Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 38247 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
R.R. Endah Khristanti Wahyu Wijayanti; Pembimbing: Amal C. Sjaaf; Penguji: Purnawan Junaidi, Vetty Yulianty Permanasari, Ida Ayu Agung, Achwan
T-3428
Depok : FKM UI, 2011
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Nuche Marlianto; Pembimbing: Puput Oktamianti; Penguji: Dumilah Ayuningtyas, Wiku Bakti Bawono Adisasmito, Purnomosidi, Purwani Eko Prihatin
Abstrak: Masalah sumber daya manusia kesehatan sering dijumpai di daerah-daerah era desentralisasi, seperti rendahnya mutu tenaga kesehatan dan kesesuaian antara kompetensi dengan tuntutan pekerjaan. Insentif finansial baik berupa uang maupun tunjangan merupakan intervensi untuk menarik dan mempertahankan tenaga kesehatan di daerah terpencil dan sangat terpencil. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis isu kebijakan insentif bagi sumber daya manusia kesehatan pegawai negeri sipil di daerah terpencil dan sangat terpencil Kabupaten Lebong meliputi prevalence, saverity, rate of increase, degree of unmeet, dan social benefit. Penelitian menggunakan metode kualitatif dengan 4 orang informan dan 5 orang key informan sebagai sumber informasi penelitian ini. Hasil penelitian menunjukan bahwa yang menjadi isu utama dari masalah adalah tidak ada perhatian khusus dari pemerintah berupa insentif atau reward bagi sumber daya manusia kesehatan yang bertugas di daerah terpencil dan sangat terpencil. Oleh karena itu pemerintah perlu melakukan kajian-kajian kebijakan insentif serta mengusulkan isu kebijakan menjadi agenda setting dalam proses formulasi kebijakan daerah.

Human Resources issues actually found in decentralization era for instance low quality of health workers and there was a gap between skill and tasks. The incentives in cash or the benefits are the way to attract and retain them in remote area. This research analyzed about the incentive policies for civil servant in health sector in remote area in Lebong includes prevalence, severity, the rate of increase, the degree of unmeet, and social benefits, used qualitative study with four informant and five key informant. The results showed the major issues are no commitment and reward from government. Therefore, the government needs to conduct studies and propose incentive policies in the policy formulation.
Read More
T-4136
Depok : FKM UI, 2014
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Nur Muhamad; Pembimbing: Sandi Iljanto; Penguji: Anhari Achadi, Cici Sri Suningsih, Wirabrata
Abstrak: Dalam upaya untuk pemerataan pelayanan kesehatan bagi seluruh masyarakat, pendayagunaan tenaga kesehatan seeara rasional sangat diper1ukan. Pemerintah mengatur penempatan tenaga kesehatan melalui program penugasan khusus ke daerah perbatasan. Upaya pemetataan dan penempatan tenaga melalui penugasan khusus untuk ditugaskan di fasilitas kesehatan seperti Rumah Sakit, Puskesmas, di daerah terpencillsangat terpeneil, daerah rawan bencanalkonflik dan perbatasan mempunyai nilai strategis dalam menye1enggarakan program kesehatan.
Peran dan keberadaan tenaga medis sangat besar pengaruhnya dalam pemeriksaan dan mutu pelayanan kesehatan, sebingga Departemen Kesehatan mengembangkan kebijakan tenaga medis melalui Masa Bakti dengan dikeluarlkannya Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 1988 tentang Masa Balrti dan Praktek Dokter dan Dokter Gigi sebagal pe1aksanaan dari pemturan tersebut diterbilkan Keputusan Presiden daerah sehingga masih adanya kesenjangan antara jumlah kebutuhan dan jumlah tenaga medis yang benninat dan mau ditugaskan di daerah terpencil sangat terpencil, perbatasan dan pulau terluar.
Penugasan khusus tenaga kesehatan ke daerah perbatasan tidak dapat secara langsung mengakibatkan keberbasilan penurunan angka mortalitas dan mobilitas, karena penduduk di daerah perbatasan sangat kecil sehingga tidak berpengaruh terhadap pernbahan angka mortalitas dan angka mobilitas. Asumsi asumsi masih menggunakan kebijakan-kebijakan penempatan tenaga medis dalarn keadaan khusus seperti keadaan bencana, konflik, daerah terpencillsangat terpencil, masa bakti dan eara lain.
Saran utama yang diajukan kepada pembuat kebijakan adalah penyusunan kebutuhan tenaga keaehatan di daerah perbatasan haadaknya tidak haaya berdasarkan tuntutan kompetensi jenis tenaga yang dibutubkan tetapi perlu dilakekan secara terpadu (integrated} dan memperhatikan berbagai faktor terutama kondisi wilayah daerah dengan asas desentra1isasi sesuai kemampuan dan kondisi daerah. Segera dibahas dan dibentuk kebijakan khusus tentang penempatan khusus tenaga kesehatan di daerah perbatasan. Pola pengernbangan karier tenaga kesehatan pasca penugasan perlu dilakukan secara seimbang antara kepentingan organisasi dengan kepentingan tenaga medis itu sendiri baik jangka pendek maupnn jangka panjang.
Read More
T-2870
Depok : FKM UI, 2008
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Desvanty Rahman; Pembimbing: Wiku Bakti Bawono Adisasmito; Penguji: Ascobat Gani, Dumilah Ayuningtyas, Lisa Fantina, Cecep Suhayli
Abstrak: Dalam kebijakan insentif bagi tenaga kesehatan di daerah yang menangani COVID-19 (Innakesda) merupakan bagian dari anggaran kesehatan untuk penanganan COVID-19 yang harus dianggarkan oleh pemerintah daerah yang bersumber dari dana Refocusing 8% DAU/DBH pada Tahun 2021. Hal menjadi menarik untuk dikaji lebih lanjut perbedaan hasil implementasi dari kebijakan Innakesda yang dilakukan oleh Pemerinah Daerah dimana terdapat pemerintah daerah yang berhasil melakukan implementasi kebijakan ini dan ada pula pemerintah daerah yang tidak berhasil melakukannya. Keberhasilan dalam implementasi ini dilihat dari adanya ketersediaan anggaran di daerah serta terlaksananya realisasi anggaran insentif bagi tenaga kesehatan di daerah tersebut. Oleh karena itu, menjadi hal yang menarik untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi suatu daerah berhasil mengimplentasikan kebijakan ini dari sisi pengelolaan keuangan daerah. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif menggunakan metode wawancara mendalam dengan beberapa informan kunci serta kajian literatur. Segitiga kebijakan Walt dan Gilson digunakan dalam menganalisis kebijakan Analisis dilakukan untuk melihat keberhasilan implementasi kebijakan Innakesda dari dimensi aktor, konten, kontek dan proses dalam pengelolaan keuangan daerah. Lokasi penelitian dilakukan pada salah satu daerah yang berhasil melaksanakan implementasi kebijakan Innakesda yaitu Kota Tangerang Selatan. Kesimpulan penelitian memberikan gambaran bahwa terdapat faktor konteks situasional penanganan pandemi bertumpu pada peran tenaga kesehatan sebagai garda terdepan serta faktor struktural pada azas desentralisasi penyelenggaran pemerintah daerah dan faktor kemanusiaan, konteks ini turut mempengaruhi Political Will pemerintah Kota Tangerang Selatan dalam implementasi kebijakan Innakesda. Konten kebijakan Innakesda dalam keharmonisasi peraturan prinsipnya sudah saling selaras dan serasi dengan peraturan yang lebih tinggi untuk mempayung hukum kebijakan Innakesda dan berbagai upaya evaluasi implementasi kebijakan juga dilakukan oleh pemerintah pusat dan hasilnya digunakan sebagai masukan dalam membuat penyempurnaan konten kebijakan dalam upaya percepatan realisasi Innakesda di Pemerintah Daerah Kota Tangerang Selatan. Political Will Walikota Tangerang selatan merupakan peran kunci dalam proses implementasi kebijakan dalam pengelolaan keuangan daerah dari tahapan perencanaan dan penganggaran dalam Integrasi dan koordinasi refocusing dan realokasi anggaran tetap menjaga kesesuaian/keselarasan pencapaian target RPJMD dan tetap fokus dalam program penanganan COVID-19 serta Innakesda dengan melihat kemampuan penganggaran. Untuk tahap pelaksanaan dan penatausahan tetap memperhatikan azas tertib dan patuh dalam pengelolaan keuangan daerah di dukung dengan sistem pelaporan realisasi dengan memanfaatkan teknologi dalam Sistem Informasi Manajemen Perencanaan, Penganggaran, dan Pelaporan (SIMRAL). Penelitian merekomendasikan Pemerintah Kota Tangerang Selatan melakukan penyempurnaan pada Perda Tentang Penanggulangan Bencana. Pemerintah Daerah di Indonesia membuat Perda tentang penangulangan bencana non alam dengan merinci terkait penganggaran, pencatatan dan pelaporan serta memaksimalkan peran APIP. Dalam penetapan pemberian Insentif bagi Tenaga Kesehatan Kementerian Keuangan tetap memperhatikan kemampuan keuangan daerah dan Kementerian Dalam Negeri terus mendorong Pemerintah Daerah untuk Implementasi Sistem Informasi Pemerintahan Daerah (SIPD) dengan baik. dan untuk penelitian selanjutnya penelitian bersifat sumatif dimana fokus penelitian akan lebih diposisikan tataran Outcome, benefit dan impact/dampak dari diimplementasikannya kebijakan Innakesda
In the incentive policy for health workers in regions dealing with COVID-19 (Innakesda) it is part of the health budget for handling COVID-19 which must be budgeted by local governments sourced from the Refocusing 8% DAU/DBH fund in 2021. It becomes interesting to further study the differences in the results of the implementation of the Innakesda policy carried out by the Regional Government where there are local governments that have succeeded in implementing this policy and there are also regional governments that have not succeeded in doing so. The success in this implementation can be seen from the availability of the budget and the realization of the incentive budget for health workers in the area. Therefore, it is interesting to know the factors that influence a region's success in implementing this policy. This research was conducted with a qualitative approach using in-depth interviews with several key informants and literature review. The analysis was conducted to see the success of Innakesda policy implementation from the dimensions of actors, content, context and processes in regional financial management. The location of the research was conducted in one of the areas that have successfully implemented the implementation of incentive policies for health workers in the regions, namely South Tangerang City. The conclusion of the study illustrates that there are situational context factors for handling the pandemic that rely on the role of health workers as the frontline as well as structural factors on the principle of decentralization of local government administration and humanitarian factors, this context also influences Political Will of the South Tangerang City government in implementing the Innakesda policy. Innakesda policy content in the harmonization of regulations in principle is in harmony with higher regulations to underpin the law on Innakesda policies and various efforts to evaluate policy implementation are also carried out by the central government and the results are used as input in making improvements to policy content in an effort to accelerate the realization of Innakesda in the Government South Tangerang City Area. Political Will of the Mayor of South Tangerang is a key role in the policy implementation process in regional financial management from the planning and budgeting stages in the integration and coordination of refocusing and budget reallocation while maintaining conformity/alignment of achieving RPJMD targets and staying focused on the COVID-19 handling program and Innakesda by looking at budgeting ability. For the implementation and administration stages, the principles of order and compliance in regional financial management are supported by a realization reporting system by utilizing technology in the Planning, Budgeting and Reporting Management Information System (SIMRAL). The research recommends that the South Tangerang City Government make improvements to the Regional Regulation on Disaster Management. Local governments in Indonesia make local regulations on non-natural disaster management with details related to budgeting, recording and reporting as well as maximizing the role of APIP. In determining the provision of incentives for Health Workers, the Ministry of Finance continues to pay attention to regional financial capabilities and the Ministry of Home Affairs continues to encourage Regional Governments to implement the Regional Government Information System (SIPD) properly. Keywords: Health Worker Incentives, Regional Financial Management, COVID-19
Read More
T-6495
Depok : FKM-UI, 2022
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Atthina Ayu Mustika; Pembimbing: Ascobat Gani; Penguji: Pujiyanto, Ede Surya Darmawan, Ledy Visna Asfiani, Ovy Olivia Dewi
Abstrak: Pemerintah mengeluarkan Kepmenkes No 4239 Tahun 2021 tentang pemberian insentif COVID-19 bagi tenaga kesehatan dengan tujuan meningkatkan semangat kerja dan etos kerja tenaga kesehatan untuk memberikan pelayanan kesehatan terbaik guna mempercepat penanganan pandemi COVID-19. Pemberian insentif COVID-19 bagi tenaga kesehatan yang menangani pasien selama pandemi berlangsung mengalami beberapa permasalahan mulai dari pengajuan dokumen yang banyak hingga lamanya insentif diterima oleh tenaga kesehatan. Akibatnya tenaga kesehatan kecewa dan hal tersebut dapat mengganggu pelayanan. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pelaksanaan pemberian insentif secara formatif dan sumatif dengan melihat pelaksanaan pemberian insentif, pengetahuan tim manajemen puskesmas serta tenaga kesehatan terkait petunjuk teknis pemberian insentif (formatif), lalu melihat persepsi risiko serta semangat kerja dengan insentif yang diterima (sumatif) dengan metode penelitian studi kasus dan pendekatan kualitatif pada dua puskesmas di Kota X, yakni Puskesmas A dan B. Hasil penelitian ditemukan tim manajemen puskesmas memiliki kebijakan di luar petunjuk teknis dalam memberikan insentif COVID-19 ketika ditemukan kasus tinggi, tenaga kesehatan tidak mengetahui petunjuk teknis pemberian insentif COVID-19 serta memiliki persepsi risiko yang tinggi ketika menangani pasien COVID-19, dan insentif COVID-19 tidak meningkatkan semangat tenaga kesehatan di dua Puskesmas A dan B. Oleh karena itu, diharapkan pemerintah pusat maupun daerah membuat regulasi khusus bagi puskesmas serta memperjelas poin tujuan peningkatan semangat agar tujuan kebijakan dapat terukur dan tercapai, tenaga kesehatan dapat membaca aturan teknis terkait insentif serta penguatan sosialisasi pembiasaan perilaku hidup bersih dan sehat disertai peningkatan cakupan vaksin booster COVID-19
Read More
T-6437
Depok : FKM-UI, 2022
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Junediyono; Pembimbing: Wachyu Sulistiadi; Penguji: Mieke Savitri, Dumilah Ayuningtyas, Noer Kinteki
T-2420
Depok : FKM-UI, 2006
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Syahrial Ahmad; Adang Bachtiar; Penguji: Dumilah Ayuningtyas, Anwar Hasan, Komaria Siregar, G.K. Wirakamboja
Abstrak:

Pembangunan Milenium (Millenium Development Goals -MDGs) sebagai suatu komitmen global, yang salah satunya adalah upaya menurunkan prevalensi balita dengan gizi kurang, balita gizi buruk; menurunkan angka kematian balita; angka kematian bayi serta angka kematian ibu melahirkan; meningkatkan kesehatan ibu dan anak, pemberantasan penyakit menular; penurunan pemakaian tembakau; dan eradikasi kemiskinan. Semua ini mencerminkan derajat kesehatan masyarakat, yang tentunya dapat diwujudkan dengan mendekatkan akses masyarakat terhadap fasilitas pelayanan kesehatan, yang didukung oleh jumlah, jaringan dan kualitas pelayanan puskesmas yang prima, serta tenaga kesehatan yang berkualitas. Tenaga perawat merupakan salah satu tenaga terpenting di puskesmas dalam memberikan pelayananlasuhan keperawatan kesehatan masyarakat yang dapat diakses oleh setiap orang (accessible), terjangkau (affordable) dan bermutu (quality). Kenyataaannya tenaga perawat yang bertugas di puskesmas sebagian besar masih berlatar belakang pendidikan menengah, kesempatan mengikuti pendidikan dan latihan bidang keperawatan masih rendah. Dengan demikian penulis ingin mengetahui penerapan peran dan fungsi perawat pada puskesmas terpencil dan tidak terpencil berkaitan dengan faktor-faktor individual dan faktor-faktor kontekstual di propinsi Kepulauan Riau, Kalimantan Selatan dan Sulawesi Utara. Penelitian ini merupakan studi deskriptif analitik dengan menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif. Desain penelitian adalah dengan menggunakan potong lintang (cross sectional). Dengan tujuan melihat faktor-faktor variabel yang berhubungan antara variabel independen (faktor individual dan faktor kontekstual) dengan variabel dependen (penerapan peran dan fungsi perawat di puskesmas terpencil dan puskesmas tidak terpencil) yang dilakukan dalam waktu yang sama. Dengan demikian, dari seluruh proses analisa yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa dan 12 variabel independen (umur, jenis kelamin, pendidikan, larva kerja, pengetahuan, penghargaan, somber daya, diktat, pembiayaan, kebijakan, pembinaan oleh kepala puskesmas dan pembinaan oleh koordinator perawat) ternyata secara berurutan pembinaan oleh koordinator perawat, kemudian pendidikan, jenis kelamin, pendidikan/pelatihan keperawatan dan pembiayaan merupakan variabel independen yang mempunyai hubungan paling bermakna dengan variabel dependen peran dan fungsi perawat puskesmas terpencil dan puskesmas tidak terpencil. 58,0 % perawat puskesmas terpencil dan puskesmas tidak terpencil telah menerapkan peran dan fungsi perawat dengan baik. Pembinaan oleh koordintor perawat, kemudian pendidikan, jenis kelamin, pendidikanlpelatihan keperawatan dan pembiayaan merupakan variabel independen yang mempunyai hubungan paling bermakna dengan variabel dependen peran dan fungsi perawat. Dengan demikian disarankan kiranya diperlukan suatu kebijakan tentang sistim penjenjangan pendidikan profesi keperawatan, diperlukan suatu kajian lebih lanjut tentang penempatan perawat profesional pemula (AKPER) di puskesmas terpencil mau pun tidak terpeneil diseluruh Indonesia, perlu diciptakan struktur organisasi tersendiri atau penunjukkan koordinator perawat ditingkat Divas Kesehatan Kabupaten/Kota, Berta meningkatkan pembiayaan yang mendukung kegiatan keperawatan kesehatan masyarakat.

Read More
T-2414
Depok : FKM-UI, 2006
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Innana Mardhatillah; Pembimbing: Jaslis Ilyas; Penguji: Anhari Achadi, Emi Nurjasmi, Punto Dewo
Abstrak: Data dan informasi profil kesehatan Indonesia tahun 2016 menunjukan hanya sebesar 29,5 % bayi mendapatkan ASI Eksklusif sampai 6 bulan, rendahnya pemberian ASI Eksklusif membuat pemerintah mengeluarkan PP No 33 tahun 2012 tentang pemberian ASI Eksklusif. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis implementasi kebijakan pemberian ASI Eksklusif di wilayah kerja puskesmas cicalengka. Penelitian menggunakan analisis kualitatif dengan metode wawancara mendalam, diskusi kelompok terarah dan studi literatur. Hasil Penelitian menemukan implementasi kebijakan pemberian ASI di puskesmas belum berjalan optimal terlihat dari cakupan pemberin ASI secara eksklusif yang masih rendah. Sosialisasi kebijakan belum dilakukan secara keseluruhan, pembagian waktu dan tugas belum jelas dan belum memiliki anggaran khusus serta peggunaan Standar Operasional Prosedur dalam menjalankan kebijakan kurang. Komunikasi merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap implementasi kebijakan. Belum ada dukungan dan komitmen dari seluruh pegawai dalam pelaksanaan kebijakan pemberian ASI secara Eksklusif. Saran yang diajukan adalah konsisten melakukan sosialisasi kepada pegawai maupun masyarakat, dilaksanakan supervisi dalam upaya pengawalan kebijakan, menjalankan Standar Operasional Prosedur (SOP), mengalokasikan anggaran kegiatan di tahun 2018, membuat nota kesepahaman dengan instansi lain, dan self assessment serta evaluasi program mutlak dilakukan secara kontinyu.

Data and information on the health profile of Indonesia in 2016 showed only 29.5% of infants receive exclusive breastfeeding until 6 months, the low level of exclusive breastfeeding made the government issue a regulation on exclusive breastfeeding in PP No.33 Tahun 2012. The study aimed to analyze the policy implementation of exclusive breastfeeding at Cicalengka Public Health Center. The study used qualitative analysis with in-depth interview method, focus group discussion and literature study. The result of this study shows that breastfeeding policy implementation in health centers is not optimal, as seen from the low coverage of exclusive breastfeeding. Socialization of the policy has not been done as a whole, the time and task division is unclear and has no special budget and the use of standard operating procedures in carrying out the policy less. Communication is the most influential factor in the implementation of the policy. There is no support and commitment from all employees in the implementation of exclusive breastfeeding policy. The suggestion is to consistently socialize to employees and the public, carry out supervision in an effort to secure the policy, run the Standard Operating Procedure (SOP), allocate budget activities in 2018, create a memorandum of understanding with other agencies, and Self-assessment and program evaluation absolutely must do continuously. 
Read More
T-5113
Depok : FKM UI, 2018
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Nahda Salimah; Pembimbing: Wahyu Sulistiadi; Penguji: Amal Chalik Sjaaf, Ascobat Gani, Devy Pelansiani, Encep Hermawan
Abstrak: Kebijakan komunikasi risiko yang tertuang dalam Pedoman Komunikasi Risiko untuk Penanggulangan Krisis Kesehatan menjadi topik yang perlu diperhatikan sebab Indonesia merupakan negara yang sering mengalami bencana alam dan sedang mengalami bencana non-alam yaitu Pandemi COVID-19. Ada perbedaan komunikasi risiko pada penanganan COVID-19 di daerah rawan bencana. Hal ini di sebabkan ada dua ancaman sekaligus di wilayah tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis implementasi kebijakan komunikasi risiko dalam penanganan dan pengendalian COVID-19 di daerah rawan bencana. Penelitian ini berupa penelitian kuantitatif dan kualitaif. Desain penelitian adalah Cross Sectional dengan jumlah sampel 451 responden di Wilayah Kabupaten Pandeglang dan menggunakan teknik random sampling. Metode pengumpulan data dengan kuesioner. Metode pengumpulan data yang kedua dengan cara wawancara mendalam. Wawancara mendalam dilakukan ke 4 informan yang berasal dari BPBD Wilayah Kabupaten Pandeglang dan Dinas Kesehatan Wilayah Kabupaten Pandeglang. Hasil analisis statistik menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan masyarakat mengenai COVID-19 dengan kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana alam, karena p sebesar 0,002 (p value < 0,05). Hasil penelitian menunjukkan keberhasilan dalam pelaksanaan kebijakan, namun perlu adanya pertimbangan perubahan dalam isi Pedoman Komunikasi Risiko untuk Penanggulangan Krisis Kesehatan dan memperhatikan ketersediaan anggaran khususnya anggaran program bencana alam
Read More
T-6428
Depok : FKM-UI, 2022
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Sri Puji Wahyuni; Pembimbing: Adang Bachtiar; Penguji: Anhari Achadi, Puput Oktamianti, Reggy Stephanus Sobari, Fachrudin Ali
T-4224
Depok : FKM-UI, 2014
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive