Ditemukan 33029 dokumen yang sesuai dengan query :: Simpan CSV
Hery Syamsius Nahampun; Pembimbing: Adang Bachtiar; Penguji: Pujiyanto, Riana Diana
S-5686
Depok : FKM-UI, 2009
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Dina Amallia; Pembimbing: Baiduri
M-1124
Depok : FKM UI, 2002
D3 - Laporan Magang Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Budi Setiawan; Pembimbing: Wiku Bakti Bawono Adisasmito; Penguji: Mieke Savitri, Budi Hartono
S-6030
Depok : FKM-UI, 2010
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Malikah Bilqis; Pembimbing: Vetty Yulianty Permanasari; Penguji: Adang Bachtiar, Novita Dwi Istanti
Abstrak:
Pengelolaan limbah padat Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) di fasilitas kesehatan sangatlah penting karena berdampak signifikan terhadap kualitas pelayanan dan kesehatan lingkungan. Berdasarkan data statistik lingkungan hidup Indonesia pada tahun 2022 fasilitas pelayanan kesehatan menyumbang 726.817 ton limbah bahan beracun dan berbahaya (B3) dan hanya 48.464 ton limbah yang dikelola. Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI) memiliki indikator mutu untuk menilai kesesuaian pengelolaan limbah padat B3 dengan peraturan yang berlaku, namun target pencapaian indikator tersebut belum terpenuhi selama tahun 2024. Penelitian ini dilakukan dengan wawancara mendalam, observasi, dan telaah dokumen. Kemudian, informasi yang diperoleh dianalisis menggunakan Root Cause Analysis (RCA) untuk diketahui akar permasalahannya. Indikator mutu pengelolaan limbah padat B3 di RSUI terdiri dari beberapa kriteria berdasarkan proses pengelolaannya, yaitu minimasi, pemilahan dan pewadahan, pengumpulan, penyimpanan, serta pengangkutan limbah padat B3. Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan lima akar masalah penyebab tidak tercapainya indikator mutu pengelolaan limbah padat B3 RSUI. Pertama, sosialisasi tidak dilakukan secara rutin, melainkan didasari karena penurunan kesadaran pegawai untuk melakukan pemilahan limbah medis. Kedua, pengadaan tempat sampah ukuran besar bukan merupakan prioritas. Ketiga, anggaran terbatas dalam pemenuhan kebutuhan tenaga CSO. Keempat, proses perbaikan timbangan oleh unit sarana dan prasarana memakan waktu yang lama. Kelima, manajemen gudang farmasi dalam mengelola pemasukan obat kurang optimal.
Management of Hazardous and Toxic Solid Waste in healthcare facilities is crucial as it significantly impacts service quality and environmental health. According to Indonesia’s 2022 environmental statistics, healthcare facilities contributed 726,817 tons of hazardous and toxic waste, but only 48,464 tons were managed. Universitas Indonesia Hospital (RSUI) has established quality indicators to assess the compliance of hazardous solid waste management with applicable regulations. However, the target for achieving these indicators was not met throughout 2024. This study employed in-depth interviews, observations, and document reviews. The information obtained was then analyzed using Root Cause Analysis (RCA) to identify the root causes of the issues. The quality indicators for hazardous and toxic solid waste management at RSUI comprise several criteria based on the management process: minimization, segregation and containment, collection, storage, and transportation of hazardous and toxic solid waste. The study revealed five root causes for the failure to meet the quality indicators for hazardous and toxic solid waste management at RSUI. First, socialization efforts are not conducted regularly but are only triggered by a decline in employee awareness regarding medical waste segregation. Second, the procurement of large trash bins is not prioritized. Third, the budget is limited for meeting the demand for cleaning service officers (CSOs). Fourth, the repair process for weighing scales by the facility unit takes a long time. Lastly, pharmacy warehouse management for incoming medication is not optimized.
Read More
Management of Hazardous and Toxic Solid Waste in healthcare facilities is crucial as it significantly impacts service quality and environmental health. According to Indonesia’s 2022 environmental statistics, healthcare facilities contributed 726,817 tons of hazardous and toxic waste, but only 48,464 tons were managed. Universitas Indonesia Hospital (RSUI) has established quality indicators to assess the compliance of hazardous solid waste management with applicable regulations. However, the target for achieving these indicators was not met throughout 2024. This study employed in-depth interviews, observations, and document reviews. The information obtained was then analyzed using Root Cause Analysis (RCA) to identify the root causes of the issues. The quality indicators for hazardous and toxic solid waste management at RSUI comprise several criteria based on the management process: minimization, segregation and containment, collection, storage, and transportation of hazardous and toxic solid waste. The study revealed five root causes for the failure to meet the quality indicators for hazardous and toxic solid waste management at RSUI. First, socialization efforts are not conducted regularly but are only triggered by a decline in employee awareness regarding medical waste segregation. Second, the procurement of large trash bins is not prioritized. Third, the budget is limited for meeting the demand for cleaning service officers (CSOs). Fourth, the repair process for weighing scales by the facility unit takes a long time. Lastly, pharmacy warehouse management for incoming medication is not optimized.
S-11816
Depok : FKM UI, 2025
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Syally Nadya Octavia; Pembimbing: Purnawan Junadi; Penguji: Dumilah Ayuningtyas, Vivy Friyatni
S-9746
Depok : FKM UI, 2018
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Emi Susana; Pembimbing: Syahrizal Syarif; Penguji: Anwar Hassan, Hermansyah
S-7284
Depok : FKM UI, 2012
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Margaretha; Pembimbing: Dumilah Ayuningtyas; Penguji: Vetty Yulianty Permanasari, I Gusti Ayu Nyoman
Abstrak:
Penelitian ini membahas tentang proses pelayanan prima di instalasirawat jalan Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan, agar rumah sakit dapat terusmeningkatkan pelayanan sehingga menimbulkan dampak positif bagi citra rumahsakit sendiri. Dalam pelaksanaan proses pelayanan prima yang sesuai standartkepuasan pelanggan tidaklah mudah, dilihat dari segi input, proses dan outputnya.Setelah seluruh proses berjalan dengan baik barulah dapat terlaksana pelayananprima. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan wawancaramendalam, observasi dan telaah data sekunder.Penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan pelayanan prima di instalasirawat jalan sudah berjalan dengan baik walaupun dalam proses pelaksanaannyabelum berjalan secara optimal. Beberapa kekurangan dari segi jumlah sumberdaya manusia, masih kurangnya sarana prasarana dan pelaku sistem informasiyang belum dapat mengintegrasikan sistem dengan baik dan jam buka pelayananyang belum sesuai SOP. Tetapi sampai saat ini Instalasi Rawat Jalan terus melakukan perbaikan secara berkesinambungan untuk meningkatkan mutu pelayanan yang diberikan kepada pelanggan.
Kata Kunci : Proses Pelayanan Prima
Read More
Kata Kunci : Proses Pelayanan Prima
S-7615
Depok : FKM UI, 2013
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Domdom Karolina Nadeak; Pembimbing: Ede Surya Darmawan
T-2059
Depok : FKM-UI, 2004
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Audi Kinanti Pasha; Pembimbing: Vetty Yuliati Permanasari; Penguji: Novita Dwi Istanti, Jaslis Ilyas
Abstrak:
Sejak ditetapkannya COVID-19 sebagai pandemi, jumlah kasus konfirmasinya terus meningkat di berbagai belahan dunia. Peningkatan kasus COVID-19 yang turut meningkatkan aktivitas rumah sakit pun ditemukkan berbanding lurus dengan peningkatan jumlah dan komposisi limbah infeksius di rumah sakit. Rumah sakit perlu memperhatikkan manajemen limbahnya karena adanya kemungkinan penularan agen penyakit dari limbah terhadap staf maupun pasien dan masyarakat secara tidak langsung. Maka dari itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran timbulan limbah rumah sakit serta gambaran penerapan manajemen limbah rumah sakit di era pandemi COVID-19 menggunakan metode literature review. Hasil penelitian menemukkan bahwa jumlah timbulan limbah rumah sakit selama pandemi COVID-19 meningkat, begitu juga dengan proporsi limbah infeksiusnya. Hal ini terjadi akibat penggunaan peralatan sekali pakai untuk pelayanan pasien COVID-19. Beberapa permasalahan ditemukan dalam penerapan manajemen limbah rumah sakit yang berkaitan dengan sikap petugas. Masih ditemukan petugas yang tidak melakukan pemisahan limbah berdasarkan jenisnya dan petugas yang tidak menggunakan APD saat mengelola limbah rumah sakit. Metode penanganan limbah yang paling banyak digunakan adalah insinerasi, meski masih dilakukan oleh staf yang tidak terlatih. Pelatihan dan pendidikan staf ditemukkan masih belum dilakukan secara memadai. Rumah sakit perlu mememperkuat sosialisasi kebijakan, supervisi, dan pengadaan program pelatihan dan pendidikan staf terkait manajemen limbah rumah sakit.
Read More
S-11089
Depok : FKM UI, 2019
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Gumala Rubiah; Pembimbing: Milla Herdayati; Penguji: Toha Muhaimin, Wenita Indrasari
S-6480
Depok : FKM UI, 2011
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
