Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 34673 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Chayrani Kamelia Marwanto; Pembimbing: Robiana Modjo; Penguji: Stevan Deby Anbiya Muhamad Sunarno, Rakhmi Savitri
Abstrak:

Latar Belakang: Sindrom metabolik (SM) merupakan kumpulan faktor risiko yang
meningkatkan kemungkinan terjadinya penyakit kardiovaskular dan diabetes melitus tipe 2. Prevalensi SM pada perawat di berbagai negara bervariasi, namun penelitian di Indonesia masih terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor risiko SM pada perawat di Rumah Sakit X. Metode: Desain penelitian cross-sectional dengan pendekatan kuantitatif. Data diperoleh dari MCU 268 perawat di RS X pada Oktober-November 2024. Variabel yang diteliti meliputi faktor perilaku (kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, aktivitas fisik) dan genetik (usia, jenis kelamin, riwayat penyakit keluarga). Analisis data dilakukan secara deskriptif dan inferensial menggunakan uji Chi Square. Hasil: Sebanyak 7 perawat (2,6%) mengalami SM, obesitas sentral (48,9%) dan tekanan darah tinggi (25,4%) sebagai parameter yang paling dominan. Analisis statistik menunjukkan hubungan signifikan antara jenis kelamin laki-laki dengan sindrom metabolik (p-value = 0,004; OR = 7,154). Tidak ditemukan hubungan signifikan antara kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, aktivitas fisik, usia, atau riwayat penyakit keluarga dengan sindrom metabolik (p-value > 0,05). Kesimpulan: Jenis kelamin laki-laki merupakan faktor risiko signifikan terhadap kejadian SM pada perawat di RS X. Penelitian lanjutan diperlukan dengan cakupan faktor risiko yang lebih luas dan sampel yang lebih besar untuk memperkuat temuan ini.


Background: Metabolic syndrome (MetS) is a cluster of metabolic abnormalities that increase  the risk of cardiovascular disease and type 2 diabetes mellitus. Although its prevalence  among nurses has been explored globally, limited data exist in Indonesia. Objective: This  study aimed to assess the association between risk factors and the presence of MetS among  nurses at Hospital X. Methods: A cross-sectional study was conducted involving 268 nurses  who underwent medical check-ups from October to November 2024. Variables included  behavioral factors (smoking, alcohol consumption, physical activity) and genetic factors (age,  sex, family history). Data were analyzed descriptively and inferentially using Chi-square  tests. Results: MetS was identified in 7 nurses (2.6%). Central obesity (48.9%) and elevated  blood pressure (25.4%) were the most prevalent components. A significant association was  found between male sex and MetS (p = 0.004; OR = 7.154). No significant associations were  observed for smoking, alcohol use, physical activity, age, or family history (p > 0.05).  Conclusion: Male gender is a significant risk factor for MetS among nurses in this setting.  Future studies with larger samples and broader variables are recommended to strengthen and generalize these findings.

Read More
S-12129
Depok : FKM UI, 2025
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Refianto Setyawan; Pembimbing: Robiana Modjo; Penguji: Fatma Lestari, Hendra, Lana Saria, Selamat Riyadi
Abstrak:
Sindrom metabolik memiliki dampak yang besar terhadap kondisi kesehatan pekerja, hal ini dapat meningkatkan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan serta mengakibatkan hilangnya produktifitas maka perlu dilakukan penelitian faktor risiko sindrom metabolik pada pekerja kantor di PT X yang diharapkan dapat mencegah dan mengendalikan prevalensi sindrom metabolik demi menurunkan risiko sindrom metabolik dikemudian hari. Penelitian ini dilakukan pada pekerja kantor di PT X dengan responden penelitian sejumlah 106 orang selama bulan Februari - Agustus 2020 di Jakarta. PT X merupakan perusahaan enjineering penyedia produk dan jasa dibidang industri otomatis yang memiliki klien beberapa industri proses yang keseharian aktivitasnya lebih banyak di dalam ruangan. Desain studi penelitian ini menggunakan metode cross sectional (potong lintang). Adapun bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel dependen (Faktor risiko individu dan faktor risiko pekerjaan) dengan variabel independen sindrom metabolik. Hasilnya menunjukkan bahwa sebesar proporsi sindrom metabolik sebesar 4,97% yang memiliki komponen kriteria sindrom metabolik tertinggi terdapat pada trigliserida tinggi 20,4%, yang memiliki kadar HDL rendah 14,9% dan memiliki obesitas perut sebesar 14,4%.. yang terdapat 1 gejala kriteria sindrom metabolik sebesar 25,4% dan yang terdapat 2 gejala kriteria sindrom metabolik sebesar 8,3%. Meskipun pada analisis didapat hasil yang tidak signifikan terhadap hubungan faktor individu dan pekerjaan terhadap sindrom metabolik akan tetapi pada beberapa faktor risiko individu seperti Merokok memiliki risiko 3,35 kali lebih besar dibanding tidak merokok, dan Tingkat pendidikan lebih tinggi beresiko 2,44 kali lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat pendidikan lebih rendah

Metabolic syndrome has a large impact on the health condition of workers, this can increase costs incurred by the company and lead to loss of productivity it is necessary to research the risk factors for metabolic syndrome in office workers at PT X which is expected to prevent and control the prevalence of metabolic syndrome in order to reduce risk factor of metabolic syndrome in future. This research was conducted on office workers at PT X with 106 research respondents during February - August 2020 in Jakarta. PT X is an engineering service provider of the Indusrial Automation that has clients in several process industries whose daily activities are sedentary. The design of this research study uses cross sectional method. The aim is to determine the relationship between the dependent variable (individual risk factors and occupational risk factors) with the independent variable Metabolic Syndrome. The results showed that the proportion of metabolic syndrome is 4,97% which the highest metabolic syndrome component was found in high triglycerides 20,4%, low HDL levels is 14,9% and had abdominal obesity is 14,4%. Which had 1 symptom of metabolic syndrome criteria is 25,4% and which had 2 symptoms of metabolic syndrome criteria are 8,3%. Although the analysis found no significant results on the relationship of individual factors and occupation of the metabolic syndrome, but on some individual risk factors such as smoking have a risk of 3,35 times greater than not smoking, and higher education levels 2,44 times higher risk compared to lower education levels.

Read More
T-5971
Depok : FKM-UI, 2020
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Emanda Utami; Pembimbing: Robiana Modjo; Penguji: Hendra, Devi Partina Wardani
Abstrak: Penyakit tidak menular merupakan penyebab tertinggi kematian di dunia. Banyak dari penduduk dunia juga kehilangan produktivitasnya akibat penyakit tidak menular. Salah satu yang menyumbang angka tertinggi untuk kesakitan dan kematian adalah penyakit kardiovaskular dan diabetes mellitus. Faktor risiko utama dari penyakit-penyakit tersebut adalah sindrom metabolik. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor risiko sindrom metabolik pada pekerja kantor pusat PT. X. Faktor risiko yang diteliti antara lain adalah aktivitas fisik, perilaku merokok, riwayat sakit orangtua dan asupan makan. Penelitian ini menggunakan desain studi potong lintang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor yang paling berkontribusi atas perkembangan sindrom metabolik adalah faktor genetik, disusul dengan asupan makan, perilaku merokok dan aktivitas fisik. Dengan begitu, saran yang dapat disampaikan terkait hasil penelitian tersebut adalah dengan melakukan skrining terhadap seluruh pekerja terkait riwayat penyakit orangtua dan melakukan edukasi bagi pekerja yang rentan mengalami sindrom metabolik. Kata Kunci : Sindrom metabolik, aktivitas fisik, perilaku merokok, riwayat sakit, asupan makan Non-communicable diseases are the highest cause of death in the world. Many of the world's population also lost productivity due to non-communicable diseases. One of the highest contributors to illness and death is cardiovascular disease and diabetes mellitus. The main risk factor for these diseases is metabolic syndrome. This study aims to analyze the risk factors for metabolic syndrome in PT. X. Risk factors studied include physical activity, smoking behavior, parental illness, and food intake. This study uses a cross-sectional study design. The results of this study indicate that the factors that most contribute to the development of metabolic syndrome are genetic factors, followed by food intake, smoking behavior, and physical activity. That way, suggestions that can be delivered related to the results of the study are by screening all workers related to a history of parental illness and educating workers who are prone to experiencing the metabolic syndrome. Key Words : Metabolic syndrome, physical activity, smoking behavior, history of illness, food intake
Read More
S-10205
Depok : FKM-UI, 2019
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Caluella Valanta; Pembimbing: Robiana Modjo; Penguji: Abdul Kadir, Toha Fahrudin
Abstrak:
Sindrom metabolik (SM) adalah gabungan dari beberapa kondisi gangguan metabolisme yang ditandai dengan obesitas sentral, hipertrigliserida, kadar high density lipoprotein (HDL) rendah, kadar gula darah puasa (GDP) tinggi, serta hipertensi. Kejadian sindrom metabolik secara global diperkirakan akan terus meningkat seiring perkembangan teknologi, perubahan gaya hidup, dan pertambahan usia penduduk. Banyak hal yang dapat memengaruhi kejadian SM pada pekerja, seperti usia, pola hidup, pola kerja, tempat tinggal, dan lain-lain. Maka dari itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor risiko SM di PT X. PT X sebagai salah satu perusahaan tambang batubara di Kalimantan Timur telah melakukan deteksi awal dari proporsi karyawan yang mengalami obesitas, kolesterol tinggi, hipertensi, dan pre-diabetes, namun belum melakukan deteksi yang komprehensif terhadap kejadian SM. Penelitian dilakukan menggunakan desain studi cross-sectional dengan pendekatan kuantitatif. Data dikumpulkan melalui kuesioner, wawancara, dan hasil medical check up pekerja. Penelitian ini mengumpulkan 213 responden yang merupakan karyawan PT X beserta enam PJP. Hasil analisis menunjukkan sebanyak lima responden (2,3%) mengalami SM. Faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian SM di PT X adalah aktivitas fisik (p-value = 0,004; OR = 12,98) dan pola makan (p-value = 0,037; OR = 2,029). Meskipun proporsi kejadian sindrom metabolik cukup kecil, tidak menutup kemungkinan adanya risiko yang belum terdeteksi sehingga diperlukan pemantauan lebih lanjut kepada seluruh pekerja. Evaluasi terhadap aktivitas fisik dan pola makan karyawan juga diperlukan untuk menurunkan risiko sindrom metabolik.

Metabolic syndrome (MS) is a cluster of metabolic disorders including abdominal (central) obesity, hypertriglyceridemia, low high-density lipoprotein (HDL) level, high fasting blood glucose level, and high blood pressure. The prevalence of MS increases globally due to technology developments, lifestyle changes, and an aging population. Many factors are associated with the occurrence of MS in workers including age, lifestyle, job, residence, and many more. Therefore, this research was conducted to find the risk factors of MS in PT X. PT X as one of the coal mining companies in East Kalimantan have screened its employees for obesity, high total cholesterol levels, hypertension, and pre-diabetes. However, the company has not yet determined the number of MS cases that have happened among its employees. Research was conducted using cross-sectional study design with a quantitative approach. Data was collected using questionnaire, interview, and medical check-up reports. This research collected 213 respondents including PT X and service companies. Among them, five respondents (2,3%) were identified as having MS. Risk factors that showed significant correlations with the occurrence of MS are physical activity (p-value = 0,004; OR = 12,98) and diet (p-value = 0,037; OR = 2,029). Despite the low percentage of MS cases, there is a possibility that some risks were not covered in this research. Therefore, it is recommended to conduct a thorough examination to all employees. Evaluating the intensity of physical activity and dietary habits is necessary to reduce the risk of MS.
Read More
S-11503
Depok : FKM-UI, 2024
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Rizqi Avrila Putri; Pembimbing: Robiana Modjo; Penguji: Hendra, Ndiyan Y. Aripta, Fatima Azzahra
Abstrak: Sindrom metabolik adalah kumpulan dari beberapa faktor risiko berupa tingginya kadar gula darah, rendahnya kadar High Density Lipid (HDL), tingginya kadar trigliserida, obsesitas sentral serta hipertensi. Seseorang yang mengidap sindrom metabolik memiliki risiko lebih tinggi untuk terserang penyakit kronik seperti kardiovaskuler dan diabetes melitus tipe 2 di kemudian hari. Berdasarkan hasil Medical Check Up pada pegawai Perusahaan Migas X Jakarta di tahun 2014, angka dislipidemia mencapai 69,4%, obesitas 14,8%, overweight 33,17%, diabetes 8,7%. Selain itu, berdasarkan pengamatan penulis, pegawai pusat Perusahaan Migas X memiliki gaya hidup yang cenderung sedentary karena lebih banyak duduk di kursi untuk mengerjakan pekerjaan administratif dan cukup sering mengonsumi makanan yang tinggi lemak. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor risiko apa saja yang berhubungan dengan sindrom metabolik pada pekerja kantor pusat Perusaahan Migas X dengan menggunakan desain studi cross sectional. Hasil penelitian ditemukan bahwa prevalensi sindrom metabolik pada pekerja kantor pusat Perusaahan Migas X adalah 25%. Variabel independen yang berhubungan signifikan dengan kejadian sindrom metabolik adalah pola makan protein hewani (p value= 0,016), pola makan lemak (p value=0,037), Indeks Masa Tubuh (p value=0,001), aktivitas fisik (p value= 0,010), perilaku sedentary (p value=0,030) dan merokok (p value=0,037). Oleh karena itu, perlu adanya strategi untuk memberikan pengetahuan dan informasi terkait pola makan yang seimbang serta meningkatkan kemauan pekerja untuk senantiasa melakukan aktivitas fisik yang cukup dan teratur serta tidak merokok untuk menjaga berat badan yang ideal, memiliki gaya hidup yang sehat dan mencegah penyakit kronik akibat sindrom metabolik
Metabolic syndrome is a cluster of some risk factors such as high level of glucose and triglyceride, low level of High Density Lipid (HDL), central obesity, and hypertension. Someone who suffers from metabolic syndrome has higher risk to get chronic disease like cardiovascular disease and diabetes melitus type 2 in the future. As per Medical Check Up result of Oil and Gas Company X workers in 2014, found that dyslipidemia up to 69,4%, obesity 14,8%, overweight 33,17%, diabetes 8,7%. Furthermore, based on observation, office workers of Oil and Gas Company X tend to have sedentary life style since they spent most of their time at office to sit for doing some administrative task and often consume high fat food. Thus, the objective of this study was to analyze the risk factors that associate with metabolik syndrome on Head Office Workers of Oil and Gas Company X using cross sectional design study. The result of this study foud that prevalence of metabolik syndrome on Head Office Workers of Oil and Gas Company X is 25%. The independent variables that were significant with metabolic syndrome were animal protein diet (p value = 0.016), fat diet (p value = 0.037), body mass index (p value= 0,001), physical activity (p value = 0.010), and sedentary lifestyle (p value = 0.030) and smoking (p value= 0,037). Therefore, it is necessary to create strategy in order to provide knowledge and information regarding a balanced diet and increase the willingness of workers to do sufficient and regular physical activity and stop smoking to maintain ideal body weight, having a healthy life style and prevent chronic disase caused by metabolik syndrome
Read More
T-5519
Depok : FKM UI, 2019
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Dian Surya Pratama; Pembimbing: Indri Hapsari Susilowati; Penguji: Dadan Erwandi, Robiana Modjo, Danu Nuryanto, Ivantheaus Siregar
Abstrak: Kesehatan Kerja merupakan salah satu upaya promosi dan pemeliharaan tingkat kesehatan fisik, mental dan sosial tertinggi pekerja di semua pekerjaan, pencegahan permasalahan yang berkaitan dengan pekerja akibat kondisi kerja mereka, perlindungan pekerja dalam pekerjaan mereka dari risiko yang disebabkan oleh faktor-faktor yang merugikan kesehatan, penempatan dan pemeliharaan pekerja di lingkungan kerja yang disesuaikan dengan kemampuan fisiologis dan psikologisnya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor risiko sindrom metabolik pekerja Unit Pembangkitan Priok PT. X. tahun 2021.Penelitian ini menggunakan metode cross sectional, dengan jumlah sampel 100 responden pada pekerja di Unit Pembangkitan Priok PT. X. Analisis data dilakukan secara univariat, bivariat dengan menggunakan uji chi square dan multivariat dengan metode regresi logistic menggunakan software SPSS versi 23. Instrumen penelitian sudah dilakukan uji validitas dan reliabilitas sesuai dengan kaidah dan mendapatkan surat keterangan lolos kaji etik dengan Nomor: Ket- 552/UN2.F10.D11/PPM.00.02/2021 yang dikeluarkan oleh komite etik penelitian Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Komponen sindrom metabolik yang paling banyak dialami oleh responden penelitian yaitu terjadinya peningkatan gula darah puasa, hipertensi, peningkatan trigliserida, terjadinya obesitas sendtral dan penurunan kadar lemak HDL dalam darah. Penelitian ini menunjukan bahwa faktor resiko yang berhubungan secara signifikan pada terjadinya sindrom metabolik pada pekerja yaitu usia, tingkat pendidikan, status merokok dan aktifitas fisik. Berdasarkan pemodelan multivariat dengan 11 kali tahap uji pemodelan didapatkan bahwa faktor individu tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang paling dominan dalam terjadinya sindrom metabolik. Tingkat pendidikan merupakan salah satu dimensi yang menggambarkan tingkat pengetahuan dan wawasan seseorang, sehingga semakin tinggi tingkat pendidikan pengetahuan untuk melakukan pola hidup sehat untuk mencegah terjadinya sindrom metabolik semakin baik
Occupational Health is one of the efforts to promote and maintain the highest level of physical, mental and social health of workers in all occupations, prevention of problems related to workers due to their working conditions, protection of workers in their work from risks caused by factors detrimental to health, placement and maintenance of workers in a work environment that is adapted to their physiological and psychological abilities. This study aims to analyze the risk factors for metabolic syndrome of workers at the Priok Generation Unit PT. X. 2021. This study used a cross sectional method, with a sample of 100 respondents to workers at the Priok Generation Unit PT. X. Data analysis was carried out univariate, bivariate using chi square test and multivariat with logistic regression method using SPSS software version 23. The research instrument has been tested for validity and reliability in accordance with the rules and obtained a certificate of passing the ethical review with Number: Ket-552 /UN2.F10.D11/PPM.00.02/2021 issued by the research ethics committee of the Faculty of Public Health, University of Indonesia. The components of the metabolic syndrome most experienced by research respondents were an increase in fasting blood sugar, hypertension, an increase in triglycerides, the occurrence of central obesity and a decrease in HDL fat levels in the blood. This study shows that the risk factors that are significantly related to the occurrence of metabolic syndrome in workers are age, education level, smoking status and physical activity. Based on multivariate modeling with 11 modeling test stages, it was found that the personal education factor is one of the most dominant factors in the occurrence of metabolic syndrome. The level of education is one of the dimensions that describes a person's level of knowledge and insight, so the higher the level of knowledge education to carry out a healthy lifestyle to prevent the occurrence of metabolic syndrome, the better
Read More
T-6318
Depok : FKM-UI, 2022
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Hazura Rindu Tuffahatti; Pembimbing: Robiana Modjo; Penguji: Baiduri Widanarko, Meilisa Rahmadani
Abstrak:

Kelelahan kerja adalah kondisi yang ditandai dengan perasaan yang menurun dalam kecepatan bekerja, gangguan sistemik saraf pusat akibat aktivitas yang panjang. Kelelahan kerja jika dialami secara terus menerus, maka akan menurunkan kinerja maupun produktivitas kerja. Banyak faktor yang dapat mengakibatkan kelelahan, maka dari itu penelitian ini dilakukan untuk menganalisis faktor risiko kelelahan (faktor risiko individu dan faktor pekerjaan) pada Perawat di Rumah Sakit X tahun 2023. Penelitian ini dilakukan menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain tudi cross-sectional. Data dikumpulkan menggunakan data sekunder yang ada di Rumah Sakit X. Sampel dalam penelitian ini dibutuhkan sekitar 60 responden Perawat yang terbagi dalam beberapa unit di Rumah Sakit X. Hasil analisis menunjukkan sebanyak 4 responden (6,7%) mengalami kelelahan ringan, 48 responden (80,0%) mengalami kelelahan sedang, dan 8 responden mengalami kelelahan tinggi (13,3%). Faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian kelelahan kerja di Rumah Sakit X adalah Beban Kerja dengan p-value = 0,018 dan Jabatan Perawat dengan p-value = 0,040.

Kata kunci: Faktor Risiko, Perawat, Kelelahan


Work fatigue is a condition characterized by feelings of decreased work speed, central nervous system disorders due to long periods of activity. If work fatigue is experienced continuouslym it woll reduce work performance and productivity. Many factors can cause fatigue, therefore this study was conducted to analyze the risk factors for fatigue individual risk factors and work, in Nurses at the Hospital X  in 2023. Research was conducted using a quantitative approach with a cross-sectional study design. Data was collected using secondary data at the Hospital X. This research collected 60 respondents divided into several units at Hospital X. The results of the analysis showed that 4 respondents (6.7%) experienced mild fatigue, 48 respondents (80.0%) experienced moderate fatigue, and 8 respondents experienced high fatigue (13.3%). The risk factor that is closely related to the occurrence of work fatigue at the Hospital X is Workload with p-value = 0.018 and Nursing Position with p-value = 0.040.  

Keywords: Risk Factor, Nurse, Fatigue

Read More
S-11803
Depok : FKM UI, 2025
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Gina Relimba; Pembimbing: Indri Hapsari Susilowati; Penguji: Robiana Modjo, Ibnu Uzail Yamani
Abstrak:
Rumah sakit merupakan tempat kerja yang berisiko tinggi terhadap terjadinya kecelakaan kerja dibandingkan industri lainnya. Perawat IGD harus selalu siap sedia 24 jam untuk menangani kasus kegawatdaruratan yang dialami oleh berbagai pasien yang datang ke rumah sakit sehingga dengan tanggung jawab tersebut, sangat rentan bagi perawat IGD untuk mengalami kelelahan kerja. Penelitian ini membahas faktor terkait kelelahan kerja pada perawat IGD Rumah Sakit X Tahun 2024. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi cross-sectional yang telah dilakukan pada bulan Juli-Agustus pada seluruh perawat IGD Rumah Sakit X yaitu sebanyak 35 responden. Pengukuran kelelahan kerja perawat menggunakan pengukuran secara subjektif dengan kuesioner Subjective Self Rating Test yang dikembangkan oleh Industrial Fatigue Research Committee (IFRC) Jepang yang telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perawat IGD Rumah Sakit X lebih banyak mengalami kelelahan kerja ringan (71,4%) dan faktor yang berhubungan dengan kelelahan kerja yaitu kebisingan (P-Value=0,027). Berdasarkan hal tersebut, perlu dilakukan berbagai upaya pengendalian terhadap pajanan bising bagi perawat IGD di Rumah Sakit X dan juga perlu adanya prosedur fatigue management untuk mencegah dan mengendalikan tingkat kelelahan kerja pada perawat IGD Rumah Sakit X.

Hospitals are workplaces that have a higher risk of work accidents compared to other industries. ER nurses must always be ready 24 hours to handle emergency cases experienced by various patients who come to the hospital so that with this responsibility, ER nurses are very vulnerable to experiencing work fatigue. This research discusses factors related to work fatigue in ER nurses at Hospital. Measurement of nurses' work fatigue uses subjective measurements with the Subjective Self Rating Test questionnaire developed by the Japanese Industrial Fatigue Research Committee (IFRC) which has been translated into Indonesian. The results of the study showed that ER nurses at Hospital X experienced more mild work fatigue (71,4%) and the factor related to work fatigue was noise (P-Value=0,027). Based on this, it is necessary to carry out various efforts to control noise exposure for emergency room nurses.
Read More
S-11801
Depok : FKM UI, 2024
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Eddy Sulistyono; Pembimbing: Robiana Modjo; Penguji: Dadan Erwandi, Jimmy Tiarlina, Astuti
Abstrak:
Sindrom metabolik menurut American Heart Association (AHA) 2021 merupakan kumpulan dari 5 faktor risiko yang dapat memicu terjadinya serangan jantung, diabetes, stroke dan penyakit kardiovaskular lainnya. 5 faktor risiko itu adalah (1) Meningkatnya kadar trigliserida, (2) lingkar perut semakin besar, (3) meningkatnya gula dalam darah (4) menurunnya level high density lipoprotein (HDL), dan (5) naiknya tekanan darah. Berdasarkan hasil Medical Check Up (MCU) 2021 semua pekerja di PT X diketahui prevalensi kejadian sindrom metabolik naik menjadi 22,4% dibandingkan tahun sebelumnya (16,2%). Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui gambaran sindrom metabolik pada pekerja lapangan lepas pantai di PT X tahun 2021 dengan metode cross sectional. Dari hasil penelitian diketahui bahwa variabel riwayat keluarga, work shift, lama bekerja, aktivitas fisik, perilaku sedentari, durasi tidur dan merokok tidak berhubungan dengan kejadian sindrom metabolik (p-value > 0,05). Variabel usia, dan IMT memiliki hubungan dengan kejadian sindrom metabolik (p-value < 0,05). Tidak ada perbedaan antara pola makan responden yang memiliki riwayat sindrom metabolik dengan pola makan responden yang tidak memiliki riwayat sindrom metabolik. Oleh karena itu perlu dilakukan promosi kesehatan pekerja yang baik untuk meningkatkan kesadaran pekerja akan kesehatan.

Metabolic syndrome according to the American Heart Association (AHA) 2021 is a collection of 5 risk factors that can trigger heart attacks, diabetes, stroke and other cardiovascular diseases. The 5 risk factors are (1) increased triglyceride levels, (2) greater abdominal circumference, (3) increased blood sugar (4) decreased high density lipoprotein (HDL) levels, and (5) increased blood pressure. Based on the results of the 2021 Medical Check Up (MCU), all workers at PT X found that the prevalence of metabolic syndrome had increased to 22.4% compared to the previous year (16.2%). The purpose of this study was to describe the metabolic syndrome in offshore field workers at PT X in 2021 using the cross sectional method. From the research results it is known that the variables of family history, work shift, length of work, physical activity, sedentary behavior, sleep duration and smoking are not associated with the incidence of metabolic syndrome (p-value > 0.05). Age and BMI variables were associated with the incidence of metabolic syndrome (p-value <0.05).There was no difference between the eating patterns of respondents who had a history of metabolic syndrome and the eating patterns of respondents who did not have a history of metabolic syndrome. Therefore, it is necessary to promote the worker heath program to increase awareness of workers about health
Read More
T-6517
Depok : FKM-UI, 2023
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Arya Pandu Mahardhika; Pembimbing: Robiana Modjo; Penguji: Stevan Deby Anbiya Muhamad Sunarno, Taqwa Logika Utama
Abstrak:
Sindrom metabolik menurut Joint Interim Statement (JIS) merupakan kumpulan faktor risiko yang saling terkait untuk penyakit kardiovaskular dan diabetes tipe 2 yang ditandai oleh adanya 3 dari 5 faktor risiko, yaitu obesitas sentral, kadar trigliserida tinggi, HDL kolesterol rendah, hipertensi, dan hiperglikemia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan faktor risiko sindrom metabolik yang terdiri dari faktor lingkungan (lokasi kerja, tempat tinggal), faktor perilaku (kebiasaan merokok, aktivitas fisik, pola makan, durasi tidur), dan faktor gentik (usia, riwayat penyakit keluarga) dengan kejadian sindrom metabolik pada pekerja tambang di PT XY Kalimantan Timur. Metode penelitian yang digunakan adalah studi cross sectional dengan pendekatan kuantitatif. Data primer dikumpulkan melalui kuesioner secara online dan data komponen sindrom metabolik diperoleh dari hasil Medical Check Up (MCU). Hasil analisis menunjukkan bahwa dari 105 responden, 22 responden (21%) mengalami sindrom metabolik. Faktor risiko yang berhubungan secara signifikan dengan sindrom metabolik pada pekerja tambang di PT XY adalah usia (p-value = 0,001), sedangkan lokasi kerja, tempat tinggal, kebiasaan merokok, aktivitas fisik, pola makan, durasi tidur, dan riwayat penyakit keluarga tidak berhubungan secara signifikan dengan sindrom metabolik pada pekerja tambang di PT XY.


Metabolic syndrome, according to the Joint Interim Statement (JIS), is a cluster of interrelated risk factors for cardiovascular disease and type 2 diabetes, characterized by the presence of at least three out of five specific conditions: central obesity, elevated triglyceride levels, low HDL cholesterol, hypertension, and hyperglycemia. This study aims to analyze the relationship between risk factors for metabolic syndrome, including environmental factors (work location and place of residence), behavioral factors (smoking habits, physical activity, eating pattern, and sleep duration), and genetic factors (age and family history of disease), with the incidence of metabolic syndrome among mine workers at PT XY, East Kalimantan. A cross-sectional study design with a quantitative approach was employed. Primary data were collected through online questionnaires, while data on metabolic syndrome components were obtained from Medical Check-Up (MCU) results. The analysis revealed that among 105 respondents, 22 (21%) had metabolic syndrome. Among the assessed risk factors, only age was significantly associated with the incidence of metabolic syndrome (p = 0.001). Other factors, such as work location, place of residence, smoking habits, physical activity, eating pattern, sleep duration, and family history of disease, showed no significant association.
Read More
S-12095
Depok : FKM UI, 2025
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive