Ditemukan 32292 dokumen yang sesuai dengan query :: Simpan CSV
Nova Handayani; Pembimbing: Agustin Kusumayati, Penguji: Ratu Ayu Dewi Sartika, Suyud, Budi Pramono, Asmadi Saad
T-3494
Depok : FKM-UI, 2012
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Zahra Dhiyanissa; Pembimbing: Budi Hartono; Penguji: Ririn Arminsih Wulandari, Debbie Valonda
Abstrak:
Read More
Leptospirosis adalah penyakit zoonosis akibat bakteri Leptospira. DKI Jakarta termasuk dari 11 wilayah endemis. Penelitian ini menganalisis keterkaitan faktor sosial (kepadatan penduduk), iklim (kelembapan, curah hujan, suhu), dan lingkungan (rawan banjir, timbulan sampah) terhadap kasus leptospirosis di lima kota administrasi DKI Jakarta tahun 2017–2023. Hasil menunjukkan hubungan signifikan antara kelembapan, curah hujan, dan daerah rawan banjir (p<0,05), dengan korelasi kelembapan (r = -0,375) dan curah hujan (r = 0,477). Persebaran kasus lebih banyak pada wilayah rawan banjir, timbulan sampah sedang–tinggi, dan kepadatan penduduk sedang. Dengan demikian, perlu dilakukan optimalisasi pelaporan dan kolaborasi lintas sektor dalam mengintervensi masyarakat.
Leptospirosis is a zoonotic disease caused by Leptospira bacteria. DKI Jakarta is one of 11 endemic areas. This study analyzed the relationship between social (population density), climatic (humidity, rainfall, temperature), and environmental (flood-prone, waste generation) factors on leptospirosis cases in five administrative cities of DKI Jakarta in 2017-2023. The results showed a significant relationship between humidity, rainfall, and flood-prone areas (p<0.05), with a correlation of humidity (r = -0.375) and rainfall (r = 0.477). The distribution of cases was more in flood-prone areas, medium-high waste generation, and medium population density. Thus, it is necessary to optimize cross-sector collaboration in intervention.
Leptospirosis is a zoonotic disease caused by Leptospira bacteria. DKI Jakarta is one of 11 endemic areas. This study analyzed the relationship between social (population density), climatic (humidity, rainfall, temperature), and environmental (flood-prone, waste generation) factors on leptospirosis cases in five administrative cities of DKI Jakarta in 2017-2023. The results showed a significant relationship between humidity, rainfall, and flood-prone areas (p<0.05), with a correlation of humidity (r = -0.375) and rainfall (r = 0.477). The distribution of cases was more in flood-prone areas, medium-high waste generation, and medium population density. Thus, it is necessary to optimize cross-sector collaboration in intervention.
S-12113
Depok : FKM UI, 2025
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Silvia Refina Dewi; Pembimbing: Budi Hartono; Penguji: Umar Fahmi Achmadi, Miko Hananto
Abstrak:
Dengan nilai API tertinggi (3,42) dengan tingkat endemisitas sedang. Dengan demikian, skripsi ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor penting yang berpotensi menyebabkan tingginya Annual Parasite Incidence (API) malaria di Provinsi Nusa Tenggara Timur tahun 2018 dengan menganalisis hubungan faktor kependudukan, serta faktor risiko lingkungan. Penelitian ini menggunakan studi ekologi dengan unit analisis kabupaten/ kota dengan data yang didapatkan dari dokumen Profil Kesehatan Provinsi NTT (Dinas Kesehatan Provinsi NTT), Provinsi NTT dalam Angka (Badan Pusat Statistika) dan Riset Kesehatan Dasar NTT (Kementerian Kesehatan). Data dianalisis dengan analisis univariat, bivariat (uji korelasi Spearman) dan spasial (teknik overlay). Hasil analisis menunjukkan bahwa jumlah masyarakat dengan pendidikan rendah, pekerjaan berisiko malaria, serta perilaku pembuangan air limbah yang kurang baik masih sangat tinggi.
Read More
S-10659
Depok : FKM UI, 2021
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Awwalina Zulfa Hidayati; Pembimbing: Zakianis; Penguji: Umar Fahmi Achmadi, Ema Hermawati, Sakdullah, Ikhwan Ridha Wilti
Abstrak:
Penelitian terdahulu menyatakan bahwa kualitas lingkungan hidup dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti, kesehatan, lingkungan, politik, ekonomi dan faktor lainnya. Indonesia menggunakan istilah Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH), yang merupakan gambaran atau indikasi awal yang memberikan kesimpulan cepat dari suatu kondisi lingkungan hidup pada lingkup dan periode tertentu. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) di Indonesia tahun 2017-2019. Desain studi yang digunakan adalah studi ekologi berdasarkan waktu (time trend) dengan unit analisis provinsi. Populasi dan sampel penelitian ini adalah seluruh provinsi yang ada di Indonesia yang berjumlah 34 provinsi. Sumber data penelitian berasal dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dan Badan Pusat Statistik (BPS). Hasil uji statistik menunjukan adanya hubungan yang signifikan antara kepadatan penduduk, IPM dan transportasi darat dengan IKLH di Indonesia tahun 2017-2019 (p<0,05) dengan masing-masing r nya adalah 0,794;0,529 dan 0,666 (tahun 2017); -0,801; -0,539 dan -0,729 (tahun 2018) dan -0,824; -0,583 dan -0,741 (tahun 2019). Kepadatan Penduduk dan Transportasi Darat memiliki pengaruh terhadap IKLH di Indonesia pada tahun 2017-2019 adalah dan yang paling besar pengaruhnya adalah Kepadatan Penduduk. Pemerintah pusat dan daerah diharapkan kembali menggalakkan program pengendalian jumlah penduduk dan mengembangkan transportasi umum yang murah, ramah lingkungan dan memadai
Previous research stated that the quality of the environment is influenced by several factors such as health, environment, politics, economy and other factors. Indonesia uses the term Environmental Quality Index (IKLH), which is an initial description or indication that provides a quick conclusion of an environmental condition in a certain scope and period. This study aims to analyze the factors that affect the Environmental Quality Index (IKLH) in Indonesia in 2017-2019. The study design used is an ecological study based on time with a provincial unit of analysis. The population and sample of this study were all provinces in Indonesia, which amounted to 34 provinces. Research data sources come from the Ministry of Environment and Forestry (KLHK) and the Central Statistics Agency (BPS). The results of statistical tests show a significant relationship between population density, HDI and land transportation with IKLH (p <0,05) with r values 0,794; 0,529 and 0,666 (2017); -0,801; -0,539 and -0,729 (2018) and -0,824; -0,583 and -0,741 (2019). Population Density and Land Transportation have an influence on IKLH and the biggest influence is Population Density. The central and local governments are expected to re-invigorate population control programs and develop cheap, environmentally friendly and adequate public transportation
Read More
Previous research stated that the quality of the environment is influenced by several factors such as health, environment, politics, economy and other factors. Indonesia uses the term Environmental Quality Index (IKLH), which is an initial description or indication that provides a quick conclusion of an environmental condition in a certain scope and period. This study aims to analyze the factors that affect the Environmental Quality Index (IKLH) in Indonesia in 2017-2019. The study design used is an ecological study based on time with a provincial unit of analysis. The population and sample of this study were all provinces in Indonesia, which amounted to 34 provinces. Research data sources come from the Ministry of Environment and Forestry (KLHK) and the Central Statistics Agency (BPS). The results of statistical tests show a significant relationship between population density, HDI and land transportation with IKLH (p <0,05) with r values 0,794; 0,529 and 0,666 (2017); -0,801; -0,539 and -0,729 (2018) and -0,824; -0,583 and -0,741 (2019). Population Density and Land Transportation have an influence on IKLH and the biggest influence is Population Density. The central and local governments are expected to re-invigorate population control programs and develop cheap, environmentally friendly and adequate public transportation
T-6306
Depok : FKM-UI, 2022
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Muhamad Dhiwa Hidayat; Pembimbing: Budi Hartono; Penguji: Zakianis, Ainun Yakin
Abstrak:
Read More
Pajanan agen kimia yang digunakan dalam proses produksi berpotensi menyebabkan gangguan kesehatan bagi para pekerja yang berinteraksi dengan agen-agen kimia yang salah satunya adalah cat. Berdasarkan data hasil penelitian di Padang, Sumatera Barat diketahui terdapat cemaran logam berat Kadmium (Cd) di udara bengkel yang melakukan proses pengecatan. Sementara itu, hasil penelitian Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan lain di Semarang dan Palembang, diketahui terdapat Sebagian populasi pekerja bengkel yang melakukan proses pengecatan dikategorikan berisiko (RQ>1) terhadap pajanan logam berat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat risiko kesehatan non-karsinogenik dan karsinogenik pada populasi pekerja bengkel produksi perusahaan X dari proses pengecatan yang dilakukan di bengkel produksi perusahaan tersebut. Desain studi yang digunakan pada penelitian ini adalah Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan dengan pendekatan desktop study. Nilai konsentrasi yang digunakan dalam analisis risiko kesehatan lingkungan ini didasarkan pada hasil penelitian di bengkel yang melakukan proses pengecatan di Padang, Sumatera Barat. Hasil Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan yang dilakukan kepada 25 responden pekerja bengkel produksi perusahaan X menunjukkan tidak terdapat adanya risiko kesehatan baik secara non-karsinognik (RQ<1) maupun karsinogenik (ECR<0,0001), juga secara berkelompok maupun secara individu masing-masing pekerja bengkel produksi. Meskipun tidak ditemukan adanya tingkat risiko kesehatan yang berisiko, pekerja tetap dianjurkan untuk tetap menggunakan APD untuk mencegah risiko lain yang tidak dihitung dalam penelitian ARKL ini.
Exposure to chemical hazard used in production activity has posed some health risks to workers working with chemical such as paint. previous study conducted in painting workshop in Padang has found that contamination of Cadmium heavy metal are present on the workshop air. Environmental health risk assessment study conducted in Painting workshops in Semarang and Palembang shows that some of the workers of the painting workshop were categorized at risks of health problems posed by the exposure of Cadmium from painting process (RQ>1). This research aims to assess both non-carcinogenic and carcinogenic environmental health risk levels of the workers of X Company from Cadmium exposure from painting processes of production activity. This research was done with Environmental Health Risk Assessment method with desktop study approach. Concentration value used in this research was based on previous findings of Cadmium pollution in painting workshop air in Padang. The result shows that health risks of both non-carcinogenic and carcinogenic were categorized as “not at risk” for the workers of production workshop of X Company (RQ<1, ECR<0,0001). Even though the workers of X company with certain anthropometric and activity value were not at risk of health problem from the exposure of cadmium at the levels used in this research, workers still needs to use PPE to protect themselves from another hazard that was not included in this research.
