebelum dilaksanakan program yaitu barumencapai 60% dari target sebesar 90%. Penelitian ini bertujuan menganalisisimplementasi program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat di Kota Serang.Subyek penelitian adalah Dinas Kesehatan, Puskesmas, kader, dan masyarakat.Hasil penelitian menunjukkan bahwa Implementasi Program STBM PilarPertama di Kota Serang belum dilaksanakan secara optimal, media informasisebagai sarana sosialisasi kebijakan masih kurang. Sikap pelaksana menunjukkankurangnya komitmen dari pelaksana kebijakan dalam mengimpelentasikankebijakan program STBM. Koordinasi dengan pihak eksternal belum berjalandengan baik. Dibutuhkan strategi sosialisasi yang tepat dan merata kepada semuakalangan.
Kata kunci : STBM, implementasi, evaluasi
Serang has been doing the program of Community Based Total Sanitation(STBM) since 2012. However, there are still found the behavior of defecationcarelessly (BABS) and the public access toward of the use of toilet is still same asbefore the program implemented, it is only reach 60% of the target of 90%. Thisstudy aims to analyze the implementation of program of Community Based TotalSanitation in Serang. The subjects are the Department of Health, Clinic, cadresand the public.The results of the study shows that the implementation of the First PillarSTBM program in Serang city has not been implemented optimally, media as ameans of policy socialization is still lacking. The attitude of executive shows thelack of commitment of implementing policy in implementing the program policiesSTBM. Coordination with external parties have not been going well. It needsproper and equitable socialization strategy to all parties.
Keywords: STBM, implementation, evaluation.
Read More
Kata kunci : STBM, implementasi, evaluasi
Serang has been doing the program of Community Based Total Sanitation(STBM) since 2012. However, there are still found the behavior of defecationcarelessly (BABS) and the public access toward of the use of toilet is still same asbefore the program implemented, it is only reach 60% of the target of 90%. Thisstudy aims to analyze the implementation of program of Community Based TotalSanitation in Serang. The subjects are the Department of Health, Clinic, cadresand the public.The results of the study shows that the implementation of the First PillarSTBM program in Serang city has not been implemented optimally, media as ameans of policy socialization is still lacking. The attitude of executive shows thelack of commitment of implementing policy in implementing the program policiesSTBM. Coordination with external parties have not been going well. It needsproper and equitable socialization strategy to all parties.
Keywords: STBM, implementation, evaluation.
T-4579
Depok : FKM UI, 2016
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Ririn Aprilia; Pembimbing: Masyitoh; Penguji: Purnawan Junadi; Raida
Abstrak:
Universal access sanitation merupakan salah satu target RPJMN 2015-2019 danSDGs 2030. Berdasarkan data WHO (2016), terdapat sekitar 842.000 orang di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah meninggal akibat air, sanitasi dan higieneyang tidak memadai, serta diperkirakan sejumlah 58% dari total kematiantersebutdiakibatkan oleh diare. Jawa Barat menjadi salah satu pemilik prevalensi diareklinis diatas angka nasional, jumlah angka kejadian diare tertinggi terdapat padaKabupaten Bogor yaitu sebanyak 163.904 kasus (149,25%).STBM merupakan programnasional yang digalakkan sejak tahun 2008 untuk menyelesaikan masalah penyakitberbasis lingkungan, melalui 5 pilar yang diusung.Cakupan layak sanitasi di Kabupaten Bogor tahun 2016 adalah sebesar 4.027.279jiwa (72,1%) dari target capaian 71,13%. Hal tersebut bertolak belakang denganpelaksanaan STBM saat ini yang menunjukkan bahwa masih 45 desa yang berstatuskanopen defecation free (odf) dari jumlah 434 desa yang ada di Kabupaten Bogor. Laporankemajuan pelaksanaan STBM nasional menunjukkan bahwa pelaksanaan STBM pilar1Kabupaten Bogor dengan berpatokan pada desa odf tertinggi ada di Cigombong,karena adanya komitmen dari pihak pelaksana maupun masyarakat. Sementara laporanodf terendah ada di Rumpin, dikarenakan Rumpin belum menjalankan program STBMyang salah satu penyebab utamanya karena keterbatasan jumlah SDM.Laporan odf tersebut tidak menunjukkn adanya pengaruh terhadap angka kejadiandiare.Angka kejadian diare di Cigombong yang seluruh desa diwilayahnya sudah odfjustru lebih tinggi dibandingka Rumpin yang seluruh desa diwilayahnya belum odf, haltersebut dikarenakan masih ada faktor lain selain BABS yang dapat menyebabkanterjadinya diare.
