Ditemukan 29561 dokumen yang sesuai dengan query :: Simpan CSV
Siti Sarah Nurhaqqi; Pembimbing: Rita Damayanti; Penguji: Evi Martha, Kartika Anggun Dimar Setio, Zulmely, Adang Mulyana
Abstrak:
Read More
Investigasi Kontak (IK) merupakan kegiatan pelacakan dan investigasi yang ditujukan pada orang-orang yang kontak dengan pasien TB untuk menemukan terduga TB. Puskesmas Cirimekar turut melaksanakan IK dengan meminta seluruh kontak serumah pasien TB BTA (+) dan BTA (-) untuk melakukan pemeriksaan dahak secara gratis di puskesmas. Puskesmas memberikan kemudahan dengan menitipkan pot dahak untuk kontak serumah melalui pasien. Namun kemudahan tersebut belum bisa menjangkau seluruh kontak serumah untuk melaksanakan IK. Hal ini diduga disebabkan adanya stigma asosiasi yaitu seseorang mendapatkan stigma berdasarkan pergaulannya dengan individu lain yang mengalami stigma. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus yang dilakukan dengan wawancara mendalam pada keluarga pasien TB, pasien TB, dokter, perawat serta Kepala Puskesmas pada bulan Juni 2024. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui stigma asosiasi yang menghambat pelaksanaan investigasi kontak TB pada anggota keluarga pasien TB di wilayah kerja Puskesmas Cirimekar dan evaluasi untuk mengetahui efektivitas pelaksanaan program dengan menggunakan kerangka kerja Reach, Effectiveness, Adoption, Implementation, Maintenance (RE-AIM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan IK di Puskesmas Cirimekar masih belum efektif ditinjau dari jangkauan, efektivitas, adopsi, implementasi dan pemeliharaan. Dalam penelitian ini terdapat stigma asosiasi yang dirasakan oleh keluarga pasien TB namun faktor yang lebih dominan sebagai penghambat IK yaitu kurangnya pengetahuan keluarga pasien TB tentang penyakit TB.
Contact Investigation (CI) is a tracking and investigation activity aimed at individuals who have had contact with TB patients to identify suspected TB cases. Puskesmas Cirimekar is also conducting CI by requesting all household contacts of TB patients (both smear-positive and smear-negative) to undergo free sputum examination at the health center. The health center facilitates by collecting sputum samples from household contacts through the patients, but this convenience has not reached all household contacts to participate in the CI. This is thought to be due to association stigma, namely that someone gets stigma based on their association with other individuals who experience stigma. This is a qualitative study with a case study approach conducted through in-depth interviews with TB patients' families, TB patients, doctors, nurses, and the head of the health center in June 2024. The objective of this research is to determine the association stigma that hinders the implementation of TB contact investigations among family members of TB patients in the Cirimekar Community Health Center working area and evaluation to determine the effectiveness of program implementation using the Reach, Effectiveness, Adoption, Implementation, Maintenance (RE-AIM) framework. The research results indicate that the implementation of CI at Puskesmas Cirimekar is still ineffective in terms of reach, effectiveness, adoption, implementation, and maintenance. In this study, there is a perceive association stigma experienced by TB patients families, but the dominant inhibiting factor in seeking treatment is the lack of knowledge of the TB patient's family about TB.
T-7144
Depok : FKM UI, 2024
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Hafizha Astia; Pembimbing: Rita Damayanti; Penguji: Dian Ayubi, Lhuri Dwianti Rahmartani, Retno Kusuma Dewi, Windy Oktavina
Abstrak:
Read More
Tuberkulosis (TBC) merupakan penyakit kuno yang sampai sekarang masih menjadi masalah, maka diperlukan program penanggulangan secara aktif promotif, salah satunya melalui investigasi kontak (IK), yaitu kegiatan pelacakan dan investigasi pada orang-orang yang kontak dengan pasien untuk menemukan terduga TBC. IK semestinya dilaksanakan oleh puskesmas, namun tidak semua pasien TBC berobat di puskesmas. Klinik JRC-PPTI menyediakan layanan tes cepat molekuler (TCM) secara gratis sehingga memungkinkan untuk dilaksanakan IK. Petugas kesehatan akan menanyakan jumlah dan usia dari orang yang tinggal serumah dengan pasien dan memintanya untuk datang ke saat jadwal kontrol berikutnya. Namun, adanya hambatan kontak untuk datang langsung memodifikasi IK di klinik JRC-PPTI, berupa pemeriksaan secara tidak langsung bagi keluarga pasien yang tidak bisa datang dengan menitipkan sampel dahak pada pot dahak yang sebelumnya sudah dititipkan pada pasien saat berobat, selanjutnya sampel dibawa kembali pada jadwal kontrol berikutnya. Ternyata, dengan kemudahan yang diberikan, masih sedikit keluarga pasien melakukan IK sehingga diperlukannya evaluasi untuk mengetahui hambatan dari pelaksana program menggunakan kerangka kerja RE-AIM dan perspektif penerima menggunakan teori health belief model (HBM). Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus yang dilakukan dengan wawancara mendalam kepada pasien TBC, keluarga pasien, dokter, perawat dan pimpinan klinik. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hambatan pelaksanaan investigasi kontak serumah difasilitas kesehatan swasta dari persepsi klinik dan kontak serumah. Dari hasil penelitian, ditemukan beberapa hambatan dalam pelaksanaan program IK di Klinik Utama JRC-PPTI yang meliputi jangkauan, efektifitas, adopsi, implementasi dan pemeliharaan. Sementara pelaksanaan IK di klinik utama JRC-PPTI dipengaruhi oleh persepsi kerentanan, keparahan, manfaat dan isyarat berperilaku.
Tuberculosis (TB) is an ancient disease that remains a problem even today, necessitating an actively promotive and preventive program. One of the strategies used is contact investigation (CI), which involves tracing and investigating individuals who have had contact with TB patients to identify potential TB cases. Ideally, CI should be carried out by primary healthcare centers, but not all TB patients seek treatment at such facilities. JRC-PPTI Clinic provides free rapid molecular testing (RMT) services, enabling the implementation of CI. Healthcare workers inquire about the number and ages of individuals living with the patient and request them to come for their next scheduled follow-up. However, there are contact barriers preventing them from coming in person, which modifies the CI process at JRC-PPTI Clinic. Instead, an indirect examination is conducted for family members who cannot come by having them deposit a sputum sample in a previously provided container, which is then collected during the next scheduled follow-up visit. Despite the convenience provided, only a few family members of TB patients participate in CI. Therefore, an evaluation is needed to identify the barriers to program implementation using the RE-AIM framework and the perspectives of recipients using the Health Belief Model (HBM) theory. This qualitative research adopts a case study approach and involves in-depth interviews with TB patients, their families, doctors, nurses, and clinic leaders. The objective of this study is to identify the barriers to implementing household contact investigation in a private healthcare facility from the clinic's and household contacts' perspectives. The research findings reveal several obstacles to the implementation of CI at JRC-PPTI Main Clinic, including reach, effectiveness, adoption, implementation, and maintenance. Meanwhile, the implementation of CI at the JRC-PPTI main clinic is influenced by perceptions of vulnerability, severity, benefits, and behavioral cues.
T-6763
Depok : FKM-UI, 2023
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Yeni Kusuma Dewi; Pembimbing: Ella Nurlaella Hadi; Penguji: Caroline Endah Wuryaningsih, Helda, Galuh Budhi Leksono Adhi, Sito Hatmoko
Abstrak:
Read More
Kontak serumah merupakan faktor paling dominan penyebab TB pada anak, untuk mencegahnya perlu diberikan obat Terapi Pencegahan Tuberkulosis (TPT). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku ibu dalam pemberian TPT pada anak dengan kontak serumah pasien TB di Wilayah Puskesmas Kabupaten Banyumas tahun 2023. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, desain studi kasus pada 14 orang informan utama, yakni 9 ibu yang memberikan TPT dan 5 orang ibu yang tidak memberikan TPT. Informan kunci terdiri dari 9 keluarga ibu yang memberi TPT dan 5 keluarga ibu yang tidak memberi TPT, 6 kader TB, 6 petugas Puskesmas dan Kasi P2PM Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas. Pengumpulan data dengan wawancara mendalam, forum group discussion dan observasi. Dilakukan pada bulan Mei-Juni 2023 dan dianalisis secara tematik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar ibu yang menjalani TPT telah melakukan perilaku pemberian TPT sesuai standar tata laksana pemberian TPT, kecuali untuk waktu pemberian obat, stok obat TPT selalu tersedia di Puskesmas, namun terbatas sehingga cakupan TPT rendah. Ibu mendapat dukungan keluarga dan tenaga kesehatan yang baik, namun belum mendapatkan dukungan kader TB. Ibu memberikan imbalan kepada anak agar mau minum obat TPT. Ibu yang tidak memberikan TPT pada anaknya kurang memiliki pengetahuan, dukungan keluarga, kader dan tenaga kesehatan. Perilaku ibu dalam pemberian TPT dipengaruhi persepsi kerentanan, keparahan terkait penyakit TB serta manfaat, hambatan dan kepercayaan diri dalam pemberian TPT. Dorongan yang didapatkan ibu untuk memberikan TPT berasal dari keluarga, teman sebaya yang memiliki pengalaman dengan penyakit TB, kader, petugas kesehatan, media sosial dan pengalaman dari ibu yang tidak ingin anaknya terkena TB. Untuk itu, diperlukan pelatihan kepada tenaga kesehatan untuk dapat melakukan strategi promosi kesehatan dan pengelolaan logistik dalam pemberian TPT.
Household contact is the most dominant factor causing TB in children. However, to prevent the cause it is necessary to be given the drugs of Tuberculosis Preventive Therapy (TPT). This study aims to determine the behavior of mothers in giving TPT to children with household contacts of TB patients in Public Health Center of Banyumas District in 2023. This study uses a qualitative approach and case study design on 14 main informants, they are 9 mothers who provided TPT and 5 mothers which did not provide TPT. The key informants consisted of 9 mothers’ family who provided TPT and 5 mothers’ family who did not, 6 TB cadres, 6 Puskesmas officers and Head of P2PM Section of the Banyumas District Health Office. Data collection was conducted through in-depth interviews, forum group discussion and observation in May-June 2023 and analyzed thematically. The results showed that most of the mothers who experience TPT had carried out the behavior of giving TPT in accordance with the TPT administration standard, except for the time of drug administration. TPT drug stock was always available at the Puskesmas, but it was limited so TPT coverage became low. Mothers have received positive family and health worker support, but they have not received the support of TB cadres. Mothers reward children for taking TPT drugs. Mothers who do not give the drug to their children have less knowledge and insufficient support from families, cadres and health workers. Mother's behavior in giving TPT is influenced by perceptions of vulnerability, severity related to TB disease, benefits, barriers and confidence to give TPT. The encouragement that mothers get to provide TPT came from family, peers who have experience with TB disease, cadres, health workers, social media and experiences from mothers who do not want their children to get TB. For this reason, training is needed for health workers to be able to carry out health promotion strategies and manage logistics in administering TPT.
T-6631
Depok : FKM-UI, 2023
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Lela Mustikawati; Pembimbing: Ella N. Hadi; Penguji: Soedarto Ronoatmodjo, Anwar Hassan, Imran Pambudi, Wayan Sri Agustini
Abstrak:
Persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan dapat menjadi upaya untukmenurunkan kematian ibu. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahuigambaran pemilihan penolong persalinan dan determinannya di wilayah kerjaPuskesmas Rumpin Kabupaten Bogor. Penelitian menggunakan disain crosssectional, pengumpulan data melalui wawancara menggunakan kuisioner pada200 ibu yang melahirkan tahun 2015. Hasil penelitian menunjukkan 59,5% ibumemilih tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan. Pendidikan, dukungankeluarga dan masalah pada kehamilan dan persalinan berhubungan denganpemilihan penolong persalinan. Dukungan keluarga merupakan faktor yangdominan berhubungan dengan pemilihan penolong persalinan, ibu yang memilikidukungan keluarga yang kuat mempunyai peluang 22 kali untuk memilih tenagakesehatan sebagai penolong persalinan dibanding ibu yang dukungan keluarganyakurang setelah dikontrol oleh masalah pada kehamilan dan persalinan, ANC danpendidikan.
Kata kunci : penolong persalinan, tenaga kesehatan, parajiDaftar Pustaka : 55 (1997-2015)
Deliveries attended by health workers may become an effort to reduce maternalmortality. The aim of this study is to analyze factors associated with the birthattendants selection in Rumpin Public Health Center. Cross sectional design, andinterview using a questionnaire on 200 maternity mothers 2015 were used in thisstudy. The results showed 59,9% were delivered by health workers. Education,family support and problem in pregnancy and delivery are associated with birthattendants selection. Family support was a dominant factor associated with birthattendants selection, mothers who are certain had 22 times opportunity fordeliveries attended by health workers than mothers who uncertain, oncecontrolled by problem in pregnacy and delivery, education and ANC.
Keywords: birth attendant, health workers, parajiReferences : 55 (1997-2015)
Read More
Kata kunci : penolong persalinan, tenaga kesehatan, parajiDaftar Pustaka : 55 (1997-2015)
Deliveries attended by health workers may become an effort to reduce maternalmortality. The aim of this study is to analyze factors associated with the birthattendants selection in Rumpin Public Health Center. Cross sectional design, andinterview using a questionnaire on 200 maternity mothers 2015 were used in thisstudy. The results showed 59,9% were delivered by health workers. Education,family support and problem in pregnancy and delivery are associated with birthattendants selection. Family support was a dominant factor associated with birthattendants selection, mothers who are certain had 22 times opportunity fordeliveries attended by health workers than mothers who uncertain, oncecontrolled by problem in pregnacy and delivery, education and ANC.
Keywords: birth attendant, health workers, parajiReferences : 55 (1997-2015)
T-4695
Depok : FKM UI, 2016
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Faiza Salsabila; Pembimbing: Rita Damayanti; Penguji: Dian Ayubi, Kartika Anggun Dimar Setio, Dadun, I Ketut Sudiatmika
Abstrak:
Read More
ODS seringkali mendapatkan stigmatisasi dan perlakuan diskriminatif dari masyarakat. Perlu adanya upaya untuk memahami faktor-faktor yang menjadi sumber stigma supaya intervensi anti-stigma dapat lebih efektif. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain studi kasus yang dilakukan dengan wawancara mendalam ke 6 orang informan utama (ODS) dan 4 orang informan kunci (tenaga kesehatan RSJ X yang terdiri dari psikiater, psikolog dan perawat serta Dirkeswa Kemenkes RI). Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengetahui secara mendalam gambaran dinamika stigma pada Orang Dengan Skizofrenia (ODS) dengan pendekatan “What Matters Most” di RSJ X Kota Bogor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai-nilai atau norma-norma yang dijunjung tinggi di masyarakat secara umum adalah penerimaan sosial, produktivitas dan pernikahan. Manifestasi stigma yang dialami ODS terdiri dari stigma diri dan stigma publik. Stigmatisasi dan perilaku diskriminatif terjadi di rumah, tempat ibadah, fasilitas kesehatan dan fasilitas umum seperti pasar maupun sekolah. Model eksplanatori gangguan mental terdiri dari keyakinan kausal, istilah stigmatisasi, hubungan gejala dengan peningkatan stigma dan interseksionalitas. Hambatan yang dialami ODS berasal dari aspek pendidikan dan pekerjaan. Kurangnya ketersediaan sumber daya kesehatan mental dan infrastruktur pada fasilitas kesehatan menjadi faktor pendukung stigma. Stigma pada ODS memengaruhi pencarian pengobatan alternatif, konsistensi pengobatan, dan penyembunyian diagnosis.
People with Schizophrenia (PwS) often receive stigmatization and discriminatory treatment from society. Understanding the factors that are the source of stigma is needed, so that anti-stigma interventions can be more effective. This thesis discusses the description of the "What Matters Most" factors: the dynamics of stigma among PwS at RSJ X Bogor City. This research is a qualitative research with a case study design which was conducted using in-depth interviews with 6 main informants (PwS) and 4 key informants (RSJ X health workers consisting of psychiatrists, psychologists and nurses as well Directorate of Mental Health, Ministry of Health of the Republic of Indonesia). The general aim of this research is to find out the description of the "What Matters Most" factors that can influence the dynamics of stigma in PwS at RSJ X Bogor City. The research results show that the values or norms that are upheld in society in general are social acceptance, productivity and marriage. The manifestations of stigma experienced by PwS consist of self-stigma and public stigma. Stigmatization and discriminatory behavior occurs in homes, places of worship, health facilities and public facilities such as markets and schools. Explanatory models of mental disorders consist of causal beliefs, stigmatization terms, the relationship of symptoms to increased stigma and intersectionality. The obstacles experienced by PwS come from educational and employment aspects. The lack of availability of mental health resources and infrastructure in health facilities is a contributing factor to stigma. The stigma of PwS influences the search for alternative treatment, consistency of treatment, and concealment of diagnosis.
T-7141
Depok : FKM UI, 2024
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Muhamad David Setiadi; Pembimbing: Evi Martha; Penguji: Tri Krianto, Tri Yunis Miko Wahyono, Tri Krianto Karjoso;Tri Yunis Miko Wahyono;Adang Mulyana; Mochamad Hidayat
Abstrak:
Deteksi dini atau screening merupakan salah satu strategi penting dalam tatalaksana diabetes melitus, skrining perlu dilakukan karena memiliki manfaat positif, antara lain dapat mendeteksi faktor resiko penyakit kronis.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui intensi pada golongan dewasa muda dalam melakukan screening penyakit diabetes wilayah kerja Puskesmas Bojonggede Kabupaten Bogor. Metode penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan populasi dewasa muda (usia 18 - 40 tahun) dengan pendekatan Theory of Planned Behavior. Hasil analisis menunjukkan variabel yang mempunyai hubungan signifikan dengan intensi yaitu sikap, norma subjektif dan perceived behavior control, sedangkan yang paling dominan adalah variabel sikap. Responden dengan sikap positif mempunyai peluang 7,34 kali untuk memiliki intensi melakukan skrining diabetes yang baik setelah dikontrol oleh variabel norma subjektif dan perceived behavior control.
Early detection or screening is an important strategy in managing diabetes mellitus, screening needs to be done because it has positive benefits, including being able to detect risk factors for chronic disease. The purpose of this study was to determine the intention of young adults in carrying out screening diabetes in the working area of the Bojonggede Public Health Center, Bogor Regency. The research method used is cross sectional with the young adult population (age 18 -40 years) with the approach Theory of Planned Behavior. The results of the analysis show that the variables that have a significant relationship with intention are attitudes, subjective norms and perceived behavior control, while the most dominant is the physical variable. Respondents with a positive attitude have a 7.34 times chance of having the intention to do a good diabetes screening after being controlled by the variable subjective norms and perceived behavior control.
Read More
Early detection or screening is an important strategy in managing diabetes mellitus, screening needs to be done because it has positive benefits, including being able to detect risk factors for chronic disease. The purpose of this study was to determine the intention of young adults in carrying out screening diabetes in the working area of the Bojonggede Public Health Center, Bogor Regency. The research method used is cross sectional with the young adult population (age 18 -40 years) with the approach Theory of Planned Behavior. The results of the analysis show that the variables that have a significant relationship with intention are attitudes, subjective norms and perceived behavior control, while the most dominant is the physical variable. Respondents with a positive attitude have a 7.34 times chance of having the intention to do a good diabetes screening after being controlled by the variable subjective norms and perceived behavior control.
T-6697
Depok : FKM-UI, 2023
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Niken Agus Tianingrum; Pembimbing: Soekidjo Notoatmodjo; Penguji: Tri Ktianto, Besral, Rachmat Hargono
Abstrak:
Stigma terhadap ODHA telah menjadi masalah global yang epideminya selalu menyertai epidemi HIV dan AIDS. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara faktor internal dan eksternal dengan stigma terhadap ODHA pada pelajar SMA di Surabaya Selatan melalui pendekatan kuantitatif menggunakan data primer pada 785 responden di 11 SMA pada bulan Maret-Mei 2015. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 53,2% pelajar memiliki stigma terhadap HIV&AIDS. Faktor paling dominan yang berhubungan stigma terhadap HIV&AIDS adalah pengaruh orang tua (p=0,0001; OR=6,05; 95% CI= 4,077-8,978) yang berarti pelajar yang terpengaruh sikap negatif orang tuanya akan berpeluang melakukan stigma 6,05 kali lebih besar dibandingkan yang tidak terpengaruh setelah dikontrol oleh pengetahuan, keterlibatan program, pengaruh teman sebaya, dan pengaruh guru. Kesimpulannya adalah pelajar yang memiliki pengetahuan rendah, tidak terlibat program, dan terpengaruh sikap teman sebayanya, guru di sekolah, dan orang tua cenderung akan melakukan stigma. Saran dari penelitian ini adalah dengan memaksimalkan peran orang tua, guru, dan teman sebaya dalam mengurangi stigma serta dan optimalisasi program HIV&AIDS berbasis sekolah. Kata kunci: HIV&AIDS, Pelajar SMA, ODHA, Stigma
Read More
T-4371
Depok : FKM-UI, 2015
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Antonia Viena Hemo; Pembimbing: Rita Damayanti; Penguji: Evi Martha, Gabriel Amir
Abstrak:
Read More
Pemasungan kerap dijadikan keluarga sebagai upaya terakhir untuk mengendalikan kondisi pasien dengan gangguan jiwa berat. Akan tetapi, alih-alih mengurangi beban, praktik pemasungan justru menjadi stressor baru bagi keluarga. Stressor ini muncul dalam bentuk beban perawatan yang meningkat karena pasien harus dirawat di rumah dan membutuhkan perhatian serta pengawasan secara terus-menerus. Tujuan dari penelitian ini adalah ingin mengetahui beban perawatan, serta dinamika koping caregiver dan noncaregier yang melakukan perawatan pada pasien gangguan jiwa berat selama masa pemasungan di wilayah urban dan rural yang berada di Kabupaten Manggarai. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pengumpulan data melalui wawancara mendalam semi-terstruktur pada informan utama, informan kunci, dan informan tambahan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa beban yang dirasakan oleh caregiver dan noncaregiver sangat bervariasi, baik dari aspek objektif dan subjektif. Variasi ini turut memengaruhi strategi koping yang digunakan, dimana setiap individu menyesuaikan cara mengatasi beban berdasarkan jenis beban yang dialami. Oleh karena itu, diperlukan kerja sama antara Pemerintah Daerah Kabupaten Manggarai bersama Dinas Kesehatan Kabupaten Manggarai dalam merancang program yang bertujuan untuk mengurangi beban perawatan serta mendukung penguatan strategi koping yang lebih adaptif, baik caregiver maupun noncaregiver.
Restraint is often used by families as a last resort to manage the condition of relatives with severe mental illness. However, instead of decreasing the burden, this practice often becomes a new stressor for the family. This stressor emerges in the form of an increased caregiving burden, as the patient must be cared for at home and requires constant attention and supervision. The aim of this study is to explore the caregiving burden and the coping dynamics of both caregivers and noncaregivers who are involved in the care of patients with severe mental illness during the period of restraint in both urban and rural areas of Manggarai Regency. This research employed a qualitative method, with data collected through semi-structured in-depth interviews with primary informants, key informants, and additional informants. The findings reveals that the burden experienced by caregivers and noncaregiers varies significantly, both in objective and subjective dimension. These variation also influence the coping strategies employed, as each individuals adapts their coping mechanisms according to the type and intensity of the burden they face. Therefore, collaboration between the Manggarai Regency Government and the Manggarai Regency Health Office is essential in designing programs aimed at reducing the caregiving burden and strengthening more adaptive coping strategies for both caregivers and noncaregivers.
S-11918
Depok : FKM UI, 2025
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Maureen Syahailatua; Pembimbing: Rita Damayanti; Penguji: Evi Martha, Dini Dachlia
Abstrak:
Pada penelitian ini bagaimana pola penundaan pencarian pengobatan (Appraisal Delay, Illness Delay, Utilization Delay) pada masyarakat tidak mampu, yang tidak tercover BPJS PBI di Kampung Sela Eurih Desa Sumur Batu Tahun 2020. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif, melaluipendekatan studi kasus. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah in-depth interview (wawancara mendalam) dengan jumlah sampel 7 orang warga Kampung Sela Eurih.
Read More
S-10574
Depok : FKM-UI, 2021
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Annesya Yusvita Iskandar; Pembimbing: Evi Martha; Penguji: Dien Anshari, Yusef Gunawan
Abstrak:
Read More
Data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 menunjukkan bahwa prevalensi konsumsi minuman manis ≥1 kali per hari tertinggi terdapat pada anak usia 5–9 tahun (53%), usia 3–4 tahun (51,4%), dan 10–14 tahun (50,7%). Beberapa penelitian menunjukkan adanya hubungan antara pengetahuan, sikap, dan praktik orang tua terhadap konsumsi minuman berpemanis dalam kemasan (MBDK) pada anak. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengetahuan, sikap, dan praktik orang tua dalam membatasi konsumsi MBDK pada anak sekolah dasar di SDN X Kabupaten Bogor. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pengumpulan data melalui wawancara mendalam dan observasi tertutup pada informan yang dipilih secara purposive. Hasil penelitian menunjukkan orang tua memiliki pengetahuan dasar mengenai definisi, jenis, dan dampak MBDK, tetapi pengetahuan mereka terkait label nilai gizi masih kurang. Orang tua juga memiliki sikap tidak mendukung terhadap konsumsi MBDK. Terdapat ragam praktik pencegahan yang dilakukan oleh orang tua seperti nasihat, peringatan tegas, substitusi minuman sehat, hingga pembatasan uang jajan pada anak. Di sisi lain, seluruh informan tidak menerima informasi mengenai MBDK dari sekolah. Oleh karena itu disarankan kepada sekolah untuk menyelenggarakan edukasi rutin kepada orang tua siswa untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap mereka sebagai salah satu upaya pencegahan konsumsi MBDK berlebih pada siswa sekolah dasar.
The 2023 Indonesian Health Survey (SKI 2023) shows that daily consumption of sweetened beverages (≥1 time/day) is highest among children aged 5–9 years (53%), followed by those aged 3–4 years (51.4%) and 10–14 years (50.7%). Previous studies have indicated a link between parental knowledge, attitudes, and practices and children's consumption of sugar-sweetened packaged beverages. This qualitative study aimed to explore parental knowledge, attitudes, and practices in limiting SSBs consumption among elementary students at SDN X Bogor Regency. Data were collected through in-depth interviews and non-participant observation with purposively selected informants. Findings revealed that parents had basic knowledge about the definition, types, and health impacts of SSBs, but limited understanding of nutrition labels. Most parents showed unsupportive attitudes toward SSBs consumption. Preventive practices included giving advice, firm warnings, providing healthier alternatives, and limiting pocket money. However, none of the parents had received SSB-related information from the school. This study suggests that school should implement regular educational programs for parents to improve their knowledge and attitudes, as a preventive strategy against excessive SSB consumption among elementary school children.
S-11896
Depok : FKM-UI, 2025
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
