Ditemukan 35415 dokumen yang sesuai dengan query :: Simpan CSV
In the Performance Based Capitation (KBK) payment system, the performance achievement of First Level Health Facilities (FKTP) will be calculated based on the indicators of Contact Rate, Non-Specialist Referral Ratio, and Controlled Prolanis Participant Ratio as the basis for capitation payments. This research is a non-experimental research using a quantitative approach, which aims to determine the relationship between the status of implementation of KBK consequences, the ratio of doctors to participants, fulfillment of infrastructure, scope of services and financial management patterns of Community Health Centers with the value of KBK achievements at Puskesmas in the North Sumatra Province region in 2023. From the results of this research, the KBK achievement value for Puskesmas in North Sumatra Province in December 2023 is 2.8 or has not yet reached the target maximum. The ratio of doctors to participants and fulfillment of infrastructure have a significant relationship to the KBK achievement score. Fulfillment of doctors based on the number of registered participants, fulfillment of infrastructure and arrangements for the distribution of registered participants need to be paid attention to in order to improve performance in accordance with the provisions of Performance Based Capitation.
Abstrak
Imunisasi dasar lengkap (IDL) merupakan salah satu intervensi kesehatan masyarakat yang paling efektif dalam menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat penyakit menular, khususnya pada bayi dan balita. Cakupan IDL yang tinggi menunjukkan kinerja pelayanan kesehatan yang baik, sementara ketimpangan cakupan mencerminkan adanya tantangan dalam sistem pelayanan. Di Kabupaten Bogor tahun 2022, tercatat perbedaan mencolok antara Puskesmas Bojong Nangka dengan cakupan IDL sebesar 187,5% dan Puskesmas Ciapus yang hanya mencapai 15,35%. Perbedaan ini mengindikasikan adanya faktor-faktor penting yang memengaruhi keberhasilan maupun kegagalan cakupan imunisasi.
Tujuan: Mengetahui dan menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi cakupan imunisasi dasar lengkap di dua Puskesmas dengan cakupan kontras.
Metode: Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain studi kasus. Informan dipilih secara purposive dan terdiri dari tenaga kesehatan, kader, tokoh masyarakat, dan orang tua anak. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam dan telaah dokumen. Data dianalisis menggunakan pendekatan Kualitatif.
Hasil: Faktor Supply meliputi jumlah dan kompetensi tenaga kesehatan, ketersediaan sarana prasarana, serta dukungan dana. Faktor Demand mencakup pengetahuan dan kesadaran masyarakat, sosiodemografi, serta kepercayaan terhadap vaksin. Di Ciapus, ditemukan keterbatasan sumber daya dan resistensi terhadap imunisasi. Sebaliknya, Bojong Nangka menunjukkan kolaborasi aktif antara petugas dan masyarakat.
Kesimpulan: Penelitian ini menunjukkan adanya ketimpangan signifikan dalam cakupan imunisasi dasar lengkap (IDL) antara Puskesmas Bojong Nangka dan Ciapus di Kabupaten Bogor tahun 2022. Perbedaan tersebut dipengaruhi oleh kesalahan pencatatan data, faktor sosiodemografi, keterbatasan tenaga kesehatan, sarana prasarana, pendanaan, serta tingkat pengetahuan dan kepercayaan masyarakat terhadap imunisasi. Kolaborasi aktif antar petugas dan masyarakat serta dukungan lintas sektor terbukti efektif meningkatkan cakupan IDL. Strategi peningkatan cakupan perlu disesuaikan dengan karakteristik lokal guna mengatasi disparitas dan mencapai target kesehatan anak secara merata
Kata kunci: Imunisasi Dasar Lengkap, Cakupan Imunisasi, Ketimpangan Layanan, Tenaga Kesehatan, Sosiodemografi, Kepercayaan terhadap Vaksin
Abstrak Imunisasi dasar lengkap (IDL) merupakan salah satu intervensi kesehatan masyarakat yang paling efektif dalam menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat penyakit menular, khususnya pada bayi dan balita. Cakupan IDL yang tinggi menunjukkan kinerja pelayanan kesehatan yang baik, sementara ketimpangan cakupan mencerminkan adanya tantangan dalam sistem pelayanan. Di Kabupaten Bogor tahun 2022, tercatat perbedaan mencolok antara Puskesmas Bojong Nangka dengan cakupan IDL sebesar 187,5% dan Puskesmas Ciapus yang hanya mencapai 15,35%. Perbedaan ini mengindikasikan adanya faktor-faktor penting yang memengaruhi keberhasilan maupun kegagalan cakupan imunisasi. Tujuan: Mengetahui dan menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi cakupan imunisasi dasar lengkap di dua Puskesmas dengan cakupan kontras. Metode: Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain studi kasus. Informan dipilih secara purposive dan terdiri dari tenaga kesehatan, kader, tokoh masyarakat, dan orang tua anak. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam dan telaah dokumen. Data dianalisis menggunakan pendekatan Kualitatif. Hasil: Faktor Supply meliputi jumlah dan kompetensi tenaga kesehatan, ketersediaan sarana prasarana, serta dukungan dana. Faktor Demand mencakup pengetahuan dan kesadaran masyarakat, sosiodemografi, serta kepercayaan terhadap vaksin. Di Ciapus, ditemukan keterbatasan sumber daya dan resistensi terhadap imunisasi. Sebaliknya, Bojong Nangka menunjukkan kolaborasi aktif antara petugas dan masyarakat. Kesimpulan: Penelitian ini menunjukkan adanya ketimpangan signifikan dalam cakupan imunisasi dasar lengkap (IDL) antara Puskesmas Bojong Nangka dan Ciapus di Kabupaten Bogor tahun 2022. Perbedaan tersebut dipengaruhi oleh kesalahan pencatatan data, faktor sosiodemografi, keterbatasan tenaga kesehatan, sarana prasarana, pendanaan, serta tingkat pengetahuan dan kepercayaan masyarakat terhadap imunisasi. Kolaborasi aktif antar petugas dan masyarakat serta dukungan lintas sektor terbukti efektif meningkatkan cakupan IDL. Strategi peningkatan cakupan perlu disesuaikan dengan karakteristik lokal guna mengatasi disparitas dan mencapai target kesehatan anak secara merata Kata kunci: Imunisasi Dasar Lengkap, Cakupan Imunisasi, Ketimpangan Layanan, Tenaga Kesehatan, Sosiodemografi, Kepercayaan terhadap Vaksin
Abstrak
Pada tahun 2011, 235 juta orang di dunia menderita asma (WHO, 2011). Di Indonesia, prevalensi asma terus mengalami peningkatan yaitu sekitar 4,0% (Kemenkes, 2008). Penelitian ini menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan biaya perawatan pasien asma di RSUP Persahabatan. Desain penelitian adalah potong lintang (cross sectional). Sumber data primer didapatkan dari catatan rekam medik pasien. Sampel pada penelitian berjumlah 41 orang. Penelitian ini melibatkan 41 pasien terdiri dari 29 orang (70,7%) perempuan dan 12 (29,3%), 58,5% pasien tidak bekerja, 53% pasien menggunakan askes. Sebanyak 31,7% pasien asma menderita penyakit penyerta non TB dimana 36,6% pasien dirawat di kelas 1. Faktor-faktor yang berhubungan dengan total biaya perawatan pasien asma di RSUP Persahabatan adalah cara pembayaran, kelas perawatan, dan lama hari rawat.
In 2011, as many as 235 million people worldwide suffer from asthma (WHO, 2011). In Indonesia, the prevalence of asthma is increasing at about 4.0% (Ministry of Health, 2008).The general objective of this study was to analyze the factors associated with patient care costs of asthma in the department of Friendship.The study design was cross-sectional (cross-sectional). Sources of primary data obtained from the patient medical record. The samples in this study amounted to only 41 people. The study involved 41 patients, including 29 men (70.7%) women and 12 (29.3%) of men who had an average age of 43.60 years. 58.5% of patients did not work, 53% of patients using the health insurance payment. A total of 31.7% of patients with asthma suffer from comorbidities non TB where 36.6% of patients admitted to class 1. Factors associated with the total cost of patient care in the department of Friendship asthma among other means of payment, classroom maintenance, and long day care.
The change in financing patterns from fee for service to the INA-CBGs pattern is both an opportunity and a threat for hospitals. Opportunities arise if hospitals can run the JKN-KIS (National Health Insurance-Healthy Indonesia Card) program effectively so that claims are positive, otherwise JKN-KIS turns into a threat if the services provided by the hospital are not effective and efficient (Mardiah and Rivany, 2017). Therefore casemix and casemix index are important parameters. The aim of this research is to determine the hospital casemix and casemix index achievements as well as the relationship between hospital characteristics, patient characteristics and hospital capacity on hospital casemix and casemix index. This research uses claim data submitted by hospitals to BPJS Health, data related to hospital capacity is obtained from the hospital. Analysis was carried out univariate, bivariate and multivariate using multiple linear regression. The results of the research showed a significant relationship between the hospital class D variable and the hospital class B variable, the hospital BOR variable, the number of intensive beds, the number of cases with advanced equipment in inpatient care, the proportion of treatment class 3, the proportion of severity level 3 and the proportion of BP with inpatient casemix. There is a significant relationship between the variables of hospital class, type of hospital, hospital ownership, hospital BOR, number of intensive beds, proportion of class 3, proportion of severity level 3, proportion of BP and proportion of women with inpatient casemix index. There is a significant relationship between the variable hospital class D and hospital class B, hospital ownership, the variable proportion of women, the number of cases with advanced equipment in outpatient care, the proportion of elderly people and the proportion of BP to outpatient casemix. There is a significant relationship between the variables of hospital ownership, proportion of women, proportion of BP, number of cases with advanced equipment in the outpatient setting and number of operating rooms with the outpatient casemix index.
ABSTRAK Pengukuran kinerja puskesmas selama ini di Kabupaten Lima Puluh Kota adalah dengan melihat pencapaian program. Pengukuran ini kurang komprehensif, maka perlu dilakukan pengukuran yang lebih komprehensif, salah satunya yaitu dengan metoda balanced scorecard, dimana kinerja dilihat dari empat perpektif, yaitu perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal serta perspektif pertumbuhan dan pembelajaran. Penelitian ini bersifat deskriptif analisis yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang kinerja puskesmas rawat inap dengan pendekatan balanced scorecard. Data diambil di Puskesmas Pangkalan dan Puskesmas Dangungdangung pada bulan April – Mei 2008. Data yang digunakan adalah data primer untuk mengetahui tingkat kepuasan pelanggan dan tingkat kepuasan karyawan. Sedangkan data skunder untuk perspektif keuangan, perspektif proses bisnis internal dan perspektif pertumbuhan dan pembelajaran.. Hasil penelitian menunjukan bahwa kinerja Puskesmas Pangkalan pada perspektif keuangan belum baik, tingkat kepuasan pelanggan dilihat dari lima dimensi mutu adalah sebagai berikut: dimensi tangible sebesar 48,7% puas, reliability 35,9% puas, responsivess 51,3% puas, assurance 43,6% puas, empathy 35,9% puas. Pencapaian cakupan pelayanan puskesmas tahun 2005 sampai 2007 adalah sebagai berikut: cakupan K4 sebesar 78,5%, 87% dan 87%, cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan 72,6%, 92,5% dan 94%, cakupan imunisasi lengkap bayi 86,4%, 92%, 92%, cakupan berat badan balita naik 84,1%, 81%, 87%, penemuan penderita TB Paru 40%, 41,3% dan 42%, cakupan kampanye PHBS 40%, 60% dan 80% serta cakupan penyuluhan kesehatan lingkungan 40%, 75% dan 80%. Tingkat kepuasan karyawan sebesar 48,3% puas pada kebutuhan fisik/biologis, 65,5% puas pada kebutuhan rasa aman, 48,3% puas pada kebutuhan bersosialisasi, 72,4% puas pada kebutuhan penghargaan dan 65,5% puas pada kebutuhan aktualisasi diri. Tingkat absensi dari tahun 2005 sampai 2007 adalah 0,97%, 0,80% dan 0,70%. Akses pendidikan dan pelatihan dari tahun 2005 sampai 2007 adalah 2 , 3 dan 3 orang. Sedangkan kinerja Puskesmas Dangung-dangung, perspektif keuangan belum baik, tingkat kepuasan pelanggan pada dimensi tangible sebesar 49,1% puas, reliability 50,9 % puas, responsivess 49,1% puas, assurance 35,1% puas, empathy 40,4% puas. Pencapaian cakupan pelayanan puskesmas tahun 2005 sampai 2007 adalah sebagai berikut: cakupan K4 sebesar 91,7%, 89,7% dan 78,2%, cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan 100%, 100% dan 81%, cakupan imunisasi lengkap bayi 65,5%, 93%, dan 95,5%, cakupan berat badan balita naik 68,7%, 79,5%, 85,5%, penemuan penderita TB Paru 40%, 40,5% dan 36,8%, cakupan kampanye PHBS 79,5%, 67,4% dan 82% serta cakupan penyuluhan kesehatan lingkungan 68,8%, 81,3% dan 100%. Tingkat kepuasan karyawan sebesar 38,7% puas pada kebutuhan fisik/biologis, 61,3% puas pada kebutuhan rasa aman, 54,8% puas pada kebutuhan bersosialisasi, 22,6% puas pada kebutuhan penghargaan dan 45,2% puas pada kebutuhan aktualisasi diri. Tingkat absensi dari tahun 2005 sampai 2007 adalah 0,91%, 0,89% dan 0,70%. Akses pendidikan dan pelatihan dari tahun 2005 sampai 2007 adalah 1 , 2 dan 2 orang Daftar bacaan : 37 (1992 - 2007).
ABSTRACT The measure of puskesmas performance at Kabupaten Lima Puluh Kota is to see how much the programmed has been achieved. But this measuring is not comprehensive, so there is a need to perform a properly comprehensive measurement, which is balanced scorecard method, the performance was observed on four perspectives, which is finance perspective, customer perspective, internal business process perspective, and growth and training perspective. This study is designed to use descriptive analytic researched which aim to a picture of puskesmas in-impatience performance through balanced scorecard method. Data been collected from Puskesmas Pangkalan and Puskesmas Dangung-dangung since April – May 2008. The utilized data is primary data to know the customer satisfaction level and employee satisfaction. Meanwhile secondary data was applied to finance perspective, internal business process perspective, and growth and training perspective. The research shows that Puskesmas Pangkalan performance are finance perspective is not good, customer satisfaction can obtained from five quality dimension, there are : tangible dimension as 48,7% satisfied, reliability 35,9% satisfied, responsiveness 51,3% satisfied, assurance 43,6% satisfied, empathy 35,9% satisfied, The achievement of Puskesmas service coverage on 2005 until 2007 as follows K4 coverage as 78,5%, 87% and 87%, delivery coverage by health personnel 72,6%, 92,5% and 94%, baby complete immunization coverage 86,4%, 92%, 92%, increased infant weight coverage was 84,1%, 81%, 87%, founding TB Paru patient 40%, 41,3% and 42%, PHBS campaign coverage 40%, 60% and 80% and coverage of counseling for environment health 40%, 75% and 80%. Employee satisfaction level at 48,3% satisfied on availability of physically/biologically need, 65,5% satisfied on safety on work need, 48,3% satisfied on socialization need, 72,4% satisfied on achievement reward need, and 65,5% satisfied on self actualization need. Absence range on 2005 until 2007 was 0,97%, 0,80% and 0,70%. Access to found properly training and sufficient education from 2005 until 2007 was 2, 3 and 3 personnel. Meanwhile the performance of Puskesmas Dangung-dangung are finance perspective is not good, customer satisfaction level at tangible dimension as 49,1% satisfied, responsiveness 49,1% satisfied, assurance 35,1% satisfied , empathy 40,4% satisfied. The achievement of Puskesmas service coverage on 2005 until 2007 as follows K4 coverage as 91,7%, 89,7% and 78,2%, delivery coverage by health personnel 100% and 100%, and 81%, baby complete immunization coverage 65,5%, 93%, and 95,5%, increased infant weight coverage was 68,7%, 79,5%, 85,5%, founding TB Paru patient 40%, 40,5% and 36,8%, PHBS campaign coverage 79,5%, 67,4% and 82% and coverage of counseling for environment health 68,8%, 81.3% and 100%. Employee satisfaction level at 38,7% satisfied on availability of physically/biologically need, 61,3% satisfied on safety on work need, 54,8% satisfied on socialization need, 22,6% satisfied on achievement reward need, and 45,2% satisfied on self actualization need. Absence range on 2005 until 2007 was 0, 91%, 0, 89% and 0, 70%. Access to found properly training and sufficient education from 2005 until 2007 was 1, 2 and 2 personnel. Bibliography: 39 (1992 – 2007)
Program kesehatan bagi pensiunan karyawan PT. Krakatau Steel dikelola oleh Bapelkes PT. Krakatau Steel berdasarkan Surat Keputusan Direktur Sumber Daya Manusia PT. Krakatau Steel No. 901DIR.SDM&U/X/2003. Salah satu yang mendasari pembenukan Bapelkes PT. Krakatau Steel adalah adanya data yang menunjukkan bahwa biaya kesehatan terus meningkat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pengeluaran kesehatan untuk pensiunan karyawan PT. Krakatau Steel. Metode penelitian ini adalah survei analitik dengan mengunakan rancangan cross sectional 1 potong lintang dimana pengukuran variabel bebas dan variabel terikat dilakukan secara bersamaan. Data diambil adalah data sekunder Bari Bapelkes PT. Krakatau Steel Cilegon selazna periode April 2004 sampai dengan Maret 2005, Unit analisis pada penelitian ini adalah individu. Variabel bebas terbagi dalam 3 variabel utama dan terbagi Iagi dalam 13 sub variabel. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata pengeluaran kesehatan per peserta per tahun adalah Rp. 2.351.658. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa semua variabel bebas didapatkan perbedaan yang signifikan dengan biaya kesehatan. Pemodelan akhir pada analisis multivariat digunakan analisis regresi linier berganda dan didapatkan hasil variabel bebas yang masuk model regresi adalah kunjungan rawat jalan, jumlah lembar resep rawat jalan, jumlah rujukan ke dokter ahli, jumlah pemeriksaan penunjang, proporsi admisi kasus rawat inap bedah, jumlah admisi kasus rawat inap, proporsi 'kunjungan kasus penyakit degeneratif kronis, umur dan provider dengan persamaan : Y = 5,25+0,018X 1+0,026X2+0,029X3+0,054X4+0,404X5+0,328X6+0,395X7+0,002X8 -0,078X9 Y = Pengeluaran kesehatan dalam bentuk fungsi log Xi = Kunjungan rawat jalan , X2= Jumlah lembar resep rawat jalan X3 = Jumlah rujukan ke dokter ahli , X4 = Jumlah pemeriksaan penunjang X5 = Proporsi admisi kasus rawat inap bedah, X6 = Admisi kasus rawat inap X7 = Proporsi kunjungan kasus penyakit degeneratif kronis X3 = Umur, Xq = Provider Hipotesis yang diajukan bahwa utilisasi pelayanan kesehatan, proporsi kunjungan kasus degeneratif kronis dan karakteristik peserta terbukti berhubungan signifikan dengan pengeluaran kesehatan sesuai teori. Disarankan untuk lebih menyempurnakan pencatatan dan pelaporan untuk mempermudah evaluasi terhadap pengeluaran kesehatan selanjutnya serta dilakukan penelitian lebih lanjut.
Based on Regulation I Policy of Human Rescources Director by Surat Keputusan Direktur Sumber Daya Manusia PT. Krakatau Steel No. 901DIR.SDM&UIX12003, Healthcare program for PT Krakatau Steel pensioners and their family was organized by Bapelkes PT. KS. One of many reasons, Bapelkes was created because of data which shown increase of cost trend fro health care. This research objective is to find out presumed factors related to medical expense for retired man and their family. This research is an analytical survey using cross sectional. Dependent and independent variables are measured stimultanneously. Secondary data was taken from Bapelkes PT. Krakatau Steel Cilegon within April 2004 until March 2005. Independent variables were divided on 3 major variables and split on 13 sub variables. The result of this research shown average of medical expense per member was Rp. 2.351.658 . Bivariate analysis shown all of independent variables have significant difference to medical expense. The last modeling in multivariate analysis using multiple regression indicate outpatient visit rate, outpatient prescription rate, referral rate, diagnostic and laboratory rate, proportion of admission surgery inpatient cases, the rate of admission inpatient cases, proportion of degenerative disease cases, age and provider, were match and the model is : Y = 5,25+0,018X 1 +0,026X2+0,029X3+0,054X4+0,404X5+0,328X6+0,395X7+0,002X8 -0,078X9 Y = Medical Expenses in logaritmic form Xi = Outpatient visit rate, X2 = Outpatient prescription rate X3 = Referral rate, X4 = Diagnostic and laboratory rate X3 = Proportion of of admission surgery inpatient cases, X5 = The rate of admission inpatient cases X7 = Proportion of degenerative disease cases X5 = Age, X9 = Provider The hypothesis which had been made in this research that the utilization of medical services, proportion of degenerative disease cases and caracteristic of member were evidence bases significantly related to medical expenses as with theoritical. It is recommended to improve qualified medical report for upgrading and make next evaluation more easy. It is recommended too for further research.