Kata kunci:Diare, STBM, Odf
Universal access sanitation is one of the targets of the RPJMN 2015-2019 andSDGs 2030. Based on data WHO (2016), there are approximately 842.000 people inlow and middle income countries dying effect from inadequate water, sanitation andhygiene, and an estimated 58% of the total deaths caused by diarrhea. West Java hasbecome one of the prevalence of clinical diarrhea above the national rate, the highestnumber of diarrhea occurrence is in Bogor Regency, which is 163,904 cases(149.25%). CLTS is a national program promoted since 2008 to solve the problem ofenvironment-based disease, through 5 points that carried.The coverage of decent sanitation in Bogor Regency in 2016 is 4.027.279 people(72.1%) of the target achievement 71.13%. This is in contrast to the currentimplementation of CLTS indicating that, there are still 45 villages with open defecationfree (odf) status of 434 villages in Bogor Regency. The progress report of the nationalCLTS showed that the implementation of CLTS point 1 in Bogor Regency the highest isin Cigombong, due to the cooperation of cross-sector and comitment from thecommunity. While the lowest odf report is in Rumpin, because Rumpin has not doingthe CLTS program which is one of the main causes due to the limited of humanresources.The odf report did not indicate any effect on the incidence of diarrhea. Theincidence of diarrhea in Cigombong that all villages in the region have odf is higherthan Rumpin that all villages in the region has not odf, it is because there are still otherfactors besides BABS that can cause diarrhea.
Key words:Diarrhea, CLTS, Odf.
Read More
Kata kunci:Diare, STBM, Odf
Universal access sanitation is one of the targets of the RPJMN 2015-2019 andSDGs 2030. Based on data WHO (2016), there are approximately 842.000 people inlow and middle income countries dying effect from inadequate water, sanitation andhygiene, and an estimated 58% of the total deaths caused by diarrhea. West Java hasbecome one of the prevalence of clinical diarrhea above the national rate, the highestnumber of diarrhea occurrence is in Bogor Regency, which is 163,904 cases(149.25%). CLTS is a national program promoted since 2008 to solve the problem ofenvironment-based disease, through 5 points that carried.The coverage of decent sanitation in Bogor Regency in 2016 is 4.027.279 people(72.1%) of the target achievement 71.13%. This is in contrast to the currentimplementation of CLTS indicating that, there are still 45 villages with open defecationfree (odf) status of 434 villages in Bogor Regency. The progress report of the nationalCLTS showed that the implementation of CLTS point 1 in Bogor Regency the highest isin Cigombong, due to the cooperation of cross-sector and comitment from thecommunity. While the lowest odf report is in Rumpin, because Rumpin has not doingthe CLTS program which is one of the main causes due to the limited of humanresources.The odf report did not indicate any effect on the incidence of diarrhea. Theincidence of diarrhea in Cigombong that all villages in the region have odf is higherthan Rumpin that all villages in the region has not odf, it is because there are still otherfactors besides BABS that can cause diarrhea.
Key words:Diarrhea, CLTS, Odf.
S-9782
Depok : FKM UI, 2018
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Agil Mulyaeni; Pembimbing: Adang Bachtiar; Penguji: Soedarto Ronoatmodjo, Sorta Rossniuli
S-7047
Depok : FKM UI, 2012
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Dyah Ayu Mustikaningrum; Pembimbing: Pujiyanto; Penguji: Rico Kurniawan, Teni Hernawati
Abstrak:
Read More
Pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat menuntut tersedianya pelayanan kesehatan yang berkualitas, salah satunya melalui pemenuhan sarana, prasarana, dan alat kesehatan yang memadai. Pengelolaan data sarana, prasarana, dan alat kesehatan yang optimal diperlukan agar fasilitas pelayanan kesehatan, khususnya Puskesmas, mampu memberikan pelayanan yang sesuai dengan standar. Aplikasi Sarana, Prasarana, dan Alat Kesehatan (ASPAK) merupakan sistem yang dikembangkan oleh Kementerian Kesehatan untuk mempermudah pengumpulan, pemantauan, dan perencanaan kebutuhan sarana dan prasarana di fasilitas pelayanan kesehatan. Namun, di Kabupaten Cianjur, pengelolaan ASPAK belum berjalan optimal, ditunjukkan dengan hanya 22 dari 47 Puskesmas yang aktif memperbarui data ASPAK per Maret 2025. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengelolaan ASPAK di Puskesmas Kabupaten Cianjur menggunakan metode HOT-Fit. Penelitian ini pendekatan kuantitatif melalui kuesioner Google Form yang disebarkan kepada pengguna ASPAK di seluruh Puskesmas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel human, organization, dan technology berhubungan signifikan dengan net benefit yang dirasakan dari penggunaan ASPAK. Diperlukan peningkatan pelatihan, penguatan dukungan organisasi, dan perbaikan kualitas sistem serta kualitas layanan untuk mengoptimalkan pengelolaan ASPAK di Kabupaten Cianjur.
The increasing population growth demands the availability of quality healthcare services, one of which is through the provision of adequate facilities, infrastructure, and medical equipment. Optimal management of data related to healthcare facilities, infrastructure, and equipment is essential to ensure that healthcare facilities, particularly Puskesmas, can provide services that meet established standards. Aplikasi Sarana Prasarana Alat Kesehatan (ASPAK) is a system developed by the Ministry of Health to facilitate the collection, monitoring, and planning of health facility needs. However, in Cianjur Regency, the management of ASPAK has not been optimal, as indicated by the fact that only 22 out of 47 Puskesmas were actively updating their ASPAK data as of March 2025. This study aims to evaluate the management of ASPAK in Puskesmas in Cianjur Regency using the HOT-Fit method. This research uses a quantitative method using a questionnaire distributed via Google Forms to ASPAK users in all Puskesmas. The results indicate that the human, organization, and technology variables are significantly related to the perceived net benefit of using ASPAK. Improvements in training, organizational support, and improvements in system quality and service quality are needed to optimize ASPAK management in Cianjur Regency.
The increasing population growth demands the availability of quality healthcare services, one of which is through the provision of adequate facilities, infrastructure, and medical equipment. Optimal management of data related to healthcare facilities, infrastructure, and equipment is essential to ensure that healthcare facilities, particularly Puskesmas, can provide services that meet established standards. Aplikasi Sarana Prasarana Alat Kesehatan (ASPAK) is a system developed by the Ministry of Health to facilitate the collection, monitoring, and planning of health facility needs. However, in Cianjur Regency, the management of ASPAK has not been optimal, as indicated by the fact that only 22 out of 47 Puskesmas were actively updating their ASPAK data as of March 2025. This study aims to evaluate the management of ASPAK in Puskesmas in Cianjur Regency using the HOT-Fit method. This research uses a quantitative method using a questionnaire distributed via Google Forms to ASPAK users in all Puskesmas. The results indicate that the human, organization, and technology variables are significantly related to the perceived net benefit of using ASPAK. Improvements in training, organizational support, and improvements in system quality and service quality are needed to optimize ASPAK management in Cianjur Regency.
S-12052
Depok : FKM-UI, 2025
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Rita Nurcahyani; Pembimbing: Ronnie Rivany; Penguji: Pujiyanto, Asep zaenal Mustopa
S-4582
Depok : FKM-UI, 2006
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Afra Inayah Dhyaniputri; Pembimbing: Mardiati Nadjib; Penguji: Permanasari Vetty Yulianty, Amila Megraini
Abstrak:
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis determinan ketersediaan obat dalam Program Rujuk Balik (PRB) di wilayah kerja BPJS Kesehatan KC Depok. Data kualitatif diperoleh melalui wawancara mendalam, observasi, dan telaah dokumen untuk menganalisis kontribusi variable input beserta proses dan imbasnya terhadap kekosongan obat. Konstruk variable input terdiri atas pemangku kepentiangan internal (SDM dan kebijakan) dan eksternal (kebijakan dan pengawasan), sedangkan pembentuk variabel proses mencakup serangkaian manajemen rantai pasokan obat berupa perencanaan, pendanaan, pembayaran, pembelian dan pendistribusian obat. Hasil penelitian menunjukan kekosongan obat merupakan permasalahan dari yang mencakup dimensi input dan proses. Dari sisi input, peran SDM, aplikasi kebijakan, dan komitmen pemangku kepentingan teridentifikasi sebagai sumber-sumber masalah kekosongan obat PRB. Sedangkan permasalahan dari sisi proses yang berkontribusi terhadap fenomena kekosongan obat terdiri atas mekanisme perencanaan, pendanaan, dan pendistribusian obat. Permasalahan ini berdampak kepada tidak sesuainya angka RKO dengan kebutuhan wilayah dan besaran HPS yang tidak rasional. Studi ini memberikan saran pentingnya pelaksanaan pengawasan dan evaluasi PRB secara komperhensif mencakup input proses dan output, serta upaya solusinya.
Kata Kunci : Evaluasi, Stock Out, Obat, Program Rujuk Balik
This study aims to explore the determinants relating the availability of drugs in Back Referral Program (PRB) in BPJS Kesehatan KC Depok area. This case study was using qualitative approach, data collection through in-depth interviews, observation, and document review to explore the reliability of input and process variables related to stock out. Input incule internal and external stakeholders, comprised of HR and policy as well as policy and evaluation). The process described supply chain management of drugs including planning, budgeting,provider payment, purchasing and distribution of PRB drug. The refealed that the stock out was resulted from of this study indicate the problem stock out included the the dimensions in the process of input and process. In terms of inputs, the role of human resources , policy implementation, resources and stakeholder commitments were among the identified factor related to challenge on PRB drug. While problems that occurred in the process that contributed to the stock out of PRB drug included drug supply chain management, planning, payment scheme, and distribution of drugs. This problem potentially affected mismatch of RKO (plan on number drugs required to provide service) with requirement on regional level, irrational HPS (National reference on price) and policy. This study suggested to undertake comprehensive monitoring and evaluaton including input, process and output as well as solution of the problem.
Keywords: evaluation, stock out, back referral program (PRB)
Read More
Kata Kunci : Evaluasi, Stock Out, Obat, Program Rujuk Balik
This study aims to explore the determinants relating the availability of drugs in Back Referral Program (PRB) in BPJS Kesehatan KC Depok area. This case study was using qualitative approach, data collection through in-depth interviews, observation, and document review to explore the reliability of input and process variables related to stock out. Input incule internal and external stakeholders, comprised of HR and policy as well as policy and evaluation). The process described supply chain management of drugs including planning, budgeting,provider payment, purchasing and distribution of PRB drug. The refealed that the stock out was resulted from of this study indicate the problem stock out included the the dimensions in the process of input and process. In terms of inputs, the role of human resources , policy implementation, resources and stakeholder commitments were among the identified factor related to challenge on PRB drug. While problems that occurred in the process that contributed to the stock out of PRB drug included drug supply chain management, planning, payment scheme, and distribution of drugs. This problem potentially affected mismatch of RKO (plan on number drugs required to provide service) with requirement on regional level, irrational HPS (National reference on price) and policy. This study suggested to undertake comprehensive monitoring and evaluaton including input, process and output as well as solution of the problem.
Keywords: evaluation, stock out, back referral program (PRB)
S-9648
Depok : FKM UI, 2018
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Tibia Kesuma Putri; Pembimbing: Prastuti Soewondo; Penguji: Pujianto, Samsul Bahri
S-9368
Depok : FKM UI, 2017
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Ester Marini Lubis; Pembimbing: Adang Bachtiar; Penguji: Puput Oktamianti, Dumilah Ayuningtyas, Emilia Amir
T-4256
Depok : FKM-UI, 2014
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Muhammad Ishaq; Pembimbing: Mieke, Savitri; Penguji: Vetty Yulianty Permanasari, Novita Tiurma
Abstrak:
Indonesia dalam hal pengendalian campak menargetkan untuk memasuki fase eliminasi campak pada tahun 2020. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui gambaran kinerja program pengendalian penyakit campak di Puskesmas Bojongsari dengan menggunakan metode Malcolm Baldrige pada tahun 2018. Jenis penelitian ini kualitatif dengan metode wawancara mendalam terhadap 7 informan yang terlibat dalam pengendalian penyakit campak serta telaah dokumen. Hasil penelitian ini mendapatkan gambaran 7 kategori: kepemimpinan, strategi perencanaan, pelanggan, manajemen pengukuran, sumber daya manusia, operasional, dan hasil. Pada kategori kepemimpinan, visi dan nilai sudah dijalankan secara komunal melalu internalisasi kegiatan puskesmas, komunikasi sudah dilakukan dua arah, tata kelola organisasi dibangun melalui pohon komitmen, dan dukungan masyarakat diperoleh lewat kerja sama lintas sektor. Pada kategori strategi perencanaan, perencanaan dirumuskan berdasarkan PKP, renstra, dan hasil analisis kebutuhan yang outuputnya berupa RUK dan RPK. Pada kategori pelanggan, media untuk mengetahui kepuasan, ketidakpuasan, keluhan, saran, dan harapan didapatkan melalui sistem kancing, kotak saran, survei indeks kepuasan masyarakat, dan facebook. Pada kategori manajemen pengukuran, analisis, dan pengetahuan, sistem pencatatan dan pelaporan program surveilans campak dilakukan dengan melaporkan W2 secara mingguan ke Dinkes Jabar dan melaporkan C1 secara bulanan ke Dinkes Depok. Sistem pencatatan dan pelaporan program imunisasi campak dengan merekap kegiatan imunisasi rutin lalu melaporkan laporan secara bulanan ke Dinkes Depok. Pada kategori SDM, peningkatan kapasitas dan kapabilitas melalui pelatihan pada program imunisasi. Lingkungan kerja yang mendorong produktivitas dibangun melalui pemahaman, dukungan dari atasan, dan rasa kekeluargaan. Pada kategori operasional, sudah ada RPK tahunan dan bulanan program surveilans dan program imunisasi campak yang menjadi acuan operasional pelaksanaan program. pada kategori hasil, cakupan imunisasi campak meningkat pada tahun 2018 menjadi 92.1% dan kasus campak menurun menjadi 54 kasus. Kesimpulannya untuk mencapai target cakupan imunisasi 95%, perlu ada perbaikan di dua kategori triad hasil, yaitu kategori sumber daya manusia dan kategori operasional.
Read More
S-10143
Depok : FKM-UI, 2019
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
