Ditemukan 38020 dokumen yang sesuai dengan query :: Simpan CSV
Penyakit jantung koroner merupakan penyebab utama kematian di dunia yang akan terus meningkat dan menjadi pandemi tanpa memandang batas negara. Setiap tahun di dunia sebanyak 3.8 juta laki-laki dan 3.4 jiwa wanita meninggal karena penyakit jantung koroner. Perubahan daya hidup, peningkatan usia harapan hidup dan urbanisasi mendorong timbulnya abnormalitas metabolisme seperti obesitas, dislipidemia, resistensi insulin dan hipertensi. Kumpulan abnormalitas metablik ini disebut dengan sindroma metabolik pada akhirnya akan meningkatkan kemungkinan menderita penyakit jantung koroner tiga kali lipat Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahuinya hubungan sindroma metabolik dengan penyakit jantung koroner di RS. DR. M. Djamil Padang Tahun 2008 setelah dikontrol dengan variabel umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, kebiasaan merokok, kebiasaan minum alkohol dan aktivitas fisik. Desain penelitian ini adalah kasus kontrol. Kasus adalah penderita baru penyakit jantung koroner berdasarkan pemeriksaan EKG oleh dokter, penyakit tersebut baru terdiagnosis pada Bulan Januari sampai Mei 2008. Kontrol adalah semua pengunjung ang dinyatakan sebagai bukan penderita penyakit jantung koroner, pada Bulan Januari sampai Mei 2008 berdasarkan pemeriksaan EKG oleh dokter. Sindroma Metabolik menurut AHA/NHLBI 2005 ditegakkan diagnosis bila terdapat empat kriteria dibawah ini: tekanan darah > 130/85 mmHg, kadar trigliserida darah >150mg/dl, kolesterol HDL pada laki-laki < 40 mg/dl dan wanita < 50 mg/dl dan kadar gula darah puasa > 100mg/dl Telah dilakukan panelitian terhadap 300 orang responden terdiri dari 150 pada kelompok kasus dan 150 pada kelompok kontrol. Hasil analisis multivariat didapatkan kejadian penyakit jantung koroner (PJK) berisiko 4,67 kali lebih besar pada orang yang mengalami sindroma metabolik dibandingkan dengan orang yang tidak mengalami sindroma metabolik setelah dikontrol dengan variabel jenis kelamin (95% CI:1,20-18,06). Pada hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara sindroma metabolik dengan kejadian penyakit jantung koroner di RS. DR. M. Djamil Padang tahun 2008.
Latar Belakang : Peningkatan prevalensi penderita hipertensi di masyarakat DKI Jakarta disebabkan oleh berbagai faktor yang dapat dimodifikas maupun tidak. Aktifitas fisik sehagai salah satu lilktor yang dapat mencegah hipertensi perlu mendapat perhatian yang lebih karena faktor ini termasuk: salah satu faktor yang dapat dimodifikasi dengan usaha dan biaya yang tidak terlaiu besar.Tujuan penelitian ini adalah diketahuinya besar hubungan antara kejadian hipertensi dengan aktivitas fisik pada masyarakat di lima wilayah DKI Jakarta tahun 2006. Metode : Penelitian ini dilakukan dengan disain cross sectional dan dianalisis secara kohort menggunakan data sekwtder dari survey faktor resiko PTM utama di lima wilayah DKI Jakarta tahun 2006. Kasus ekspos adalah subyek yang melakukan aktivitas fisik renda yang berjumlah 668 orang subyek dan non ekspos adalah subyek yang melakukan aktivitas tinggi sejumlah 668 orang. Perbandingan kasus ekspos dan non ekspos adalah 1:1, hingga jumlah keseluruhan subyek penelitian 1336 subyek. Hasil : Hasil penelitian mendapatkan proporsi hipertensi pada subyek yang beraktivitas rendah sebesar 65,5% dab pada subyek yang beraktivitas tinggi 58 8%. Hasil analisis menunjukkan bahwa aktivitas fisik berhubungan secara signiflkan dengan kejadian hipertensi. Dengan nilai p (p value) = 0,0001, setelah dikontrol oleh variabel jenis kelamin dan peketjaan didapat OR aktivitas tinggi 0,750 dengan 95% CI (0,601- 0,937) menunjukkan bahwa dengan beraktivitas dapat mengurangi risiko untuk menderita penyakit hipertensi sebesar 4 kali. Dalam penelitian ini variabel Jenis kelamin. umur, tingkat pendidilcan, status perkawinan, diaberes mellitus, hiperkolesterol, low HDL, IMT, dan pekerjaan semua mempunyai hubungan yang signifikan dengan kejadian hipertensi (nilai p < α), sementara variabel merokok, hiper LDL dan kecukupen serat walaupun berhubungan tetapi hubungannya dengan hipertensi tidak signiflkan (nilai p > a). Kesimpulan : Aktivittas fisik tinggi dapat mengurangi resiko untuk terkena penyakit hipertensi, semakln sering kita me1akukan aktivitas fisik semakin rendah resiko untuk menderita penyakit. Subyek yang melakukan aktifitas fisik rendah lebih beresiko untuk terkena hipertensi 4 kali dibanding subyek yang melakukan aktifitas fisik tinggi.
Diabetes is a non-communicable disease with a continuously increasing prevalence, including in Indonesia, where the prevalence reached 11.7% according to the 2023 Indonesian Health Survey (SKI). Prediabetes, as a precursor condition to diabetes, has garnered global attention due to its higher prevalence and the rapid progression potential to type 2 diabetes. The widespread sedentary lifestyle phenomenon further exacerbates this risk, as it is strongly associated with insufficient physical activity, a major risk factor for diabetes and other non-communicable diseases. This study aims to determine the prevalence of prediabetes and analyze the association between insufficient physical activity and prediabetes incidence after controlling for covariates such as age, sex, education, comorbidities, dietary patterns, and smoking habits. This cross-sectional study utilizes secondary data from the 2023 Indonesian Health Survey (SKI). The results indicate a prediabetes prevalence of 42.91% in the adult population aged 18-59 years in Indonesia, with 39.77% occurring in the insufficient physical activity group. Multivariate analysis using Cox regression showed almost no difference in prediabetes risk between the insufficient physical activity and sufficient physical activity groups (PR 0.96; 95% CI: 0.91–1.01). The high prevalence of prediabetes in the productive age group is expected to motivate increased frequency and duration of physical activity to a minimum of 150 minutes per week and regular early detection of prediabetes.
Penyakit diabetes melitus tipe 2 (DM tipe 2) merupakan penyakit metabolik kronik yang betkaitan gaya hidup, penyakit ini semakin meningkat jumlahnya dan saat ini penyakit diabetes melitus sudah merupakan salah satu ancaman utama kesehatan umat manusia jumlah penderita penyakit DM tipe 2 di negara maju maupun negara berkembang terus meningkat setiap tahun. Indonesia menempati urutan ke 4 jumlah penderita DM di dunia setelah India, Cina, Amerika Serikat Penyakit ini tidak bisa ditumbuhkan dan dampak yaug ditimbulkan dari penyakit ini melipuli beberapa aspek antara lain aspek personal sosial dan ekonomi Upaya pencegahan yang paling baik agar insiden DM tipe 2 tidak meningkat adalah dengan mengendalikan faktor risikonya. Salah satu Faktor risiko yang dapat diubah yang ada pada seseorang adalah meningkatkan aktifitus fisik. Penelitian ini adalah penelitian yang melihat aktifitas fisik dengan risiko kejadian DM tipe 2 di lima wilayah DKI Jakarta, subyek yang terlihat dalam penelitian ini adalah DKI Jakarta yang berusia 25 s/d 64 talum. Penelitian ini dilakukan karena adanya kecenderungan peningkatan prevelen DM lipe 2 di masyarakat dan terjadinya perubahan gaya hidup dimasyarakat yang lebib banyak menyukai gaya hidup inaktif. Penelilian ini menggunakan pendekalan kuantitalif dengan disain penelitian kasus kontrol menggunakan data sekunder dari data survei Faktor Risiko penyakit tidak menular di lima wilayah DKI Jakarta tahun 2006. Yang menjadi kasus pada penelitian ini adatah subyek dengan hasil pemeriksaan laboratorium glukosa darah dinyatakan DM oleh dokter, sedangkan kontrol adalah subyek dengan hasil pemeriksaan laboratorium glukosa darah dinyatakaa tidak DM oleh dokter Jumlah sampel dalam penelilian ini adatah 575 subyek. Analisa data dilkukan dengan uji chi square dan analisis multivariat logistic regrusion. Dari hasil penelitian temyata tidak seluruh variabel independ yang diteliti masuk dalam ltandidat model don banya t..-dapat6 wriabel yang bisa masuk dslam kand.idat model ynitu umur,IMT,Riwaynt hipertenskadm: WL, kadm: trigliserida don diet semi, don terdapal 2 variabel yang m..-upeka confounder ynitu wriobel umur don kadm: trigliserida. Pada basil ekhir pencfilian ini didapalltan niJai p value sebesar 0,306 nilai OR scbesar 0,782 (95% CI: 0,488-1,253) nilai tersebut setelah dikontrol dengan variabel umur, don kadm: trigliserida Artinya adanyalmbungan tersebut bel:sifat protektif tapi hubuogan lmebut tidek bemJakna, seltingga penelililm. ini belum bisa membuktikon bahwa ada lmbungan aktifitas fisik dengan kejadian DM tipe2. Kelermban poda penelitian ini - lain, time -adak dapat dilihat dengan jelas, masih terdapat bias dan masih dipengarubi adanya confounding_ !'ada penelitian dimasa mendatmlg perlu mempertimbangkan disoin yang lebih tepat dengan knalitas data yang lebih baik.
Diabetes mellitus disease Type 2 is a metabolic chronicle disease which directly with people life style, this disease progressively increase by bets and at this present time diabetes mellitus disease is one of main threat of health of the mankind. Amount of Diabetes mellitus disease Type 2 patients increase both in developing countries and well developed countries every single year. Indonesia is in 41h place on the amount of Diabetes mellitus patients in worlds after India. Cbina, United States (Depkes,2005). This disease cannot be healed or effect which generaled from this disease cover some aspects such as personnel, social and economic aspects. The most important prevention effort so that Diabetes mellitus disease Type 2 do not increase is by controlling the risk factor. One of Risk factor available for alknd on the someone is increasing the physical activity. This r=h is a research focus in physical activity and the occurrence of Diabetes mellitus disease Type 2 in live region in DKI subjects in this research are people with age of25 to 64 year. Main reason of this research caused hy tendency of the increasing prevalcal of Diabetes mellilns disease Type 2 in oommunity and the change of people life style where tbcy preferred to choose inactive life style. This =h apply quantitative approach by case-control design research using secondmydata from Risk Factor Non Contagious Disease data SUIVcy in five region of DKI Jalou:la 2006. Wliat beooming case at this research is subject with .result inspection of Blood glucose laboratory witb Diabeles mellitus disease Type 2, while control variable is sullject with result inspeclioo of blood glucose and no Diabetes mellitus disease Type 2 detected Amount of samples in Ibis research are 575 subjects Data analysis acoomplished with chi-square test and logistic regression multivariate analysis. From research result simply not all independent variable which checked by is admission in modeling candidate and only 6 variable which can enter in model candidate that is age, JMT, hypertension history, rate IDL, triglyceride rate and fiber diet, and !here are 2 variable which is confounder variable that is triglyceride rate and age. On the final result of this research we got value equal to 0,306, OR value equal to o,m ( 95 % Cl : 0,48&-1.253) assess after controlled with age variable, and triglyceride rate_ Which mean that there is relation, and protective bet the relation is not significant, so !bat this research not yet prove that there is relation between physical activity with the occurrence of Diabetes mellitus disease Type 2. Weakness of this research for example time sequent have no seen clearly, still there are diffraction and still influenced by the existence of connfounding.
Kata kunci :Hipertensi, aktivitas fisik, cross sectional, cox regression, IFLS 5.
Hypertension is the leading causes for prematur death worldwide. Globally, WHOreported about nearly one billion people living with hypertension and it is estimated thatthis number will escalate to more than 1,5 billion by the year 2025. Insufficient physicalactivity is one of the modifiable risk factors for hypertension, which is not required greateffort and cost. In 2013, the prevalence of hypertension among Indonesian adults was25,8% and the proportion of insufficient physical activity was 26,1%. This study aims toknow the prevalence of hypertension, the proportion of insufficient physical activity andalso its relationship among the Indonesian adults based on IFLS 5 data in 2014. A cross-sectional study was conducted among 26.043 respondents in IFLS 5 aged 18 years andabove. The JNC-7 guidelines used to defined hypertension (if systolic blood pressure≥140 mmHg and/or diastolic ≥90 mmHg), whereas physical activity measured by thehabit of performing physical activity for at least 10 minutes a week. Statistical test onbivariate and multivariate analysis using cox regression. The prevalence of hypertensionwas 24,09% and the proportion of insufficient physical activity was 35,68%. Statisticaltest shown there was a significant relationship between physical activity and hypertension(P value 0,000), people with insufficient physical activity at risk 1,15 times havinghypertension than those with active physical activity (PR: 1,15; 95 % CI: 1,09-1,21).Adults should do at least 30 minutes walking everyday, province/district health officeneeds to use social media such as Facebook, Instagram, Twitter, etc, in order to promotingthe benefit of physical activity.
Keywords :Hypertension, physical activity, cross sectional, cox regression, IFLS 5.
