Ditemukan 26246 dokumen yang sesuai dengan query :: Simpan CSV
Ridha Alfinanianty Setiawan; Pembimbing: Wahyu Kurnia Yusrin Putra; Penguji: Nurul Dina Rahmawati, Sunersi Handayani
Abstrak:
Read More
Latar belakang: Tingginya konsumsi minuman manis di Indonesia tergolong sangat tinggi yang menempati posisi ketiga di Asia Tenggara. Hal tersebut berpotensi meningkatkan penyakit tidak menular seperti diabetes dan penyakit kardiovaskular. Risiko tersebut seringkali terjadi pada orang dewasa, terutama karyawan yang bekerja di kantor. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi minuman berpemanis pada karyawan PT Diamond Cipta Property Tbk tahun 2024. Metode: Penggunaan pendekatan kuantitatif dilakukan dengan desain cross-sectional dan menggunakan data primer sebanyak 260 responden. Hasil: Prevalensi konsumsi minuman manis tingkat tinggi pada karyawan PT Diamond Cipta Property Tbk tahun 2024 sebesar 86,2%. Terdapat hubungan antara jenis kelamin, tingkat stres, tingkat ekonomi, ketersediaan minuman berpemanis, dan media massa terhadap tingkat konsumsi minuman berpemanis. Sementara kemampuan membaca label dan frekuensi online food delivery tidak memiliki hubungan dengan tingkat konsumsi minuman berpemanis . Kesimpulan: Prevalensi konsumsi minuman berpemanis di tempat kerja tergolong tinggi, sehingga dibutuhkan edukasi bagi para karyawan terkait batasan konsumsi gula harian untuk meminimalisir risiko penyakit pada karyawan.
Background: There is a high consumption of sugar-sweetened beverages in Indonesia, which ranks third in Southeast Asia. It can potentially increase non-transmitted diseases such as diabetes and cardiovascular disease. These risks often occur in adults, especially employees who work in offices. Objective: This study aims to identify factors that influence the consumption of sugar-sweetened beverages among employees of PT Diamond Cipta Property Tbk in 2024. Methods: The use of a quantitative approach was carried out with a cross-sectional design and used primary data as many as 260 respondents. Results: The prevalence of high-level consumption of sweetened beverages among employees of PT Diamond Cipta Property Tbk in 2024 was 86.2%. There is a correlation between gender, stres level, economic level, availability of sugar-sweetened beverages, and mass media on the level of consumption of sugar-sweetened beverages. While the ability to read labels and frequency of online food delivery did not have a correlation with the level of consumption of sugar-sweetened beverages. Conclusion: The prevalence of sugar-sweetened beverage consumption in the workplace is high, so education for employees regarding daily sugar consumption limits is needed to minimize the risk of disease in employees.
S-11726
Depok : FKM UI, 2024
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Niti Emiliana; Pembimbing: Asih Setiarini; Penguji: Ahmad Syafiq, Fathimah S. Sigit, Mahmud Fauzi, Nining Mularsih
Abstrak:
Read More
Di Jakarta terdapat sebanyak 28,2% pekerja kantoran yang mengalami obesitas. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan konsumsi minuman berpemanis dan faktor lainnya dengan kejadian obesitas pada karyawan di dua kantor BUMN di Jakarta. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional dengan sampel karyawan BUMN di Jakarta yang berjumlah 102 responden. Uji statistik yang digunakan pada uji bivariat menggunakan chi square dan uji multivariat menggunakan regresi logistik ganda model determinan. Hasil uji menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara jenis kelamin (p-value: 0,98), usia, (p-value: 0,282) durasi kerja (p-value: 0,199), masa kerja (p-value: 0,081), asupan protein (p-value: 1,000), asupan lemak (p-value: 0,614), asupan energi (p-value: 1,000) dan aktivitas fisik (p-value: 1,000). Namun juga ditemukan terdapat hubungan yang bermakna antara konsumsi minuman berpemanis (p-value: 0,031) dan asupan karbohidrat (p-value: 0,019) dengan kejadian obesitas pada karyawan di dua kantor BUMN di Jakarta. Analisi multivariat menunjukkan bahwa faktor dominan yang berhubungan dengan obesitas adalah konsumsi minuman berpemanis (OR: 0,353) Perlu ada perhatian dan perbaikan pola gizi seimbang dan meningkatkan asupan karbohidrat dengan pemilihan sumber asupan makanan yang berkualitas tinggi dan pemilihan minuman berpemanis dengan varian rendah gula atau tanpa gula.
In Jakarta, there are 28.2% of office workers who are obese. The purpose of this study was to determine the relationship of sugar-sweetened beverage consumption and other factors with the incidence of obesity in employees at two state-owned enterprises in Jakarta. This study used a cross-sectional study design with a sample of SOE employees in Jakarta totaling 102 respondents. Statistical tests used in bivariate tests used chi-square, and multivariate tests used multiple logistic regression of determinant models. The results showed that there was no significant relationship between gender (p-value: 0,98), age (p-value: 0,282), work duration (p-value: 0,199), tenure (p-value: 0,081), protein intake (p-value: 1,000), fat intake (p-value: 0,614), energy intake (p-value: 1,000), and physical activity (p-value: 1,000). However, there was also a significant association between ssb consumption (p-value: 0.031) and carbohydrate intake (p-value: 0.019) with the incidence of obesity among employees in two state-owned enterprises in Jakarta. Multivariate analysis showed that the dominant factor associated with obesity was consumption of sugar-sweetened beverages (OR: 0,353). There is a need to pay attention to and improve balanced nutrition patterns and increase carbohydrate intake by selecting high-quality food intake sources and selecting sugar-sweetened beverages with low or no sugar variants.
T-7230
Depok : FKM UI, 2025
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Gissela Nurfitriani; Pembimbing: Kusharisupeni Djokosujono; Penguji: Asih Setiarini, Iip Syaiful
S-6795
Depok : FKM-UI, 2011
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Fita Rahmawati; Pembimbing: Sandra Fikawati; Penguji: Asih Setiarini, Arei Sumaryadi
Abstrak:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran dari perilaku konsumsi suplemen makanan dan faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku tersebut pada karyawan produksi PT Akebono Brake Astra Indonesia. penelitian ini menggunakan metode cross-sectional, pengambilan sampel secara aksidental, dan dianalisis dengan uji t independen dan chi-square. Sampel penelitian ini terdiri dari 180 karyawan. Pengambilan data penelitian dilakukan pada tanggal 08-30 April 2013. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebanyak 45,6% responden mengonsumsi suplemen makanan. Penelitian ini juga menemukan bahwa perilaku konsumsi suplemen makanan berhubungan secara signifikan dengan usia (nilai p = 0,033). Disarankan adanya program edukasi seperti konsultasi atau penyuluhan mengenai definisi suplemen makanan, klasifikasi suplemen makanan, kandungan suplemen makanan, kelompok yang membutuhkan suplemen makanan, aturan pemakaian, dan efek samping.
The aim of this study is to determine the percentage of food supplement consumption behavior and its correlates among production worker at PT Akebono Brake Astra Indonesia. This study uses cross-sectional design, accidental sampling methode, and analyzed using the independent t test and chi-square test. The study sample consist of 180 workers. This study was conducted on April 08-30, 2013. The result of this study shows that 45,5% of respondents was consuming food supplement. This study also found that food supplement consumption behavior has been associated with age (p value = 0,033). The researcher suggest the existence of education program such as consultation or seminar, so that respondents understand what is the meaning of food supplement, the classification of food supplement, the content of food supplement, the rules of usage, and side effects.
Read More
The aim of this study is to determine the percentage of food supplement consumption behavior and its correlates among production worker at PT Akebono Brake Astra Indonesia. This study uses cross-sectional design, accidental sampling methode, and analyzed using the independent t test and chi-square test. The study sample consist of 180 workers. This study was conducted on April 08-30, 2013. The result of this study shows that 45,5% of respondents was consuming food supplement. This study also found that food supplement consumption behavior has been associated with age (p value = 0,033). The researcher suggest the existence of education program such as consultation or seminar, so that respondents understand what is the meaning of food supplement, the classification of food supplement, the content of food supplement, the rules of usage, and side effects.
S-7954
Depok : FKM-UI, 2013
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Khonza Hanifa; Pembimbing: Triyanti; Penguji: Siti Arifah Pudjonarti, Dyah Santi Puspitasari
Abstrak:
Perkembangan industri makanan dan minuman ringan di Indonesia mengalami pertumbuhan pesat beberapa tahun terakhir. Tingkat konsumsi minuman ringan berpemanis terutama meningkat pesat pada kelompok usia muda. Konsumsi minuman ringan berpemanis yang berlebihan dapat menimbulkan dampak negatif seperti masalah hiperaktivitas pada anak-anak, alergi, dan peningkatan berat badan yang dapat mengarah ke obesitas.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara faktor individu dan faktor lingkungan dengan frekuensi konsumsi minuman ringan berpemanis pada mahasiswa S1 Reguler FKM UI tahun 2018. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan disain studi cross sectional. Pengambilan data dilakukan menggunakan kuesioner mandiri. Responden terdiri dari 146 orang mahasiswa yang berstatus mahasiswa aktif serta tidak memiliki diet khusus.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 26,7% responden termasuk ke dalam konsumen minuman ringan berpemanis kategori tinggi. Uji chi square yang dilakukan menunjukkan terdapat hubungan antara pengaruh teman (p-value 0,007; OR=3,129 (1413-6,926),; dengan konsumsi minuman ringan berpemanis pada responden.
Kesimpulannya, daya beli dan lingkungan sosial memiliki peran untuk membentuk kebiasaan konsumsi pada usia dewasa muda. Promosi gizi yang menargetkan kelompok sosial dapat dilakukan untuk meningkatkan pola konsumsi minuman yang lebih sehat.
Kata kunci: dewasa muda, minuman ringan berpemanis
Read More
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara faktor individu dan faktor lingkungan dengan frekuensi konsumsi minuman ringan berpemanis pada mahasiswa S1 Reguler FKM UI tahun 2018. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan disain studi cross sectional. Pengambilan data dilakukan menggunakan kuesioner mandiri. Responden terdiri dari 146 orang mahasiswa yang berstatus mahasiswa aktif serta tidak memiliki diet khusus.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 26,7% responden termasuk ke dalam konsumen minuman ringan berpemanis kategori tinggi. Uji chi square yang dilakukan menunjukkan terdapat hubungan antara pengaruh teman (p-value 0,007; OR=3,129 (1413-6,926),; dengan konsumsi minuman ringan berpemanis pada responden.
Kesimpulannya, daya beli dan lingkungan sosial memiliki peran untuk membentuk kebiasaan konsumsi pada usia dewasa muda. Promosi gizi yang menargetkan kelompok sosial dapat dilakukan untuk meningkatkan pola konsumsi minuman yang lebih sehat.
Kata kunci: dewasa muda, minuman ringan berpemanis
S-9906
Depok : FKM UI, 2019
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Suci Ariani; Pembimbing: Diah Mulyawati Utari; Penguji: Ratu Ayu Dewi Sartika, Susi Desminarti
S-7232
Depok : FKM UI, 2012
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Carissa Izzati Fidela; Pembimbing: Nurul Dina Rahmawati; Penguji: Asih Setiarini, Didik Joko Pursito
Abstrak:
Read More
Minuman berpemanis dalam kemasan, disingkat MBDK, adalah kategori untuk minuman kemasan siap konsumsi yang mengandung pemanis, baik pemanis alami ataupun buatan. Konsumsi MBDK berlebihan merupakan faktor risiko terjadinya berbagai penyakit tidak menular. Sebagai upaya memberi kesadaran, Label Indikator Kandungan Gula diberlakukan oleh Super Indo pada etalase MBDK di gerainya. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pemilihan produk MBDK pada konsumen dewasa Super Indo di Daerah Khusus Jakarta pada tahun 2025. Penelitian dilakukan dengan desain studi cross-sectional dan melibatkan 128 responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 72,7% konsumen memilih MBDK dengan kandungan gula >6 gram per 100 ml. Terdapat perbedaan proporsi pemilihan produk MBDK yang signifikan berdasarkan usia (p = 0,029) dan tingkat pendidikan (p = 0,050). Sementara itu, tidak ada perbedaan proporsi pemilihan produk MBDK yang signifikan berdasarkan harga produk, jenis kelamin, tigkat ekonomi, pengetahuan kesehatan mengenai MBDK, dan sikap terhadap MBDK. PT Lion Super Indo disarankan untuk mengevaluasi Label Indikator Kandungan Gula serta memberikan sosialisasi untuk konsumen. Pemerintah disarankan untuk melakukan intervensi yang berorientasi target, seperti penerapan cukai MBDK dan pemberlakukan kewajiban pencantuman label pangan. Disarankan pula bagi masyarakat untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman terkait gizi serta mengambil langkah-langkah efektif untuk menjaga kesehatan.
Sugar-sweetened beverages (SSB) are ready-to-drink packaged beverages that typically contain sweeteners, and excessive consumption increases the risk of non-communicable diseases. To support healthier consumer choices, Super Indo implemented a Sugar Content Indicator Label on SSB shelves. This study aimed to identify factors associated with SSB selection among adult consumers at Super Indo in Daerah Khusus Jakarta in 2025. Using a cross-sectional design with 128 respondents, the study found that 72.7% chose SSBs containing more than 6 grams of sugar per 100 ml. Significant differences in SSB selection were observed based on age (p = 0.029) and education level (p = 0.050). However, no significant associations were found with product price, gender, economic status, health knowledge, or attitudes toward SSB. The findings suggest a need for PT Lion Super Indo to evaluate the consistency and effectiveness of its sugar content labels and to enhance consumer education. Policymakers are encouraged to introduce targeted measures such as SSB taxes and mandatory sugar labeling. Public awareness and understanding of nutritional content should also be improved to promote healthier choices and reduce sugar-related health risks.
S-12146
Depok : FKM-UI, 2025
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Nove Zain Wisuda; Pembimbing: Endang L. Achadi; Penguji: Ratu Ayu Dewi Sartika, M. Arief Novianto
S-5982
Depok : FKM UI, 2010
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Indana Bintan Dzakiyyah; Pembimbing: Asih Setiarini; Penguji: Ratu Ayu Dewi Sartika, Hera Nurlita
Abstrak:
Minuman ringan berpemanis adalah beberapa jenis minuman manis berkalori yangketika dibeli sudah siap diminum. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuiperbedaan rata-rata konsumsi minuman ringan berpemanis pada siswa SMAN 48Jakarta Timur berdasarkan jenis kelamin, keterpaparan media massa, aksesibilitas,ketersediaan, pengaruh keluarga, pengaruh teman, pengetahuan gizi, sikap,aktivitas fisik, kebiasaan membawa air mineral, dan uang jajan. Penelitian iniadalah penelitian kuantitatif dengan desain studi cross sectional yang dilakukanpada 168 sampel yang dipilih mengunakan metode quota sampling. Instrumen yangdigunakan, yaitu kuesioner (self-administered) dan alat peraga botol berbagaiukuran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata konsumsi minuman ringanberpemanis secara umum, yaitu sebanyak 245,7 mL/hari. Rata-rata konsumsiminuman ringan berpemanis berdasarkan jenisnya secara berurutan dari yangterbanyak, yaitu minuman jenis teh/kopi (152,7 mL/hari), berperisa buah (77,1mL/hari), berperisa tanpa kandungan sari buah (65,7 mL/hari), sport (56,9mL/hari), karbonasi berkalori (42,2 mL/hari), dan energi (10,0 mL/hari). Hasilanalisis menggunakan uji t independen menunjukkan terdapat perbedaan yangsignifikan pada rata-rata konsumsi minuman ringan berpemanis berdasarkan jeniskelamin, keterpaparan media massa, ketersediaan minuman ringan berpemanis,pengaruh teman, dan sikap terhadap minuman ringan. Diperlukannya dukungandari berbagai pihak berwenang terkait kebijakan penjualan minuman ringanberpemanis dan penyediaan air mineral di tempat umum, khususnya sekolah.Kata kunci:minuman ringan berpemanis, siswa SMA, jenis kelamin, keterpaparan mediamassa, ketersediaan, pengaruh teman, sikap.
Read More
S-9216
Depok : FKM-UI, 2016
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Jesslyn Metta Santi; Pembimbing: Nurul Dina Rahmawati; Penguji: Ahmad Syafiq, Khoirul Anwar
Abstrak:
Read More
Fast food adalah jenis makanan yang sudah diolah atau dimasak dalam waktu singkat dan disajikan cepat atas dasar pesanan, dalam kondisi yang masih panas, dan dapat dibawa pergi untuk dikonsumsi di jalan. Fast food ditandai dengan kandungan gizi yang tidak seimbang, dimana sebagian besar mengandung kalori, lemak, gula dan garam yang relatif tinggi, tetapi kandungan serat rendah. Saat ini, industri fast food telah berkembang pesat di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Hal ini dapat mempengaruhi pola makan remaja akibat peningkatan frekuensi konsumsi fast food. Remaja sedang mengalami perubahan dalam pola gaya hidup, seperti perilaku makan yang berubah dan pilihan makanan yang dikonsumsi cenderung tidak sehat, yaitu makanan yang tinggi gula, garam, dan lemak. Dibuktikan dari WHO (2020) yang menyatakan bahwa 80% remaja di seluruh dunia sering mengonsumsi fast food dan Nilsen (2009) menyatakan 69% masyarakat Indonesia sering mengonsumsi fast food. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan konsumsi fast food pada mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia angkatan 2023. Penelitian ini dilakukan dengan metode cross-sectional yang melibatkan 151 responden. Pengambilan data dilakukan pada bulan Maret – April 2024 dengan metode simple random sampling. Hasil penelitian menujukkan bahwa 76,2% responden mengonsumsi fast food dengan frekuensi sering (≥ 3 kali/minggu). Hasil analisis uji bivariat menunjukkan adanya perbedaan signifikan antara uang saku untuk membeli fast food (p-value 0,007; OR 3,111), emotional eating (p-value 0,025; OR 3,821), jarak kampus ke gerai fast food (p-value 0,002; OR 3,600), promosi fast food (p-value 0,042; OR 2,445), dan paparan media sosial instagram (p-value <0,001; OR 28,8) dengan konsumsi fast food. Namun, tidak terdapat perbedaan signifikan antara jenis kelamin (p-value 0,370), uang saku keseluruhan (p-value 0,331), pengetahuan gizi dan fast food (p-value 1,000), peer group (p-value 0,344), online food delivery (p-value 1,000), dan jarak tempat tinggal ke gerai fast food (p-value 0,685). Setelah mengetahui hasil penelitian, diharapkan mahasiswa dapat mengonsumsi makanan yang lebih sehat dan membatasi penggunaan media sosial dan pengaruh iklan serta promosi fast food.
Fast food is a type of food that has been processed or cooked in a short time and that is served quickly on order basis, in a still hot condition, and can be taken away to be eaten in the street. Fast food is characterized by unbalanced nutritional intake, which is mostly high in calories, fat, sugar and salt, but low in fiber. Currently, the fast food industry has grown rapidly around the world, including in Indonesia. This may affect adolescents' diet due to increased frequency of fast food consumption. Adolescents are experiencing changes in lifestyle patterns such as changing dietary behavior and food choices that are consumed which are often unhealthy, such as foods that contain high amounts of sugar, salt, and fat. Evidenced by WHO (2020) which states that 80% of adolescents around the world often consume fast food and Nilsen (2009) states that 69% of people in Indonesia often consume fast food. This study aims to determine factors related to fast food consumption among students of the Faculty of Public Health, University of Indonesia class of 2023. This research was conducted using a cross-sectional method involving 151 respondents. Data collection was carried out from Maret – April 2024 using the simple random sampling. The results showed that 76,2% of respondents consumed fast food frequently (≥ 3 times/week). The results of the bivariate test analysis showed that there is a significant difference between pocket money to buy fast food (p-value 0,007; OR 3,111), emotional eating (p-value 0,025; OR 3,821), campus distance to fast food outlets (p-value 0,002; OR 3,600), fast food promotion (p-value 0,042; OR 2,445), dan of social media instagram exposure (p-value <0,001; OR 28,8) dengan konsumsi fast. However, it is no significant difference between gender (p-value 0,370), total pocket money (p-value 0,331), nutrition and fast food knowledge (p-value 1,000), peer group (p-value 0,344), online food delivery (p-value 1,000), dan residential distance to fast food outlets (p-value 0,685). After knowing the research results, it is hoped that college students can eat healthier foods and limit the use of social media and the influence of advertisements and fast food promotions.
S-11729
Depok : FKM UI, 2024
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
