Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 32015 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Andi; Pembimbing: Dadan Erwandi; Penguji: Izhar M. Fihir, Farchan Hudaya
S-7034
Depok : FKM UI, 2011
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Lutfah Humairo; Pembimbing: Fatma Lestari; Penguji: Zulkifli Djunaidi, Adrianus Pangaribuan
S-7743
Depok : FKM UI, 2013
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Arif Maskur; Pembimbing: Sjahrul M. Nasri; Penguji: Dadan Erwandi, Yuni Kusminanti
S-7174
Depok : FKM UI, 2012
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Askania Fadima; Pembimbing: Ridwan Z. Sjaaf; Penguji: Hendra, Widura Imam Mustopo
Abstrak:

Banyak tindakan tidak aman yang dilakukan penumpang merupakan wujud nyata dari persepsi penumpang. Oleh karena dengan diketahuinya persepsi tentang risiko keselamatan penerbangan oleh penumpang maka diharapkan dapat mengurangi risiko buruk terhadap penumpang selama melakukan penerbangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran persepsi penumpang tentang risiko keselamatan penerbangan berdasarkan maskapai penerbangan, Jenis pekerjaan, dan tingkat pendidikan serta mengetahui profit konsep locus of control dan self efficacy dihubungkan dengan persepsi penumpang tentang risiko keselamatan penerbangan. Desain penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian berjumlah 174 orang yang diambii dari Terminal I A, 1B, 1 C dan 2F di Bandara Soekarno Hatta. Dari basil penelitian dapat disimpulkan bahwa self efficacy dan maskapai penerbangan mempengaruhi persepsi penumpang tentang risiko keselamatan penerbangan. Dimana, rata-rata responden memiliki persepsi yang baik tentang risiko keselamatan penerbangan dan self efficacy mcmberikan pengaruh positif terhadap persepsi penumpang tentang risiko keselamatan penerbangan. Selain itu juga terdapat perbedaan persepsi tentang risiko berdasarkan maskapai penerbangan. Dimana rata-rata responden Garuda Indonesia memiliki persepsi yang baik tentang risiko keselamatan penerbangan dibandingkan rata-rata responden dari maskapai penerbangan lain. Disarankan bagi PT (Persero) Angkasa Pura II selaku badan pengelola bandara dan Airline untuk tetap mempertahankan sistem kontrol keselamatan yang tegas sesuai dengan regulasi yang berlaku, meningkatkan safety induction di bandara dan sosialisasi tentang keselamatan penerbangan untuk meningkatkan awareness penumpang terhadap keselamatan penerbangan. Untuk penelitian selanjutnya, lebih difokuskan pada konteks sosial, budaya, dan proses organisasi.


 

Recently, there are so many unsafe acts of passenger which is a reflection of individual perception. So that, passengers are expected having good risk perception to decrease risk during flight. The main objective of this research is to describe passenger's risk perception by commercial fiight/Airline_ The risk perception -is associated with Airline, occupation, education, based on the locus of control and the self efficacy. Research design is descriptive and analytic with cross sectional approach_ Sample for this research are 174 passengers from Terminal IA, 1 B, 1 C and 2F at Soekamo Nana Airport. As a conclusion, passenger's risk perceptions are contributed by self efficacy and Airline. Generally, passengers having good risk perception and self efficacy positively contributes to passenger's risk perception. Average of Garuda Indonesia's Respondents has the biggest percentage of good risk perception than the other respondent from different Airline. It is recommended that PT (Persero) Angkasa Pura II and the Airline should be keep tightly of safety control regulation, increasing safety induction and socialize about safety aviation to passengers, and increasing the passenger's awareness about safety in aviation. Future research into risk perception of passenger in aviation will need to be focused on contexts of social, culture, and organizational processes.

Read More
T-2236
Depok : FKM UI, 2006
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Trie Annita Marchelia; Pembimbing: Chandra Satrya; Penguji: Hendra, Yoyok Priyowiwoho
Abstrak: Kegiatan ramp handling merupakan kegiatan yang sangat vital dalam dunia ground handling karena dapat mempengaruhi keselamatan pekerja hingga penumpang dan crew. Berdasarkan data dari IATA, untuk masalah keamanan antara tahun 2005 dan 2010, Indonesia mencatat total 33 kecelakaan; dan tiga dari empat kecelakaan di Indonesia pada tahun 2010 adalah kecelakaan dilandasan pacu. Selain itu, berdasarkan data PT. X hingga tahun 2014 tercatat setiap tahunnya terjadi kecelakaan kerja di area kerja ramp. Tingginya risiko keselamatan kerja disertai dengan kontak pekerja dengan GSE sebagai alat bantu pelayanan dan terbatasnya area gerak di ramp membuat peneliti melakukan penelitian dengan tujuan akhir untuk dapat menentukan tingkat risiko dengan melakukan penilaian risiko pada setiap tahapan proses pekerjaan ramp handling yang dilakukan oleh PT. X di Bandara International Soekarno Hatta tahun 2015 yang meliputi tahapan pre-flght, tahapan on-ground, dan tahapan post-flight. Penilaian risiko diawali dengan melakukan identifikasi bahaya/hazard dan uninspected event sesuai tahapan ramp yang kemudian dilanjutkan dengan proses analisis risiko K3 dengan menentukan nilai kemungkinan dan nilai konsekuensi. Nilai kemungkinan merupakan hasil perkalian antara nilai pajanan dan kemungkinan. Nilai-nilai tersebut kemudian dibandingkan dengan level risiko semi kuantitatif dalam standar AS/NZS 4360:2009. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan risiko tertinggi pada tahap pre-flight yaitu risiko/potensi terpapar bising, pada tahap on-ground berupa terpapar bising dan risiko tersedot mesin pesawat, dan tahap post-flight berupa risiko terpapar bising. Tingkat risiko yang telah didapatkan kemudian diberikan rekomendasi pengendalian oleh peneliti untuk perusahaan sehingga tingkat risiko kerja menurun dan angka kecelakaan kerja juga menurun.
Kata kunci : Ramp handling, GSE, AS/NZS 4360:2009, kemungkinan, pajanan, dan konsekuensi.
Read More
S-8644
Depok : FKM UI, 2015
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Desy Listya Nurina; Pembimbing: Fatma Lestari; Penguji: Dadan Erwandi, Ashar Darius Zain
S-6922
Depok : FKM UI, 2012
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Siti Zubaidah; Pembimbing: Doni Hikmat Ramdhan; Penguji: Laksita Ri Hastiti, Ade Kurdiman; Julia Rantetampang
Abstrak:
Tesis ini membahas efek modifikasi status hidrasi dengan memperhitungkan Indeks Massa Tubuh (IMT) pada petugas ground handling di Bandara Soekarno Hatta yang sering terpajan panas dalam waktu lama, sehingga berisiko menyebabkan dehidrasi dan kelelahan. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional dengan 219 responden, mengukur status hidrasi melalui berat jenis urin, IMT melalui berat dan tinggi badan, serta kelelahan melalui kuisioner IFRC. Hasilnya 63,5% responden mengalami kelelahan berat, 35,5% kelelahan ringan; 70,3% memiliki status hidrasi baik, 29,7% dehidrasi; 58,9% obesitas dan 41,1% tidak obesitas. Analisis statistik menunjukkan tidak ada hubungan signifikan antara status hidrasi dan kelelahan (p-value 0,340), namun ada hubungan signifikan antara IMT dan kelelahan (p-value 0,014). Analisa multivariat menunjukkan efek modifikasi status hidrasi dengan IMT terhadap kelelahan (p-value 0,022, cOR 1,184), dngan nilai OR pada IMT obesitas sebesar 9,29; yang berarti responden obesitas dengan dehidrasi berisiko 9,29 kali lebih tinggi mengalami kelelahan berat dibandingkan responden dengan status hidrasi yang baik setelah dikontrol oleh faktor risiko terkait pekerjaan dan non-pekerjaan.

This thesis discusses the effect of hydration status modification considering Body Mass Index (BMI) on ground handling workers at Soekarno Hatta Airport, who are often exposed to prolonged heat, increasing the risk of dehydration and fatigue. This study used a cross-sectional approach with 219 respondents, measuring hydration status through urine specific gravity, BMI through weight and height, and fatigue through the IFRC questionnaire. The results showed that 63,5% of respondents experienced severe fatigue, 35,5% mild fatigue; 70,3% had good hydration status, 29,7% were dehydrated; 58,9% were obese, and 41,1 were not obese. Statistical analysis showed no significant relationship between hydration status and fatigue (p-value 0,340), but there was significant relationship between BMI and Fatigue (p-value 0,014). Multivariate analysis indicated that effect of hydration status modifaction with BMI on fatigue (p-value 0,022, cOR 1,184), with an OR value for obese BMI 9,29; meaning that obese respondents with dehydration were 9,29 times more likely to experience severe fatigue compared to respondents with good hydration status after controlling for work-related and no-work-related.
Read More
T-7048
Depok : FKM UI, 2024
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Dedi Nuryanto; Pembimbing: Dadan Erwandi; Penguji: Hendra, Indri Hapsari Susilowati
S-5047
Depok : FKM-UI, 2007
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Mufida Fati`ah; Pembimbing: Baiduri Widanarko; Penguji: Dadan Erwandi, Muhammad Yuliansya Idul Adha
Abstrak: Dalam industri transportasi, permasalahan kelelahan menjadi salah satu isu penting yang erat kaitannya dengan kesehatan dan kualitas hidup pengemudi, serta potensi kecelakaan. Pekerjaan mengemudi merupakan suatu pekerjaan yang membutuhkan tingkat konsentrasi tinggi karena memerlukan koordinasi yang cepat dan tepat antara indera, sehingga mengemudi merupakan suatu pekerjaan yang sangat berisiko tinggi mengalami kelelahan. Terdapat banyak faktor risiko kelelahan pada pengemudi, baik itu dari faktor pekerjaan maupun faktor non pekerjaan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara faktor risiko pekerjaan dan non pekerjaan dengan kelelahan pada pengemudi. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional study. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner yang diadopsi dari kuesioner Fatigue Assessment Scale (FAS) dan Occupational Fatigue Exhaustion Recovery (OFER) untuk mengukur kelelahan pengemudi secara subjektif dan menggunakan aplikasi Sleep-2-Peak untuk mengukur kelelahan pengemudi secara objektif. Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat dengan uji regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara masa kerja, waktu isitrahat, jenis pekerjaan, monotoni, usaha kerja, penghargaan kerja, stress kerja, usia, dan kualitas tidur dengan kelelahan. Oleh karena itu perlu diadakan pengembangan program pencegahan dan pengendalian kelelahan (fatigue management) di tempat kerja, melihat hubungan faktor pekerjaan lebih dominan terhadap kelelahan dibandingkan faktor non pekerjaan.
Read More
S-10049
Depok : FKM UI, 2019
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Lenny Septiani Putri; Pembimbing: Baiduri Widanarko; Penguji: Dadan Erwandi, Pide Jayadi
Abstrak: Berbagai penelitian sebelumnya menunjukan bahwa terdapat hubungan antara faktor psikososial dan fisik dengan gejala gejala gangguan otot rangka. Namun, belum diketahui hubungan antara keduanya pada pekerja di perusahaan pelayanan jasa pengaturan lalu lintas udara. Tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui faktor risiko gejala gejala gangguan otot rangka pada pekerja kantor dan pengatur lalu lintas udara. Penelitian dilakukan dengan menggunakan studi potong lintang (cross sectional) dan melibatkan 50 pekerja kantor dan 70 pengatur lalu lintas udara unit Area Control Center (ACC). Instrumen pada penelitian ini ialah kuesioner dan Quick Exposure Checklist (QEC). Analisis univariat dan bivariat dengan menggunakan Regresi Logistik dilakukan untuk menentukan hubungan antara faktor psikososial dan faktor fisik dengan gejala gangguan otot rangka. Variabel pada penelitian meliputi faktor individu (jenis pekerjaan, gender, usia, indeks massa tubuh, status merokok, dan lama kerja), faktor psikososial (tuntutan kerja, kendali terhadap pekerjaan, peran dan tanggung jawab, dukungan sosial, kepuasan kerja, dan stres kerja), faktor fisik (postur janggal, postur statis, dan gerakan repetitif), dan faktor lingkungan (pencahayaan dan temperatur). Hasil penelitian menunjukan bahwa gejala gejala gangguan otot rangka pada leher, bahu, dan punggung bawah merupakan gejala dengan tingkat tertinggi. Terdapat hubungan yang signifikan antara jenis pekerjaan dan stres kerja dengan gangguan otot rangka pada bahu dan punggung bawah, gender dan usia dengan gangguan otot rangka pada bahu, kendali terhadap pekerjaan dengan gejala gangguan otot rangka pada leher, tingkat risiko pada punggung dan pergelangan tangan dengan gejala gangguan otot rangka pada punggung bawah. Oleh karena itu, perlu dilakukan tindakan pengendalian untuk mengatasi permasalahan gejala gangguan otot rangka di tempat kerja.
Read More
S-9973
Depok : FKM UI, 2019
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive