Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 32749 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Nurul Eka Saputri; Pembimbing: Budi Hartono; Penguji: Bambang Wispriyono, Didik Supriyono
Abstrak:
Tuberkulosis paru merupakan sebuah penyakit yang menular sehingga mengakibatkan kesehatan buruk dan juga salah satu dari sepuluh penyebab kematian paling atas di dunia. Penyebab penyakit tuberkulosis paru yakni Mycobacterium tuberculosis. Penyakit tuberkulosis paru masih menjadi salah satu masalah Kesehatan di kota bogor dari tahun 2020-2022. Tujuan: Menganalisis hubungan cakupan rumah sehat, cakupan rumah tangga ber PHBS, fasilitas kesehatan dan kepadatan penduduk terhadap kasus tuberkulosis paru di Kota Bogor pada tahun 2020-2022. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi ekologi berbasis waktu. Hasil: Hasil analisis korelasi menunjukkan bahwa Rumah sehat (p=0,256), Rumah ber-phbs (p=-0,257), Fasilitas Kesehatan (p=0,338), Kepadatan penduduk (p=-0,943) terhadap kejadian tuberkulosis paru. Kesimpulan: Terdapat hubungan signifikan antara fasilitas Kesehatan dan kepadatan penduduk terhadap kejadian tuberkulosis. Dan terdapat hubungan yang tidak signifikan antara rumah sehat dan rumah tangga ber-phbs terhadap kejadian tuberkulosis paru.

Tuberculosis is an infectious disease that causes poor health and is also one of the top ten causes of death in the world. The cause of tuberculosis (TB) is Mycobacterium tuberculosis. Tuberculosis is still a health problem in the city of Bogor from 2020-2021. Objective: To analyze the relationship between healthy home coverage, PHBS household coverage, health facilities and population density on pulmonary tuberculosis (TB) cases in Bogor City in 2020-2022. Method: This research is a quantitative research with a time-based ecological study design. Results: The results of the correlation analysis show that healthy houses (p=0.256), houses with PHBS (p=-0.257), health facilities (p=0.338), population density (p=-0.943) affect the incidence of tuberculosis. Conclusion: There is a significant relationship between health facilities and population density on the incidence of tuberculosis. And there is an insignificant relationship between healthy homes and households with PHBS on the incidence of tuberculosis
Read More
S-11793
Depok : FKM UI, 2024
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Riska Yuanda Silviana; Pembimbing: Laila Fitria; Penguji: Umar Fahmi Achmadi, Didik Supriyono
Abstrak: Tuberkulosis paru salah satu masalah kesehatan yang masih dihadapi di dunia termasuk di wilayah Indonesia, dan masalah kesehatan ini memiliki kaitan dengan lingkungan disekitarnya. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari hubungan antara cakupan rumah sehat, cakupan rumah tangga ber-PHBS, fasilitas kesehatan dan kepadatan penduduk terhadap kasus tuberkulosis paru di Kabupaten Bogor pada tahun 2018-2020. Penelitian dilakukan dengan desain studi ekologi pada populasi kecamatan di Kabupaten Bogor sebanyak 40 kecamatan. Hasil penelitian menunjukkan variabel yang berhubungan signifikan dengan tuberkulosis paru yaitu fasilitas kesehatan, dengan keeratan hubungan yang kuat dan berpola positif (r = 0.564). Variabel kepadatan penduduk juga berhubungan signifikan dengan tuberkulosis paru, dengan keeratan hubungan yang sedang dan berpola positif (r = 0.393). Sedangkan variabel cakupan rumah sehat dan cakupan rumah tangga ber-PHBS tidak berhubungan signifikan dengan tuberkulosis paru. Oleh sebab itu, perlu mengoptimalkan program pencegahan dan pengendalian tuberkulosis paru terutama wilayah kecamatan dengan jumlah kasus yang tinggi.
Pulmonary Tuberculosis is one of the health problems in the world, including in Indonesia and it is related to the environment. This study aims to study the relationship between healthy home coverage, household PHBS coverage, health facilities, and population density in cases of pulmonary tuberculosis in Bogor Regency in 2018-2020. The research was conducted with an ecological study design on a population of as many as 40 sub - districts in Bogor District. The result of this research is the variable of a significant relation with pulmonary tuberculosis was health facilities, with strong relation and positive pattern correlation (r = 0.564). The population density variable was also significantly associated with pulmonary tuberculosis, with medium relation and positive pattern correlation (r = 0.393). Meanwhile the variables of healthy home coverage and PHBS household coverage do not have a significant correlation with pulmonary tuberculosis. Therefore, it is necessary to optimize the pulmonary tuberculosis prevention and control program, especially in sub-districts with a high number of cases
Read More
S-10947
Depok : FKMUI, 2022
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Mohammad Arief Syaifulloh; Pembimbing: Ririn Arminsih Wulandari; Penguji: Laila Fitria, Yulia Fitria Ningrum
Abstrak: Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan antara faktor individu meliputi jenis kelamin, lingkungan meliputi kepadatan penduduk dan cakupan rumah sehat, dan perilaku meliputi cakupan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) tatanan rumah tangga terhadap kasus tuberculosis di Kota Depok tahun 2015-2019. Metode penelitian yang digunakan yaitu studi ekologi menggunakan data sekunder dalam rentang tahun 2015-2019 berbentuk data agregat dari 11 kecamatan yang ada di Kota Depok sebagai unit analisisnya. Data diperoleh dari buku profil kesehatan Kota Depok yang diterbitkan oleh Dinas Kesehatan Kota Depok. Data dianalisis secara univariat dan bivariat lalu ditampilkan dalam bentuk tabel dan grafik.
Read More
S-10604
Depok : FKM UI, 2021
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Andri Kurnia; Pembimbing: Laila Fitria; Penguji: Dewi Susanna, Nurifa Handayani
Abstrak:
Latar belakang: Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit yang mudah menular melalui udara yang disebabkan bakteri Mycobacterium tuberculosis dan masih menjadi masalah kesehatan di dunia maupun Indonesia. Tingginya kasus TB dipengaruhi oleh berbagai faktor risiko, di antaranya faktor lingkungan, faktor perilaku, dan faktor pelayanan kesehatan. Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui hubungan antara faktor lingkungan meliputi cakupan rumah sehat dan kepadatan penduduk, faktor perilaku meliputi cakupan rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat, dan faktor pelayanan kesehatan meliputi fasilitas kesehatan dan angka keberhasilan pengobatan TB (success rate) terhadap kejadian TB paru BTA positif di Kota Surabaya tahun 2018-2022. Metode: Penelitian ini memakai data sekunder selama lima tahun (2018-2022) yang berasal dari Badan Pusat Statistik Kota Surabaya dan Dinas Kesehatan Kota Surabaya dengan metode studi ekologi. Hasil: Hasil dari penelitian menunjukkan variabel yang berhubungan dengan prevalensi TB paru BTA positif adalah variabel cakupan rumah sehat (r = -0,300), kepadatan penduduk (r = 0,343), dan fasilitas kesehatan (r = 0,302) dengan masing-masing keeratan hubungan sedang. Sementara itu, variabel cakupan rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat dan angka keberhasilan pengobatan TB tidak menunjukkan hubungan yang signifikan dengan prevalensi TB paru BTA positif. Kesimpulan: Variabel yang berhubungan dengan prevalensi TB paru BTA positif di Kota Surabaya tahun 2018-2022 adalah cakupan rumah sehat, kepadatan penduduk, dan fasilitas kesehatan. Dengan demikian, diperlukan upaya untuk mengendalikan faktor risiko yang berhubungan seperti peningkatan kondisi rumah dan edukasi rumah sehat, perizinan pembangunan wilayah, dan pengkajian efektivitas fasilitas kesehatan.

Background: Tuberculosis (TB) is an airborne disease caused by the bacterium Mycobacterium tuberculosis and is still a health problem in the world as well as Indonesia. The high incidence of TB is influenced by a variety of risk factors, including environmental factors, behavioral factors, and health care factors. The study aims to find out the relationship between environmental factors including healthy home coverage and population density, behavioral factors including coverage of families with clean and healthy living behavior, and health care factors including health facilities and the success rate of TB treatment against the prevalence of smear-positive pulmonary tuberculosis in Surabaya City in 2018-2022. Methods: The research uses secondary data for five years (2018-2022) from the Central Statistical Agency of Surabaya and the Health Service of Surabaya with the method of ecological study. Results: The results of the study showed that the variables associated with the prevalence of smear-positive pulmonary tuberculosis are the healthy home coverage variables (r = -0,300), population density (r =0,343), and health facilities (r = 0,302) with each of them having a moderate relationship. Meanwhile, the coverage of families with clean and healthy living behavior and the success rate of TB treatment, did not show a significant correlation with the prevalence of smear-positive pulmonary tuberculosis. Conclusion: Variables associated with the prevalence of smear-positive pulmonary tuberculosis in Surabaya City in 2018-2022 are the healthy home coverage variables, population density, and health facilities. Thus, efforts are needed to control associated risk factors such as improved housing conditions and healthy home education, territorial development permits, and evaluation of the effectiveness of health facilities.
Read More
S-11586
Depok : FKM-UI, 2024
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Natasha Shafa Amalia; Pembimbing: Budi Haryanto; Penguji: Fitri Kurniasari, Syafran Arrazy
Abstrak: Latar Belakang: Tuberkulosis (TB) paru adalah penyakit menular kronis yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis dan menjadi penyebab kematian menular nomor satu di dunia. Indonesia menempati peringkat kedua dengan beban TB tertinggi. Kabupaten Bogor menjadi wilayah dengan kasus TB tertinggi di Jawa Barat pada tahun 2023. Tujuan: Mengetahui hubungan antara faktor pelayanan kesehatan dan faktor individu terhadap incidence rate tuberkulosis paru di 20 kecamatan di Kabupaten Bogor pada tahun 2023 – 2024. Metode: Penelitian menggunakan desain studi ekologi dengan sampel 20 kecamatan di Kabupaten Bogor. Menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor dan BPS Kabupaten Bogor. Hasil: Hasil penelitian dengan variabel yang menunjukkan adanya hubungan yang signifikan terhadap incidence rate TB paru adalah cakupan pengobatan di Kabupaten Bogor (p = 0,000; r = 978), serta success rate di Kecamatan Leuwiliang (p = 0,004; r = 0,696), Kemang (p = 0,036; r = -0,543), dan Jasinga (p = 0,038; r = -0,540). Tidak terdapat hubungan signifikan pada variabel usia dan proporsi jenis kelamin (p>0,05). Kesimpulan: Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor disarankan untuk mengevaluasi metode penemuan kasus, memperkuat pelaporan TB oleh fasyankes, menyelenggarakan edukasi pentingnya pengobatan tuntas, serta meningkatkan intervensi pada kelompok berisiko.
Introduction: Pulmonary tuberculosis is a chronic infectious disease caused by Mycobacterium tuberculosis and is the leading cause of death from infectious diseases worldwide. Indonesia ranks second among countries with the highest TB burden. Bogor Regency had the highest number of TB cases in West Java in 2023. Objective: To determine the correlation between healthcare service factors and individual factors with the incidence of pulmonary tuberculosis in 20 sub-districts of Bogor Regency during 2023 – 2024. Methods: This study employed an ecological study design, with a sample of 20 sub-districts in Bogor Regency. Secondary data were obtained from the Bogor Regency Health Office and the Bogor Regency Central Bureau of Statistics. Results: The variable that showed a significant relationship with the incidence of pulmonary TB were treatment coverage in Bogor Regency (p = 0,000; r = 0,978), as well as treatment success rate in Leuwiliang sub-district (p = 0,004; r = 0,696), Kemang (p = 0,036; r = -0,543), and Jasinga (p = 0,038; r = -0,540). There was no significant correlation between the incidence rate and age or gender proportion (p>0,05). Conclusion: The Bogor Regency Health Office is advised to evaluate case-finding methods, strengthen TB reporting by health facilities, conduct education on the importance of completing treatment, and enhance interventions targeting at-risk groups.
Read More
S-11956
Depok : FKM-UI, 2025
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Amelia Putri; Pembimbing: Budi Haryanto; Penguji: Budi Hartono, Aria Kusuma
Abstrak: Tuberkulosis masih menjadi penyebab utama kematian di seluruh dunia, termasuk Indonesia sebagai negara ke-3 tertinggi penderita tuberkulosis di dunia. Sementara pada tingkat provinsi, Kota Depok berada pada urutan 11 dengan penyumbang kasus tuberkulosis terbanyak di Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara rumah sehat, cakupan pengobatan TB, dan angka keberhasilan pengobatan TB dengan Incidence Rate (IR) tuberkulosis di Kota Depok tahun 2021. Penelitian ini menggunakan desain studi ekologi berdasarkan tempat dengan populasi seluruh masyarakat yang tercatat di 11 kecamatan di Kota Depok yang terdiagnosis penyakit tuberkulosis. Hasil penelitian melalui uji korelasi menunjukkan variabel independen yang memiliki hubungan signifikan dengan Insidence Rate (IR) tuberkulosis adalah cakupan pengobatan di Kecamatan Bojongsari (p = 0.000). Sementara hasil uji korelasi cakupan rumah sehat, cakupan pengobatan TB, angka keberhasilan pengobatan TB di Kota Depok menunjukkan hubungan yang tidak signifikan. Hasil analisis lainnya, cakupan rumah sehat di Kota Depok memiliki keeratan hubungan lemah berpola negatif (r = -0.173), cakupan pengobatan TB memiliki keeratan hubungan lemah berpola positif (r = 0.184), dan angka keberhasilan pengobatan TB memiliki keeratan hubungan kuat berpola negatif (r = -0.584).
Tuberculosis is still the main cause of death worldwide, including Indonesia as the 3rd country with the highest number of tuberculosis sufferers in the world. Meanwhile, at the provincial level, Depok City is in 11th place with the largest contributor to tuberculosis cases in West Java Province. This study aims to determine the relationship between healthy homes, TB treatment coverage, and TB treatment success rates with the Incidence Rate (IR) tuberculosis in Depok City in 2021. This study uses an ecological study design based on place with a population of all communities recorded in 11 sub-districts in Depok. Depok City, which was diagnosed with tuberculosis. The results of the study through the correlation test showed that the independent variables that had a significant relationship with the Incidence Rate (IR) of tuberculosis is treatment coverage in Bojongsari District (p = 0.000). Meanwhile, the results of the correlation test between healthy home coverage, TB treatment coverage, and TB treatment success rates in Depok City showed an insignificant relationship. The results of other analyzes showed that the coverage of healthy homes in Depok City had a weak negative correlation (r = -0.173), TB treatment coverage had a weak positive correlation (r = 0.184), and the success rate of TB treatment had a strong negative correlation (r = -0.584).
Read More
S-11055
Depok : FKMUI, 2022
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Novia Dwiyanti; Pembimbing: Laila Fitria; Budi Hartono, Didik Surpiyono
Abstrak:
Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia termasuk di Indonesia. Kabupaten Bogor merupakan salah satu kabupaten/kota yang memiliki kasus TB paru tertinggi di Jawa Barat sejak tahun 2017. Faktor iklim berupa suhu, kelembaban, dan curah hujan diketahui dapat mempengaruhi keberadaan bakteri penyebab tuberkulosis untuk tumbuh dengan optimal. Kepadatan penduduk juga diketahui juga dapat mempengaruhi persebaran tuberkulosis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara faktor iklim (suhu udara, kelembaban, dan curah hujan) dan kepadatan penduduk dengan prevalensi tuberkulosis paru di Kabupaten Bogor. Penelitian ini menggunakan desain studi ekologi berdasarkan waktu untuk variabel iklim dan berdasarkan tempat untuk variabel kepadatan penduduk. Penelitian ini dilakukan di wilayah Kabupaten Bogor pada Bulan Januari 2020 hingga Desember 2021 dan 40 kecamatan di Kabupaten Bogor. Analisis data dilakukan dengan uji korelasi spearman. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata prevalensi tuberkulosis paru di Kabupaten Bogor pada tahun 2020 adalah 17.14 kasus per 100.000 dan pada tahun 2021 adalah 18.04 kasus per 100.000. Terdapat hubungan yang signifikan antara suhu dengan prevalensi uberkulosis paru pada tahun 2021 dengan hubungan korelasi kuat (p= 0.028, r= 0.632), namun tidak terdapat hubungan signifikan antara prevalensi tuberkulosis dengan kelembaban udara, curah hujan, dan kepadatan penduduk (p>0.05) pada tahun 2020 dan 2021. Sebagai kesimpulan, diketahui bahwa di antara variabel suhu, curah hujan, kelembaban, dan kepadatan penduduk, hanya terdapat 1 variabel yang berhubungan dengan tuberkulosis paru yaitu suhu udara pada tahun 2021.


Tuberculosis (TB) is an infectious disease that is still a public health problem in the world, including in Indonesia. Bogor Regency is one of the regencies/cities with the highest pulmonary TB cases in West Java since 2017. Climatic factors such as temperature, humidity, and rainfall are known to influence the presence of bacteria that cause tuberculosis to grow optimally. Population density is also known to influence the spread of tuberculosis. This study aimed to determine the relationship between climatic factors (air temperature, humidity, and rainfall) and population density with prevalence of pulmonary tuberculosis in Bogor Regency. This study used a time-based ecological study design for climate variables and place-based for population density variables. It was conducted in Bogor from January 2020 to December 2021 and 40 sub-districts in Bogor. Data were analysed using Spearman correlation test. Results showed the average prevalence of pulmonary tuberculosis in Bogor Regency in 2020 was 17.14 cases per 100,000 and in 2021 was 18.04 cases per 100,000. There was a significant relationship between temperature and the prevalence of pulmonary tuberculosis in 2021 with a strong correlation (p = 0.028, r = 0.632), but there was no significant relationship between the prevalence of tuberculosis with air humidity, rainfall, and population density (p>0.05) in 2020 and 2021. In conclusion, it is known that among the variables of temperature, rainfall, humidity, and population density, there is only 1 variable related to pulmonary tuberculosis, namely air temperature in 2021.
Read More
S-11484
Depok : FKM-UI, 2023
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Ariefanny Nabila; Pembimbing: Dewi Susanna; Penguji: Zakianis, Aria Kusuma
Abstrak:
Kondisi temperatur pesisir Jakarta yang terus meningkat akibat dampak dari perubahan iklim akan mempengaruhi penularan dan perkembangan penyakit, termasuk Tuberkulosis Paru. Kota Administrasi Jakarta Timur memiliki jumlah kasus TB Paru tertinggi di Provinsi DKI Jakarta dan terus mengalami kenaikan kasus. Penelitian ini menggunakan desain studi ekologi untuk menganalisis hubungan signifikan antara faktor mikro iklim dengan insiden TB Paru BTA (+). Hasil uji korelasi menunjukan adanya hubungan antara temperatur udara (lag 1: r= 0,1,93; lag 2: r= 0,289), kecepatan angin (lag 1: r= -0,139) dan curah hujan (lag 2: r= -0,173) dengan insiden TB Paru. Hasil analisis per bulan dan per tahun menunjukan hubungan antara faktor mikro iklim dengan insiden TB Paru BTA (+) pada periode musim basah. Faktor variabilitas mikro iklim dapat menggambarkan 0,8% dari insiden TB Paru BTA (+) yang sebenarnya. Kesimpulan dari penelitian ini adalah adanya hubungan searah antara temperatur udara, kecepatan angin, tekanan udara dan curah hujan tinggi terhadap insiden TB Paru. Sementara itu curah hujan yang rendah dan kelembaban relatif memiliki hubungan berlawanan arah dengan insiden TB Paru. Saran dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan deteksi dini potensi peningkatan kasus TB Paru dengan indikator mikro iklim, serta memfokuskan pencegahan dan pengendalian TB Paru di musim basah.

The condition of Jakarta's coastal temperature which continues to increase due to the impact of climate change will affect the transmission and development of diseases, including Pulmonary Tuberculosis. East Jakarta Administrative City has the highest number of pulmonary TB cases in DKI Jakarta Province and continues to experience an increase in cases. This study used an ecological study design to analyze the significant relationship between microclimatic factors and the incidence of AFB (+) pulmonary TB. The results of the correlation test showed that there was a relationship between air temperature (lag 1: r= 0.1.93; lag 2: r= 0.289), wind speed (lag 1: r= -0.139) and rainfall (lag 2: r= - 0.173) with the incidence of pulmonary TB. The results of analysis per month and per year show the relationship between microclimatic factors and the incidence of AFB (+) pulmonary TB in the wet season period. The microclimate variability factor can describe 0.8% of the actual incident (+) Lung TB. The conclusion of this study is that there is a unidirectional relationship between air temperature, wind speed, air pressure and high rainfall on the incidence of pulmonary TB. Meanwhile, low rainfall and relative humidity have an opposite relationship with the incidence of pulmonary TB. Suggestions from this study are to develop early detection of the potential increase in pulmonary TB cases with microclimate indicators, and focus on prevention and control of pulmonary TB in the wet season.
Read More
S-11424
Depok : FKM-UI, 2023
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Hanifatun Nisa Ath Thoriqoh; Pembimbing: Budi Haryanto; Penguji: Dewi Susanna, Budi Hartono, Ela Laelasari, Yulia Fitria Ningrum
Abstrak: Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi salah satu masalah kesehatan dan menjadi 10 besar penyebab kematian di dunia. Kota Jakarta Timur menjadi wilayah dengan jumlah kasus TB paru BTA positif terbanyak di DKI Jakarta pada tahun 2017 sebanyak 4.100 kasus. Faktor iklim, yang meliputi suhu, kelembaban dan curah hujan diketahui dapat mempengaruhi keberadaan bakteri M.tb untuk dapat hidup dengan optimum. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui distribusi dan korelasi faktor iklim dengan jumlah kasus TB paru BTA positif di Kota Jakarta Timur. Penelitian ini menggunakan desain studi ekologi berdasarkan waktu (time-trend study) dengan pendekatan spasial. Penelitian ini dilakukan di wilayah Kota Jakarta Timur pada bulan November - Desember
Read More
T-6115
Depok : FKM-UI, 2021
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Fadhilah Rasya Rahmadianingputri' Pembimbing: Zakianis; Penguji: R. Budi Haryanto, Edwin Nasli
Abstrak: Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit yang dapat merenggut sekitar 1,5 juta jiwa setiap tahunnya. Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit yang paling sering menyerang paru-paru. Penyakit Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Pada tahun 2020, Provinsi DKI Jakarta berada diurutan kedua dalam hal Penyakit Tuberkulosis, yaitu 228 kasus per 100.000 penduduk. Ada banyak faktor yang mempengaruhi kejadian penyakit tuberculosis, meliputi faktor sosioekonomi, faktor kondisi rumah dan lingkungan, dan faktor gaya hidup. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis hubungan antara faktor status sosioekonomi, faktor kondisi rumah dan lingkungan, dan faktor gaya hidup terhadap kasus kejadian Penyakit Tuberkulosis di Provinsi DKI Jakarta tahun 2021. Serta, menganalisis hubungan antara kejadian Penyakit Tuberkulosis dan kematian COVID-19 di Provinsi DKI Jakarta. Penelitian ini menggunakan desain studi ekologi dengan unit analisis kecamatan di Provinsi DKI Jakarta yang berjumlah 44. Data yang digunakan adalah data sekunder dari Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi DKI Jakarta, Badan Pusat Statistik, dan Data Terbuka Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Data disajikan dengan table untuk mengetahui besarnya kejadian Penyakit Tuberkulosis. Hasil analysis bivariat dengan uji korelasi menunjukkan bahwa faktor sosioekonomi, yaitu tingkat Pendidikan yang rendah merupakan faktor risiko terjadinya Penyakit Tuberkulosis.
Tuberculosis is an infectious disease that can kills almost 1,5 million humans every year. Tuberculosis is a disease that attacks the lung frequently. Tuberculosis is a disease caused by bacteria Mycobacterium tuberculosis. in 2020, DKI Jakarta Province, the capital city of Indonesia, was the second rank with the highest tuberculosis, that was 228 cases per 100.000 population. There are many factors that influence the incidence of tuberculosis, including socioeconomic factors, house and environmental condition factors, and lifestyle factors. The objective of this research is to analyze the relationship between socioeconomic status factors, house and environmental condition factors, and lifestyle factors with incidence of tuberculosis in DKI Jakarta Province in 2021. This research used Ecological study design with sub-district analysis unit in DKI Jakarta Province amounts 44. The data used are secondary data from DKI Jakarta Health Agency, DKI Jakarta Department of Population and Civil Registration, Central Statistics Agency, and Open Data from the DKI Jakarta Government. The data was displayed in a table to find out the magnitude of the incidence of tuberculosis. The results of the study indicate that socioeconomic factors, namely low levels of education are risk factors for the occurrence of Tuberculosis.
Read More
S-10975
Depok : FKMUI, 2022
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive