Ditemukan 40231 dokumen yang sesuai dengan query :: Simpan CSV
Program JPKMM (Askeskin) yang dimulai awal tahun 2005 belum ada yang mengevaluasi, padahal program sebelumrrya banyak menimbulkan masalah. Semcntara itu banyak isu ncgatif terhadap peran serta rumah sakit swasta dalam hal pelayanan' masyarakat miskin. Salah satu cara untuk mengevaluasi adalah dengan meiakukan review utilisasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran umum pemanfaatan perawatan kelas Ill oleh masyarakat miskin di RSUD dan RS. Krakatau medika. Review juga untuk mengetahui komponen kegiatan pelayanan serta biaya perawatan yang timbul sehubungan dcngan perawatan masyarakat miskin di kelas lil. Komponen tersebut adalah Iama hari rawat, pemeriksaan radiologi, iaboratorium, tindakan operasi, pemberian resep. Penelitian ini bersifat deskriptif , dan didukung oleh wawancara dengan pejabat terkait di dua rumah sakit dengan tujuan untuk memperjclas dalam pembahasan.Waktu penelitian adalah bulan Februari sampai April 2006, data yang digunakan adalah data sekunder dan data primer dari hasil wawancara. Populasi dan sampel adalah semua pasien rawat inap kelas I Il di kedua rumah sakit. HasiI penelitian yang didapat adalah pemanfaatan pelayanan rawat inap kelas lil di dua rumah sakit masih rendah untuk masyarakat miskin , rata -rata kurang dari 30% dibandingkan dengan total rumah sakit. Biaya perawatan pasien .IPKMM 55% dari total biaya perawatan kelaa Ill, sedangkan pasien umum 44%. Alcan tetapi jumlah pasien JPKMM 40,7% sedangkan pasien umum 58,6% dari total pasien kelas lIl.Hal ini membuktikan bahwa pclayanan RSUD Cilegon tidak efisien. Hari rawat pasien JPKMM 6 hari per pasien sedangkan untuk pasien umum 3 hari per pasien. Di RS. Krakatau Medika untuk pasien umum 5 hari per pasien, sedangkan untuk pasien miskin 7 hari pcr pasien. Biaya obat non DPI-[O dua kali lebih besar dibandingkan dengan biaya obat DPHO. Terdapat perbedaan penyakit terhanyak di kedua rumah sakit, RSUD terbanyak adalah TBC Paru sedangkan di RS. Krakatau medika adalah Demam Tifeid. Disarankan kepada rumah sakit agar mampu mengevaluasi pelaksanaan program JPKMM ini sehingga lebih efektif dan efisien, untuk PT- Askes agar lebih fleksibel dalam dalam penghitungan biaya rawat inap dan pembenahan dalam sistem infbnnasi untuk mempercepat proses klaim.
JPKMM program which started on 2005 has not been evaluated yet, eventhough it has caused a lot of problems. At the same time, there are a lot of negative responds to private hospital involvement in services to the poor. One way to evaluate it is by reviewing it?s utilization. This research is aimed to capture general picture of class Ill serivice utilization by the poor at RS. Krakatau Medika and RSUD. lt also reviews service activity and cost components of class Ill sen/iees for the poor. These components are hospital stay, radiology observation, laboratorium, surgeries and recipes. This research is descriptive and supported by interviews with related officers on two hospitals for clarification. This research is conducted on February through April 2006, and data being used are secondary and primary data from interviews. Population and sampling are from all patients staying at class III ofboth hospitals. The result of this research is that utilization of class III for the poor in both hospitals is still very low, less than 30% on average compare to all patient. Cost of the JPKMM patient service is 55% of total cost for Class lll, while for general patient is 44%. On the other hand total quantity of' .IPKMM patient is 40.7% and for general patient is 58% from all class Ill patient. These prove that RSUD Cilegon services is not efficent. Staying period for JPKMM patient is 6 day per patient and for general patient is 3 day per patient. ln RS Krakatau Medika it is 5 day per person, and for the poor it is 7 day per patient. Non-DPHO Medication cost twice as much as DPI-IO medication. There is also difference: in the most disease being treated in both hospitals. In RSUD it is Lung TBC while in RS Krakatau Media it is Typhoid fever. It is advisable that hospitals have to be able to evaluate their JPKMM programs so that it could be more effective and efhcient. lt is also advisable for P'I` Askes to be more flexible in calculating the cost of medical stay and to improve their infomration system for claim system.
Keselamatan kerja tercermin pada keadaan di tempat kerja, yang meliputi kondisi tak aman, tindakan tak aman maupun keadaan Iingkungart kerja, merupakan dasar dari kejadian hampir celaka maupun kecelakaan. Perlindungan keselamatan secara mekanikal peralatan sebagai perbaikan pertama dan langkah umum yang paling awal dilakukan, yang membatasi bahwa kondisi tak aman relatif sebagai penyebab kecelakaan. Inspeksi keselamatan kerja pemboran bertujuan sebagai sarana untuk mengenali potensial keadaan tak aman yang ada diberbagal fasilitas dan peralatan di lokasi pemboran yang berhubungan dengan rig pemboran darat. Temuan hasil inspeksi dianalisa dan diberikan rekomendasi untuk mengurangi dan atau menghapuskan kejadian hampir celaka dan kecelakaan pada operasi pemboran di PT. CPI. Penelitian ini adalah studi evaluasi dengan mempergunakan data tahun 2003 sampai dengan tahun 2005 di PT. CPI. Data penelitian ini adalah data sekunder yang merupakan data dari kebijakan dan program inspeksi keselamatan kerja pemboran serta data primes yang diperoleh melalui kuesioner untuk mengetahui pemahaman program inspeksi keselamatan kerja pemboran. Aspek Input adalah komitmen dan dukungan manajemen, hasilnya baik pada tahun 2003, 2004 dan tahun 2005 yang meliputi kebijakan dan program inspeksi keselamatan kerja pemboran serta dukungan sumber daya manusia. Aspek proses yakni penerapan program inspeksi keselamatan kerja pemboran pada tahun 2003 dan 2004 hasilnya kurang baik dan meningkat menjadi sangat balk pada tahun 2005. Aspek Output yaitu Nilai Positive Indicators yang sangat baik dari tahun 2003 s/d tahun 2005 dari program inspeksi keselamatan kerja pemboran di PT. CPI sudah dapat mencerminkan status pengelolaan keselamatan kerja pemboran dari fasilitas maupun peralatan yang dioperasikan. Komitmen dan dukungan manajemen pada tahun 2003 perlu peningkatan pemantauan program inspeksi, pelatihan dan keterlibatan karyawan perusahaan kontraktor pemboran melakukan inspeksi bersama tim inspeksi. Hasil yang kurang baik pada penerapan program inspeksi keselamatan kerja pemboran tahun 2003 dan 2004 disebabkan kurangnya pengawasan, kurangnya pemahaman pengawasan penyelesaian perbaikan. Pemenuhan keselamatan kerja rig pemboran yang sangat baik dari tahun 2003 s/d tahun 2005 karena perusahaan kontraktor pemboran telah melaksanakan inspeksi internal, mempunyai surat ijin iayak operasi (SILO) dan manajemen telah melakukan pengawasan secara lebih baik, keterlibatan karyawan meningkat serta adanya pemantauan dan evaluasi.
Occupational safety can be seen a lot from the situation at the workplace, which includes unsafe conditions, unsafe actions and also the situation of work environment. Safety protection which is done mechanically as a first improvement and the earliest general action taken, create a limitation that unsafe conditions seem to be considered as the main cause of accidents. Occupational safety inspection at drilling industry is aimed as means to recognize the unsafe conditions exist in many facilities and equipment at the drilling sites, which are related to ground drilling rig. The result of the inspection is then analyzed and given as a recommendation to decrease andlor eliminate nearly-accidents occurrence and accidents at the drilling operation in PT. CPI. This study is an evaluation study using data taken from 2003 until 2005 in PT. CPI. The data is a secondary data obtained from policies and occupational safety inspection program at drilling industry as well as primary data obtained from questionnaires in order to find out the acknowledgement and comprehension of occupational safety inspection program at drilling industry. The input aspect is management commitment and supports, the results are data either from 2003, 2004, or 2005 which include policies and occupational safety inspection program at drilling industry as well as human resource supports. The process aspect is the implementation of occupational safety inspection program at drilling company during 2003 to 2004, the result are not quite good yet improving to be very good in 2005. The output aspect is Positive indicators Value which is considered excellent from 2003 until 2005 in occupational safety inspection program at drilling industry PT. CPI. The program has already shown the status of occupational safety management either the facilities or the equipment being operated. Management commitment and supports in 2003 needs an improvement in the inspection program monitoring, training and workers from drilling industry contractors to perform inspection along with the inspection team. The low quality results in the implementation of occupational safety inspection at drilling industry 2003-2004 is due to the lack of monitoring, supervisor's knowledge of improvement completion. The very good result shown at drilling rig from 2003 until 2005 is because the drilling contractor has performed internal inspection, already has an authorization letter to perform operation (SILO) and the management has done better monitoring, workers involvement has improved and monitoring and evaluation is well-performed.
SBAR is a communication technique to improve team communication andcollaboration in patient safety. This study was conducted using quantitative cross-sectional comparative .The results showed there were significant differences in theaspects of knowledge about the elements of effective communication, theimportance of basic knowledge about the other person, the open question, theimportance of being a good listener, the importance of collaboration among healthprofessionals to create good teamwork in patient safety and improvementsignificant in terms of the action using the SBAR communication method to thenurse who had been trained. Needs further evaluation on delivering the trainingand monitoring its implementation in hospitals in order to be useful for a qualityservice to patients in an effort to Patient Safety.Keywords: Communication, Collaboration, Patient Safety, Training, SBAR
Rumah sakit Islam adalah sebuah media pelayanan kesehatan untuk mengartikulasikan Islam dalam pelayanan sehari-hari. Dalam falsafahnya Rumah sakit Islam Jakarta adalah perwujudan dari iman dan amal sholeh kepada Allah dan menjadikannya sebagai sarana ibadah. Di setiap sudut ruang di RS1 Jakarta terparnpang hadis senyum adalah sedekah, tetapi setiap penulis berkunjung kesana jarang mendapat senyarnan. Di misi RSI Jakarta ingin mewujudkan Pelayanan kesehatan yang Islami, profesional dan bermutu dengan tetap peduli pada kaum dhu'afa. Di sisi lain obat-obatan yang dipakai masih mengandung alkohol, pelayanan pasien kandungan masih ditangani dokter spesialis pria. Di jam kerja penulis sering menemui karyawan RSI Jakarta di tempat parkir. Tujuan penelitian ini adalah didapatkannya gambaran Kepemimpinan, Budaya Organisasi Islami dan Produktivitas Karyawan di Rumah Sakit Islam Jakarta. Penelitian ini menggunakart metode cross sectional dengan jumlah responden sebanyak 310 responden dan satu orang inforrnan yaitu direktur SDM dan Pembinaan Rohani RSI Jakarta. Pada penelitian ini didapatkan basil bahwa, nilai-nilai Islam barn diterapkan dalam bentuk simbol seperti pakaian muslimah tetapi di sisi lain RSI Jakarta masih menggunakan simbol Aesculap yang tidak Islami. Untuk Pelayanan belum dilakukan pernisahan antara petugas pria untuk pasien pria demikian pula sebaliknya. Keteladanan juga didapati bet= kuat di RS1 Jakarta. Sedangkan untuk produktivitas karyawan sudah baik. Pada saat ini Kepemimpinan di RSI Jakarta belum kuat, demikian pula dengan Budaya Organisasi Islaminya, sedangkan untuk Produktivitas Karyawan sudah balk. Untuk itu sebaiknya RS1 Jakarta para pimpinannya lebih berkornitinen untuk menjadi teladan bagi para stafnya. Mulai dirintis pelayanan pasien dengan menggunakan sistem gender, bila ha] itu tidak bisa dilakukan lebih balk rnemperbanyak petugas wanita mengingat batasan aurat wanita yang bokh dilihat yaitu wajah dan telapak tangan. Memperbanyak dialog antara pimpinan dengan staf, staf dengan staf baik di dalam unit kerja yang sama maupun dengan unit kerja lainnya.
Islam Hospital is a health service media for articulating Islam in daily services. In philosophy of Islam Hospital Jakarta is a form of faith and good deed to Allah and make it as religious medium. In every corner of RS1 Jakarta, shown hadis of smile is alms, but every the writer come he rarely got smile. RS1 Jakarta mission is realizing Islamic health service, professional and certifiable by still caring dhu'afa people. In the other side, used medicine was still containing alcohol, obstetrical patient service still performed by man specialty doctor. In work hour, writer often meet RS1 Jakarta staffs in parking area. This research purpose is obtaining description of leadership, Islamic organizational culture and staffs productivity at RS1 Jakarta. This research is using cross sectional method with total respondents of 310 people and I informant whose director of SDM and spiritual construction of RSI Jakarta. From this research obtained that Islamic values implemented in the form of symbolic such as rnuslimah cloths but in the other side RS1 Jakarta still using non Islamic Aesculap symbol. For services not yet performed separation between man staffs for man patient and in the contrary. Compliance obtained not yet strong in RSI Jakarta. While, staffs productivity has already well. Recently leadership in RSI Jakarta not yet strong, thus with Islamic organizational culture, while for staffs productivity is well. Therefore, it is better for leader of RSI Jakarta more committed to become model for their staffs. Patient services start be pioneered by using gender system, if it could not performed, it is better to increase woman staffs considering woman aurat are face and hand palm. Increasing dialogues between chief-staffs and staffs-staffs whether in the same working unit and other working unit.
Rendahnya motivasi karyawan menunjukan adanya masalah kepemimpinan dan kepuasan kerja. Tingginya turnover pegawai di RS Yadika Pondok Bambu mengindikasi permasalahan kepuasan kerja dan komitmen. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara gaya kepemimpinan dengan kepuasan kerja karyawan dan hubungan kepuasan kerja dengan komitmen organisasi di RS Yadika Pondok Bambu. Besar sampel 193 orang. Penelitian dilakukan dengan menyebarkan kuesioner.Gaya kepemimpinan transformasional dialami 58% karyawan dan transaksional 42%. Karyawan yang puas 50.28%, yang tidak puas 49.7%. Komitmen afektif&normatif didapatkan pada 67% karyawan dan kontinu 33%. Terdapat hubungan antara gaya kepemimpinan dengan kepuasan kerja karyawan. Terdapat hubungan antara kepuasan kerja dengan komitmen organisasi.
Low motivation of employees indicates the issue of leadership and job satisfaction. The high turnover of employees in RS Yadika Pondok Bambu indicates job satisfaction and commitment issues. The purpose of this study was to determine the association between leadership style and job satisfaction and association between employee job satisfaction and organizational commitment in RS Yadika Pondok Bambu. Sample size was 193 people. Research carried out by spreading questionnaire. Transformational leadership style was experienced by 58% of employees and transactional style was 42%. 50.28% of employees were satisfied, 49.7% dissatisfied. Affective and normative commitment was found in 67% of employees and 33% continuous commitment. There is an association between leadership style and job satisfaction of employees. There is an association between job satisfaction and organizational commitment.
Penelitian ini bertujuan agar mengetahui pelaksanaan Standar pelayanan minimal pada RS dr.Sobirin dan hambatan-hambatan yang terjadi dalam pelaksanaannyan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan melakukan wawancara mendalam dari informan terpilih yang terkait dalam pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal di RS dr.Sobirin Kabupaten Musi Rawas Sumatera Selatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari segi SOP khususnya pada rawat jalan masih belum terlihat kelengkapannya, sedangkan dari SDM memang suatu dilema rumah sakit pemerintah daerah yang kekurangan untuk tenaga ahlinya, terutama para dokter spesialis, dan dari segi sarana dan prasarana sudah cukup memadai, tetapi masih kurang dari sistem pemeliharaannya. Sehingga kesimpulannya, pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal di RS dr.Sobirin belum dilaksanakan secara maksimal, karena keadaan rumah sakit yang masih sedikit banyak mempunyai kelemahan dan kekurangan, yaitu baik dari segi SOP, SDM, dan juga sarana dan prasarana Saran peneliti bagi RS dr.Sobirin diharapkan dapat lebih bekerjasama dan melakukan koordinasi yang baik dengan pihak Pemerintah Daerah agar dapat dicarikan solusi yang terbaik, dan diharapkan RS dr.Sobirirn membuat SPM baru yang sesuai dengan keadaan dan kemampuan RS dr.Sobirin dan direvisi serta ditingkatkan secara bertahap sesuai dengan ketentuan Departemen kesehatan. Kata kunci : Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit
This study aimed to know the implementation of minimum service standards in hospitals dr.Sobirin and obstacles that occur in the implementation. This study uses a qualitative approach with conduct in-depth interviews with selected informants involved in the implementation of Minimum Service Standards in Musi Rawas District Hospital dr.Sobirin South Sumatera. Results showed that in terms of SOP, particularly in outpatient still have not seen completeness, while the Human Resourses is a dilemma in the local government hospital for lack of expert personnel, especially specialists, and in terms of facilities and infrastructure is adequate, but still less of system maintenance. So in summary, the implementation of Minimum Service Standards in the Hospital dr.Sobirin not optimally implemented, because the state hospital which is still a bit much to have weaknesses and shortcomings, namely in terms of SOP, Human Resourses , and also the facilities and infrastructure. Suggestions for RS dr.Sobirin researchers expected to further cooperate and coordinate well with the local government in order to find the best solution, and the expected RS dr.Sobirirn create new SPM according to the circumstances and the ability of RS dr.Sobirin and revised and improved gradually in accordance with the provisions of the health department. Key word : Minimum Service Standards for Hospital