S-11272
Depok : FKM-UI, 2023
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Julia Putri Hayuni; Pembimbing: Zakianis; Penguji: Ema Hermawati, Laila Fitria, M. Romli, Sari Yuli Andarini
Abstrak:
Read More
Praktik Manajemen Kebersihan Menstruasi (MKM) oleh siswi perempuan di Sekolah Menengah di Indonesia berdasarkan penelitian masih rendah (35,9%), hal ini dapat menyebabkan infeksi pada saluran kencing dan reproduksi. Penelitian terkait MKM di Provinsi Jambi, khususnya Kabupaten Batanghari masih terbatas. Hambatan seperti kekeringan, kurangnya pendidikan mengenai MKM, serta stigma menstruasi yang tabu menghambat penerapannya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan kualitas air secara organoleptik terhadap MKM di Sekolah pada Siswi Sekolah Menengah di Kabupaten Batanghari, Provinsi Jambi Tahun 2024. Penelitian menggunakan desain cross sectional dengan 342 sampel siswi perempuan yang berasal dari 93 sekolah menengah di Kabupaten Batanghari. Analisis data dilakukan dengan uji chi square dan uji regresi logistik ganda model faktor risiko. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar siswi perempuan Sekolah Menengah di Kabupaten Batanghari memiliki praktik MKM yang kurang baik (36,5%) dan bersekolah di Sekolah dengan kualitas air secara organoleptik yang baik (60,5%). Praktik MKM di Sekolah berkaitan dengan kualitas air secara organoleptik (OR = 1,851, 95% CI: (1,162 – 2,948)), ketersediaan air (OR = 2,035, 95% CI: (1,147 – 3,611)) dan ketersediaan sabun (OR = 2,424, 95% CI: (1,400 – 4,196)), ketersediaan toilet yang aman (OR = 1,768, 95% CI: (1,091 – 2,866)), ketersediaan tempat sampah tertutup (OR = 1,792, 95% CI: (1,118 – 2,872)), dukungan orang tua (OR = 2,913, 95% CI: (1,362 – 6,229)), dukungan guru (OR = 1,878, 95% CI: (1,188 – 2,970)), dukungan teman (OR = 2,657, 95% CI: (1,475 – 4,788)), pendidikan Ibu (OR = 1,891, 95% CI: (1,209 – 2,956)), pendidikan Ayah (OR = 1,821, 95% CI: (1,165 – 2,847)), serta pengetahuan (OR = 3,591, 95% CI: (2,264 – 5,697)). Selain itu, terdapat hubungan yang signifikan antara kualitas air secara organoleptik yang berinteraksi ketersediaan toilet yang aman terhadap MKM setelah dikontrol oleh ketersediaan air dan sabun, dukungan orang tua dan guru, pendidikan Ibu, dan pengetahuan (AOR 95% CI: 3,987 – 26,710). Diharapkan pihak sekolah, dinas pendidikan, dan dinas kesehatan melakukan upaya untuk memerhatikan keamanan toilet dan fasilitas air, sanitasi dan kebersihan (Water, Sanitation, and Hygiene/WASH).
The practice of Menstrual Hygiene Management (MHM) among female students in secondary schools in Indonesia, based on research, is still low (35.9%), which can lead to urinary and reproductive tract infections. However, MHM studies in Jambi Province, particularly in Batanghari Regency, remain limited. Barriers such as water scarcity, lack of education about MHM, and the stigma surrounding menstruation have hindered the implementation of MHM. This study aims to analyze the relationship between organoleptic water quality and MHM among secondary school students in Batanghari Regency, Jambi Province, in 2024. This study employed a cross-sectional design with 342 female student subjects from 93 secondary schools in Batanghari Regency. Data analysis was conducted using the chi-square test and multiple logistic regression with a risk factor model. The study revealed that most female secondary school students in Batanghari Regency practiced poor MHM (36.5%), but attended schools with good organoleptic water quality (60.5%). MHM practices at schools were associated with organoleptic water quality (OR = 1.851, 95% CI: (1.162 - 2.948)); water availability (OR = 2.035, 95% CI: (1.147 - 3.611)); soap availability (OR = 2.424, 95% CI: (1.400 - 4.196)); availability of safe toilets (OR = 1.768, 95% CI: (1.091 - 2.866)); availability of closed waste bins (OR = 1.792, 95% CI: (1.118 - 2.872)), parental support (OR = 2.913, 95% CI: (1.362 - 6.229)); teacher support (OR = 1.878, 95% CI: (1.188 - 2.970)); friend support (OR = 2.657, 95% CI: (1.475 - 4.788)); maternal education (OR = 1.891, 95% CI: (1.209 - 2.956)), paternal education (OR = 1.821, 95% CI: (1.165 - 2.847)), and knowledge (OR = 3.591, 95% CI: (2.264 - 5.697)). Furthermore, a significant relationship was found between organoleptic water quality interacting with availability of safe toilets for MHM, after controlling for water and soap availability at schools, parental and teacher support, mother's education, and knowledge (AOR 95% CI: 3.987 - 26.710). Schools, education departments, and health departments are encouraged to improve the toilet hygiene and water, sanitation, and hygiene (WASH) amenities.
T-7216
Depok : FKM UI, 2025
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Della Amanda Andika Putri; Pembimbing: Zakianis; Penguji: Al Asyary, Sofwan
Abstrak:
Dalam rangka melindungi lingkungan dan kesehatan masyarakat dari dampak timbulan limbah padat B3, maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana tingkat kepatuhan pengelolaan limbah padat B3 pada rumah sakit di Indonesia pada saat sebelum dan selama pandemi COVID-19. Penelitian ini dilakukan terhadap 343 rumah sakit di Indonesia dengan menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Sikelim (Sistem Informasi Kelola Limbah Medis) milik Kemenkes RI. Data akan dianalisis menggunakan uji chi-square, mann whitney, dan regresi logistik model determinan.
Read More
S-10611
Depok : FKM UI, 2021
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Ayudian Rovi`ah Burano; Pembimbing: Agustin Kusumayati; Penguji: Zakianis, Sofwan, Beben Saiful Bahri
Abstrak:
Limbah rumah sakit dihasilkan dari aktivitas pelayanan kesehatan, yang mana salah satu limbahnya berupa limbah medis padat. Apabila limbah medis padat rumah sakit tidak dikelola dengan baik, maka limbah tersebut dapat berubah menjadi salah satu sumber risiko penularan penyakit. Namun, masih terdapat rumah sakit yang belum melaksanakan pengelolaan limbah medis padat sesuai dengan SOP yang telah ditetapkan pada Permen LH No 56 tahun 2015 dan permenkes No 7 tahun 2019 dimana limbah medis padat rumah sakit harus dikelola secara 100% sehingga hal ini menjadi alasan utama penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kepatuhan rumah sakit pada setiap kelas A, B, C, dan D baik milik pemerintah maupun swasta dalam pengelolaan limbah medis padat rumah sakit. Penelitian ini menggunakan data hasil pelaksanaan e-monev tahun 2019, yakni 229 rumah sakit yang melapor di bulan Oktober - Desember
Read More
T-6106
Depok : FKM-UI, 2021
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Dila Preti; Pemb: I Made Djaja; Penguji: Mondastri Korib Sudaryo, Eulis Wulantari
S-6931
Depok : FKM UI, 2011
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Wiyono; Pembimbing: Suyud Warno Utomo, Haryoto Kusnoputranto; Penguji: Margareta Maria Sintorini, Enny Wahyu Lestari
Abstrak:
Filariasis atau kaki gajah ialah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh infeksi cacing filaria dan ditularkan melalui gigitan berbagai jenis nyamuk. Penularan filariasis terjadi bila terdapat sumber penular yaitu manusia dan hewan (hospes), parasit (cacing filaria), vektor yaitu nyamuk yang infektif, manusia yang rentan, serta kondisi lingkungan yang sangat potensial untuk perkembang-biakan vektor, perilaku masyarakat yang berisiko lebih sering kontak dengan nyamuk. Tujuan penelitian untuk menganalisis faktor risiko lingkungan dan dinamika penularan dengan kejadian filariasis. Metode penelitian ini adalah penelitian Analitik observasional dengan desain case-control menggunakan pendekatan study retrospektif yaitu untuk menganalisis efek penyakit atau status kesehatan pada saat ini dan mengukur besar faktor risiko yang berpengaruh terhadap kejadian filariasis pada masa yang lalu. Jumlah sampel sebanyak 126 responden, dengan perbandingan kasus : kontrol (1:2), dilakukan dengan cara wawancara dan observasi. Hasil uji chi square menunjukkan bahwa ada hubungan Keberadaan rawa (P:0,000;OR:5,200), Keberadaan sawah (P:0,041;OR:8,200), Keberadaan hutan semak (P:0,001;OR:6,460), Jenis Pekerjaan (P:0,000;OR:9,500), Tingkat Pengetahuan (P:0,000; OR:5,399), Kebiasaan keluar rumah malam hari (P:0,000;OR:7,300), Kebiasaan memakai obat anti nyamuk (P:0,004;OR:3,300), Kebiasaan menggunakan kelambu (P:0,000;OR:7,045), Keberadaan vektor (P:0,000;OR:7,263), dengan kejadian Filariasis, dan pada uji regresi logistic menunjukan faktor risiko paling signifikan Keberadaan hutan semak (P:0,002;OR:48,700), Jenis Pekerjaan (P:0,004;OR:39,919), Tingkat Pengetahuan (P:0,013;OR:11,206), Kebiasaan Keluar rumah malam hari (P:0,040;OR: 5,833), Kebiasaan memakai obat anti nyamuk (P:0,005;OR:10,680), dan Keberadaan vektor (P:0,005;OR:12,036) dengan kejadian Filariasis. Kesimpulan ada hubungan faktor risiko lingkungan dan dinamika penularan dengan kejadian Filariasis, sehingga perlu dilakukan upaya pencegahan dengan mengurangi faktor risiko dan edukasi kepada masyarakat tentang upaya promosi dan pencegahan penularan filariasis. Kata kunci: Filariasis, faktor risiko lingkungan, sosial, budaya, dinamika penularan, Kabupaten Kubu Raya. Filariasis or elephantiasis is a chronic infectious disease caused by filarial worm infection and is transmitted through the bite of various types of mosquitoes. Transmission of filariasis occurs when there is a transmitting source of humans and animals (the host), parasites (filari worms), vectors of infective mosquitoes, vulnerable humans, and potential environmental conditions for vector breeding, risky behavior of peoples more frequent contacts With mosquitoes. The purpose of the study was to analyze the environmental risk factors and the dynamics of transmission with filariasis incidence. This research method is observational analytic research with case-control design using retrospective study approach that is to analyze the effect of disease or health status at this time and measure big risk factor which have influence to filariasis incident in the past. The sample counted 126 respondents, with case comparison: control (1: 2), conducted by interview and observation. Chi-square test (P: 0,041, OR: 5,200), Presence of paddy field (P: 0,041, OR: 8,200), Presence of paddy field (P: 0,001, OR: 6,460), Type of Work (P: 0.000; OR: 9,500), Knowledge Level (P: 0,000; OR: 5,399), Nighttime out habits (P: 0,000; OR: 7,300), Habits of using anti-mosquito (P: 0,004; OR: 3,300), Habit (P: 0,000; OR: 7,045), presence of vector (P: 0,000; OR: 7,263), with occurrence of filariasis, and on logistic regression test showed the most significant risk factor Presence of bush forest (P: 0,002; OR: 48,700) (P: 0,004; OR: 39,919), Knowledge Level (P: 0,013; OR: 11,206), Night Out Habits (P: 0,040; OR: 5,833), Habits of using mosquito repellent (P: 0,005; OR: 10,680), and the presence of a vector (P: 0.005; OR: 12,036) with filariasis occurrence. Conclusion there is a relationship of environmental risk factors and the dynamics of transmission with filariasis occurrence, so it is necessary to do prevention efforts by reducing risk factors and education to the public about the promotion and prevention of filariasis transmission. Keywords: filariasis, environmental risk factors, social, culture, dynamics of transmission,Kubu Raya West Kalimantan.
Read More
T-4891
Depok : FKM-UI, 2017
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
