Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 37287 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Kenti Friskarini; Pembimbing: Sudijanto Kamso, Asih Setiorini; Penguji: Sutanto Priyo Hastono, Rachmalina S. Prasodjo, Sri Poedji Hastoety Djaiman
Abstrak:

Daiam pencapaian status gizi yang dapat mcningkatkan kualitas SDM sering ditemui berbagai masalah. Masalah gizi di Indonesia dan di negara beikembang pada umumnya masih didominasi oleh masalah Kurang Bnergi Protein (KEP), Anemia besi, Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), Kurang Vitamin A, dan rnasalah obesitas terutama di kota-kota besar Dalam masyarakat, terdapat kelompok rentan gizi. Remaja merupakan salah satu bagian dalam kelompok ini Masa dewasa muda juga mcrupakan masa yang penting. Kebiasaan dalam pemenuhan gizi pada kedua masa ini merupakan investasi yang panting untuk masa depan karena merupakan usia yang produktif. Melihat kenyataan di atas, maka penulis ingin melihat gambaran tentang status gizi dengan menggunakan IMT pada remaja (15 - 18 tahun)dan dcwasa muda (19 - 24 tahun) di Indonesia serta faktor-faktor apa saja yang berhubungan, dengan rnenggunakan data Survei Kesehatan Rumah Tangga di Indonesia tahun 2004 serta data Survei Sosial Ekonomi Nasional tahun 2004. Tujuan umum penelitian ini adalah diperolehnya informasi tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan [MT pada remaja dan dewasa muda di Indonesia tahun 2004. Sedangkan tujuan khususnya adalah diperolehnya gambaran mengenai IMT pada remaja dan dewasa muda, diperolehnya faktor-faktor yang berhubungan dengan [MT pada remaja dan dewasa muda, serta diperolehnya model untuk memprediksi faktor-faktor yang berperan terhadap kejadian IMT pada remaj a dan dewasa muda di Indonesia pada tahun 2004. Rancangan penelitian adalah potong lintang dengan populasi adalah rcmaja berusia 15 - 18 tahun dan dewasa muda usia 19 - 24 tahun di Indonesia pada tahun 2004. Menggunakan data Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 2004 sorta data Survei Sosial Ekonomi Nasional tahun 2004. Sampel diambil dengan menggunakan rumus uji hipotesis dua proporsi. Analisis data dengan analisis regresi logistik multinomial. Hasil dari penelilian ini adalah proporsi responden yang memiliki gizi baik (75,4%) jauh lebih banyak dibandingkan dengan responden yang memiliki gizi lebih (6,0%) dan gizi kurang (18,6%). Berdasarkan seluruh proses analisis multivariabcl didapatkan basil bahwa ada 3 vanabel yang sccara signifikan berhubungan, yaitu jumlah anggota rumah tangga, daerah tempat tinggal dan aktifitas fisik. Faktor yang dominan berhubungan dengan IMT remaja dan dewasa muda dalam penelitian dcngan OR terbesar adalah aktititas fisik. Berdasarkan penelitian ini maka perlu dilakukan pemantauan IMT secara berkala di masyarakat dengan tujuan untuk mengetahui besaran masalah gizi yang texjadi schingga dapat dilakukan pencegahan secara tepat. Selain itu lebih memasyarakatkan Pedoman Umum Gizi Seimbang kepada remaja dan dewasa muda schingga meningkatkan pengetahuan rentang gizi yang baik.


Attainment of nutrition status that could increase SDM quality otten met various problems. Nutrition problems in Indonesia and developing country generally dominated by Protein Energy Deficiency, iron anemia, disturbance caused by Iodine Deficiency (GAKY), vitamin A deficiency and obesity especially in big cities. In public, acquire malnutrition groups. Teenagers are one ofthe parts in these groups. Young adult was also an important period. Nutrition fulfillment habit in these both periods was an important infestation for future because represent productive ages. Seeing above facts, writer desire to see nutrition status description by using teenagers BMI (15 - 18 years old) and young adults (19 - 24 years old) in Indonesia and related factors, by using Household Health Survey data in Indonesia at 2004 also National Social Economy Survey data at 2004. These research general purposes were information toward factors related to BMI on teenagers and young adults in Indonesia at- 2004. While particular purposes were obtaining description toward BMI on teenagers and young-adults, obtaining factors related to BMI on teenagers and young adults, also obtaining model to predict distribution factors toward BMI cases on teenagers and young adults in Indonesia at Research design is cross sectional with population of teenager ages of 15 - 18 years old and young adult ages of 19 - 24 years old in Indonesia at 2004. It was uses Household Health Survey at 2004 and National Social Economy Stuvey data at 2004. Sample collected by using formula of double proportion hypothesis test. Data analysis was using multinornial logistic regression analysis. This research result is respondent proportion that has good nutrition (75.4%) higher than respondent with exceeded nutrition (6.0%) and malnutrition (18.6%). Based on entire multivariable analysis process obtained 3 significantly related variables, which are total of household member, residence and physical activity. Dominant factor that related with teenagers BMI and young adults in research, which with highest OR, is physical activity. Based on this research require BMI monitoring as continually in public to identify occurred nutrition problems coverage so that able to perform exact prevention. Besides, it was socializing General Guidance of Balanced Nutrition to teenagers and young adults so that increasing knowledge toward good nutrition.

Read More
T-2668
Depok : FKM-UI, 2007
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Ni`matun Nurlaela; Pembimbing: Pandu Riono; Penguji: Muhammad Noor Farid, Ingan U. Tarigan, Sylviana Andinisari
T-4542
Depok : FKM UI, 2017
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Dhea Riana Kismaningrum; Pembimbing: Tris eryando; Penguji: Besral, Minarto, R. Giri Wurjandaru
Abstrak: Obesitas disebabkan ketidakseimbangan asupan kalori masuk dan energi keluaryang diukur melalui parameter IMT. Timbulnya ketidakseimbangan inimerupakan peran dari berbagai determinan. Tujuan penelitian ini adalahmengidentifikasi determinan komposisional dan kontekstual terkait IMT padaorang dewasa di 16 propinsi diatas rata-rata prevalensi obesitas nasional.Penelitian menggunakan desain potong-lintang dengan jumlah responden 180.352orang dewasa usia 19-44 tahun di Indonesia. IMT dihitung dari hasil pengukurantinggi badan dan berat badan responden. Data determinan komposisional didapatdari Riskesdas 2013. Data determinan kontekstual didapat dari Statistik PotensiDesa tahun 2011, Statistik Perilaku Peduli Lingkungan Hidup tahun 2013 danStatistik Pengeluaran Konsumsi Makanan-Bukan Makanan danPendapatan/Penerimaan Rumah Tangga tahun 2013. Penelitian ini menggunakananalisis multilevel regresi linear. Hasil penelitian ini melaporkan bahwadeterminan komposisional yang memiliki hubungan dominan dengan IMT adalahstatus ekonomi pada semua kelompok. Determinan kontekstual yang memilikihubungan dominan dengan IMT adalah peningkatan akses terhadap penggunaankendaraan bermotor dan makanan siap saji sejalan dengan peningkatan IMT.Penelitian ini memiliki kontribusi untuk memahami hubungan kompleks antaradeterminan individu dan komunitasnya terkait IMT. Kebijakan yang mendukungpeningkatan akses terhadap makanan sehat dan aktivitas fisik melalui falsilitasyang tersedia di sekitar tempat tinggal dan edukasi pola hidup seimbangdiharapkan mampu mengurangi risiko penyakit tidak menular terkait IMT dimasyarakat.Kata kunci: Indeks Massa Tubuh (IMT), orang dewasa, analisis multilevel.
Obesity caused by unequality of nutrition intake and energy output which ismeasured by body mass index (BMI) as parameter. Unequality phenomenaaccured by complex determinants called compositional and contextual factor. Theaim from this study is identify complex determinants of BMI in 16 province inIndonesia which have higher obesity prevalence than national obesity prevalence.This study use cross-sectional design study and 180.352 sampel of Indonesianadults in 19-44 years old. BMI measured from body height and body weight. Datafor compositional determinants collected from Basic Health Research 2013 givenby National Health Research and Development of Indonesia. Data for contextualdeterminants collected from Statistical of Statistik Potensi Desa 2011, StatistikPerilaku Peduli Lingkungan Hidup 2013 dan Statistik Pengeluaran KonsumsiMakanan-Bukan Makanan dan Pendapatan/Penerimaan Rumah Tangga 2013given by Berau of Statistic of Indonesia. Analysis using multilevel linearregression. Compositional determinant dominant of IMT reported is socialeconomy status. Social economy status have postive associated with BMI.Contextual determinants dominant of IMT reported are motorized-user and fast-food outlet have postive associated with BMI. Policy to encorouge people toaccess healthy food and physical activity expectable to reduce non-communicablediseases.Keywords: body mass index, adults, multilevel analysis.
Read More
T-4588
Depok : FKM-UI, 2016
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Wina Setiany; Pembimnbing: Indang Trihandini; Penguji: Sudijanto Kamso, Robert Meison Saragih
S-7677
Depok : FKM UI, 2013
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Anggi Anitia; Pembimbing: Kemal Nazaruddin Siregar; Penguji: Sutanto Priyo Hastono, Sudibyo Alimoeso
Abstrak:
Penelitian ini membahas tentang determinan yang berhubungan dengan kejadian perkawinan anak pada wanita muda berusia 15 – 24 tahun dengan tujuan untuk mengetahui gambaran kejadian perkawinan anak di Indonesia dan hubungan antara faktor-faktor tersebut (individu, rumah tangga, dan lingkungan sosial) dengan kejadian perkawinan anak pada wanita muda berusia 15 – 24 tahun di Indonesia. Desain studi yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross-sectional (potong lintang) dengan analisis multivariabel regresi logistik menggunakan sumber data dari data sekunder SDKI 2017. Populasi penelitian ini adalah seluruh wanita usia subur berusia 15 – 24 tahun di Indonesia yang menjadi responden SDKI 2017, sedangkan sampel penelitiannya adalah seluruh wanita usia subur yang berusia 15 – 24 tahun yang sudah menikah di Indonesia dan tercakup dalam SDKI 2017 yang berjumlah 3.939 responden. Dalam penelitian ini, ditemukan hasil prevalensi perkawinan anak pada wanita muda berusia 15 – 24 tahun di Indonesia sebesar 54,9%. Hasil uji statistik menunjukkan adanya hubungan yang signifikan secara statistik antara usia (AOR= 29,72; 95% CI= 18,32 – 48,21), lokasi tempat tinggal (AOR= 1,46; 95% CI= 1,19 – 1,79), tingkat pendidikan (AOR= 3,23; 95% CI= 2,47 – 4,23), status ekonomi (AOR= 2,10; 95% CI= 1,73 – 2,56), keterpaparan informasi (AOR= 0,67; 95% CI= 0,50 – 0,89), jumlah anggota keluarga (AOR= 0,70; 95% CI= 0,58 – 0,85), dan peran perempuan dalam pengambilan keputusan menikah (AOR= 1,50; 95% CI= 1,22 – 1,84) terhadap kejadian perkawinan anak. Dapat disimpulkan, bahwa prevalensi perkawian anak masih tinggi dan dipengaruhi oleh faktor-faktor tersebut. Oleh karena itu, dengan meningkatkan akses pendidikan (penyuluhan dan edukasi), sosialisasi dampak perkawinan anak, dan melakukan pemberdayaan masyarakat dapat menjadi solusi untuk menurunkan prevalensi perkawinan anak pada wanita muda di Indonesia.

This study discusses the determinants associated with the incidence of child marriage in young women aged 15 – 24 years to know the description of the incidence of child marriage in Indonesia and the relationship between these factors (individuals, households, and the social environment) with the incidence of child marriage. in young women aged 15-24 years in Indonesia. The study design used in this study was cross-sectional (cross-sectional) with multivariable logistic regression analysis using data sources from secondary data from the 2017 IDHS. The study population was all women of childbearing age aged 15-24 years in Indonesia who were respondents to the 2017 IDHS. while the research sample was all women of childbearing age aged 15-24 who were married in Indonesia and included in the 2017 IDHS, totaling 3,939 respondents. In this study, it was found that the prevalence of child marriage among young women aged 15-24 years in Indonesia was 54.9% (95% CI: 52.7 - 57.1). Statistical test results showed a statistically significant relationship between age (AOR= 29.72; 95% CI= 18.32 – 48.21), location of residence (AOR= 1.46; 95% CI= 1.19 – 1.79), educational level (AOR= 3.23; 95% CI= 2.47 – 4.23), economic status (AOR= 2.10; 95% CI= 1.73 – 2.56), exposure information (AOR= 0.67; 95% CI= 0.50 – 0.89), number of family members (AOR= 0.70; 95% CI= 0.58 – 0.85), and the role of women in decision making married (AOR = 1.50; 95% CI = 1.22 – 1.84) on the incidence of child marriage. It can be concluded that the prevalence of child marriage is still high and is influenced by these factors. Therefore, increasing access to education (counseling and education), socializing the impact of child marriage and applicable regulations regarding the minimum age for marriage, as well as conducting community empowerment can be solutions to reduce the prevalence of child marriage among young women in Indonesia.
Read More
S-11235
Depok : FKM-UI, 2023
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Salsabilla Tiara; Pembimbiing: Rico Kurniawan; Penguji: Besral, Ananda
Abstrak:
Latar belakang: Obesitas sentral adalah penumpukan lemak di daerah abdomen yang dapat meningkatkan berbagai risiko penyakit tidak menular lainnya. Prevalensi obesitas sentral di Indonesia juga meningkat setiap tahunnya. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara faktor sosiodemografi, faktor perilaku, faktor gangguan mental emosional, dan faktor riwayat penyakit dengan kejadian obesitas sentral pada usia dewasa di Indonesia pada tahun 2023. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif menggunakan data sekunder SKI 2023. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional dan analisis regresi logistik berganda. Besar sampel yang didapatkan sebesar 455.036 dengan rincian sampel perempuan sebesar 253.055 dan sampel laki-laki sebesar 202.251. Hasil: Hasil penelitian menunjukan bahwa prevalensi obesitas sentral pada perempuan mencapai (65,4%), sementara pada laki-laki mencapai (25,1%). Penelitian ini menunjukan bahwa riwayat penyakit berhubungan signifikan dan menjadi faktor dominan terhadap kejadian obesitas sentral pada seluruh populasi (AOR Perempuan: 1,96; AOR Laki-laki: 2,37). Kesimpulan: Tingginya angka obesitas sentral pada penduduk usia dewasa mengindikasikan perlunya upaya pencegahan yang serius, terutama dalam meningkatkan kesadaran masyarakat untuk mengatur pola hidup sehat yang lebih baik. Upaya ini dapat dilakukan melalui promosi kesehatan dan kolaborasi antar pihak.

Background: Central obesity is the accumulation of fat in the abdominal region that can increase the risk of various other non-communicable diseases. The prevalence of central obesity in Indonesia is also increasing every year. Objective: This study aims to see the relationship between sociodemographic factors, behavioral factors, mental emotional disorder factors, and disease history factors with the incidence of central obesity in adults in Indonesia in 2023. Methods: This study is a quantitative study using secondary data from SKI 2023. This study used a cross-sectional design and multiple logistic regression analysis. The sample size obtained was 455,036 with details of the female sample of 253,055 and the male sample of 202,251. Results: The results showed that the prevalence of central obesity in women reached (65.4%), while in men it reached (25.1%). This study showed that a history of disease was significantly associated and was the dominant factor in the incidence of central obesity in the entire population. (Female AOR: 1.96; Male AOR: 2.37). Conclusion: The high rate of central obesity in the adult population indicates the need for serious prevention efforts, especially in increasing public awareness to organize a better healthy lifestyle. This effort can be done through health promotion and collaboration between parties.
Read More
S-11988
Depok : FKM-UI, 2025
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Anindya Nuzhmi Zharifa; Pembimbing: Tris Eryando; Penguji: Wahyu Septiono, Novi Indriastuti
Abstrak:
Merokok masih menjadi ancaman kesehatan bagi remaja hingga saat ini. Studi menemukan bahwa tren perokok anak usia 10 – 18 tahun di Indonesia dari waktu ke waktu terus meningkat. Merokok yang dimulai pada usia remaja akan lebih sulit untuk berhenti merokok saat dewasa. Kian langgengnya perilaku merokok yang dilakukan oleh penduduk usia belia di Indonesia menandakan belum tercapainya kemajuan program-program pengendalian tembakau yang efektif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tren dan prevalensi pengalaman merokok remaja di Indonesia dari tahun 2009, 2014, hingga 2019. Analisis data memanfaatkan hasil Global Youth Tobacco Survey pada sampel remaja usia 11 – 17 tahun di tingkat menengah pertama dengan regresi logistik multivariabel untuk mengetahui determinan utama pengalaman merokok. Penelitian ini mengungkapkan bahwa prevalensi merokok remaja di Indonesia meningkat secara signifikan dari waktu-waktu (p-value <0.001). Faktor-faktor yang mendorong perilaku mencoba merokok pada remaja ditemukan pada remaja laki-laki (AOR: 13,2; 95% CI: 11,055 – 15,788), remaja dengan persepsi social benefit positif (AOR: 1,2; 95% CI: 1,095 – 1,406), menerima tawaran rokok teman (AOR: 24; 95% CI: 19,450 – 29,788), terpapar asap rokok di tempat umum (AOR: 2; 95% CI: 1,774 – 2,228), terpapar asap rokok di rumah (AOR: 2,4; 95% CI: 2,103 – 2,706). Implikasi penelitian ini menyorot evaluasi program pengendalian tembakau di Indonesia yang perlu dikembangkan dari berbagai aspek guna menekan laju konsumsi rokok yang dilakukan remaja melalui penguatan regulasi dan kolaborasi lintas sektor.

Smoking is still a health threat to adolescents today. Studies have found that the trend in smokers among children aged 10 - 18 years in Indonesia has been increasing over time. Smoking that starts in adolescence will be more difficult to quit smoking as an adult. The persistence of smoking behavior by the young population in Indonesia indicates that effective tobacco control programs have not yet made progress. This study aims to determine the trends and prevalence of adolescent smoking experience in Indonesia from 2009, 2014, to 2019. Data analysis utilized the Global Youth Tobacco Survey on a sample of adolescents aged 11 - 17 years at junior secondary level with multivariable logistic regression to determine the main determinants of smoking experience. The study revealed that the prevalence of adolescent smoking in Indonesia increased significantly over time (p-value <0.001). Factors that encourage adolescent smoking trying behavior were found in male adolescents (AOR: 13.2; 95% CI: 11.055 - 15.788), adolescents with positive social benefit perceptions (AOR: 1.2; 95% CI: 1.095 - 1.406), accepting a friend's cigarette offer (AOR: 24; 95% CI: 19.450 - 29.788), exposure to cigarette smoke in public places (AOR: 2; 95% CI: 1.774 - 2.228), exposure to cigarette smoke at home (AOR: 2.4; 95% CI: 2.103 - 2.706). The implications of this study highlight the evaluation of tobacco control programs in Indonesia that need to be developed from various aspects to reduce the rate of cigarette consumption by adolescents through strengthening regulations and cross-sector collaboration
Read More
S-11728
Depok : FKM UI, 2024
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Rilantias Utami; Pembimbing: Besral; Penguji: Milla Herdayati, Maria Holly Herawaty, Zakiah
Abstrak:
Sayur dan buah merupakan sumber vitamin, mineral dan tinggi serat, namun jarang di konsumsi oleh remaja. Kurangnya konsimsi sayur dan buah dapat menyebabkan timbulnya penyakit degeneratif dan dapat menyebabkan kematian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui deteminan konsumsi sayur dan buah pada remaja di Jabodetabek Tahun 2022. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi cross sectional. Jumlah responden dalam penelitian ini 327 remaja yang berdomisili di Jabodetabek. Hasil penelitian menunjukkan preferensi dan pengetahuan merupakan faktor determinan dari konsumsi sayur dan buah dengan faktor dominan yang ditemukan adalah preferensi (OR 13,055; CI 3,104 - 54,904). Peningkatan pengetahuan dan pemahaman mengenai pentingnya konsumsi sayur dan buah bagi kesehatan perlu dilakukan dengan dilakukannya promosi kesehatan yang dapat dilakukan oleh masyarakat, mahasiswa maupun pemerintah.

Vegetables and fruit are sources of vitamins, minerals, and high fibers, but they are rarely consumed by teenagers. The lack of vegetable and fruit consumption can cause degenerative diseases and can cause death. This study aims to determine the determinants of fruit and vegetable consumption among adolescents in Jabodetabek in 2022. This study is a quantitative study with a cross-sectional study design. The number of respondents in this study was 327 teenagers who live in Greater Jakarta. The results showed that preference and knowledge were the determinants of fruit and vegetable consumption with the dominant factor found being preference (OR 13,055; CI 3,104 - 54,904). Increased knowledge and understanding of the importance of consuming vegetables and fruits for health needs to be done by carrying out health promotions that can be carried out by the community, students, and the government.
Read More
T-6577
Depok : FKM UI, 2022
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Rina Efiyana; Pembimbing: Besral; Penguji: Ahmad Syafiq, Sudikno, Didit Damayanti
Abstrak: Obesitas pada remaja berdampak pada konsekwensi fisik, psikis dan sosial yang berpengaruh besar terhadap tumbuh kembang dan kualitas individu di masa mendatang. Obesitas pada remaja juga merupakan faktor risiko terjadinya berbagai penyakit metabolik dan degenerative seperti penyakit kardiovaskuler, diabetes melitus, kanker, osteoarthritis dll. Determinan penyebab terjadinya obesitas pada remaja sangatlah banyak diantaranya yaitu wilayah tempat tinggal, umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan ibu, pekerjaan ibu, aktifitas fisik, kebiasaan konsumsi buah dan sayur serta pola kebiasaan makanan yang beresiko misalnya makanan instan, minuman manis, makanan manis, makanan gorengan/berlemak, minuman berenergi dan soft drink/minuman bersoda. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui determinan/ faktor- faktor penyebab terjadinya obesitas remaja di Indonesia Tahun 2018. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional (potong lintang) dan menggunakan data sekunder yang berasal dari data hasil survey riset kesehatan dasar tahun 2018 (Riskesdas 2018) dengan jumlah sampel sebanyak 95779 orang. Pengolahan dan analisis data dengan complex samples menggunakan uji chi square (bivariabel) dan regresi logistik ganda model determinan (multivariabel). Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi obesitas remaja di Indonesia Tahun 2018 sebesar 4,5 %. Hasil uji chi square menunjukkan bahwa terdapat 6 variabel yang secara statistik mempengaruhi kejadian obesitas remaja yaitu umur (p = 0,001), tingkat pendidikan ibu (p = 0,001) , wilayah tempat tinggal (p = 0,001), konsumsi makanan instan (p = 0,040), konsumsi minuman manis (p = 0,001), Konsumsi minuman berenergi (p = 0,006). Hasil uji regresi logistik ganda model determinan menunjukkan bahwa terdapat 4 variabel yang berhubungan secara signifikan dengan kejadian obesitas remaja yaitu wilayah tempat tinggal, umur, tingkat pendidikan ibu dan konsumsi minuman manis. Variabel yang paling dominan secarastatistik mempengaruhi kejadian obesitas remaja yaitu wilayah tempat tinggal dengan nilai OR sebesar 1,5 artinya responden yang tinggal didaerah perkotaan memiliki risiko 1,5 kali lebih tinggi untuk mengalami obesitas dibandingkan dengan responden yang tinggal di pedesaan setelah dikontrol oleh umur, tingkat pendidikan ibu dan konsumsi minuman manis. Edukasi tentang dampak yang disebabkan oleh obesitas pada remaja sangat penting untuk disosialisasikan melalui media sosial yang banyak digemari oleh para remaja diperkotaan seperti melalui youtube maupun Instagram diharapkan dapat mencegah atau menanggulangi kejadian obesitas.

Adolescent obesity has an impact on physical, psychological, and social consequences,
which will have a major impact on the growth and quality of people in the future.
Adolescent obesity is also a risk factor for various metabolic and degenerative diseases
such as cardiovascular disease, diabetes mellitus, cancer, osteoarthritis, etc. The
determinants of the causes of obesity in adolescents are very numerous, including where
they live, their age, their gender, mother's level of education, mother's work, physical
activity, fruit and vegetable consumption habits and risky eating habits such as instant
foods, sweet drinks, sweet foods, fried/fatty foods, energy drinks, and non-alcoholic
drinks/non-alcoholic drinks. The aim of this study was to determine factors of adolescent
obesity in Indonesia in 2018. Design of this study is a cross-sectional design using
secondary data from basic health research survey in 2018 (Riskesdas 2018) recruited
95779 participants, and the complex samples using chi-square test (bivariable) and
logistic regression with determinant models (multivariable) was analyzed. The results
showed that the prevalence of obesity among adolescents in Indonesia was 4.5% in 2018.
Bivariable analyses using chi-square test show that there were 6 variables having relation
with the obesity incidence in adolescents, namely age (p = 0.001), mother's educational
level (p = 0.001), residential area (p = 0.001), instant food consumption (p = 0.040), sweet
drinks consumption (p = 0.001), energy drinks consumption (p = 0.006). The multiple
logistic regression test using determinant model showed that there were 4 variables
related to obesity incidence in adolescents, namely a place of residence, age, level of
education of the mother, and consumption of sweet drinks. Residential areas showed as a
dominant factor for increasing obesity while living in urban area are more likely 1,5 times
to increase obesity incident among adolescents after controlled age, mother education
level, and sweet drinks consumption. Education about the impact caused by obesity in
adolescents is important to be socialized through social media which is much favored by
urban teenagers such as via YouTube or Instagram is expected to prevent or overcome
the incidence of obesity.
Read More
T-5852
Depok : FKM-UI, 2020
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Coraima Okfriani; Pembimbing: Sutanto Priyo Hastono; Penguji: Sudarto Ronoatmodjo, Sudibyo Alimoeso
Abstrak:
Upaya untuk menurunkan angka kehamilan remaja dapat dimonitor dengan menunda kelahiran pertama remaja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui factor yang berhubungan dengan interval kelahiran pertama pada remaja kawin usia 15-19 tahun di Indonesia dengan menggunakan data SDKI 2017. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional, dengan sampel yang digunakan sebanyak 1,497 remaja kawin usia 15-19 tahun yang belum hamil/melahirkan anak pertama nya di 2017. Analisis survival digunakan dalam penelitian ini, dengan melakukan uji Kaplan Meier untuk mengukur median interval kelahiran pertama dan Cox Proportional Hazard model digunakan untuk membuat model prediksi variable independen. Didapatkan hasil median interval kelahiran pertama pada Remaja Kawin 15-19 tahun adalah 14 bulan. Terdapat hubungan yang signifikan antara factor yang terkait dengan program KB dengan interval kelahiran pertama: Tidak mengakses informasi KB melalui PLKB (AHR = 0.975 95% CI 0.960 – 0.990), tidak mengakses informasi KB melalui petugas kesehatan (AHR = 0.849 95% CI 0.733 – 0.983), tidak menggunakan kontrasepsi modern (AHR = 1.039 95% CI 1.028 – 1.051). Penggunaan kontrasepsi modern merupakan variable yang paling dominan berhubungan dengan interval kelahiran pertama pada remaja kawin. Peningkatan kualitas dari PLKB dan petugas kesehatan dalam memberikan informasi terkait KB perlu diperhatikan. Keluarga dan Masyarakat juga perlu terlibat dalam kegiatan penyuluhan terkait kesehatan reproduksi pada remaja kawin. Disarankan pula bagi peneliti lainnya untuk melakukan eksplorasi hambatan dan pendukung interval kelahiran pertama dengan pendekatan kualitatif.



Efforts to reduce adolescencepregnancy can be monitored with delaying the first bith. This study aims to identify associated factors with first birth interval (FBI) among married adolescents 15-19 years old in Indonesia using IDHS 2017. In this cross-sectional study, the first birth history of 1,497 married adolescencewho have not pregnant yet were collected. The survival analysis model was used, with Kaplan Meier test was conducted to measure the median of FBI and Cox Proportional Hazard Model was used to produce a prediction model of predictors. The median interval of first birth among married adolescents 15-19 years old was 14 months. There were statistically significant differences between factors related to family planning program with FBI: not accessing family planning information through PLKB AHR = 0.975 95% CI 0.960 – 0.990), not accessing family planning information through health workers (AHR = 0.849 95% CI 0.733 – 0.983), and not using modern contraception (AHR = 1.039 95% CI 1.028 – 1.051). Modern contraceptive use was the most dominant variable associated with FBI among married adolescents. Improvement of quality of PLKB and health workers in giving information on family planning should be noted. Family and community need to be involved in socialization related to adolescent sexual and reproductive health. Other researchers were suggested to explore the challenges and facilitators of FBI with qualitative approach
Read More
T-6772
Depok : FKM-UI, 2023
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive