Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 40887 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Nia Junia Puteri; Pembimbing: Laila Fitria; Penguji: Al Asyary, Budi Hartono, Syafran Arrazy, Amrina Rosyada
Abstrak:
Stunting merupakan salah satu masalah kesehatan yang dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak, yang berdampak pada kualitas sumber daya manusia dan produktivitas di masa depan. Berdasarkan data SKI 2023, Provinsi Papua Tengah menjadi provinsi yang memiliki prevalensi tertinggi stunting pada baduta. Stunting bisa disebabkan oleh banyak faktor, seperti faktor anak, rumah tangga, dan komunitas. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara faktor anak (jenis kelamin, IMD, ASI eksklusif, dan diare), rumah tangga (sumber air minum, akses sanitasi, pengelolaan limbah, dan pengelolaan sampah), dan komunitas (tempat tinggal) terhadap kejadian stunting pada baduta (6-23 bulan) di Provinsi Papua Tengah. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional dengan besar sampel yang dianalisis sebesar 175 anak yang bersumber dari data SKI 2023. Analisis pada penelitian ini menggunakan analisis complex sample terdiri dari univariat, bivariat (uji chi square), dan multivariat (uji regresi logistik model prediksi). Hasil univariat menunjukkan bahwa prevalensi baduta (6-23 bulan) yang mengalami stunting di Provinsi Papua Tengah sebesar 36,8%. Analisis bivariat menunjukkan bahwa jenis kelamin yang memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian stunting pada baduta (6-23 bulan) di Provinsi Papua Tengah (p-value = 0,025; OR = 2,210; 95% CI = 1,103 – 4,430). Sementara, analisis multivariat menunjukkan bahwa tempat tinggal menjadi faktor yang paling berpengaruh terhadap kejadian stunting pada baduta (6-23 bulan) di Provinsi Papua Tengah (p-value = 0,044; OR = 2,509; 95% CI = 1,024 – 6,145). Diharapkan kepada pemerintah daerah melalui Dinas Kesehatan Provinsi Papua Tengah dapat meningkatkan program intervensi stunting berbasis wilayah, terutama di daerah perdesaan, dengan fokus pada kesehatan ibu dan anak, serta kesehatan lingkungan (seperti sanitasi, sampah dan limbah), melalui kolaborasi dengan berbagai pihak terkait.

Stunting is a health issue that can disrupt children's growth and development, affecting the quality of human resources and future productivity. According to the 2023 SKI data, Central Papua Province has the highest prevalence of stunting among children aged 6-23 months. Stunting can be caused by various factors, including child, household, and community-related factors. This study aims to analyze the relationship between child-related factors (gender, early initiation of breastfeeding, exclusive breastfeeding, and diarrhea), household factors (source of drinking water, sanitation access, waste management, and garbage disposal), and community factors (place of residence) with the incidence of stunting among toddlers (aged 6–23 months) in Central Papua Province. The study uses a cross-sectional design with a sample size of 175 children sourced from the 2023 SKI data. The analysis includes complex sample analysis, comprising univariate, bivariate (chi-square test), and multivariate (logistic regression prediction model) analyses. The univariate results show that the prevalence of stunting in children aged 6-23 months in Central Papua Province is 36.8%. The bivariate analysis reveals that gender is significantly associated with stunting incidence (p-value = 0,025; OR = 2,210; 95% CI = 1,103 – 4,430). Meanwhile, the multivariate analysis indicates that residence type is the most influential factor on stunting incidence (p-value = 0,044; OR = 2,509; 95% CI = 1,024 – 6,145). It is expected that the local government, through the Health Office of Central Papua Province, can improve region-based stunting intervention programs, particularly in rural areas, focusing on maternal and child health, and environmental health (such as sanitation, waste and sewage management), through collaboration with various related stakeholders.
Read More
T-7248
Depok : FKM-UI, 2025
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Rabiatul Adawiah; Pembimbing: Dewi Susanna; Penguji: Bambang Wispriyono, Zakianis, Yulia Fitria Ningrum, Aria Kusuma
Abstrak:

Penyakit diare menjadi salah satu gangguan gastrointestinal yang sering terjadi pada anak usia balita dan menjadi penyebab utama morbiditas dan mortalitas. Provinsi Papua Pegunungan memiliki capaian sanitasi rendah dan prevalensi diare balita tertinggi di Indonesia pada tahun 2023. Faktor lingkungan dan faktor ibu merupakan faktor yang saling berkaitan dengan kejadian diare pada anak balita. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis faktor risiko kejadian diare pada anak balita di Provinsi Papua Pegunungan. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dan sumber data diperoleh dari Survei Kesehatan Indonesia tahun 2023 dengan jumlah sampel yang dianalisis sebesar 266 anak usia 0-59 bulan di Provinsi Papua Pegunungan. Analisis data dilakukan secara univariat, bivariat menggunakan uji Chi-Square dan multivariat menggunakan regresi logistik model determinan. Hasil menunjukkan ada hubungan antara sumber air minum, akses sanitasi, jenis lantai dan pendidikan ibu dengan kejadian diare pada anak balita. Pendidikan ibu rendah merupakan faktor paling dominan berpengaruh terhadap kejadian diare. Anak balita yang berasal dari ibu dengan pendidikan rendah akan berisiko 2,832 kali lebih besar untuk mengalami diare dibandingkan anak balita yang berasal dari ibu dengan pendidikan tinggi. Diperlukan kerjasama dari pemerintah dan masyarakat dalam peningkatan akses pendidikan yang merata disetiap wilayah serta kolaborasi penyelenggara kesehatan untuk meningkatkan pendidikan kesehatan melalui promosi kesehatan terpadu terkait perilaku hidup bersih dan sehat dalam lingkungan rumah tangga.


Diarrhea is one of the most common gastrointestinal disorders in children under five years of age and is a major cause of morbidity and mortality. Papua Pegunungan Province has the lowest sanitation achievement and the highest prevalence of under five years of diarrhea in Indonesia by 2023. Environmental factors and maternal factors are interrelated with the incidence of diarrhea in children under five years. The purpose of this study was to analyze the risk factors for the incidence of diarrhea in children under five years in Papua Pegunungan Province. This study used a cross sectional design and the data source from the Indonesian Health Survey in 2023 with a total sample of  266 children aged 0-59 months in Papua Pegunungan Province. Data were analyzed univariate, bivariate with Chi- Square test and multivariate with logistic regression of determinant models. Results showed an association between drinking water source, sanitation access, floor type and mother's education with the incidence of diarrhea in children under five. Low maternal education is the most dominant factor affecting the incidence of diarrhea. Children under five who come from mothers with low education will be at risk 2,832 times greater to experience diarrhea than children under five who come from mothers with high education. Cooperation is needed from the government and the community to increasing access to education that is evenly distributed in each region and collaboration of health providers to improve health education through integrated health promotion related to clean and healthy living behaviors in the household environment.

 

Read More
T-7240
Depok : FKM-UI, 2025
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Citta Zahra Primalia; Pembimbing: Budi Hartono; Penguji: Laila Fitria, Ririn Arminsih Wulandari, Nurusysyarifah Aliyyah, Okky Assetya Pratiwi
Abstrak:
Filariasis merupakan Neglected Tropical Diseases (NTDs) yang menyebabkan limfedema dan hidrokel. Meski jarang menyebabkan kematian, filariasis bersifat kronis dan dapat menyebabkan kecacatan seumur hidup. Berdasarkan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, Provinsi Papua Tengah menjadi wilayah dengan prevalensi filariasis tertinggi, sebesar 4,8%. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian filariasis di Provinsi Papua Tengah. Penelitian menggunakan desain cross-sectional dengan data dari Survei Kesehatan Indonesia 2023 dan jumlah sampel sebanyak 5.408 responden. Analisis data menggunakan uji chi-square dan regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara tempat tinggal dan penggunaan obat anti nyamuk dengan kejadian filariasis. Penggunaan obat anti nyamuk merupakan variabel yang paling dominan terhadap kejadian filariasis di Provinsi Papua Tengah.


Filariasis is a Neglected Tropical Diseases (NTDs) that causes lymphedema and hydrocele. Although rarely fatal, filariasis is chronic illness and can cause a lifelong disability. Based on the 2023 Indonesian Health Survey (SKI), Central Papua is the region with the highest prevalence of filariasis, at 4,8%. The purpose of this study was to analyze factors related to the incidence of filariasis in Central Papua. This study used a cross-sectional design with data from the 2023 Indonesian Health Survey and a sample size of 5,408 respondents. Data analysis used in this research are the chi-square test and logistic regression. The results showed a relationship between residence and the use of mosquito repellent with the incidence of filariasis. The use of mosquito repellent is the most dominant variable in the incidence of filariasis in Central Papua.

Read More
T-7378
Depok : FKM UI, 2025
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Meutia Nur Fitriani; Pembimbing: Ririn Arminsih WUlandari; Penguji: Laila Fitria, Yulia Fitria Ningrum
S-10489
Depok : FKM-UI, 2020
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Dahlia Kristina Silalahi; Pembimbing: Ririn Arminsih Wulandari; Penguji: Budi Hartono, Laila Fitria, Yulia Fitria Ningrum, Didik Supriyono
Abstrak:
Penyakit menular berbasis lingkungan yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat secara global yaitu diare. Diare berpotensi menyebabkan Kejadian Luar Biasa dan kematian yang terjadi pada semua umur. Berdasarkan data Survei Kesehatan Indonesia tahun 2023, prevalensi kejadian diare pada semua umur berdasarkan diagnosa/gejala adalah 4,3%, dengan provinsi yang paling tinggi yaitu Provinsi Papua Tengah (16,1%). Tujuan penelitian ini yaitu menganalisis faktor (karakteristik individu dan lingkungan) yang berhubungan dengan kejadian diare di Provinsi Papua Tengah. Penelitian menggunakan desain penelitian cross sectional dengan menggunakan data Survei Kesehatan Indonesia Tahun 2023 dan jumlah sampel yaitu 5.408 responden. Analisis data menggunakan uji chi square dan regresi logistik model prediksi. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan tempat tinggal (5,36; 3,01-9,54), perilaku cuci tangan (2,84; 1,49-5,42), sumber air minum (3,43; 1,13-10,37), kualitas fisik air minum (3,26; 1,17-9,07), pengelolaan sampah (3,41; 1,21-9,59), fasilitas sanitasi (15,43; 4,25-56,03), pembuangan limbah (2,98; 1,42-6,19), dan fasilitas cuci tangan (6,97; 3,94-12,33) dengan kejadian diare. Kualitas fisik air minum (3,26; 1,14-9,28) merupakan variabel yang paling dominan terhadap kejadian diare di Provinsi Papua Tengah.

An environmentally-based infectious disease that remains a global public health problem is diarrhea. Diarrhea has the potential to cause extraordinary events and deaths that occur at all ages. Based on data from the Indonesian Health Survey in 2023, the prevalence of diarrhea incidence at all ages based on diagnoses/symptoms was 4.3%, with the highest province being Central Papua Province (16.1%). The purpose of this study was to analyze factors (individual and environmental characteristics) associated with the incidence of diarrhea in Central Papua Province. The study used a cross sectional research design using the Indonesian Health Survey data in 2023 and the sample size was 5,408 respondents. Data analysis used chi square test and predictive model logistic regression. The results showed that there was a relationship between residence (5,36; 3,01-9,54), hand washing behavior (2,84; 1,49-5,42), drinking water source (3,43; 1,13-10,37), physical quality of drinking water (3,26; 1,17-9,07), waste management (3,41; 1,21-9,59), sanitation facilities (15,43; 4,25-56,03), waste disposal (2,98; 1,42-6,19), and hand washing facilities (6,97; 3,94-12,33) with the incidence of diarrhea. Physical quality of drinking water (3,26; 1,14-9,28) is the most dominant variable for the incidence of diarrhea in Central Papua Province.
Read More
T-7234
Depok : FKM-UI, 2025
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Zakiah Dianah; Pembimbing: Laila Fitria, Ririn Arminsih Wulandari; Penguji: Ema Hermawati, Sonny P. Warrouw, Didi Purnama
Abstrak: Stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak yang berdampak pada fungsi kognitif jangka panjang dan dapat menyebabkan 20% kematian anak balita. Sanitasi menjadi salah satu faktor yang berhubungan dengan stunting. Provinsi Kalimantan Barat mempunyai capaian yang buruk untuk akses sanitasi dasar yaitu 55,55%. Tujuan penelitian: menganalisis faktor yang berkontribusi terhadap stunting pada baduta di wilayah PKGBM (Proyek Kesehatan dan Gizi Berbasis Masyarakat) Provinsi Kalimantan Barat. Desain penelitian: cross sectional menggunakan data sekunder dengan jumlah sampel 375 baduta dan dianalisis dengan regresi logistik multivariat. Hasil penelitian didapatkan hubungan signifikan antara kasus stunting dengan akses sanitasi dasar (2,24; 1,39-3,59) dan berat lahir anak (4,88; 2,51-9,51). Faktor lain yang berhubungan yaitu Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) (1,66; 0,90-3,06), infeksi cacing (1,38; 0,74-2,58), diare (1,32; 0,83-2,10), ISPA (1,44; 0,86-2,43), dan kunjungan ke Posyandu (1,40; 0,75-2,59). Model akhir dari penelitian ini adalah akses sanitasi dasar, berat lahir anak, dan CTPS berkontribusi terhadap stunting.
Read More
T-5245
Depok : FKM-UI, 2018
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Prima Gita Pradapaningrum; Pembimbing: Haryoto Kusnoputranto; Penguji: Dewi Susanna, Margareta Maria Sintorini Moerdjoko
Abstrak:
Tengkes (stunting) merupakan salah satu permasalahan gizi kurang pada balita yang ada di Indonesia. Pengelolaan sampah yang belum maksimal di TPA dapat menimbulkan pencemaran sanitasi lingkungan yang menjadi faktor penyebab tidak langsung tengkes (stunting) dan perilaku hidup bersih yang kurang. TPA Cipeucang menjadi satu-satunya TPA untuk wilayah Tangerang Selatan dengan 2 kelurahan yang berada dekat dengan TPA mengalami kenaikan kasus tengkes (stunting) pada tahun 2021-2022. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan sanitasi dasar rumah sehat dan personal higiene rumah tangga dengan kejadian tengkes tengkes (stunting) pada balita di pemukiman sekitar TPA Cipeucang Kota Tangerang Selatan. Jenis penelitian ini adalah analitik observasional melalui pendekatan cross sectional. Populasi penelitian adalah seluruh balita yang ada di pemukiman sekitar TPA meliputi 2 Kelurahan dengan 4 RT dan 2 RW. Sampel penelitian berjumlah 86 dengan menggunakan teknik total dan purposive sampling. Penelitian dilaksanakan bulan April hingga Juni 2023. Analisis data menggunakan univariat, bivariat (uji Chi Square) dan multivariat (uji regresi logistik). Hasil penelitian menunjukan bahwa ada hubungan antara sarana air minum dengan tengkes (stunting) (p=0,05, POR=1,89) dan menjadi faktor dominan penyebab tengkes (stunting) (p=0,054). Sedangkan sarana air bersih (p=0,374, POR=1,44), sarana jamban (p=0,613, POR=1,22), sarana pembuangan air limbah (p=1,000, POR=1,54), kebersihan kulit (p=1,000, POR=1,24) serta kebersihan kuku dan tangan (p=0,625, POR=1,22) tidak berhubungan dengan tengkes (stunting) namun berpotensi menjadi risiko tengkes (stunting). Sarana pengelolaan sampah padat rumah tangga (p=0,310) tidak ada hubungan dengan tengkes (stunting) dan bukan merupakan faktor risiko. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah sarana sanitasi dasar air minum memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian tengkes (stunting) dan menjadi faktor dominan yang mempengaruhi kejadian tengkes (stunting) pada balita di pemukiman sekitar TPA Cipeucang Kota Tangerang Selatan Tahun 2023.

Stunting is one of malnutrition problems towards toddlers in Indonesia. Environmental sanitation has an important role against stunting. Waste management that has not been maximized at landfill can cause environmental sanitation pollution and lack of healthy hygiene behavior. Cipeucang Landfill is the only landfill for South Tangerang City with 2 sub-districts that are close to the landfill and have an increase stunting case in 2021-2022. This study aims to determine the relationship between basic healthy home sanitation and household personal hygiene with stunting case towards toddlers in settlements around Cipeucang Landfill, Tangerang Selatan City. This type of research is observational analytic through a cross sectional approach. The study population was all toddlers in settlements around Cipeucang Landfill with 2 Sub-Districts (4 RTs and 2 RWs). The research sample was 86 using a total and purposive sampling technique. The research was conducted from April to June 2023. Data analysis used univariate, bivariate (Chi Square test) and multivariate (logistic regression test). The results showed that there was relation between drinking water facilities and stunting (p=0.05, POR=1.89) and became a dominant factor causing stunting (p=0.054). While clean water facilities (p=0.374, POR=1.44), latrines (p=0.613, POR=1.22), waste water disposal facilities (p=1.000, POR=1.54), skin hygiene (p=1.000, POR=1.24) and hand and nail hygiene (p=0.625, POR=1.22) were not related to stunting but were potentially a risk of stunting. Household solid waste management facilities (p=0.310) have no relation with stunting and is not a risk factor. The conclusion in this study is basic sanitation facility for drinking water has a significant relationship with stunting case and is the dominant factor influencing stunting case towards toddlers in the settlements around TPA Cipeucang, South Tangerang City, 2023.
Read More
T-6751
Depok : FKM-UI, 2023
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Balqis Ramandha Dewi; Pembimbing: Ririn Arminsih Wulandari; Penguji: Fitri Kurniasari, Yulia Fitria Ningrum
Abstrak:
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan salah satu penyebab utama morbiditas pada balita di Indonesia. Berdasarkan data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2023, prevalensi ISPA pada balita di Provinsi Jawa Barat sebesar 4,9%, mendekati prevalensi nasional sebesar 5,8%. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor determinan kejadian ISPA pada balita usia 0–59 bulan di Provinsi Jawa Barat berdasarkan data SKI 2023, yang mencakup karakteristik balita, karakteristik keluarga, dan kondisi lingkungan rumah. Penelitian ini menggunakan desain studi cross-sectional dengan sampel sebanyak 2.969 balita yang memenuhi kriteria inklusi. Analisis data yang dilakukan meliputi analisis univariat, analisis bivariat dengan uji chi-square, serta analisis multivariat menggunakan regresi logistik berganda. Hasil analisis menunjukkan adanya hubungan signifikan antara kejadian ISPA pada balita dengan status imunisasi dasar (p=0,02; OR=0,55; 95% CI=0,33–0,93) dan pendidikan terakhir ibu (p=0,04; OR=0,62; 95% CI=0,39–0,98). Sementara variabel usia balita, jenis kelamin, riwayat BBLR, pemberian vitamin A, perilaku merokok anggota keluarga, jenis atap, jenis dinding, dan jenis lantai tidak memiliki hubungan signifikan terhadap kejadian ISPA. Faktor dominan yang paling mempengaruhi kejadian ISPA pada balita adalah status imunisasi dasar.

Acute Respiratory Infection (ARI) remains a major public health concern and a leading cause of morbidity among children under five in Indonesia. According to the 2023 Indonesian Health Survey (IHS), the prevalence of ARI among children under five in West Java Province was 4,9%, approaching the national prevalence of 5,8%. This study aimed to analyze the determinants of ARI incidence in children aged 0–59 months in West Java Province using 2023 SKI data, focusing on child characteristics, family characteristics, and household environmental conditions. A cross-sectional design was employed involving 2,969 children who met the inclusion criteria. Data analysis included univariate analysis, bivariate analysis using chi-square tests, and multivariate analysis through multiple logistic regression. Results revealed significant relationships between ARI incidence and basic immunization status (p=0.02; OR=0.55; 95% CI=0.33–0.93) and maternal education level (p=0.04; OR=0.62; 95% CI=0.39–0.98). Meanwhile, child’s age, gender, history of low birth weight, vitamin A supplementation, household smoking behavior, roof type, wall type, and floor type did not show significant associations with ARI incidence. Basic immunization status was identified as the most dominant determinant of ARI incidence in under-five children.
Read More
S-11947
Depok : FKM-UI, 2025
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Dinda Diah Karasita; Pembimbing: Suyud Warno Utomo; Penguji: Laila Fitria, Yulia Fitria Ningrum
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting pada balita usia 0-59 bulan di Kabupaten Mamuju pada tahun 2018. Penelitian ini menggunakan desain studi cross-sectional dan data sekunder Riskesdas 2018. Sampel penelitian ini adalah seluruh balita usia 0-59 bulan di Kabupaten Mamuju yang terpilih sesuai kriteria inklusi dan eksklusi. Hasil penelitian menunjukkan prevalensi stunting pada balita usia 0-59 bulan sebesar 43,4%. Analisis bivariat menunjukkan tidak ada hubungan yangbermakna antara variabel independen dan dependen.
Read More
S-10550
Depok : FKM-UI, 2021
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Airadiba Hadad; Pembimbing: Ririn Arminsih; Penguji: Budi Hartono, Yulia Fitria Ningrum
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proporsi diare pada balita di DKI Jakarta dan mengetahui hubungan sumber air minum, pengolahan air minum, fasilitas sanitasi, fasilitas cuci tangan, suplementasi vitamin A, dan pendidikan ibu sebagai faktor risiko terhadap kejadian diare pada balita. Desain penelitian menggunakan desain studi potong lintang dengan menggunakan data sekunder dari SDKI 2017. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh balita usia 0-59 bulan yang tercatat dalam data Provinsi DKI Jakarta sebagai bagian dari sampel SDKI 2017. Dari 695 sampel balita hidup, didapatkan 370 sampel yang memenuhi kriteria. Analisis yang dilakukan adalah analisis univariat dan bivariat.
Read More
S-10584
Depok : FKM UI, 2021
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive