Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 39158 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Petrorima Selva; Pembimbing: Tri Krianto; Penguji: Diah Mulyawati Utari, Siti Arifah Pujonarti, Yayuk Farida Baliwati, Subanri
Abstrak:
Penelitian ini membahas pengetahuan dan sikap masyarakat terkait perilaku konsumsi ikan lokal sebagai makanan penambah gizi bayi usia 6-24 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Sebangki Kabupaten Landak Kalimantan Barat. Hasil penelitian ini yaitu Perilaku masyarakat ditunjukan dengan perilaku memberi makan bayi usia 6-24 bulan mulai dari kuahnya hingga porsi ikan dalam jumlah setengah potong. Masyarakat hanya memberikan kuah ikan karena kekhawatiran terkena koreng, bentol, dan gatal pada anak ataupun tidak sempat membersihkan duri pada ikan. Ikan yang dikonsumsi adalah ikan yang dijual di pasar maupun ikan yang didapatkan dari sungai dengan cara pengolahan digoreng, disup atau disalai. Masyarakat juga jarang mengonsumsi ikan karena tidak suka mengkonsumsi ikan sehingga anaknya juga tidak mengkonsumsi ikan. Pengetahuan masyarakat ditunjukan dengan informan yang tidak mengetahui kandungan gizi yang terdapat pada ikan, namun mereka mengetahui kalau ikan baik untuk tumbuh kembang anak. Sikap masyarakat yakni ditunjukan dengan penyikapan untuk memberikan ikan kepada anaknya ketika sudah berusia satu tahun. Masyarakat juga menyikapi pantangan memakan ikan khususnya ikan lokal untuk bayi usia dibawah satu tahun.

This research discusses community knowledge and attitudes regarding the behavior of consuming local fish as food to increase nutrition for babies aged 6-24 months in the Sebangki Community Health Center Working Area, Landak Regency, West Kalimantan. The results of this research are that community behavior is shown by the behavior of feeding babies aged 6-24 months, starting from soup to half a portion of fish. People only give fish broth because they are worried about children getting scabs, bumps and itching or not having time to clean the spines on the fish. The fish consumed is fish sold in markets or fish obtained from rivers by frying, soup or grilling. People also rarely eat fish because they don't like eating fish, so their children don't eat fish either. Community knowledge is shown by informants who do not know the nutritional content contained in fish, but they know that fish is good for children's growth and development. The community's attitude is shown by the attitude of giving fish to their children when they are one year old. The community also prohibits eating fish, especially local fish, for babies under one year old.
Read More
T-6994
Depok : FKM UI, 2024
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Sakinah Hadirama; Pembimbing: Diah Mulyawati Utari; Penguji: Dian Ayubi, Nur Alam Fajar, Desi Kurniati
Abstrak:
Berdasarkan data SKI 2023 prevalensi kejadian diare pada balita masih tinggi terutama pada kelompok umur 6-24 bulan yaitu 11,8% dengan proporsi yang cukup tinggi di salah satu kota di Sumatera Selatan yaitu Lubuklinggau ditemukan kasus diare sebanyak 4.187 balita di tahun 2022 dan terdapat 581 kasus di wilayah kerja Puskesmas Simpang Periuk Lubuklinggau Selatan II kemudian meningkat pada tahun 2023 yakni 619 kasus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan faktor perilaku dan non perilaku terhadap kejadian diare pada bayi usia 6-24 bulan di wilayah kerja puskesmas simpang periuk lubuklinggau selatan II. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan mix method yang terdiri dari metode penelitian kuantitatif dan kualitatif. Teknik pengambilan sampel yaitu quota sampling dengan total responden 200 ibu yang memiliki bayi usia 6-24 bulan. Analisis penelitian ini terdiri dari analisis univariat, bivariat dengan uji statistik chi square, dan multivariat dengan uji regresi logistik ganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perilaku pemberian makanan papahan (p-value=0,002), perilaku higiene ibu (p-value=0,008), ketersediaan sumber air bersih (p-value=0,014), imunisasi rotavirus (p-value=0,018), pengetahuan ibu (p-value=0,031), dan riwayat ASI eksklusif (p-value=0,003) memiliki hubungan signifikan terhadap kejadian diare pada bayi usia 6-24 bulan. Adapun variabel yang paling berhubungan terhadap kejadian diare pada bayi usia 6-24 bulan adalah variabel perilaku higiene ibu (p-value=0,006; Exp (B)=5,624; CI= 2,465-12,835) yang artinya perilaku higiene ibu dengan kategori buruk berpeluang 5,6 kali lebih tinggi untuk anaknya mengalami kejadian diare. Oleh karena itu diperlukan penyampaian sosialisasi/edukasi kesehatan secara berkelanjutan tentang bahaya kejadian diare serta menumbuhkan kesadaran para ibu untuk menerapkan pola asuh yang tepat mencakup perilaku higiene, penyediaan sumber makanan, ketersediaan air bersih, peningkatan pengetahuan, pemberian imunisasi rotavirus dan ASI eksklusif agar bayi tidak terkena diare.

Based on SKI 2023 data, the prevalence of diarrhea in toddlers is still high, especially in the 6-24 month age group, which is 11.8% with a fairly high proportion in one of the cities in South Sumatra, namely Lubuklinggau, 4,187 toddlers were found to have diarrhea cases in 2022 and there were 581 cases in the work area of the Simpang Periuk Lubuklinggau Selatan II Health Center, then increasing in 2023 to 619 cases. This study aims to determine the relationship between behavioral and non-behavioral factors and the incidence of diarrhea in infants aged 6-24 months in the work area of the Simpang Periuk Lubuklinggau Selatan II Health Center. This study used a cross-sectional design with a mix method including quantitative and qualitative research method. The sampling technique was quota sampling with a total of 200 respondents who had babies aged 6-24 months. The analysis of this study consisted of univariate analysis, bivariate with chi square statistical tests, and multivariate with multiple logistic regression tests. The results of this study indicate that the behavior of giving papahan food (p-value = 0.002), maternal hygiene behavior (p-value = 0.008), availability of clean water sources (p-value = 0.014), rotavirus immunization (p-value = 0.018), maternal knowledge (p-value = 0.031), and history of exclusive breastfeeding (p-value = 0.003) have a significant relationship to the incidence of diarrhea in infants aged 6-24 months. The variable that is most related to the incidence of diarrhea in infants aged 6-24 months is the variable of maternal hygiene behavior (p-value = 0.006; Exp (B) = 5.624; CI = 2.465-12.835) which means that maternal hygiene behavior in the poor category has a 5.6 times higher chance for their children to experience diarrhea. Therefore, it is necessary to provide continuous health education/socialization about the dangers of diarrhea and to raise awareness among mothers to implement appropriate parenting patterns including hygiene behavior, provision of food sources, availability of clean water, increasing knowledge, providing rotavirus immunization and exclusive breastfeeding so that babies do not get diarrhea.
Read More
T-7303
Depok : FKM UI, 2025
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Rifka Silmia; Pembimbing: Evi Martha; Penguji: Trini Sudiarti, Fatmiaty
Abstrak: Stunting adalah permasalahan gizi yang ada di Indonesia yang masih terjadi di seluruhwilayah Indonesia. Hal tersebut mendorong pemerintah Indonesia melakukan berbagaiupaya menekan angka stunting. Beberapa dampak stunting adalah meningkatkankematian anak, perkembangan kognitif motorik dan bahasa pada anak yang menurun danperawakan pendek saat dewasa. Pemberian makan baduta yang tepat menjadi salah satufaktor yang dapat mempengaruhi status gizi baduta. Penting bagi ibu untuk melakukanpemberian makan baduta yang sesuai ajaran WHO/DEPKES. Penelitian ini bertujuanuntuk mengetahui gambaran perilaku ibu dalam pemberian makan pada baduta stuntingusia 6-24 bulan dan faktor yang berperan terhadap perilaku ibu dalam pemberian makanbaduta stunting meliputi faktor predisposisi, penguat dan pemungkin.Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus denganteknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam secara daring dantelaah dokumen. Penelitian dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Kampung melayu daribulan Maret-Juli 2020. Sampel dipilih secara purposive sesuai kriteria inklusi daneksklusi. Informan penelitian terdiri dari lima ibu yang memiliki baduta stunting usia 6-24 bulan, lima informan dari keluarga dan tiga informan kunci (Kepala PuskesmasKelurahan Kampung Melayu, Staf puskesmas bagian gizi dan kader posyandu). Hasilpenelitian menunjukkan bahwa belum ada ibu baduta yang melakukan pemberian makankepada baduta secara menyeluruh sesuai WHO. Pengetahuan, dan tradisi (Faktorpredisposisi) berperan terhadap perilaku ibu dalam pemberian makan baduta stunting.Selanjutnya faktor penguat yang berperan adalah dukungan keluarga dan kader posyandu,sedangkan sebagai pendorong yang berperan adalah daya beli keluarga.
Kata kunci:baduta ; perilaku ibu ; pemberian makan ; stunting
Read More
S-10365
Depok : FKM UI, 2020
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Kezia Chrisiavinta; Pembimbing: Ella Nurlealla Hadi; Penguji: Dian Ayubi, Putu Partini
Abstrak:
Kabupaten Kapuas khususnya wilayah Kecamatan Basarang rentan mengalami kelemahan dalam penerimaan vaksin COVID-19 dosis booster pertama. Angka capaian vaksinasi COVID-19 dosis booster pertama pada bulan November tahun 2022, yaitu sebesar 1.864 jiwa (9,83%). Angka capaian tersebut masih jauh dari tingkat capaian yang telah ditentukan yaitu sebesar 18.691 jiwa sudah tervaksinasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku penerimaan vaksin COVID-19 dosis booster pertama dan faktor-faktor terkait, berdasarkan teori health belief model pada masyarakat di Kecamatan Basarang, Kabupaten Kapuas, Provinsi Kalimantan Tengah. Penelitian ini menggunakan disain cross sectional, yang datanya dikumpulkan melalui instrumen kuesioner secara online dan teknik pengambilan sampel quota sampling. Dari 150 responden diketahui bahwa sebanyak 51,3% responden menunjukan keinginan untuk menerima vaksin booster pertama. Selain itu diketahui pula bahwa persepsi kerentanan (p = 0,002), persepsi keparahan (p = 0,0001), persepsi manfaat (p = 0,0001), isyarat untuk bertindak (p = 0,0001), dan sub-variabel demografi yaitu anggota keluarga berisiko (p = 0,0001) berhubungan dengan perilaku penerimaan vaksinasi booster pertama COVID-19 di Puskesmas Basarang. Variabel yang memiliki pengaruh terbesar terhadap penerimaan vaksin booster pertama pada penelitian ini adalah isyarat untuk bertindak, dengan nilai POR (95% CI: 4.265-21.624), hal ini berarti responden yang memiliki isyarat bertindak tinggi memiliki peluang 9,6 kali lebih besar untuk berperilaku penerimaan vaksin booster pertama dibandingkan dengan yang isyarat bertindaknya rendah. Puskesmas Basarang dapat melakukan edukasi yang bertujuan untuk meningkatkan perilaku penerimaan vaksin sekaligus mengajarkan targetnya untuk dapat secara aktif merekomendasikan perilaku penerimaan vaksin COVID-19 kepada orang disekitarnya.

Kapuas Regency, especially the Basarang District area, is prone to experiencing weaknesses in receiving the first booster dose of the COVID-19 vaccine. The achievement of the first booster dose of COVID-19 vaccination in November 2022 is 1,864 people (9.83%) is still far from the predetermined ability level, namely 18,691 people have been vaccinated. This study aims to determine the behavior of receiving the first booster dose of the COVID-19 vaccine and other related factors, based on the theory of the health belief model in the community in Basarang District, Kapuas Regency, Central Kalimantan Province. This study used a cross-sectional study, which was collected through an online questionnaire instrument also using quota sampling technique to calculate the sample size. Of the 150 respondents, we discovered that 51.3% of the respondents indicated a desire to receive the first booster vaccine. In this study perceived susceptibility (p = 0.002), perceived severity (p = 0.0001), perceived benefits (p = 0.0001), cues to actions. (p = 0.0001), and the demographic sub-variable, namely at-risk family members (p = 0.0001) had a significant relationship with the desire to receiving the first booster vaccine. The variable that had the greatest influence on receiving the first booster vaccine in this study was cues to actions, with a POR (95% CI: 4.265-21.624). Therefore, KIE activities such as counseling is needed, with the focused aims to teach the target to be able to actively recommend the behavior of receiving the COVID-19 vaccine to people around them.
Read More
S-11178
Depok : FKMUI, 2023
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Maulidyah Ananda; Pembimbing: Ella Nurlaela Hadi; Penguji: Caroline Endah Wuryaningsih, Asfi Raihan
Abstrak:
Kecamatan Bolo adalah salah satu Kecamatan yang ditetapkan sebagai daerah kejadian luar biasa (KLB) DBD pada bulan Maret Tahun 2023. Hal ini dapat dipicu oleh kurangnya penerapan perilaku pencegahan DBD. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku pencegahan DBD pada masyarakat di Kecamatan Bolo. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional pada 110 responden berusia 17-60 tahun diambil secara consecutive sampling. Data dikumpulkan dengan cara responden mengisi kuesioner secara mandiri yang sebelumnya telah diujicobakan. Hasil penelitian menunjukkan responden memiliki perilaku pencegahan DBD dengan rata-rata nilai 64 dari skala 100. Hasil analisis variabel yang berhubungan dengan perilaku pencegahan DBD adalah: jenis kelamin (p=0,002), usia (p= 0,001,r= 0,307), pengetahuan (p= 0,001, r=0,43, persepsi manfaat (p=0,001, r=0,360) dan isyarat bertindak (p=0,006, r=0,360) sedangkan variabel yang tidak berhubungan dengan perilaku pencegahan DBD persepsi kerentanan (p=0,805, r=0,024), persepsi keparahan (p=0,266, r=0,107 dan persepsi hambatan (p=0,190, r=0,126). Atas dasar tersebut maka pemberian edukasi dan promosi kesehatan yang dilakukan secara rutin dengan metode-metode yang sesuai sangat diperlukan untuk meningkatkan perilaku pencegahan DBD.

Bolo District is one of the districts designated as a DHF outbreak area in March 2023. This could be triggered by the lack of implementation of DHF prevention behaviors. This study aimed to determine the factors associated with dengue prevention behavior in the community in Bolo. This study used a cross sectional study design on 110 respondents aged 17-60 years taken by consecutive sampling. Data was collected by respondents filling out a questionnaire independently which had previously been tested. The results of this study showed that the respondents had a good dengue prevention behavior which was 64 of a scale of 100. The results of the analysis of variables correlated with dengue prevention behavior, gender (p = 0.002), age (p = 0.001, r = 0.307), knowledge (p = 0.001, r = 0.43, perceived benefits (p = 0.001, r = 0.360) and cues to action (p = 0.006, r = 0.360), 006, r=0.360) while variables that were not correlated with DHF prevention behavior were perceived susceptibility (p=0.805, r=0.024), perceived severity (p=0.266, r=0.107 and perceived barriers (p=0.190, r=0.126). Providing education and health promotion that is carried out routinely with appropriate methods is needed to improve dengue prevention behavior.
Read More
S-11542
Depok : FKM-UI, 2024
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Tabina Martiza Alam; Pembimbing: Ella Nurlaela Hadi; Penguji: Tiara Amelia, Andika Achmad Prasetia
Abstrak:
Penggunaan rokok di masyarakat sudah dianggap sebagai suatu kebiasaan normal. Global Youth Tobacco Survey menemukan bahwa prevalensi merokok pada anak usia kurang dari 20 tahun tercatat sebesar 75% dengan rincian 23,1% mulai di usia 10-14 tahun dan 52,1% mulai di usia 15-19 tahun. Badan Pusat Statistik menunjukkan prevalensi merokok tembakau pada penduduk usia 15 tahun ke atas terus mengalami peningkatan setiap tahun. Sebagai upaya peningkatan pencegahan dan pengendalian masalah merokok pada remaja, Kementerian Kesehatan membuat rangkaian program Skrining Perilaku Merokok Pada Anak Usia Sekolah (SPMAS). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran perilaku merokok dan skrining kadar CO smoker pada anak usia sekolah di wilayah kerja UPTD Puskesmas Beji Tahun 2023. Metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan desain penelitian observasional deskriptif. Pada penelitian ini semua populasi pada data laporan program dijadikan subyek penelitian, yaitu sebesar 313 responden. Dari penelitian ini, sebanyak 65 responden (20,8%) menggunakan rokok dan sebanyak 31 responden (9,9%) memiliki kadar CO yang berbahaya. Untuk itu, perlu dilakukan upaya peningkatan kesadaran dengan memberikan edukasi kepada warga sekolah dan orang tua siswa terkait bahaya merokok sehingga dapat membuat warga sekolah dan orang tua siswa lebih paham dan mulai menghindari perilaku merokok baik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan rumah.

Cigarette use in society is considered a normal habit. Global Youth Tobacco Survey found that the prevalence of smoking in children aged less than 20 years was recorded at 75% with details of 23.1% starting at the age of 10-14 years and 52.1% starting at the age of 15-19 years. The Central Bureau of Statistics shows the prevalence of tobacco smoking in the aged population 15 years and above continues to increase every year. To improve the prevention and control of smoking problems in adolescents, the Ministry of Health created a series of Smoking Behavior Screening for School-Age Children (SPMAS) programs. This study aims to determine the description of smoking behavior and screen for CO levels of smokers in school-age children in the Beji Community Health Center UPTD working area in 2023. The research method used was quantitative with a descriptive observational research design. In this study, all populations in the program report data were used as research subjects, namely 313 respondents. From this study, 65 respondents (20.8%) used cigarettes and 31 respondents (9.9%) had dangerous CO levels. For this reason, efforts need to be made to increase awareness by providing education to school residents and parents of students regarding the dangers of smoking so that school residents and parents of students can understand more and start avoiding smoking behavior both in the school environment and at home.
Read More
S-11848
Depok : FKM UI, 2025
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Donal Simajuntak; Pembimbing: Rita Damayanti; Agustin Kusumayati; Penguji: Dewi Susanna, Calvin Watimena
T-3062
Depok : FKM-UI, 2009
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Tsalitsa Putri; Pembimbing: Dian Ayubi; Pennguji: Ella Nurlaella Hadi, Tri Yunis Miko Wahyono, Liska Sari, Eem Suhaemi
Abstrak:
Anak usia 6-12 tahun memiliki kerentanan terhadap karies gigi. Kesehatan gigi anak perlu mendapat perhatian orang tua khususnya dari ibu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui determinan perilaku ibu dalam pencegahan karies gigi anak berdasarkan teori Health Belief Model. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan 140 ibu siswa. Terpilih enam SDN dengan teknik cluster random sampling. Jumlah sampel dihitung dengan rumus proportional sampling dan sampel diambil secara systematic random sampling. Data dikumpulkan dengan wawancara menggunakan kuesioner yang dianalisis secara univariat, bivariat dan multivariat. Hasil penelitian menunjukkan 53,6 % ibu berperilaku kurang dalam pencegahan karies gigi anak. Persepsi individu yang berhubungan dengan perilaku ibu adalah persepsi kerentanan dan efikasi diri. Efikasi diri adalah faktor paling dominan berhubungan dengan perilaku ibu, artinya ibu dengan efikasi diri rendah berpeluang 3,4 kali untuk memiliki perilaku kurang dalam pencegahan karies gigi anak dibandingkan ibu dengan efikasi diri yang tinggi setelah dikontrol oleh persepsi kerentanan dan persepsi hambatan (OR:3,475,95%CI:1,653-7,306). Untuk itu, perlu ditingkatkan efikasi diri ibu dengan edukasi dan penyuluhan serta membentuk kelompok dukungan ataupun forum online

Children aged 6-12 years have vulnerabilities to dental caries. Children's dental health needs to get good attentions of parents, especially from mothers. This study aims to determine the determinants of maternal behavior in preventing dental caries in children based on the theory of the Health Belief Model. This study used a cross-sectional design on 140 students’ mothers. Six elementary schools were selected using the cluster random sampling technique. The number of samples were calculated using the proportional sampling formula and the samples were collected using systematic random sampling. Data was gathered by interviewes using questionnaires which were analyzed by univariate, bivariate and multivariate. The results showed that 53.6% of mothers had poor behaviors in preventing children dental caries. Individual perceptions related to mother's behavior are perceptions of vulnerability and self-efficacy. Self-efficacy is the most dominant factor related to maternal behavior, meaning that mothers with low self-efficacy are 3.4 times more likely to demonstrate deficiencies in preventing dental caries in children than those with high self-efficacy after being controlled by perceived vulnerability and perceived obstacles (OR: 3,475 .95%CI:1.653-7.306). For this reason, it is esenssial to increase mothers’ self-efficacy with education and counseling as well as forming support groups or online forums.
Read More
T-6706
Depok : FKM-UI, 2023
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Arindayani; Pembimbing: Rina A. Anggorodi; Penguji: Dien Anshari, Siti Masyitah Rahma
S-5650
Depok : FKM-UI, 2009
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Edy Gunawan; Pembimbing: Dian Ayubi; Penguji: Dien Anshari, Ella Nurlaella Hadi, Eko Wijiastuti, Iam Minerva
Abstrak: Tingkat partisipasi masyarakat berkunjung ke posyandu di wilayah kerja Puskesmas Air Putih 18,2%. Cakupan tersebut dibawah cakupan Kota Samarinda 24,38% dan Provinsi Kaltim 39,81%. Kondisi tersebut membuat banyak balita yang ada tidak terpantau status gizinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui determinan perilaku kunjungan Posyandu pada ibu balita. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional, pengumpulan data dilakukan melalui kunjungan rumah dengan pengisian kuesioner secara mandiri oleh responden. Sampel penelitian berjumlah 139 Ibu balita yang dipilih secara acak pada 13 Posyandu. Analisis multivariat menggunakan regresi logistik berganda. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 74,8% Ibu balita memiliki kunjungan rutin ke Posyandu. Faktor yang berhubungan signifikan terhadap perilaku kunjungan ke Posyandu pada ibu balita adalah pekerjaan (p=0,08), pengetahuan (p=0,001), dan sikap (p=0,005). Pengetahuan merupakan faktor yang paling dominan pada penelitian ini, Ibu balita dengan pengetahuan tinggi memiliki peluang 4,5 kali lebih besar melakukan kunjungan rutin ke Posyandu setelah dikontrol variabel pekerjaan dan sikap. Saran bagi Tim Pokjanal Posyandu Kota Samarinda agar melakukan evaluasi capaian D/S dan mengusulkan anggaran Probebaya untuk sosialisasi pentingnya kunjungan rutin ke Posyandu setiap bulan.
The level of community participation in visiting posyandu in the working area of the Puskesmas Air Putih is 18.2%. This coverage is below the coverage of Samarinda City 24.38% and East Kalimantan Province 39.81%. This condition makes many children under five whose nutritional status is not monitored. This study aims to determine the behavioral determinants of Posyandu visits to Toddler mothers. This study used a cross-sectional design, data collection was carried out through home visits by filling out the questionnaires independently by the respondents. The research sample was 139 Toddler mothers who were randomly selected at 13 Posyandu. Multivariate analysis using multiple logistic regression. The results showed that 74.8% of Toddler mothers had regular visits to Posyandu. Factors that were significantly related to the behavior of visiting Posyandu on Toddler mothers were work (p=0.08), knowledge (p=0.001), and attitude (p=0.005). Knowledge is the most dominant factor in this study. Mothers with high knowledge have a 4.5 times greater chance of making routine visits to Posyandu after controlling for work and attitude variables. Suggestions for the Samarinda City Posyandu Pokjanal Team to evaluate D/S achievements and propose a Probebaya budget for socializing the importance of routine visits to Posyandu every month.
Read More
T-6725
Depok : FKM-UI, 2023
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive